Anda di halaman 1dari 10

KEADAAN KESEHATAN REPRODUKSI DI

INDONESIA BELUM SESUAI HARAPAN

BAB I
PENDAHULUAN
Masa remaja merupakan masa transisi yang unik dan ditandai oleh berbagai
perubahan fisik, emosi, psikis. Masa remaja, yaitu usia 10-19 tahun, merupakan masa
yang khusus dan penting, karena merupakan periode pematangan organ reproduksi
manusia, dan sering disebut masa pubertas. Masa remaja merupakan periode peralihan
dari masa anak ke masa dewasa. Pada masa remaja terjadi perubahan fisik
(organobiologik) secara cepat, yang tidak seimbang dengan perubahan kejiwaan
(mental-emosional). Perubahan yang cukup besar ini dapat membingungkan remaja
yang mengalaminya. Karena itu mereka memerlukan pengertian, bimbingan, dan
dukungan lingkungan di sekitarnya, agar tumbuh dan berkembang menjadi manusia
dewasa yang sehat baik jasmani, maupun mental dan psikososial.
Dalam lingkungan soaial tertentu, masa remaja bagi pria merupakan saat
diperolehnya kebebasan, sementara untuk remaja wanita merupakan saat mulainya
segala bentuk pembatasan. Pada masa yang lalu, anak gadis mulai dipingit ketika
mereka mulai mengalami haid. Walaupun dewasa ini praktek seperti itu telah jarang
ditemukan, namun perlakuan terhadap remaja pria dan wanita masih sering berbeda,
yang menempatkan remaja puteri dalam posisi yang dirugikan. Kesetaraan perlakuan
terhadap remaja pria dan wanita diperlukan dalam mengatasi masalah kesehatan
reproduksi remaja, agar masalahnya dapat tertangani secara tuntas.

A. Latar Belakang

Indonesia digolongkan sebagai “penduduk muda”. Diantara 42,4 juta penduduk umur 15-24,
21,4 juta penduduk berumur 15-19 dan 21,1 juta berumur 20-24 dengan 19,4 juta wanita dan
14,9 juta pria belum pernah kawin (SKRRI, 2007). Besarnya jumlah penduduk muda akan

1
sangat mempengaruhi proses pembangunan, sehingga perlu ditingkatkan kualitas
kesehatannya agar bermanfaat bagi dirinya, keluarga dan lingkungannya (BKKBN, 2001).

Menurut data statistik, jumlah penduduk di Jawa Tengah pada tahun 2002 mencapai
31.691.866 jiwa, terdiri atas 15.787.143 (49,81%) laki-laki, dan 15.904.723 (50,19 %)
perempuan. Dari jumlah tersebut, sekitar 9.019.505. (28,46%) adalah mereka yang berusia
anak/remaja. Jumlah ini relatif cukup besar, karena mereka akan menjadi generasi penerus
yang akan menggantikan kita di masa yang akan datang. Status kesehatan mereka saat ini
akan sangat menentukan kesehatan mereka di saat dewasa, khususnya bagi perempuan,
terutama mereka yang menjadi ibu dan melahirkan

Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dengan dewasa dan relatif belum
mencapai tahap kematangan mental dan sosial sehingga mereka harus menghadapi tekanan-
tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan. Banyak sekali life events yang akan
terjadi yang tidak saja akan menentukan kehidupan masa dewasa tetapi juga kualitas hidup
generasi berikutnya sehingga menempatkan masa ini sebagai masa kritis. Remaja diharapkan
dapat menjalankan fungsi reproduksinya dengan tepat oleh karena itu dia harus mengenali
organ reproduksinya, fungsi yang akan dijalankan dalam proses reproduksi tersebut tidak
dapat dilakukan bila organ–organ reproduksi tidak terawat sejak awal.

Secara psikologis masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat
dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang – orang yang lebih tua
melainkan berada pada tingkatan yang sama (Hurlock, 1980). Menurut WHO masa remaja
merupakan masa dimana terjadi  perubahan fisik, perubahan mental dan identitas usia
dewasa, serta perubahan social-ekonomi ke arah ketergantungan yang relative lebih rendah.
Puncak perkembangan organ reproduksi terjadi pada masa remaja dimana manusia
mengalami fase ketidakstabilan emosi. Perubahan secara cepat dan mendadak terutama
berkaitan dengan organ reproduksinya menjadikan remaja tidak selalu mampu bersikap
secara tepat terhadap organ reproduksinya.

Sejak tahun 1996 pemerintah Indonesia mengadopsi Paket Kesehatan Reproduksi Esensial
(PKRE) dan Paket Kesehatan Reproduksi Komprehensif (PKRK), konseling dan pelayanan
kesehatan reproduksi remaja sebagai salah satu dari empat komponen utama (Yayasan
Pendidikan Kesehatan Perempuan, 2004). Begitu pula dalam Rencana Program Jangka

2
Panjang (RPJM) 2004-2009, Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) adalah salah satu
program pemerintah di dalam sektor pembangunan social-budaya.

Upaya-upaya kesehatan reproduksi remaja yang perlu dilakukan adalah pemberian informasi
kesehatan reproduksi dalam berbagai bentuk sedini mungkin kepada seluruh segmen remaja,
baik di perkotaan maupun di pedesaan. Pemberian informasi ini dengan tujuan meningkatkan
pengetahuan yang pada gilirannya mampu memberikan pilihan kepada remaja untuk
bertindak secara bertanggung jawab, baik kepada dirinya maupun keluarga dan masyarakat.
Upaya lainnya adalah memberikan porsi dan kesempatan yang seluas-luasnya pendidikan
moral/agama kepada seluruh anak/remaja, dengan memberikan informasi yang komprehensif
berkenaan dengan kesehatan reproduksi .

Selain itu juga perlu diarahkan upaya promosi dan pencegahan masalah kesehatan reproduksi
pada masa remaja, Informasi dan penyuluhan, konseling serta pelayanan klinis perlu
ditingkatkan untuk mengatasi masalah kesehatan reproduksi remaja. (Harahap, 2003).

Dari berbagai sumber yang dikumpulkan, ada beberapa permasalahan yang dihadapi oleh
remaja pada area kesehatan reproduksi. Permasalahan tersebut adalah rendahnya
pengetahuan, akses layanan yang terbatas dan terbatasnya jenis layanan. Dari hasil Survei
Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) 2007 pengetahuan remaja tentang sistem
reproduksi manusia lebih banyak pada remaja berusia 20-24 tahun dibanding remaja berusia
15-19 tahun. Sebagian besar remaja mendiskusikan kesehatan reproduksi dengan teman, yang
biasanya sering tidak akurat. Akses pelayanan kesehatan reproduksi tidak banyak diketahui
remaja sehingga hanya sedikit remaja yang memanfaatkan tempat – tempat pelayanan
kesehatan reproduksi. Hal ini yang menyebabkan remaja perempuan rentan terhadap
kematian maternal, kematian ibu dan bayi, aborsi tidak aman, dan lain – lain. Pengetahuan
yang lebih baik tentang kesehatan reproduksi pada remaja diharapkan dapat mendorong
remaja untuk memiliki sikap yang benar dan prilaku kesehatan reproduksi yang bertanggung
jawab.

Permasalahan  seputar remaja terkait erat dengan pengetahuan, sikap dan perilaku, berdasar
hasil penelitian tersebut masih banyak remaja yang mengalami permasalahan kesehatan
reproduksi, masalah kesehatan reproduksi ini terkait dengan bagaimana sikap dan praktik
remaja dalam menjaga kebersihan (personal highiene). Bila personal highiene baik maka

3
tidak akan timbul masalah, sebaliknya bila personal highiene jelek maka akan timbul
masalah, salah satu contoh masalah adalah keputihan.

Keputihan (Leukore atau Fluor Albus) adalah istilah untuk menggambarkan keluarnya cairan
selain darah dari vagina dan diperkirakan semua wanita pernah mengalami keputihan
terutama pada usia reproduktif. Ada dua jenis keputihan, yaitu keputihan fisiologis yang
normal dialami semua wanita dan keputihan patologis dengan gejala yang berlangsung lama,
terjadi berulang, jumlahnya berlebihan, baunya busuk, dan menimbulkan nyeri, panas, gatal
hingga mengarah keganasan. Keputihan dapat menyebabkan munculnya rasa tidak nyaman
yang dapat mempengaruhi kepercayaan diri seorang wanita terutama remaja putri (Karuniadi,
2009). Keputihan dapat dicegah melalui personal highiene yang baik dan perawatan pada
genetalia eksterna

Alat reproduksi merupakan salah satu organ tubuh yang sensitif dan memerlukan perawatan
khusus. Pengetahuan dan perawatan yang baik merupakan faktor penentu dalam memelihara
kesehatan reproduksi. Merawat organ reproduksi bertujuan untuk menjaga kebersihannya,
mempertahankan keseimbangan keasaman vagina, mencegah munculnya keputihan, bau tak
sedap dan gatal – gatal

B. Tujuan

1. Mengetahui ciri-ciri perkembangan pada remaja


2. Mengetahui penyimpangan sosial pada remaja di Indonesia
3. Mengetahui sebab dan akibat dari perilaku penyimpangan pada remaja di indonesia

C. PEMBATASAN MASALAH

Dalam makalah ini, penulis hanya membahas tentang penyimpangan social pada remaja
berupa hubungan seks bebas, penyebab, serta dampak dari perilaku tersebut.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pembahasan

Perubahan fisik remaja ditandai dengan percepatan pertumbuhan dan kematangan


biologis juga disertai dengan perkembangan psikologis dan sosial. Pada aspek kehidupan
sosial remaja terdapat fenomena yang sangat penting yaitu munculnya dua macam ‘gerak’
yaitu menjauhi orang tua dan mendekati teman sebaya. Serta mulai tumbuhnya ketertarikan
pada lawan jenisnya serta meningkatnya dorongan seksual yang sulit untuk mereka pahami.

Ciri-ciri perkembangan remaja


Menurut ciri perkembangannya, masa remaja dibagi menjadi tiga tahap, yaitu :
1. Masa remaja awal (10-12 tahun), ciri khasnya :

a. Lebih dekat dengan teman sebaya


b. Ingin bebas
c. Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir abstrak.
2. Masa remaja tengah (13-15 tahun), ciri khasnya :
a. Mencari identitas dini
b. Timbulnya keinginan untuk kencan
c. Mempunyai rasa cinta yang mendalam
d. Mengembangkan kemampuan berpikir abstrak
e.Berkhayal tentang aktivitas seks
3. Masa remaja akhir (16-19 tahun), ciri khasnya :
a. Pengungkapan kebebasan diri
b. Lebih selektif dalam mencari teman sebaya
c. Mempunyai citra jasmani dirinya
d. Dapat mewujudkan rasa cinta
e.Mampu berpikir abstrak.
Perubahan fisik pada masa remaja
Terjadi pertumbuhan fisik yang cepat pada remaja, termasuk pertumbuhan organ-organ
reproduksi (organ seksual) untuk mencapai kematangan, sehingga mampu melangsungkan
fungsi reproduksi. Perubahan ini ditandai dengan munculnya tanda-tanda sebagai berikut :
1. Tanda-tanda seks primer, yaitu yang berhubungan langsung dengan organ seks :

5
a. Terjadinya haid pada remaja puteri (menarche)
b. Terjadinya mimpi basah pada remaja laki-laki
2. Tanda-tanda seks sekunder
a. remaja laki-laki terjadi perubahan suara, tumbuhnya jakun, penis dan buah zakar
bertambah besar, terjadinya ereksi dan ejakulasi, dada lebih lebar, badan berotot,
tumbuhnya kumis, cambang dan rambut disekitar kemaluan dan ketiak
b. remaja puteri ; pinggul melebar,tumbuhnya rambut di ketiak dan sekitar kemaluan.

Perubahan kejiwaan pada masa remaja


Proses perubahan kejiwaan berlangsung lebih lambat dibandingkan perubahan fisik, yang
meliputi :
1. Perubahan emosi, sehingga remaja menjadi :
a. Sensitive (mudah menangis, cemas, frustasi dan tertawa)
b. Agresif dan mudah bereaksi terhadap rangsangan luar yang berpengaruh, sehingga
misalnya mudah berkelahi
1. Perkembangan intelegensia, sehingga remaja menjadi :
a. Mampu berpikir abstrak, senang memberikan kritik
b. Ingin mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul perilaku ingin mencoba-coba.

Perilaku ingin mencoba hal-hal yang baru ini jika didorong oleh rangsangan seksual dapat
membawa remaja masuk pada hubungan seks pranikah dengan segala akibatnya, antara lain
akibat kematangan organ seks maka dapat terjadi kehamilan remaja puteri di luar nikah,
upaya abortus, dan penularan penyakit kelamin, termasuk HIV/AIDS. Perilaku ingin
mencoba-coba juga dapat mengakibatkan remaja mengalami ketergantungan NAPZA
(narkotik, psikotropik, dan zat adiktif lainnya, termasuk rokok dan alkohol)

Pengaruh buruk akibat terjadinya hubungan seks pranikah bagi remaja


Penelitian PKBI pada tahun 1994 di tiga propinsi menunjukkan bahwa 18,2% dari remaja
yang diteliti telah aktif secara seksual sejak rentang usia 15 – 18 tahun. Dari angka tersebut
hanya 19% diantaranya yang memiliki satu pasangan, sedangkan sisanya melakukan
hubungan seksual dengan lebih dari satu orang. Sedangkan dari remaja yang tidak aktif
secara seksual, 47% diantaranya sering melakukan masturbasi dan 20% lainnya melakukan
pacaran dengan petting

6
Kematangan organ seks dapat berpengaruh buruk bila remaja tak mampu mengendalikan
ragsangan seksualnya, sehingga tergoda untuk melakukan hubungan seks pranikah. Hal ini
akan menimbulkan akibat yang dapat dirasakan bukan saja oleh pasangan, khususnya remaja
puteri, tetapi juga orang tua, keluarga, bahkan masyarakat.
Akibat hubungan seks pranikah :
1. Bagi remaja :
a. Remaja pria menjadi tidak perjaka, dan remaja wanita tidak perawan
b. Menambah risiko tertular penyakit menular seksual (PMS), seperti : gonore (GO),
sifilis, herpes simpleks (genitalis), clamidia, kondiloma akuminata, HIV/AIDS
c. Remaja puteri terancam kehamilan yang tidak diinginkan, pengguguran kandungan
yang tidak aman, infeksi organ-organ reproduksi, anemia, kemandulan dan
kematian karena perdarahan atau keracunan kehamilan
d. Trauma kejiwaan (depresi, rendah diri, rasa berdosa, hilang harapan masa depan)
e. Kemungkinan hilangnya kesempatan unutk melanjutkan pendidikan dan
kesempatan bekerja
f. Melahirkan bayi yang kurang atau tidak sehat
2. Bagi keluarga :
a. Menimbulkan aib keluarga
b. Menambah beban ekonomi keluarga
c. Pengaruh kejiwaan bagi anak yang dilahirkan akibat tekanan masyarakat di
lingkungannya (ejekan)
3. Bagi masyarakat :
1. Meningkatnya remaja putus sekolah, sehingga kualitas masyarakat menurun
2. Meningkatnya angka kematian ibu dan bayi
3. Menambah beban ekonomi, sehingga derajat kesejahteraan masyarakat menurun

4. Menambah beban ekonomi, sehingga derajat kesejahteraan masyarakat menurun

Kaitan antara kesehatan remaja dan kesehatan reproduksi remaja


Kesehatan reproduksi remaja sulit dipisahkan dari kesehatan remaja secara keseluruhan,
karena gangguan kesehatan remaja akan menimbulkan gangguan pula pada sistem
reproduksi.
Berikut adalah beberapa keadaan yang berpengaruh buruk terhadap kesehatan remaja

7
termasuk kesehatan reproduksi remaja :
1. Masalah gizi, yang meliputi antara lain :
a. Anemia dan kurang energi kronis
b. Pertumbuhan yang terhambat pada remaja puteri, sehingga mengakibatkan panggul
sempit dan risiko untuk melahirkan bayi berta lahir rendah di kemudian hari
2.Masalah pendidikan, yang meliputi antara lain :
a.Buta huruf, yang mengakibatkan remaja tidak mempunyai akses terhadap informasi
yang dibutuhkannya, serta mungkin kurang mampu mengambil keputusan yang terbaik
unutk kesehatan dirinya
b. Pendidikan rendah dapat mengakibatkan remaja kurang mampu memenuhi kebutuhan
fisik dasar ketika berkeluarga, dan hal ini akan berpengaruh buruk terhadap derajat
kesehatan diri dan keluarganya
3. Masalah lingkungan dan pekerjaan, yang meliputi antara lain :
a. Lingkungan dan suasana kerja yang kurang memperhatikan kesehatan remaja yang
bekerja akan mengganggu kesehatan remaja
b. Lingkungan social yang kurang sehat dapat menghambat, bahkan merusak
kesehatan fisik, mental dan emosional remaja
4. Masalah seks dan seksualitas, yang meliputi antara lain :
a. Pengetahuan yang tidak lengkap dan tidak tepat tentang masalah seksualitas,
misalnya mitos yang tak benar
b. Kurangnya bimbingan unutk bersikap positifdalam hal yang berkaitan dengan
seksualitas
c. Penyalahgunaan dan ketergsntungan napza, yag mengarah kepada penularan
HIV/AIDS melalui jarum suntik dan melalui hubungan seks bebas. Masalah ini
semakin mengkhawatirkan dewasa ini
d. Penyalahgunaan seksual
e. Kehamilan remaja
f. Kehamilan pranikah/di luar ikatan pernikahan

5. Masalah kesehatan reproduksi remaja:


a. Ketidakmatangan secara fisik dan mental
b. Risiko komplikasi dan kematian ibu dan bayi lebih besar
c. Kehilangan kesempatan untuk pengembangan diri remaja
d. Risiko bertambah untuk melakukan aborsi yang tidak aman

8
Selain karena faktor perkembangan remaja sendiri, agaknya globalisasi di bidang
informasi yang dalam hal ini dapat diakses sampai ke pelosok desa melalui media cetak
maupun perangkat elektronik sangat besar pengaruhnya dalam mempengaruhi terbentuknya
nilai-nilai baru bagi remaja baik di desa maupun di kota. Sementara itu upaya untuk
memberikan informasi yang tepat dan bertanggung jawab tentang masalah seksual ini masih
sangat kurang, hal ini terbukti dari berbagai penelitian bahwa pengetahuan remaja tentang
kesehatan reproduksi masih sangat rendah.

Pembinaan kesehatan reproduksi remaja


Pembinaan kesehatan reproduksi remaja bertujuan untuk memberikan informasi dan
pengetahuan yang berhubungan dengan perilkau hidup sehat bagi remaja, di sampaing
mengatasi masalah yang ada. Dengan pengetahuan yang memadai dan adanya motivasi
untuk menjalani masa remaja secara sehat, para remaja diharapkan mampu memelihara
kesehatan dirinya agar dapat memasuki masa kehidupan berkeluarga dengan reproduksi
yang sehat.
Pembekalan pengetahuan yang diperlukan remaja meliputi :

1. Perkembangan fisik, kejiwaan dan kematangan seksual remaja


Pembekalan pengetahuan tentang perubahan yang terjadi secara fisik, kejiwaan dan
kematangan seksual akan memudahkan remaja untuk memahami serta mengatasi
berbagai keadaan yang membingungkanya. Informasi tentang haid dan mimpi basah,
serta tentang alat reproduksi remaja laki-laki dan perempuan perlu diperoleh setiap
remaja
2. Proses reproduksi yang bertanggung jawab
Manusia secara biologis mempunyai kebutuhan seksual. Remaja perlu mengendalikan
naluri seksualnya dan menyalurkanya menjadi kegiatan yang positif, seperti olah raga
dan mengembangkan hobi yang membangun. Penyaluran yang berupa hubungan seksual
dilakukan setelah berkeluarga, untuk melanjutkan keturunan.
3. Pergaulan yang sehat antara remaja laki-laki dan perempuan,
serta kewaspadaan terhadap masalah remaja yang banyak ditemukan. Remaja
memerlukan informasi tersebut agar selalu waspada dan berperilaku reproduksi sehat
dalam bergaul dengan lawan jenisnya. Di samping itu remaja memerlukan pembekalan
tentang kiat-kiat unutk mempertahankan diri secara fisik maupun psikis dan mental
dalam menghadapi berbagai godaan, seperti ajakan untuk melakukan hubungan seksual
dan penggunaan napza.
4. Persiapan pranikah
Informasi tentang hal ini diperlukan agar calon pengantin lebih siap secara mental dan
emosional dalam memasuki kehidupan berkeluarga
5. Kehamilan dan persalinan, serta cara pencegahannya

Remaja perlu mendapat informasi tentang hal ini, sebagai persiapan bagi remaja pria dan
wanita dalam memasuki kehidupan berkeluarga di masa depan.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Masa remaja merupakan masa transisi yang unik dan ditandai oleh berbagai perubahan
fisik, emosi, psikis. Dan merupakan masa yang khusus dan penting, karena merupakan
periode pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa pubertas.
2. ada beberapa permasalahan yang dihadapi oleh remaja pada area kesehatan reproduksi.
Permasalahan tersebut adalah rendahnya pengetahuan, akses layanan yang terbatas dan
terbatasnya jenis layanan
3. Perubahan fisik remaja ditandai dengan percepatan pertumbuhan dan kematangan
biologis juga disertai dengan perkembangan psikologis dan sosial. Pada aspek kehidupan
sosial remaja terdapat fenomena yang sangat penting yaitu munculnya dua macam
‘gerak’ yaitu menjauhi orang tua dan mendekati teman sebaya. Serta mulai tumbuhnya
ketertarikan pada lawan jenisnya serta meningkatnya dorongan seksual yang sulit untuk
mereka pahami.

4. Kematangan organ seks dapat berpengaruh buruk bila remaja tak mampu mengendalikan
ragsangan seksualnya, sehingga tergoda untuk melakukan hubungan seks pranikah. Hal
ini akan menimbulkan akibat yang dapat dirasakan bukan saja oleh pasangan, khususnya
remaja puteri, tetapi juga orang tua, keluarga, bahkan masyarakat.
5. Pembinaan kesehatan reproduksi remaja bertujuan untuk memberikan informasi dan
pengetahuan yang berhubungan dengan perilkau hidup sehat bagi remaja, di sampaing
mengatasi masalah yang ada. Dengan pengetahuan yang memadai dan adanya motivasi
untuk menjalani masa remaja secara sehat, para remaja diharapkan mampu memelihara
kesehatan dirinya agar dapat memasuki masa kehidupan berkeluarga dengan reproduksi
yang sehat.

10

Anda mungkin juga menyukai