Anda di halaman 1dari 18

Pag

e 1

ANALISIS PERMASALAHAN TATA RUANG DAN SANITASI


DI PASAR INDUK SAYUR MAYUR BATURITI

A.A.Ayu Wahyu Primaningrum, Ni Wayan Deviani, Ni Wayan Tutik Lestari

Program Studi Magister Perencanaan Pembangunan Wilayah Dan Pengelolaan Lingkungan


(MP2WL) Universitas Mahasaraswati Denpasar
Tahun 2019

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Bali yang terkenal dengan pariwisatanya juga merupakan daerah yang sebagian
besar penduduknya merupakan petani. Dari 9 kabupaten / kota yang ada, Kabupaten
Tabanan merupakan pusat pertanian atau disebut sebagai lumbung berasnya Bali. Selain itu,
khusus di Kecamatan Baturiti merupakan daerah sentral penghasil sayur mayur karena
didukung oleh kondisi alam dan iklim yang cocok untuk tanaman holtikultura tersebut.
Melihat besarnya potensi Kecamatan Baturiti di bidang pertanian maka sangat
diperlukan adanya pengembangan pembangunan pertanian yang berkelanjutan. Pasar
adalah salah satu syarat utama dalam pengembangan pembangunan pertanian yang
berkelanjutan dan sangat berperan dalam pembangunan ekonomi kerakyatan.
Pasar sebagai salah satu ruang publik mempunyai fungsi sebagai ruang untuk
kegiatan sosial, ekonomi dan budaya, yang termasuk didalamnya beberapa aspek seperti
tempat bertemunya supply dan demand, tempat interaksi berbagai kelompok masyarakat
dan yang tidak terlepas dari fungsi pasar itu sendiri adalah sebagai ruang. Dalam kaitannya
sebagai ruang publik, pasar harus memenuhi persyaratan kesehatan baik dari segi tata ruang
maupun dari sanitasi lingkungan.
Sanitasi lingkungan pasar adalah usaha pengendalian melalui kegiatan pengawasan
dan pemeriksaan terhadap pengaruh-pengaruh yang ditimbulkan oleh pasar yang erat
hubungannya dengan timbul atau merebaknya suatu penyakit. Sedangkan pasar sehat,
merupakan tempat dimana semua pihak-pihak terkait bekerjasama untuk menyediakan
pangan yang aman, bergizi dan lingkungan yang memenuhi persyaratan kesehatan.
Di Baturiti, sebelum sampai ke konsumen, sayuran dari petani akan masuk ke Pasar
Induk Sayur Mayur Baturiti terlebih dahulu baru kemudian akan diditribusikan ke seluruh
pasar lokal lainnya atau sebagai pengontrol kualitas sekaligus legalitas barang sayur yang
layak didistribusikan ke seluruh wilayah di Bali. Pasar ini merupakan pasar tradisional yang
Pag

e 2

mempunyai ciri khas tersendiri yaitu suasana tradisional yang sangat kental seperti suasana
tawar menawar harga dagangan.
Permasalahan di Pasar Induk Sayur Mayur Baturiti salah satunya berkaitan dengan
masalah tata ruang dan sanitasi lingkungan yang berpengaruh pada kenyamanan yang
membuat pengunjung pasar menjadi tidak nyaman bahkan kemungkinan pengunjung dapat
mengalami stress. Permasalahan tersebut jika tidak ditangani akan berdampak pada
pengembangan pasar secara berkelanjutan.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan pada uraian latar belakang diatas, dapat diidentifikasikan masalah
sebagai berikut : “Bagaimana tata ruang dan sanitasi lingkungan Pasar Induk Sayur Mayur
Baturiti dalam upaya menciptakan pasar sehat sebagai salah satu syarat utama dalam
pengembangan pembangunan yang berkelanjutan dikaitkan dengan aspek ekonomi, sosial
dan lingkungan?

1.2.1 Manfaat Penulisan


Manfaat penulisan ini adalah sebagai bahan masukan bagi penulis, masyarakat,
pengelola pasar, pemerintah daerah dan institusi / organisasi yang terkait kesehatan
lingkungan dalam upaya pengembangkan pembangunan yang berkelanjutan di Pasar Induk
Sayur Mayur Baturiti dikaitkan dengan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan.

1.3 Metodelogi Penulisan


Metodelogi penulisan yang dipakai adalah analisis deskriptif, pencarian data
dilakukan dengan wawancara dan mengumpulan literatur dari berbagai sumber dilengkapi
dengan foto untuk mendukung penulisan makalah ini.
Pag

e 3

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1. Pembangunan Berkelanjutan


A. Definisi Pembangunan Berkelanjutan
Pembangunan yang berkelanjutan atau sustainable development memiliki berbagai
definisi dalam perkembangannya. Berdasarkan President’s Council on Sustainable
Development in the United States as (USEPA, 2013), pembangunan yang berkelanjutan
merupakan suatu proses perkembangan yang dapat meningkatkan tingkat perekonomian,
menjaga kelestarian lingkungan, dan keadaan sosial untuk kebermanfaatan generasi
sekarang dan generasi di masa depan.
B. Tiga Pilar Pembangunan Berkelanjutan
Pada tahun 2002, Konferensi Dunia dalam agenda Pembangunan Berkelanjutan
yang di laksanakan di Johannesburg untuk memperbaharui komitmen dunia untuk
pembangunan yang berkelanjutan. Konferensi tersebut menyetujui rencana Johannesburg
untuk mengimplementasikan nilai – nilai keberlanjutan dalam pembangunan yang
berkelanjutan. Hal ini menandakan pendekatan dalam tiga pilar pembangunan
berkelanjutan. Pembangunan yang berkelanjutan mencoba untuk mencapai kesetaraan
pembangunan ekonomi, kesejahteraan sosial, dan pelestarian lingkungan dalam suatu
sistem pembangunan yang berkaitan satu dengan yang lainnya. Oleh sebab itu,
pembangunan berkelanjutan bergantung kepada pendekatan sistem dasar yang mencoba
untuk memahami interaksi yang ada dari tiga pilar (lingkungan, sosial, dan ekonomi)
dalam suatu upaya untuk mewujudkan konsekuensi yang lebih baik dari perbuatan kita
(USEPA, 2013). Berdasarkan, United States Environmental Protection Agency (USEPA)
memiliki wawasan untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan melalui enam
aspek yang ada di dalam setiap pilar pembangunan (USEPA, 2013 dalam Chang, 2015).
Pag

e 4

Gambar 2.1 Tiga Pilar Pendekatan Pembangunan Berkelanjutan


Sumber : Chang, 2015

B.1 Pilar Lingkungan


 Pelayanan ekosistem : Melindungi keberlanjutan dan memperbaiki kualitas
lingkungan hidup dari habitat dan ekosistem, seperti dampak dari patahan
hidrolik.
 Teknik dan bahan kimia yang berwawasan lingkungan : Membangun
produk kimia dan proses untuk mengurangi bahaya dari bahan kimia, guna ulang
atau daur ulang bahan kimia, mengurangi dampak dari bahaya bahan kimia, dan
mengatur kadar bahan kimia sewajarnya. Seperti hubungan dampak kegiatan
manusia terhadap lingkungan.
 Kualitas udara : Mencapai dan memelihara standar kualitas udara yang
berisiko untuk terkena polusi udara. Seperti strategi untuk mengurangi dampak
dari emisi gas.
 Kualitas air : Mengurangi dampak untuk kontaminasi negatif terhadap air
minum, termasuk melindungi dari sumber air seperti ikan dan kerang dan hal lain
yang berkaitan dengan reaksi air
 Tekanan : Mengurangi efek tekanan terhadap masyarakat (misalnya, polusi,
emisi gas rumah kaca, organisme hasil rekayasa genetika) ke ekosistem
(misalnya, nasib nano partikel dimodifikasi dalam media air).
 Integritas sumber daya : Mengurangi dampak yang merugikan dari
pengurangan sampah, meningkatkan daur ulang, menjamin pengelolaan
sampah yang tepat, memperbaiki sumber daya dengan mengurangi dan
membersihkan kecelakaan yang disengaja maupun tidak.

B.2 Pilar Ekonomi


 Pekerjaan : Membuat atau mempertahankan pekerjaan dimasa sekarang atau
dimasa depan.
 Insentif : Menghasilkan insentif yang bekerja dengan sifat manusia untuk
mendorong praktek-praktek berkelanjutan (misalnya, Program cadangan
konservasi, mendorong praktik penebangan berkelanjutan).
 Supply and demand : Memajukan harga atau perubahan terhadap
peningkatan ekonomi, kesehatan lingkungan dan kesejahteraan sosial
Pag

e 5

 Perhitungan sumber daya alam : Menggabungkan penyusutan modal alam


di indeks akuntansi dan jasa ekosistem dalam analisis biaya-manfaat (CBA)
(misalnya, produk nasional yang berwawasan lingkungan).
 Biaya : Dampak positif biaya proses, layanan, dan produk (misalnya,
berusaha untuk mengembangkan proses bebas sampah untuk
(menghilangkan kebutuhan untuk biaya regulasi)
 Harga : Mempromosikan struktur biaya yang menyumbang eksternalitas
produksi (misalnya, botol tagihan-minuman hukum penyimpanan
kontainer) di seluruh Amerika Serikat dan di seluruh dunia)

B.3. Pilar Sosial


 Keadilan lingkungan : Melindungi kesehatan masyarakat yang terlalu
dibebani oleh polusi dengan memberdayakan mereka untuk mengambil
tindakan untuk meningkatkan kesehatan dan lingkungan mereka (misalnya,
membangun kemitraan dengan lokal, negara bagian, suku, dan organisasi federal
untuk mencapai masyarakat yang sehat dan berkelanjutan).
 Kesehatan manusia : Melindungi, mempertahankan, dan meningkatkan
kesehatan manusia (misalnya, parameterisasi model untuk memprediksi
toksikologi perkembangan).
 Partisipasi : Menggunakan proses yang terbuka dan transparan yang
melibatkan pemangku kepentingan terkait (misalnya, mengembangkan database
pestisida pengurangan risiko untuk produk yang umum digunakan, membuat akses
publik yang lebih besar dan pemahaman tentang keberlanjutan).
 Pendidikan : Meningkatkan pendidikan pada keberlanjutan untuk
masyarakat umum, para pemangku kepentingan, dan kelompok-kelompok yang
berpotensi terkena dampak (misalnya, memberikan kesempatan bagi siswa untuk
belajar tentang keberlanjutan)
 Keamanan sumber daya : Melindungi, memelihara, dan memulihkan akses
ke sumber daya dasar (makanan, tanah, dan energi, dan mempelajari dampak dari
dispersan / kombinasi minyak di atas saluran air alami).
 Masyarakat yang berkelanjutan : Mempromosikan pengembangan,
perencanaan, pembangunan, atau modifikasi dari masyarakat untuk
mempromosikan hidup yang berkelanjutan (misalnya, landscape dengan spesies
tanaman asli, membangun "hijau" bangunan).

2.2 Pengertian Pasar


Pasar pada masyarakat mempunyai peranan penting yaitu sebagai pusat kegiatan
ekonomi dan pusat kebudayaan. Sebagai pusat kegiatan ekonomi, pasar merupakan tempat
bertemunya produsen dan konsumen. Melalui pasar, masyarakat dapat memperoleh
Pag

e 6

kebutuhan produksinya seperti modal, peralatan, dan tenaga. Di bidang distribusi pasar
mempunyai peranan dalam menyebarluaskan barang-barang hasil produksi yang
dibutuhkan masyarakat. Sedangkan di bidang konsumsi, pasar menyediakan kebutuhan
pokok dan kebutuhan tambahan lainnya (Depdikbud, 1990:159).
Menurut Koentjaraningrat dalam Siwarni (2009:3) pengertian pasar adalah pranata
yang mengatur komunikasi dan interaksi antara penjual dan pembeli yang bertujuan untuk
mengadakan transaksi pertukaran benda-benda, jasa ekonomi dan uang, dan tempat hasil
transaksi yang dapat disampaikan pada waktu yang akan datang berdasarkan harga yang
ditetapkan. Berdasarkan teori diatas dapat di simpulkan bahwa, pasar adalah tempat
pertemuan antara produsen dan konsumen yang melakukan transaksi barang dan jasa
berdasarkan harga yang di tetapkan.
Menurut Wicaksono dkk. (2011) pasar tradisional merupakan tempat bertemunya
penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara
langsung, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang
dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar. Pasar tradisional cenderung menjual
barang-barang lokal dan kurang ditemui barang impor, karena barang yang dijual dalam
pasar tradisional cenderung sama dengan pasar modern, maka barang yang dijual pun
kualitasnya relatif sama dengan pasar modern.
Pasar tradisional adalah sebuah tempat yang terbuka dimana terjadi proses transaksi
jual beli yang dimungkinkan proses tawar-menawar. Di pasar tradisional pengunjung tidak
selalu menjadi pembeli, namun pengunjung bisa menjadi penjual, bahkan setiap orang bisa
menjual dagangannya di pasar tradisional. Pasar tradisional merupakan sektor
perekonomian yang sangat penting bagi mayoritas penduduk di Indonesia. Masyarakat
miskin yang bergantung kehidupannya pada pasar tradisional tidak sedikit, menjadi
pedagang di pasar tradisional merupakan alternatif pekerjaan di tengah banyaknya
pengangguran di Indonesia (Masitoh, 2013).
Keberadaan Pasar Induk (agribisnis) berfungsi sebagai terminal komoditi pertanian
dari produsen sebelum disalurkan ke konsumen. Pasar Induk diharapkan mampu
memberikan data kebutuhan konsumen, di wilayah cakupannya dari segi jumlah, kualitas
dan harga. Apabila jaringan Pasar Induk sudah memadai, maka data kebutuhan dari Pasar
Induk akan bisa digunakan sebagai input pasar-pasar penunjang di daerah produsen untuk
merencanakan pola tanam dan menyesuaikan jumlah dan kualitas yang dibutuhkan pasar.
Dengan jaringan Pasar Induk (agribisnis) yang baik akan memperlancar distribusi
komoditi pertanian sehingga disparitas harga antar wilayah diperkecil dan akan membantu
daerah produsen pada saat Over Supply agar dapat menyalurkan ke daerah lain dengan
mekanisme perdagangan yang cepat dan aman. Selain fungsi dasar di atas Pasar Induk
diharapkan mampu membantu membentuk mekanisme perdagangan yang lebih adil, agar
distribusi pendapatan dari produk pertanian lebih adil.

2.2 Persyaratan Pasar Sehat


Pag

e 7

Pasar sehat adalah kondisi pasar yang bersih, aman, nyaman dan sehat yang
terwujud melalui kerjasama seluruh stakeholder terkait dalam menyediakan bahan pangan
yang bergizi bagi masyarakat (Pedoman Penyelengggaraan Pasar Sehat, 2008).
Adapun persyaratan kesehatan lingkungan pasar dapat dilihat dari :
A. Lokasi
 Lokasi sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang setempat (RUTR)
 Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti: bantaran sungai,
aliran lahar, rawan longsor, banjir dan sebagainya
 Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan atau daerah jalur pendaratan
penerbangan termasuk sempadan jalan
 Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir sampah atau
bekas lokasi pertambangan
 Mempunyai batas wilayah yngg jelas, antara pasar dan lingkungannya

B. Area Parkir
 Adanya pemisah yang jelas pada batas wilayah pasar
 Adanya parkir yang terpisah berdasarkan jenis alat angkut, seperti : mobil,
motor, sepeda, andong/delman dan becak
 Tersedia area parkir khusus untuk pengangkut hewan hidup dan hewan mati
 Tersedia area bongkar muat khusus yg terpisah dari tempat parkir
pengunjung
 Tidak ada genangan air
 Tersedia tempat sampah yang terpisah antara sampah kering dan basah
dalam jumlah yang cukup, minimal setiap radius 10 m
 Ada tanda masuk dan keluar kendaraan secara jelas, yg berbeda antara jalur
masuk dan keluar
 Adanya tanaman penghijauan
 Adanya area resapan air di pelataran parkir

C. Sanitasi
C.1 Air Bersih
 Tersedia air bersih dengan jumlah yang cukup setiap hari secara
berkesinambungan, minimal 40 liter per pedagang
 Kualitas air bersih yang tersedia memenuhi persyaratan
 Tersedia tendon air yang menjaminn kesinambungan ketersediaan air dan
dilengkapi dengan kran yang tidak bocor
 Jarak sumber air bersih dengan pembuangan limbah minimal 10 meter
 Kualitas air bersih diperika setiap enam (6) bulan sekali
C.2 Kamar Mandi dan Toilet
Pag

e 8

1. Harus tersedia toilet laki-laki dan perempuan yg terpisah dilengkapi dengan


tanda/simbol yg jelas dengan proporsi sbb :

No Jumlah Pedagang Jumlah Kamar Mandi Jumlah Toilet


1. s/d 25 1 1
2. 26 s/d 50 2 2
3. 51 s/d 100 3 3
Setiap penambahan 40-100 orang harus ditambah satu kamar mandi dan
satu toilet
2. Didalam kamar mandi harus tersedia bak dan air bersih dalam jumlah yang
cukup dan bebas jentik
3. Didalam toilet harus tersedia jamban leher angsa, peturasan dan bak air
4. Tersedia tempat cuci tangan dengan jumlah yang cukup yamg dilengkapi
dengan sabun dan air yg mengalir
5. Air limbah dibuang ke septic tank (multi chamber), riol atau lubang
peresapan yang tidak mencemari air tanah dengan jarak 10 meter dari sumber air
bersih
6. Lantai dibuat kedap air, tidak licin, mudah dibersihkan dengan kemiringan
sesuai ketentuan yang berlaku sehingga tidak terjadi genangan
7. Letak toilet terpisah minimal 10 meter dengan tempat penjualan makanan
dan bahan pangan
8. Luas ventilasi minimal 20 % dari luas lantai dan pencahayaan 100 lux
9. Tersedia tempat sampah yg tertutup
C. 3 Pengelolaan Sampah
 Setiap kios/los/lorong tersedia tempat sampah basah dan kering
 Terbuat dari bahan kedap air, tidak mudah berkarat, kuat, tertutup, dan
mudah dibersihkan
 Tersedia alat angkut sampah yang kuat, mudah dibersihkan dan mudah
dipindahkan
 Tersedia tempat pembuangan sampah sementara (TPS), kedap air, kuat,
kedap air atau kontainer, mudah dibersihkan dan mudah dijangkau petugas
pengangkut sampah
 TPS tidak menjadi tempat perindukan binatang (vektor) penular penyakit
 Lokasi TPS tidak berada di jalur utama pasar dan berjarak minimal 10 m
dari bangunan pasar
 Sampah diangkut minimal 1 x 24 jam

Mengutip dalam Tchobanoglous (2003), pengelolaan sampah merupakan proses


yang kompleks karena melibatkan banyak teknologi dan disiplin ilmu. Termasuk
teknologi dalam proses pengurangan di sumber, di tempat penanganan dan penyimpanan,
Pag

e 9

pengumpulan, pengangkutan dan transportasi, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah.


Semua proses ini harus dilakukan dalam yang ada hukum, sosial, dan pedoman
lingkungan yang melindungi kesehatan masyarakat dan lingkungan dan estetis dan
ekonomis diterima. Untuk sukses terintegrasi padat rencana pengelolaan limbah, perlu
bahwa semua disiplin ilmu ini berkomunikasi dan berinteraksi satu sama lain dalam
hubungan interdisipliner yang positif.

Gambar 2.6 Paradigma Pengelolaan Sampah


Sumber : Panduan Praktis Pengelolaan Sampah Tahun 2015

Menurut E. Damanhuri (2004), pengelolaan sampah merupakan rangkaian kegiatan


yang dimulai dari pengumpulan sampah pada wadah di sumber (penghasil) menuju
penampungan sementara, kemudian diangkut ke tempat pemrosesan dan daur ulang, seperti
pengomposan, insenerasi, landfilling atau cara lain. Pengelolaan bukan hanya menyangkut
aspek teknis, tetapi mencakup juga aspek non teknis seperti bagaimana mengorganisir,
bagaimana membiayai dan bagaimana melibatkan masyarakat penghasil limbah agar ikut
berpartisipasi secara aktif atau pasif dalam aktivitas penanganan tersebut.
Masalah penanganan sampah juga bisa dibilang termasuk masalah sosial. Selain
karena penanganan sampah melibatkan banyak pihak, anggapan masyarakat juga sangat
menentukan dalam mendorong individu untuk melakukan tindakan tertentu dalam
mengatasi sampah. Penilaian individu terhadap sampah akan sangat ditentukan oleh
penilaian masyarakat juga.
Pag

1
e

BAB III
PEMBAHASAN

Dari hasil wawancara yang kami lakukan ke beberapa pedagang didapatkan beberapa
permasalahan yaitu : Tata ruang Pasar Induk Sayur Baturiti (los dagang dan lahan parkir)
dan Sanitasi lingkungan (pengelolaan sampah serta fasilitas kamar mandi dan toilet).

3.1
Analisis Permasalahan Penataan Ruang Pasar Induk Sayur Baturiti
3.1.1 Los Pedagang
Pasar Induk Sayur Baturiti merupakan pasar yang khusus menjual sayuran dalam
bentuk grosiran di Kabupaten Tabanan. Jika dilihat dari latar belakang didirikannya pasar
sayur ini diperuntukkan untuk mengakomodir hasil sayur mayur petani di kecamatan
Baturiti. Pasar ini tidak hanya membantu pedagang sayur mayur tetapi lebih jauh
membantu mensejahterahkan petani didaerah Baturiti.

Gambar 3.1. Los Pedagang Gambar 3.2. Di atas mobil


Pasar Induk Sayur Baturiti mempunyai luas ± 2 Hektar, dengan jumlah los ± 200 bh dan
lebar 1 Los ± 4 meter (Gambar 3.1). Permasalahannya yang ditemukan adalah masih
terdapat los yang penempatan sayur mayurnya sampai melewati batas los (keluar).
Sebagian pedagang masih ada yang berjualan di pinggir jalan atau di atas mobil yang
mengakibatkan lalu lintas kendaraan menjadi macet (Gambar 3.2). Selain itu, pedagang
masih sulit untuk diatur maupun mengatur diri dalam masalah penataan pedagang,
sehingga mempersempit ruang gerak pengunjung akibat semakin bertambahnya jumlah
pedagang. Semua hal tersebut diatas mengakibatkan terabaikannya tata ruang pasar.
3.1.2 Lahan Parkir
Parkir merupakan suatu bentuk Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH) yang
digunakan sebagai suatu pelataran dengan fungsi utama meletakkan kendaraan bermotor
seperti truk/mobil/motor. Dikenal pula sebagai salah satu bentuk RTNH yang memiliki
fungsi ekonomis dan sosial. Hal ini dikarenakan manfaatnya secara langsung dapat
memberikan keuntungan ekonomis. Kedudukan lahan parkir menjadi bagian yang tak
terpisahkan dari suatu sistem pergerakan suatu kawasan. Manajemen pengelolaan parkir
di Pasar Induk Sayur Baturiti dilakukan oleh PD Pasar Induk Sayur Baturiti dibawah
dinas Pendapatan dan Daerah Kabupaten Tabanan. Khusus untuk tenaga pengelolaan
parkir berjumlah 10 orang.
Gambar 3.3 Suasana parkir di Pasar Induk Sayur Baturiti

Dari gambar diatas terlihat penataan parkir Pasar Induk Sayur Baturiti belum
tertata dengan baik. Lahan yang disediakan untuk parkir truk, mobil pick up, parkir
motor letaknya menyebar dan mobilitas kendaraan terlihat tidak beraturan. Dari hasil
wawancara juga diungkapkan bahwa masih ada pengemudi yang tidak mentaati alur
keluar masuk mobil dan tempat parkir yang seharusnya (menggunakan bahu jalan) yang
secara menyebabkan terjadinya kemacetan. Dilihat dari sudut pandang sosial budaya,
belum menampakkan adanya kepatuhan akan aturan - aturan yang dibuat pengelola
pasar dalam penertiban parkir kendaraan.
Sedangkan dilihat dari kondisi jalan di Pasar Induk Sayur Baturiti, ada
perbedaan sangat signifikant yang terjadi pada musim kemarau dan musim hujan. Saat
musim kemarau udaranya sangat berdebu yang tentu saja berpengaruh pada kesehatan
apalagi dengan mobilitas kendaraan yang cukup tinggi. Sebaliknya pada musim hujan
karena kondisi jalan yang tidak rata dan berlubang mengakibatkan jalanan cukup becek
sehingga sangat menggangu kenyamanan kegiatan di pasar tersebut.
3.2
Analisis Permasalahan Sanitasi Lingkungan
3.2.1
Pengelolaan sampah
Penampungan sampah di Pasar Induk Sayur Baturiti terletak di sebelah barat
dari lokasi pasar. Hal ini sesuai dengan teori pengelolaan sampah yakni lokasi TPS tidak
berada dijalur utama pasar dan berjarak lebih dari 10 meter dari bangunan pasar dan
sampah sudah diangkut setiap 1 x 24 jam oleh petugas DKP untuk dibawa ke Tempat
Pembuangan Akhir.

Gambar 3.4 Tempat Penampungan Sampah di Pasar Induk Sayur Baturiti

Dari gambar dapat dilihat kondisi tempat pembuangan sampahnya. Terlihat


berserakan dan tidak tertutup. Hal ini tidak sesuai dengan ketentuan dari pengelolaan
sampah dimana tempat penampungan sampah mestinya tertutup sehingga tidak menjadi
tempat perindukan binatang (vektor) penular penyakit.
Jenis sampah yang dihasilkan dari pasar ini adalah selain sampah basah yang
terdiri dari sisa-sisa makanan dan sayur mayur juga bermacam-macam sampah plastik
dan sampah sisa rumah tangga. Seperti kita ketahui bahwa sampah sayur mayur
mengandung banyak air sehingga cepat membusuk dan menimbulkan bau.
Kontainer yang disediakan di tempat penampungan sampah sementara hanya
satu sehingga tidak ada pemisahan antara sampah organik dan anorgank. Di beberapa
lokasi sekitar pasar tidak tersedia tempat sampah sama sekali sehingga pedagang
mengumpulkan sampah di sekitar lokasi dagangannya dengan cara menumpuk terlebih
dahulu segala jenis sampah yang dihasilkan pada satu tumpukan kemudian dimasukkan
ke dalam karung dan di buang ke kontainer sampah. Hal ini menggambarkan kurangnya
ketersediaan sarana untuk menerapkan sistem pengelolaan sampah yang baik, dimana
sampah harus dipisahkan terlebih dahulu antara sampah organic dan anorganik.
Sampah merupakan sumber penyakit, baik secara langsung maupun tak
langsung. Secara langsung sampah merupakan tempat berkembangnya berbagai
parasit, bakteri dan patogen; sedangkan secara tak langsung sampah merupakan
sarang berbagai vektor (pembawa penyakit) seperti tikus, kecoa, lalat dan nyamuk.
Berbagai penyakit yang dapat muncul karena sampah yang tidak dikelola antara lain
adalah diare, disentri, cacingan dan lain-lain. Penyakit- penyakit ini merupakan
ancaman bagi manusia, yang dapat menimbulkan kematian.
Dalam berbagai aspek, peran masyarakat selalu menjadi unsur yang utama
dalam pengelolaan sampah, karena dalam proses perencanaan masyarakat diajak turut
membuat keputusan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan. Oleh karena itu, pelibatan
masyarakat dalam sebuah perencanaan merupakan hal yang paling mutlak,
karenanya masyarakat tidak hanya menjadi objek tetapi harus menjadi subjek yang
dilibatkan bisa menentukan nasibnya sendiri.
Dalam pengelolaan sampah peran masyarakat menjadi penting karena beberapa
faktor, antara lain :
(1)
Masyarakat merupakan penghasil sampah yang cukup besar, karena makin
besarnya kebutuhan masyarakat terkait timbulan atau hasil limbah rumah tangga
yang tidak dapat dikelola secara makimal. Dengan begitu masyarakat dapat
menjalankan prinsip 3R (reduce,reuse,recycle)
(2)
Masyarakat seharusnya bisa mandiri dalam pengelolaan sampah untuk mendukung
terciptanya sistem pengelolaan sampah yang berkelanjutan sehingga tidak
selamanya menjadi beban pemerintah. Di sisi lain peran masyarakat dalam
pengelolaan sampah dapat dimulai dari kesadaran masyarakat yang perlu
ditumbuhkan dalam penanganan masalah kebersihan yang dapat diterapkan mulai
dari pengumpulan dan pengangkutan sampah dari rumah ke tempat penampungan
sementara, terutama di daerah-daerah permukiman dengan kondisi jalan yang
sempit dan hanya bisa dilalui gerobak sampah saja.

Dalam hal pembinaan terhadap masyarakat terkait pengelolaan sampah dapat


dilakukan dengan melakukan perubahan bentuk kebiasaan, sikap dan perilaku
masyarakat yang tidak hanya didasarkan kepada keharusan atau kewajibannya, tetapi
lebih didasarkan kepada nilai kebutuhan atas kondisi lingkungan yang bersih. Untuk
mengubah kebiasaan tersebut, maka diperlukan pembinaan terhadap peran serta
masyarakat yang dilakukan secara menyeluruh (kalangan pemerintah, swasta,
perguruan tinggi, dan masyarakat biasa) dan terpadu (pengelola dan seluruh
masyarakat) yang harus dilakukan secara terus menerus, terarah, terencana dan
berkesinambungan.
Konsep keberlanjutan diterapkan di seluruh sistem pengelolaan sampah yang
memanfaatkan proses teknologi maupun peran masyarakat. Pengelolaan sampah yang
berkelanjutan merupakan suatu upaya pengelolaan sampah yang menggunakan prinsip
pemanfaatan sampah menjadi hal yang berguna untuk pemenuhan kebutuhan
masyarakat dari segi konsumsi dan menjaga kelestarian lingkungan melalui proses
pengumpulan sampah, pengolahan, konservasi sumber daya dan daur ulang yang
efektif. Nilai – nilai keberlanjutan dari pengelolaan sampah dilihat dari pewadahan dan
pengumpulan, rute dan pengangkutan, pemilahan dan pengolahan, dan pemrosesan
akhir sampah. Disamping itu, indikator keberlanjutan juga dilihat melalui korelasinya
dengan nilai – nilai ekonomi, lingkungan dan perspektif sosial yang dilihat secara
holistic.

3.2.2
Kamar Mandi dan toilet

Gambar 3.4. Kamar mandi dan Toilet

Sarana kamar mandi dan toilet di Pasar Induk Sayur Baturiti berjumlah 4 buah
dan tidak ada pemisahan antara pria dan wanita. Hal itu tidak sesuai dengan syarat
kamar mandi dan toilet dalam pasar sehat yakni harus tersedia toilet laki-laki dan
perempuan yang terpisah yang dilengkapi dengan tanda dan simbul yang jelas. Untuk
ketentuan proporsi kamar mandi dan toilet pun belum memenuhi syarat yakni 4 buah
baik kamar mandi dan 4 buah toiletnya. Dari gambar diatas dapat dilihat kondisi kamar
mandi dan toilet kurang bersih.
Lalu lintas pedagang dan pembeli yang tinggi, dengan membawa bakteri,
kotoran, dan partikel lainnya dari menjadi alasan utama lantai kamar mandi menjadi
bagian yang paling kotor. Toilet adalah salah satu ruangan yang rawan menjadi sarang
kuman, terlebih lagi jika bersifat umum dan jarang dibersihkan. Meskipun terlihat
bersih, toilet umum masih menyimpan kuman sumber penyakit yang tersembunyi
karena digunakan oleh banyak orang. Toilet yang seharusnya selalu dalam kondisi
bersih dan segar kini banyak yang terkontaminasi akibat penggunaan yang kurang
benar, misalnya tidak menyiram air setelah buang air, buang tisu/sampah sembarangan
di dalam toilet, bau asap rokok yang membuat pengap, banyaknya serangga atau hewan
lainnya yang memenuhi toilet sehingga semua ini menyebabkan bau tak sedap yang
sungguh membuat penggunanya tidak nyaman dan memilih untuk tidak menggunakan
toilet ini, kecuali terpaksa.

3.3
Pemecahan Masalah
1.
Berdasarkan permasalahan mengenai tata ruang pasar, perlu dilakukan survey
mendalam ke Pasar Induk Sayur Baturiti oleh organisasi yang bergerak di bidang
perencanaan tata ruang. Hasil yang diperoleh dapat digunakan sebagai bahan
masukan advokasi ke PEMDA Tabanan dan jajarannya, salah satunya melalui
kegiatan Musrembang sebagai upaya dalam memperbaiki masalah yang timbul baik
dari sarana prasarana seperti kesediaan kamar mandi dan toilet, pengelolaan
sampah, perbaikan akses jalan, penambahan Ruang Tata Hijau pada lahan parkir
dan memasang rambu-rambu tertulis.
2.
Revitalisasi terhadap tata ruang pasar dengan menggunakan konsep kearifan lokal
yang ada di Bali (Tri Angga). Revitalisasi yang dilakukan harus secara menyeluruh
terhadap lahan pasar (bangunan suci, los dagang, lahan parkir, pengolahan sampah
dan sarana kamar mandi/toilet)
3.
Untuk sanitasi lingkungan, Pihak Pengelola Pasar (PD) Induk Sayur Baturiti
diharapkan bisa meningkatkan manajemen pengelolaan sampah bermulai dari
tahap awal yaitu pengumpulan seperti menyediakan tempat sampah basah dan
kering agar sampah yang dihasilkan mudah untuk memasuki tahap berikutnya.
Tempat sampah yang di sediakan lorong pasar harus yang memenuhi syarat seperti
terbuat dari bahan kedap air, tidak mudah berkarat, kuat, tertutup dan mudah di
bersihkan. Selain itu untuk menjaga agar lingkungan pasar menjadi sehat
sebaiknya TPS berjarak minimal 10 meter dari lingkungan pasar, serta menjaga
kebersihan TPS agar tidak menjadi tempat perindukan vector.
Selain itu, PD Pasar juga diharapkan membuat aturan tertulis yang tegas
mengatur tentang penataan los pedagang sehingga konsep tata ruang bisa
berjalan dengan baik guna mendukung pembangunan berkelanjutan.
4.
Perlu diberikan edukasi kepada SDM Pengelola Daerah (PD) Pasar agar lebih
professional dalam melakukan pengelolaan terkait segala aktivitas yang ada di area
pasar termasuk pembuatan aturan tertulis guna mendukung keberlangsungan pasar
tersebut.
5.
Pemberdayaan masyarakat
Peran masyarakat selalu menjadi unsur yang utama dalam sanitasi lingkungan,
karena dalam proses perencanaan masyarakat sekaligus diajak turut membuat
keputusan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan. Untuk itu sangat diperlukan adanya
penyuluhan (edukasi) terkait bagaimana cara pengelolaan sampah dan apa
kaitannya dilihat dari aspek kesehatan dan lingkungan demikian juga tentang
sanitasi, dengan melibatkan lintas terkait seperti Dinas Kesehatan, Dinas
Lingkungan Hidup, Universitas atau organisasi yang bergerak dibidang kesehatan
lingkungan.
Selain itu edukasi tentang cara memberikan pelayanan pada konsumen yang sesuai
dengan etika budaya Bali juga perlu diberikan kepada pedagang sebagai langkah
mendukung pembangunan berkelanjutan dari sisi budaya.
DAFTAR PUSTAKA

Panduan Praktis Pengelolaan Sampah Tahun 2015

Kementerian Kesehatan RI. 2008. Pedoman Penyelenggaraan Pasar Sehat, Jakarta.

Yuliati, 2011. Studi Eksplorasi Permasalahan di Pasar Induk Kramat Jati Jakarta, Jurnal
Planesa
Vol 2 No. 2. November 2011

Anda mungkin juga menyukai