Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Usia remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Masa
remaja merupakan masa terjadinya tahap perkembangan yang paling pesat,
dibandingkan dengan tahap perkembangan lainnya.1 Pada tahap perkembangan ini
ditandai dengan adanya perubahan karakteristik seks primer dan sekunder. Karakteristik
seks primer seperti terjadi proses kematangan organ-organ reproduksi, sedangkan
karakteristik seks sekunder ditandai dengan tumbuhnya bulu rambut pada kemaluan,
payudara membesar dan menarche (menstruasi pertama) pada perempuan serta

perubahan suara menjadi besar pada laki-laki.


Seks bebas atau dalam bahasa populernya disebut extra-marital intercouse atau
kinky-seks merupakan bentuk pembebasan seks yang dipandang tidak wajar. Tidak saja
oleh agama dan negara, tetapi juga oleh filsafat. Prilaku seks bebas cenderung disukai
oleh anak muda terutama kalangan remaja yang secara bio-psikologis sedang tumbuh
menuju proses pematangan.2
Prilaku seksual yang tidak sehat dikalangan remaja khususnya remaja yang
belum menikah cenderung meningkat. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dessiana
pada tahun 2010 terhadap remaja di perkotaan, menunjukan usia remaja ketika pertama
kali mengadakan hubungan seksual aktif bervariasi antara usia 14 – 23 tahun. 3 Perilaku
seksual pada remaja dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam,
mulai dari perasaan tertarik, berkencan, berpegangan tangan, mencium pipi, berpelukan,
mencium bibir, memegang buah dada di atas baju, memegang buah dada di balik baju,
memegang alat kelamin di atas baju, memegang alat kelamin di bawah baju, dan
melakukan senggama.4
Data Depkes RI tahun 2006, menunjukan jumlah remaja umur 10 – 19 tahun di
Indonesia sekitar 43 juta (19,61 %) dari jumlah penduduk. Sekitar satu juta remaja pria
(5 %) dan 200 ribu remaja wanita (1%) secara terbuka menyatakan bahwa pernah
melakukan hubungan seksual. Penelitian yang dilakukan oleh berbagai institusi di
Indonesia selama kurun waktu 1993 – 2002, menemukan 5 – 10 % wanita dan 18 – 38
% pria muda usia 14 – 24 tahun telah melakukan hubungan seksual pranikah dengan
pasangan yang seusia mereka 3 – 5 kali. 5
Sedangkan menurut hasil survei Badan
1
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), rata-rata dari 100 remaja di
wilayah Jabodetabek, sekitar 54% pernah melakukan hubungan seksual pranikah.
Kejadian seks pranikah di Surabaya mencapai 47%, di Bandung 67 %, Medan 52 % dan
Palembang 58 %. 6
Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 25 tahun 2000, kesehatan reproduksi
remaja merupakan salah satu program pemerintah di dalam sektor pembangunan sosial
budaya. Tujuan program adalah untuk meningkatkan pengetahan, sikap, dan perilaku
remaja dalam kesehatan reproduksi. Lima target utama kebijakan kesehetan reproduksi
remaja yang dimulai pada tahun 2001 antara lain mengurangi jumlah penduduk yang
menikah muda, meningkatan pemahaman mengenai kesehatan reproduksi remaja,
mengurangi angka kehamilan remaja, mengurangi angka kehamilan sebelum menikah
meningkatkan pengetahuan remaja mengenai penyakit menular seksual.7
Data survei kesehatan reproduksi Indonesia, memperlihatkan bahwa hanya 19,2
% remaja yang menyadari peningkatan resiko untuk tertular PMS (Penyakit Menular
Seksual) seperti HIV (Human Immuno Deficiency Virus) bila memiliki pasangan
seksual lebih dari satu. Sekitar 51 % remaja menganggap bahwa yang beresiko terkena
penularan PMS jika hubungan seksual dilakukan dengan pekerja seks komersial (PSK). 8
Berdasarkan penelitian WHO pada tahun 2005 tercatat 448 juta kasus baru infeksi
menular seksual (sifilis, gonorrhea, klamydia, dan trichomonas) yang terjadi pada orang
dewasa berusia 15 – 49 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok umur yang paling
banyak menderita IMS adalah kelompok belia. Remaja merupakan kelompok yang
berisiko untuk terkena IMS, diperkirakan 1 dari setiap 20 remaja tertular IMS dengan
persentase tertinggi terjadi pada usia 15-24 tahun. 9 Berdasarkan dari fakta yang ada
dapat terlihat bahwa kemungkinan kurangnya pengetahuan seks dan informasi yang
kurang tepat tentang seksualitas dapat berdampak pada perilaku seks yang keliru dan
menyimpang dikalangan remaja. Permasalah tersebut menunjukkan bahwa remaja muda
usia 14 – 23 tahun perlu mendapatkan perhatian untuk memperoleh informasi dan
pemahaman yang benar tentang seks, agar terhindar dari prilaku seks bebas yang dapat
menimbulkan dampak seperti kehamilan di luar nikah, aborsi, PMS, HIV dan AIDS.
Berdasarkan dari fakta yang ada dapat terlihat bahwa kecenderungan remaja
untuk melakukan berbagai tindakan yang membahayakan kesehatan mereka sendiri
semakin meningkat, namun di sisi lain ternyata pengetahuan para remaja itu sendiri
mengenai aspek kesehatan reproduksi masih sangat rendah, sehingga remaja perlu untuk
diberikan pendidikan mengenai kesehatan reproduksi. Pendidikan reproduksi yang

2
dimaksud adalah memberikan informasi kepada remaja sehingga para remaja tahu
bagaimana cara menghindari terjadinya hubungan seksual sebelum waktunya dan
membentuk remaja yang mempunyai sikap dan perilaku seksual yang sehat dan
bertanggung jawab.8 Pada umumnya, anak remaja terdapat pada kelompok siswa SMP
dimana pada masa ini terjadi peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa.
Berbagai masalah kesehatan reproduksi dapat terjadi pada anak SMP, karena pada saat
ini mereka dianggap memiliki fisik yang sudah matang namun kejiwaan mereka belum
begitu matang. Puskesmas Kota Agung adalah salah satu puskesmas rawat inap yang
terletak di kabupaten lahat yang wilayah kerjanya mencakup 5 SMP antara lain SMP
Negeri 1 Desa Kota Agung, SMP Negeri 4 Kota Agung, SMP Negeri 2 Desa Kebun Jati
Kota Agumg, SMP Negeri 3 Desa Tunggul Bute Kota Agung, dan MTs Negeri Desa
Sukaraja Kota Agung. Berdasarkan data temuan Puskesmas Kota Agung dari bulan
Januari hingga Mei, didapatkan empat kasus kehamilan di bawah umur akibat seks
bebas yang beberapa diantaranya dialami oleh siswa SMP umumnya yang masih duduk
di kelas VIII atau IX. Tingginya kasus seks bebas ini dianggap akibat kurangnya
pengetahuan mereka akan kesehatan reproduksi. Oleh karena itu, peneliti merasa
tertarik untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa SMP di Kota Agung
mengenai kesehatan reproduksi.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja dan
bahaya seks bebas pada remaja kelas VIII dan IX SMP di Kecamatan Kota Agung,
Lahat ?

1.3 Tujuan Penelitian


Penelitian dilakukan untuk mengetahui gambarang tingkat pengetahuan tentang
kesehatan reproduksi remaja dan bahaya seks bebas pada remaja kelas VIII dan IX SMP
di Kecamatan Kota Agung, Lahat.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Responden
Menambah pengetahuan responden mengenai kesehatan reproduksi remaja serta
bahaya yang dapat ditimbulkan akibat penyimpangan hubungan seksual.

3
1.4.2 Bagi Puskesmas Kota Agung
Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan dalam
memberikan informasi tentang pengetahuan remaja mengenal kesehatan reproduksi
sehingga dapat dijadikan untuk peningkatan program Unit Kesehatan Sekolah (UKS)
dan program Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) di Puskesmas.
1.4.3 Bagi Pemerintah Kecamatan Kota Agung
Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat sebagai suatu masukan dalam
program kerja pemerintah demi terciptanya masyarakat yang sehat.

1.4.4 Bagi Dokter Internship


Sebagai proses pembelajaran dan menambah pengalaman dalam melakukan
sebuah penelitian serta meningkatkan pengetahuan peneliti sehubungan dengan
kesehatan reproduksi dan seks bebas.

4
BAB II
TINJAUN PUSTAKA

2.1 Kesehatan Reproduksi


Kesehatan reproduksi secara umum didefinisikan sebagai kondisi sehat dari
sistem fungsi dan proses alat reproduksi yang kita miliki. Pengertian sehat tersebut tidak
semata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental
dan sosiokultural.5
Kesehatan reproduksi adalah ilmu yang mempelajari alat dan fungsi reproduksi,
baik pada laki-laki maupun perempuan, yang merupakan bagian integral dari sistem
tubuh manusia lainnya serta hubungannya secara timbal balik dengan lingkungannya.6
Kesehatan reproduksi adalah suatu kondisi yang sempurna dari fisik, mental dan
keadaan sosial (tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan/ kecacatan) dalam
setiap persoalan yang berhubungan dengan sistem, fungsi serta proses reproduksi.
Konsep dan definisi lainnya yang juga disepakati dan berkaitan dengan kesehatan
reproduksi, yaitu kesehatan seksual, hak seksual, dan hak reproduksi.7

2.1.1 Kesehatan Reproduksi Remaja


Kesehatan reproduksi remaja secara umum didefinisikan sebagai kondisi sehat
dan sistem, fungsi, dan proses alat reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Remaja perlu
memahami tentang kesehatan reproduksi, khususnya kesehatan reproduksi remaja,
karena keputusan-keputusan yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi mempunyai
konsekuensi atau akibat jangka panjang dalam perkembangan dan kehidupan sosial
remaja.5
Pendidikan seksual adalah suatu kegiatan pendidikan yang berusaha untuk
memberikan pengetahuan agar remaja dapat mengubah perilaku seksualnya ke arah
yang lebih bertanggung jawab.8
Pendidikan seksual merupakan cara pengajaran atau pendidikan yang dapat
menolong muda-mudi untuk menghadapi masalah hidup yang bersumber pada dorongan
seksual. Dengan demikian pendidikan seksual ini bermaksud untuk menerangkan segala
hal yang berhubungan dengan seks dan seksualitas dalam bentuk yang wajar.9

5
2.2 Remaja
Remaja adalah individu baik perempuan, maupun laki-laki yang berada pada
masa / usia antara anak-anak dan dewasa. United Nations menyebut remaja bagi mereka
yang berusia 15-24 tahun.5 Di Indonesia, batasan remaja mendekati batasan PBB
tentang pemuda kurun usia 14-24 tahun yang dikemukakan dalam Sensus Penduduk.8
Masa remaja adalah merupakan masa peralihan baik secara fisik, psikis maupun
sosial dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Remaja adalah asset sumber daya
manusia yang merupakan tulang punggung penerus generasi di masa mendatang. Bila
dilihat dari komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin, jumlah
remaja menempati posisi yang lebih besar dibanding dengan komposisi umur lainnya.
Besarnya jumlah penduduk usia remaja ini adalah merupakan peluang dan bukan
menjadi masalah bagi pemerintah.
J.J. Rosseau membagi perkembangan jiwa manusia menurut perkembangan
perasaan dan membaginya dalam 4 tahap, yaitu :8
1. Umur 0-4 atau 5 tahun : masa kanak-kanak (infancy).
2. Umur 5-12 tahun : masa bandel (savage stage).
3. Umur 12-15 tahun : bangkitnya akal (rasio), nalar (reason) dan kesadaran
(self consciousness).
4. Umur 15-20 tahun : masa kesempurnaan remaja (adolescence proper) dan
merupakan puncak perkembangan emosi.

2.2.1 Tumbuh Kembang Remaja


Individu pada masa remaja akan mengalami situasi pubertas, dimana ia akan
mengalami perubahan yang mencolok secara fisik maupun secara emosional/ psikologis
dibandingkan dengan masa sebelumnya, yaitu masa kanak-kanak.9

2.2.1.1 Perkembangan Fisik (Biologik) Remaja


Pada masa remaja, seseorang mengalami pertumbuhan fisik yang lebih cepat
dibandingkan dengan masa sebelumnya. Hal ini terlihat pada organ seksualnya, dimana
biologik sampai pada kesiapan untuk melanjutkan keturunan.
Pada wanita, ciri sekunder individu dewasa terjadi karena beberapa jenis
hormon/ zat dalam tubuh, terutama estrogen dan progesteron, mulai berperan aktif
sehingga mulai tumbuh payudara, pinggul mulai melebar dan membesar. Disamping itu,
akan mulai tumbuh rambut halus di sekitar ketiak dan vagina/ kemaluan, dan perubahan

6
lainnya seperti, kulit dan rambut mulai berminyak, keringat bertambah banyak, lengan
dan tungkai kaki bertambah panjang, tulang-tulang wajah mulai memanjang dan
membesar, dan lainnya.5 Pada wanita, kedua indung telur (ovarium) akan menghasilkan
sel telur (ovum). Hormon kelamin wanita mempersiapkan rahim (uterus) untuk
menerima hasil konsepsi bila sel telur dibuahi oleh sperma, juga mempersiapkan vagina
sebagai penerima penis saat bersenggama. Sejak saat ini wanita akan mengalami ovulasi
dan menstruasi. Ovulasi adalah proses keluarnya ovum dari ovarium, dan jika tidak
dibuahi, maka ovum akan mati dan terjadilah menstruasi. Menstruasi adalah peristiwa
alamiah keluarnya darah dari vagina yang berasal dari uterus akibat lepasnya
endometrium sebagai akibat dari ovum yang tidak dibuahi.9
Sama halnya dengan perempuan, ciri seks sekunder pada laki-laki terutama akan
disebabkan oleh hormon testosterone yang menyebabkan tumbuhnya rambut di sekitar
ketiak dan kemaluan, tumbuh jenggot dan kumis, terjadi perubahan suara menjadi berat,
tubuh bertambah berat dan tinggi, keringat bertambah banyak, kulit dan rambut mulai
berminyak, lengan dan tungkai kaki bertambah panjang, pundak dan dada bertambah
besar dan bidang, tumbuh jakun, penis dan buah zakar membesar, dan lainnya. 5 Pada
pria, sejak usia ini testis akan menghasilkan sperma yang tersimpan dalam skrotum.
Kelenjar testis akan menghasilkan sperma, dan penis dapat digunakan untuk
bersenggama dalam perkawinan. Seorang pria dapat menghasilkan puluhan sampai
jutaan sperma sekali ejakulasi dan mengalami mimpi basah, dimana sperma keluar
dengan sendirinya secara alamiah.9
Perubahan fisik baik pada remaja perempuan maupun pada remaja laki-laki akan
berhenti pada usia sekitar 20 tahun, yang berakibat tubuh tidak akan bertambah tinggi
lagi, payudara tidak akan membesar lagi, dan pinggul tidak akan bertambah lebar.5

2.2.1.2 Perkembangan Psikososial Remaja


Kesadaran akan bentuk fisik yang bukan lagi anak-anak akan menjadikan remaja
sadar meninggalkan tingkah laku anak-anaknya dan mengikuti norma, serta aturan yang
berlaku.9 Perubahan psikologis terjadi disebabkan oleh adanya perubahan-perubahan
kebutuhan, konflik nilai antara keluarga dan dunia luar, serta terjadinya perubahan fisik.
Perubahan psikologis yang dimaksud seperti remaja menjadi sangat sensitif, sering
bersikap irasional, mudah tersinggung, bahkan stress.10 Menurut Havigrust aspek
psikologis yang menyertai masa remaja adalah9 :

7
1. Menerima kenyataan (realitas) jasmani.
2. Mencapai hubungan sosial yang lebih matang dengan teman-teman sebaya.
3. Menjalankan peran-peran sosial menurut jenis kelamin sesuaikan dengan
norma.
4. Mencapai kebebasan emosional (tidak tergantung) pada orang tua atau
orang dewasa lain.
5. Mengembangkan kecakapan intelektual serta konsep untuk bermasyarakat.
6. Memilih dan mempersiapkan diri untuk suatu pekerjaan atau jabatan.
7. Mencapai kebebasan ekonomi, merasa mampu hidup dengan nafkah sendiri.
8. Mempersiapkan diri untuk melakukan perkawinan.

2.3 Perilaku Seksual Remaja


Menjadi remaja berarti menjalani proses berat yang membutuhkan banyak
penyesuaian dan menimbulkan kecemasan. Lonjakan pertumbuhan badani dan
pematangan organ-organ reproduksi adalah salah satu masalah besar yang mereka
hadapi. Perasaan seksual yang menguat tak bisa tidak dialami oleh setiap remaja
meskipun kadarnya berbeda satu dengan yang lain, begitu juga kemampuan untuk
mengendalikannya. Ketika mereka harus berjuang mengenali sisi-sisi diri yang
mengalami perubahan fisik, psikis, dan social akibat pubertas, masyarakat justru
berupaya keras menyembunyikan segala hal tentang seks. Tidak tersedianya informasi
yang akurat dan benar tentang kesehatan reproduksi memaksa remaja mencari akses dan
melakukan eksplorasi sendiri. 11
Perilaku remaja yang tidak sehat akan menimbulkan beberapa manifestasi
khususnya di kalangan remaja sendiri, diantaranya : 9
1. Dampak kehamilan yang tidak diinginkan pada remaja putri baik terhadap
kesehatan.
2. Pengguguran kandungan, terutama yang dilakukan secara tidak aman.
3. Dampak sosial ekonomi dari kehamilan yang tidak diinginkan.
4. Masalah penyakit menular seksual.
5. Dampak sosial dan ekonomi dari penyakit menular seksual.

8
2.3.1 Kehamilan Yang Tidak Diinginkan (KTD) Pada Remaja
Kehamilan yang Tidak Diinginkan (KTD) adalah suatu kehamilan yang oleh
karena suatu sebab maka keberadaannya tidak diinginkan atau diharapkan oleh salah
satu atau kedua calon orang tua bayi tersebut.

2.3.1.1 Penyebab KTD pada Remaja


Penyebab KTD pada remaja antara lain : 5
1. Karena kurangnya pengetahuan yang lengkap dan benar mengenai proses
terjadinya kehamilan, dan metode pencegahan kehamilan. Kehamilan ini akan
semakin memberatkan remaja perempuan jika pasangannya tidak
bertanggung jawab atas kehamilan yang terjadi.
2. Kehamilan Tidak Diinginkan dapat terjadi akibat tindakan perkosaan. Dalam
hal ini meskipun remaja putri memiliki pengetahuan yang cukup, tetapi ia
tidak bisa menghindarkan diri dari tindakan seksual yang dipaksakan
terhadapnya
3. Kehamilan Tidak Diinginkan bisa terjadi pada remaja yang telah menikah dan
telah menggunakan cara pencegahan kehamilan, namun tidak berhasil.

2.3.1.2 Dampak Kehamilan Remaja


Dampak sosial
Kehamilan yang terjadi pada remaja memberi dampak yang berat pada remaja.
Dikucilkan, diberhentikan dari pekerjaan, dan menjadi bahan pembicaraan yang tidak
enak dalam masyarakat harus selalu diterima olehnya. Kemungkinan untuk diusir dari
keluarga karena keluarga tidak tahan menahan aib yang harus diterima akibat
perbuatannya juga harus diterima olehnya. Satu cara lain yang harus dihadapi oleh
remaja itu sendiri untuk menutupi semua adalah perkawinan. Meskipun hal itu terpaksa
dilakukannya namun ia tidak memiliki pilihan lain untuk menyelamatkan nama baik
keluarga.11
Dampak Medis
Dampak medis yang terjadi pada kehamilan remaja adalah persalinan premature,
berat badan lahir rendah (BBLR) dan kelainan bawaan akibat kekurangan berbagai zat
yang diperlukan saat pertumbuhan. Keadaan gizi yang buruk, tingkat sosial ekonomi
yang rendah, dan stress juga dapat memudahkan terjadi infeksi saat hamil, terlebih pada

9
kala nifas. Keadaan lain yang dapat terjadi adalah anemia kehamilan, keracunan
kehamilan, dan kematian ibu yang tinggi akibat menggugurkan kehamilan.12

2.3.2 Aborsi Pada Remaja


Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil kehamilan sebelum
janin dapat hidup di luar kandungan. Abortus yang tidak aman (unsafe abortion) adalah
abortus yang dilakukan oleh orang yang tidak terlatih/kompeten sehingga menimbulkan
banyak komplikasi bahkan kematian.
Melahirkan mengandung resiko bagi semua perempuan, apalagi bila remaja
perempuan memutuskan untuk mengakhiri kehamilan yang tidak dikehendaki. Karena
hal ini tidak dibenarkan oleh hukum di Indonesia, pada umumnya mereka mencari
orang yang dapat melakukan pengguguran kandungan, seringkali oleh mereka yang
tidak ahli dan bekerja dengan kondisi yang tidak memenuhi persyaratan medis.12
Sebagian remaja mengakhiri kehamilan yang tidak diinginkan dengan cara-cara
yang tidak aman, malah berbahaya bagi kesehatannya sendiri, misalnya :
1. Meminum ramuan atau jamu baik yang dibuat sendiri maupun yang dibeli.
2. Memijat peranakannya atau dengan mencoba mengeluarkan janin dengan lat-alat
yang membahayakan dengan bantuan dukun pijat.
3. Meminum obat-obatan yang diberikan oleh dokter atau bidan.
Cara tersebut dapat mengakibatkan perdarahan, infeksi, hingga kematian calon
ibu. Jika dengan cara-cara tersebut kehamilan tidak berhasil diakhiri, kemungkinan
janin mengalami kecacatan mental maupun fisik dalam masa pertumbuhannya. Di
samping itu, aborsi juga berdampak pada kondisi psikologis. Perasaan bersalah
seringkali menghantui pasangan khususnya wanita setelah mereka melakukan aborsi
ini.5

2.3.3 Infeksi Menular Seksual


Infeksi menular seksual adalah infeksi yang ditularkan melalui hubungan
seksual yang lebih berisiko bila hubungan seksual dilakukan dengan berganti-ganti
pasangan, baik melalui vagina, oral, maupun anal.12
Infeksi menular seksual menyebabkan infeksi alat reproduksi yang harus
dianggap serius. Bila tidak diobati secara tepat, infeksi dapat menjalar dan
menyebabkan penderitaan, sakit berkepanjangan, kemandulan, dan kematian.

10
Oleh karena bentuk dan letak alat kelamin yang menonjol, pada laki-laki gejala
penyakit menular seksual lebih mudah dikenali, dilihat, dan dirasakan, sedangkan pada
perempuan sebagian besar tanpa gejala, sehingga sering kali tidak disadari.
Gejala IMS pada laki-laki diantaranya adalah bintil-bintil berisi cairan, lecet,
atau borok pada penis/alat kelamin; luka tidak sakit, keras, dan berwarna merah pada
alat kelamin; adanya kutil atau tumbuh daging seperti jengger ayam; rasa gatal yang
hebat sepanjang alat kelamin; rasa sakit yang hebat saat buang air kecil; kencing nanah
atau darah yang berbau busuk; bengkak panas dan nyeri pada pangkal paha. Sedangkan
gejala IMS pada perempuan antara lain rasa sakit atau nyeri pada saat kencing atau
berhubungan seksual; rasa nyeri pada perut bagian bawah; pengeluaran lendir pada
vagina; keputihan berwarna putih susu, bergumpal, dan disertai rasa gatal dan
kemerahan pada alat kelamin atau sekitarnya; keputihan yang berbusa, kehijauan,
berbau busuk, dan gatal; timbul bercak-bercak darah setelah berhubungan seksual;
bintil-bintil berisi cairan, lecet, atau borok pada alat.
Beberapa pencegahan terjadinya infeksi menular seksual adalah dengan tidak
melakukan hubungan seksual sebelum menikah, kemudian menghindari hubungan
seksual yang tidak aman atau berisiko, selalu menggunakan kondom untuk mencegah
penularan penyakit menular seksual, serta selalu menjaga kebersihan alat kelamin.5

2.4 Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra
manusia, yakni indra penglihatan, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan
domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang.
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Hasil penelitian Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2005),
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di
dalam diri orang tersebut menjadi proses yang berurutan yakni :
1. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui
terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
2. Interest, dimana orang merasa tertarik terhadap stimulus atau objek tersebut. Di
sini sikap subjek sudah mulai timbul.

11
3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut
bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang
dikehendaki oleh stimulus.
5. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Pengetahuan seseorang individu terhadap sesuatu dapat berubah dan


berkembang sesuai kemampuan, kebutuhan, pengalaman, dan tinggi rendahnya
mobilitas materi informasi tentang sesuatu di lingkungannya. Pengetahuan yang
dicakup dalam daerah kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu :13
1. Tahu (know) adalah mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain dengan
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan.
2. Memahami (comprehension) adalah kemampuan untuk memahami secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
secara benar.
3. Aplikasi (application) adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.
4. Analisis (analysis) adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke
dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi
tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lainnya.
5. Sintesis (synthesis) adalah kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6. Evaluasi (evaluation) adalah kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau obyek.

2.4.1 Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja


Pengetahuan remaja terhadap reproduksi sehat sangat tergantung pada informasi
yang diterima baik dari penyuluhan maupun dari media massa serta kemampuan untuk
menyerap dan menginterpretasikan informasi tersebut.6
Pendidikan seksualitas adalah suatu kegiatan pendidikan yang berusaha untuk
memberikan pengetahuan agar remaja dapat mengubah perilaku seksualnya kearah yang
lebih bertanggung jawab. Sekolah sebagai institusi formal yang merupakan tempat

12
sebagian besar kelompok remaja adalah wadah yang tepat untuk memberikan
pengetahuan kepada remaja tentang kesehatan reproduksi atau perilaku seksual yang
sehat dan aman melalui pendidikan yang dimasukkan dalam kurikulum.12
Pada dasarnya, tujuan pendidikan kesehatan reproduksi remaja adalah untuk
membekali para remaja dalam menghadapi gejolak biologisnya agar mereka tidak
melakukan hubungan seks sebelum menikah karena mengetahui risiko yang dapat
mereka hadapi. Seandainya mereka tetap melakukannya juga (tidak semua orang dapat
dicegah untuk melakukannya), mereka dapat mencegah risiko buruk yang dapat terjadi.
Jika risiko terjadi juga, mereka akan menghadapinya secara bertanggung jawab.13

13
2.5. Kerangka Konsep Penelitian

Tingkat Pengetahuan Kesehatan


Remaja SMP di Reproduksi dan
Kecamatan Kota Bahaya Seks Bebas
Agung

Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep di atas akan diteliti gambarang tingkat


pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja dan bahaya seks bebas pada remaja
kelas VIII dan IX SMP di Kecamatan Kota Agung, Lahat.

BAB III
14
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian


Penelitian yang akan dilakukan ini merupakan penelitian dengan jenis studi
deskriptif, yaitu untuk mengetahui gambarang tingkat pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi remaja dan bahaya seks bebas pada remaja kelas VIII dan IX SMP di
Kecamatan Kota Agung, Lahat.

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini akan dilakukan di SMP yang terletak di Kecamatan Kota Agung,
Kabupaten Lahat. Pemilihan tempat dilakukan secara purposive, yaitu ditentukan
sendiri oleh peneliti. Penelitian ini akan dilaksanakan pada Maret 2017.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian


3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh murid kelas VIII dan XI SMP di
Kecamatan Kota Agung, Kabupaten Lahat. Untuk data ordinal, teknik penarikan sampel
akan dilakukan secaraa probability sampling, yaitu simpel random sampling, dimana
responden yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sampel yang diinginkan
peneliti berkesempatan menjadi sampel penelitian hingga terpenuhinya jumlah sampel
yang telah ditentukan peneliti.

1. Kriteria inklusi :
1.1 Bersedia menjadi responden
1.2 Siswa/i SMP kelas VIII dan IX di Kecamatan Kota Agung, Lahat

2. Kriteria eksklusi
2.1. Siswa/i SMP kelas VII di Kecamatan Kota Agung, Lahat
2.2. Siswa/i yang berumur > 17 tahun

15
3.3.2. Sampel Penelitian
Besar sampel minimal akan dihitung dengan menggunakan rumus Slovin :

n = N
N. d² + 1
Keterangan :
N = Populasi
n = Besar sampel yang diinginkan
d = Kesalahan (absolute) yang dapat ditolerir

Dari persamaan di atas dapat ditentukan jumlah sampel sebagai berikut:

n = 415
415. 0,1² + 1

Maka besar n (sampel) dibulatkan menjadi 80 siswa

3.4. Teknik pengumpulan data


Pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Data primer yang diperoleh langsung dari responden berdasarkan kuesioner
yang ada.
2. Data sekunder yang diperoleh dari Puskesmas Kota Agung mengenai
jumlah SMP di Kecamatan Kota Agung.

Peneliti melakukan pendekatan kepada calon responden dan menjelaskan tujuan


dan prosedur penelitian. Peneliti menanyakan kesediaan responden untuk menjadi
subjek dalam penelitian. Setelah itu peneliti membagikan kuesioner pada responden dan
menunggu sampai responden selesai mengisi kuesioner (kira-kira kurang dari 10 menit).
Lalu peneliti mengecek kelengkapan kuesioner yang diberikan apakah sudah diisi
dengan lengkap oleh responden. Bila semua data yang dibutuhkan peneliti telah
dikumpulkan, selanjutnya peneliti akan menganalisa data.

16
3.5. Uji Validitas dan Reabilitas
Kuesioner yang akan diberikan kepada responden akan melewati uji validasi dan
uji realibilitas terlebih dahulu. Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat
ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Dalam uji validitas peneliti akan
menggunakan teknik korelasi Product moment yang rumusnya sebagai berikut :

N (Σ X Y) - (Σ X Σ Y)a
R=
√ { N Σ X2 – (Σ X)2 } {N Σ Y 2 - (Σ Y) 2 }

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat
dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauhmana hasil
pengukuran tersebut tetap konsisten jika dilakukan pengukuran dua kali atau lebih
terhadap gejala yang sama. Menggunakan uji Cronbach (Cronbach Alpha) dengan
rumus sebagai berikut :

α =k . r − ¿ ¿
1+ ( k −1 ) . R−¿ ¿

3.6. Pengolahan dan Analisa data


Setelah semua data terkumpul maka dilakukan analisa data melalui beberapa
tahapan, antara lain tahap pertama editing yaitu mengecek nama dan kelengkapan
identitas maupun data responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi
sesuai petunjuk, tahap kedua coding yaitu memberi kode atau angka tertentu pada
kuisioner untuk mempermudah waktu mengadakan tabulasi dan analisa, tahap ketiga
processing yaitu memasukkan data dari kuisioner untuk dilakukan penghitungan
frekuensi data, tahap keempat adalah melakukan cleaning yaitu mengecek kembali data
yang telah di entry untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak. Data akan disajikan
dalam bentuk tabel.

3.7. Alat Ukur


Alat ukur dalam penelitian adalah kuesioner dengan 20 pertanyaan, yaitu 20
pertanyaan untuk pengetahuan.

17
3.8. Cara Ukur
Cara ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang memiliki
makna skor 1 untuk pertanyaan yang dijawab benar dan skor 0 untuk pertanyaan yang
dijawab salah. Skor maksimum yang didapati jika responden menjawab seluruh
pertanyaan dengan benar adalah 20.

3.9. Hasil Ukur


Hasil ukur dalam penelitian ini adalah jumlah total skor dari pertanyaan yang
diberikan dan akan dibagi menjadi 3 kategori, yaitu:
1. Baik : jika total nilai yang diperoleh > 75 % (skor 16 – 20)
2. Sedang : jika total nilai yang diperoleh 40 – 75 % (skor 8 – 15)
3. Kurang : jika total nilai yang diperoleh < 40 (skor 0 – 7)

3.10. Skala Ukur


Skala pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal. Pada skala ordinal
terdapat data dengan informasi peringkat, dengan nilai variabel yang tidak dapat
dimanipulasi secara matematis baik ditambah, dibagi ataupun dikalikan.

3.11. Tahapan Penelitian

Langkah-langkah penelitian untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa-siswi


SMP di Kecamatan Kota Agung mengenai kesehatan reproduksi dan bahaya seks bebas
di Kecamatan Kota Agung Kabupaten Lahat Tahun 2017 adalah sebagai berikut:
1. Survei lapangan, meliputi pemerintahan setempat dan lokasi penelitian pada
Minggu I, antara lain :
a. Melapor ke Kepala Puskesmas Kota Agung
b. Melapor ke Kepala Sekolah SMP di Kecamatan Kota Agung
2. Pengisian kuesioner
Pengisian kuesioner dilakukan dengan mengumpulkan 80 orang siswa-siswi
SMP di aula sekolah tersebut yang disertai dengan penyuluhan mengenai
kesehatan reproduksi remaja, infeksi menular seksual dan bahaya rokok
terhadap kesehatan pada bulan Maret 2017.
3. Penyuluhan kepada siswa siswi SMP di Kecamatan Kota Agung Kabupaten
Lahat.

18
4. Menyusun laporan penelitian berdasarkan data yang diperoleh.
5. Diskusi dengan pembimbing.
6. Presentasi laporan penelitian.

3.12. Definisi Operasional


1. Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
2. Pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi remaja adalah pengetahuan
yang meliputi perubahan yang terjadi saat remaja dan permasalahan
seksual pada remaja termasuk dampak dari melakukan hubungan seksual
pranikah.

19
BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1. Hasil Penelitian


4.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Puskesmas Kota Agung mempunyai wilayah kerja dengan luas wilayah 197,57
Km2 dan mencakup 22 desa. Kondisi geografis berupa dataran rendah yang merupakan
tanah persawahan dan perkebunan sehingga mudah dijangkau dengan mobil atau pun
motor sampai ke desa.
Wilayah PuskesmasKota Agung dibagi menjadi 23 Desa, Jumlah Penduduk
13.750 Jiwa yang terdiri dari laki-laki 6.706 Jiwa dan perempuan 7.044 jiwa. Sehingga
dapat dilihat dari grafik piramida dibawah ini :
Grafik.2.1 grafik Jumlah penduduk Wilayah PuskesmasKota Agung

2,500

2,000

0 - 14
1,500
15 - 29
30 - 44
45 - 59
1,000
60 - 74
75+

500

0
Laki-Laki Perempuan

Sumber : Bagian TU PuskesmasKota Agung Tahun 2016

Puskesmas Kota Agung adalah salah satu puskesmas rawat inap yang terletak di
kabupaten lahat yang wilayah kerjanya mencakup 5 Sekolah Menemgah Pertama, antara
lain SMP Negeri 1 Desa Kota Agung, SMP Negeri 4 Kota Agung, SMP Negeri 2 Desa
Kebun Jati Kota Agumg, SMP Negeri 3 Desa Tunggul Bute Kota Agung, dan MTs
Negeri Desa Sukaraja Kota Agung.

20
4.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden
Jumlah responden yang terlibat dalam studi ini adalah sebanyak 80 responden.

Tabel 4.1 Karakteristik Responden di SMP Kecamatan Kota Agung

Karakteristik Frekuensi %
Umur
10 1 1,25
11 0 0
12 9 11,25
13 18 22,5
14 22 27,5
15 19 23,75
16 7 8,75
17 4 5
Jenis Kelamin
Laki-laki 31 38,75
Perempuan 49 61,25
Kelas
VIII 35 43,75
IX 45 56,25
Jumlah 80 100

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa dari 80 responden usia


responden paling banyak adalah 14 tahun yaitu sebanyak 22 responden (27,5%).
Jumlah responden berusia 10 tahun, 11 tahun, 12 tahun, 13 tahun, 15 tahun, 16
tahun, dan 17 tahun secara berturut-turut adalah 1 responden (1,25%), 0
responden, 9 responden (11,25%), 18 responden (22,5%), 19 responden (23,75),
7 responden (8,75%) dan 4 responden (5%). Dari tabel 4.1 dapat diketahui juga
bahwa terdapat 31 responden berjenis kelamin laki-laki (38,75%) dan 49
responden berjenis kelamin perempuan (61,25%). Distribusi responden
berdasarkan kelas diketahui bahwa 35 responden (43,75%) berasal dari kelas
VIII. Responden yang berasal dari kelas IX memiliki jumlah 45 responden
(56,25%).

21
4.1.3. Pengetahuan
Tabel 4.2 Tabel Distribusi Frekuensi Jawaban Responden

Frekuensi Jawaban
No Pertanyaan Responden
Benar (%) Salah (%)
1 Pengertian kesehatan reproduksi remaja 73 (91,25) 7 (8,75)
2 Perubahan fisik pada remaja laki-laki 62 (77,5) 18 (22,5)
3 Perubahan fisik pada remaja perempuan 65 (81,25) 15 (18,75)
4 Perilaku seksual menyimpang 45 (56,25) 35 (43,75)
5 Perilaku seksual yang ringan 48 (60) 32 (40)
6 Pengertian seks 39 (48,75) 51 (63,75)
7 Hubungan seks 47 (58,75) 33 (41,25)
8 Seks sebagai wujud rasa cinta 48 (60) 32 (40)
9 PMS, HIV-AIDS akibat dari seks bebas 18 (22,5) 52 (77,5)
10 Melakukan hubungan seks boleh dengan
36 (45) 44 (55)
pacar sendiri
11 Penyebab perempuan hamil 44 (55) 36 (45)
12 Berpelukan tidak termasuk bentuk
22 (27,5) 58 (72,5)
perilaku seks bebas
13 Berciuman bibir sebagai wujud rasa
17 (21,25) 63 (78,75)
cinta
14 Bukan perilaku seks bebas 45 (56,25) 35 (43,75)
15 Media informasi seks 58 (72,5) 22 (27,5)
16 Pengawasan orang tua terhadap seks 64 (80) 16 (20)
17 Dampak seks bebas 72 (90) 8 (10)
18 Penularan PMS 17 (21,25) 63 (78.75)
19 Rasa ingin tau tentang seks 53 (66,25) 27 (33,25)
20 HIV adalah penyebab AIDS 45 (56,25) 35 (43,75)

Responden diberikan skor untuk tiap-tiap pertanyaan yang dijawab, yaitu


1 untuk jawaban benar dan 0 untuk jawaban salah.

22
Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa terdapat 5 pertanyaan dengan
persentase jawaban benar dibawah 50%, yaitu pertanyaan nomor 6, 9, 10, 12 dan
13 dengan persentase jawaban benar secara berturut-turut adalah 48,75% (39
responden), 22,5% (18 responden), 45% (36 responden), 27,25% (22 responden)
dan 21,25% (17 responden)

Tabel 4.3 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden


Tingkat Pengetahuan Frekuensi %

Baik (> 75%) 31 38,75

Sedang (40 – 70%) 44 55

Kurang (< 40%) 5 6,25

Jumlah 80 100

Dalam penelitian ini didapati hasil tingkat pengetahuan dari 80


responden adalah 31 responden (38,75%) berpengetahuan baik, 44 (55%)
responden berpengetahuan sedang, dan 5 responden (6,25%) berpengetahuan
yang kurang.

23
BAB V

PEMBAHASAN

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba
(Notoatmodjo, 2007). Dalam penelitian ini telah dilakukan pembagian kuesioner untuk
mengukur tingkat pengetahuan responden.
Dalam penelitian ini didapati hasil tingkat pengetahuan dari 80 responden adalah
31 responden (38,75%) berpengetahuan baik, 44 (55%) responden berpengetahuan
sedang, dan 5 responden (6,25%) berpengetahuan yang kurang. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kartika dan Kamidah (2013)
menunjukkan bahwa 49,3% dari 67 responden yang diteliti memiliki pengetahuan
sedang mengenai kesehatan reproduksi. Hal ini menunjukkan tingkat pengetahuan
remaja mengenai kesehatan reproduksi masih belum memadai.
Selama melakukan penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi remaja,
mayoritas responden dan peserta penyuluhan mendapatkan informasi mengenai
kesehatan reproduksi adalah dari teman sebaya dan informasi melalui media massa
terutama internet. Kontribusi orang tua dan guru sebagai sumber informasi mengenai
kesehatan reproduksi masih rendah. Hal ini menunjukkan bahwa topik kesehatan
reproduksi masih sangat jarang dan tabu dibicarakan dalam keluarga maupun di
lingkungan sekolah. Oleh karena itu, remaja cenderung untuk mencari informasi dari
sumber lain yang belum jelas kebenarannya.
Pengetahuan responden mengenai hubungan seksual di usia remaja masih
rendah, yaitu sebesar 48,75%. Sebanyak 66,25% responden mempunyai rasa ingin tahu
yang besar tentang hubungan seks. Hampir seluruh responden, yakni sebanyak 90%
menjawab dengan benar dan tahu dampak buruk dari seks bebas, tetapi pengetahuan
responden mengenai penyakit infeksi menular seksual masih sangat rendah, yaitu
22,5%. Berdasarkan jawaban dalam kuesioner yang dibagikan, mayoritas siswa-siswi
SMP di Kecamatan Kota Agung hanya mengetahui satu jenis penyakit menular seksual,
yaitu HIV/AIDS. Sebanyak 60% responden menyatakan bahwa hubungan seksual
sebagai wujud cinta dan sebanyak 45% menyatakan boleh melakukan hubungan seksual
walaupun belum menikah asal dilakukan dengan pacar sendiri. Hal ini dapat disebabkan

24
oleh kurangnya pendidikan seksual pada remaja dan minimnya sumber informasi yang
dapat didapatkan oleh remaja mengenai dampak hubungan seksual pranikah, seperti
kehamilan usia muda, aborsi, dan penyakit infeksi menular seksual lainnya.
Pendidikan seksual di Indonesia dan sumber informasi mengenai kesehatan
reproduksi juga masih sangat minim sehingga masyarakat cenderung mendapatkan
informasi yang kurang tepat mengenai kesehatan reproduksi. Hal ini menyebabkan
kesadaran akan perilaku seks bebas pada masyarakat masih teramat kurang, selain
dikarenakan adanya norma agama di Indonesia yang masih menganggap pembicaraan
mengenai kesehatan reproduksi itu tabu. Remaja sebagai penerus generasi bangsa
selayaknya mendapatkan informasi yang dapat dipercaya, relevan, dan akurat mengenai
kesehatan reproduksi dan perilaku seksual. Peran orang tua dan guru sebagai
pembimbng dan sumber informasi utama mengenai hal ini sebaiknya lebih dominan
dalam kehidupan seksual remaja.

25
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan
Dari uraian yang telah dipaparkan dapat disimpulkan yaitu :
1. Gambaran pengetahuan remaja SMP di Kecamatan Kota Agung mengenai
kesehatan reproduksi dan bahaya seks bebas adalah 38,75% (31 responden)
berpengetahuan baik, 55% (44 responden) berpengetahuan sedang, dan 6,25% (5
responden) berpengetahuan yang kurang.
2. Media informasi terbanyak yang digunakan siswa untuk memperoleh
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi adalah teman sebaya dan internet
sedangkan media informasi yang paling sedikit digunakan oleh siswa untuk
memperoleh pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja adalah orang tua
dan guru.

6.2. Saran

1. Diharapkan peran orang tua dan guru sebagai pembimbng dan sumber informasi
utama mengenai kesehatan reproduksi dan seks bebas sebaiknya lebih dominan
dalam kehidupan seksual remaja.
2. Dengan tingginya peran teman sebaya sebagai sumber informasi mengenai
kesehatan reproduksi di kalangan remaja, diharapkan dilakukan pemberdayaan
Pendidikan Remaja Sebaya (PRS) di lingkungan sekolah.
3. Sebaiknya pihak sekolah mengadakan penyuluhan atau pendidikan khusus
mengenai kesehatan reproduksi remaja yang sehat (penyuluhan PKPR), agar
remaja memiliki sikap dan tindakan yang bertanggung jawab mengenai
kesehatan reproduksinya.
4. Dibutuhkan peran serta dan kerjasama antara guru, orang tua, petugas medis,
masyarakat, dan pemerintah, baik secara formal maupun non formal guna
memberikan dan melakukan pengawasan terhadap proses reproduksi yang sehat
pada remaja dan penyampaian informasi mengenai kesehatan reproduksi remaja.
5. Dibutuhkan peran aktif kader dan bidan di setiap desa untuk melaporkan ke
puskesmas wilayah kerjanya jika terdapat kasus kehamilan remaja di luar nikah,

26
pernikahan usia dini dan kehamilan berisiko karena umur ibu yang masih terlalu
muda (< 16 tahun).
6. Dilakukan pencatatan dokumentasi yang lengkap mengenai data pasangan yang
menikah usia muda, ibu hamil usia muda dan kasus kehamilan remaja tanpa
status pernikahan.
7. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar
dan melibatkan beberapa institusi pendidikan agar hasil yang diperoleh dapat
lebih representatif dan dapat digunakan sebagai data dasar dalam menentukan
kebijakan pemerintah terutama di bidang kesehatan dan pendidikan.

27
DAFTAR PUSTAKA

Arma, A.J.A., 2007. Pengaruh Perubahan Sosial Terhadap Perilaku Seks Remaja dan
Pengetahuan Kespro Sebagai Alternatif Penangkalnya. Info Kesehatan Masyarakat : The
Journal of Public Health. 11 (2) : 189- 197.

Asfriyati. 2005. Masalah Kehamilan Pranikah Pada Remaja Ditinjau Dari Kesehatan
Reproduksi. Info Kesehatan Masyarakat, 9(1):61-62.

Azhari, 2002. Masalah Abortus dan Kesehatan Reproduksi Perempuan. Fakultas Sriwijaya
Palembang.

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, 2008. Gender Dalam Kesehatan Reproduksi.
Pusat Pelatihan Gender dan Peningkatan Kualitas Perempuan.

Imamah. 2009. Perempuan dan Kesehatan Reproduksi. Egalita 4(2): 199 – 206.

Kartika, Riske Chandra. Kamidah. 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja tentang
Kesehatan Reproduksi dengan Perilaku Seks Pranikah pada Siswa Kelas XI di SMAN
Colomandu. Gaster 10 (1): 77 – 84.

Notoadmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:PT Rineka Cipta.

Pangkahila, A., 2007. Perilaku Seksual Remaja. Dalam: Soetjiningsih, ed. Tumbuh Kembang
Remaja dan Permasalahannya. Jakarta:Sagung Seto.

Pranoto, J., 2009. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Remaja Terhadap Tindakan Hubungan
Seksual Pranikah di SMK Negeri X Medan. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara.

Soetjiningsih, 2007. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto.
Hal. 136 – 137.

28
LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumentasi Kegiatan Penyuluhan

SMP Negeri 1 Kota Agung

29
SMP Negeri 4 Kota Agung

30
Lampiran 2. Kuesioner Penelitian

LEMBAR KUESIONER PENELITIAN


GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN
KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DAN BAHAYA SEKS BEBAS
PADA REMAJA KELAS DI SMP NEGERI KOTA AGUNG
KABUPATEN LAHAT

Inisial Responden : .................... (diisi dengan nama inisial)

Umur : .................... tahun


Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan (coret yang tidak perlu)
Agama : ...............................................
Suku Bangsa : ...............................................
Alamat : .....................................................................................................
Tanggal Pengisian : ....................................... 2017
Saat ini tinggal bersama : Keluarga, Saudara, Kost/ Kontrak (coret yang tidak perlu)

A. Data Pribadi
Petunjuk pengisian : isilah pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda ()
pada kolom dengan sebenar-benarnya, karena data dalam penelitian ini di jamin
kerahasiaanya.
1. Apakah anda pernah memiliki pacar ?
 YA  TIDAK
2. Umur berapa pertama kali anda pacaran ?
 < 8 tahun  8 – 12 tahun  > 12 tahun
3. Apakah sekarang anda memiliki pacar ?
 YA  TIDAK
4. Apakah Keluarga mengetahuinya ?
 YA  TIDAK
5. Apa yang mendasari anda ingin memiliki pacar ?
 Bersenang-senang dan gengsi dengan teman yang sudah memiliki pacaran
 Menambah semangat belajar dan memenuhi kebutahan dicintai dan
mencintai
 Alasan lain,
sebutkan .........................................................................................
6. Sudah sejauh mana anda berpacaran ?
 Berpegangan tangan saja
 Berpelukan di tempat sepi dan berciuman bibir
 Sentuhan pada bagian tubuh tertentu seperti payudara dan kemaluan
 Berhubungan suami istri

31
B. Pengetahuan
Petunjuk Pengisian :
1. Isilah pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda () pada kolom
huruf (B) apabila pernyataan di bawah ini benar dan pada kolom huruf (S)
jika pernyataan di bawah ini salah.
2. Mengisi sesuai pertanyaan karena jawaban yang saudara berikan memberikan
manfaat pada penelitian ini

No Pertanyaan
B S
1 Remaja adalah seseorang yang berusia 10 – 19 tahun dengan
perubahan fisik dan psikis
2 Tanda utama mulai dewasa pada remaja laki-laki adalah mimpi
basah disertai, perubahan suara, alat kelamin membesar, dada
menjadi lebih lebar daripada pinggul dan perubahan emosi
3 Tanda utama mulai dewasa pada remaja perempuan adalah
Haid dan Menstruasi diikuti tumbuh rambut pada kemaluan dan
bagian tubuh tertentu dan membesarnya panggul dan payudara
4 Memegang kemaluan sendiri dengan tujuan untuk kenikmatan
seksual merupakan perilaku seksual menyimpang
5 Berpacaran dengan melakukan sentuhan, pegangan tangan,
sampai berciuman merupakan prilakuu seksual yang ringan
6 Seks adalah hubungan laki-laki dan Perempuan yang didasari
hasrat atau keinginan (libido) dengan tujuan mencari
kenikmatan.
7 Hubungan seks hanya boleh dilakukan bagi pasangan yang
sudah menikah
8 Hubungan seks boleh dilakukan remaja sebagai wujud rasa
cinta yang tulus dari pasangannya dan yang penting tidak
menyebabkan kehamilan.
9 Penyakit Menular Seksual (PMS), HIV-AIDS sebagai akibat
dari seks bebas tidak bisa diobati.
10 Melakukan hubungan seksual dengan orang yang sangat
dicintai boleh dilakukan asalkan dengan pacar sendiri.
11 Perempuan hanya bisa hamil jika melakukan hubungan seksual
lebih dari satu kali
12 Berpelukan dengan lawan jenis tidak di kategorikan sebagai
bentuk prilaku seks bebas
13 Bericuman bibir merupakan hal yang wajar dan diperbolehkan
sebagai wujud rasa cinta
14 Memegang payudara dan atau alat kelamin lawan jenis diluar
dan atau didalam pakaian diperbolehkan karena tidak termasuk
prilaku seks bebas

32
15 Media informasi yang menampilkan gambar-gambar atau video
vulgar bukanlah penyebab seseorang melakukan seks bebas
16 Faktor yang mendorong terjadinya seks bebas salah satunya
karena kurang pengawasan dari orang tua
17 Kehamilan diluar nikah dan Penyakit Menular Seksual (PMS)
merupakan salah satu dampak dari seks bebas
19 Penularan PMS dapat terjadi jika hubungan seks dilakukan
dengan pekerja seks komersial (PSK)
20 Seks bebas dilakukan remaja biasanya didorong oleh rasa ingin
tahu yang besar untuk mencoba segala hal yang belum
diketahui
21 Human Imunodeficiancy Virus (HIV) adalah virus yang
menyebabkan penyakit AIDS

C. Sikap
Mohon berikan pendapat dan sikap anda terhadap hal-hal berikut ini. Berikan
tanda ceklis di masing-masing kotak yang disediakan sesuai dengan jawaban
anda.
Petunjuk :
S : Setuju TS : Tidak Setuju
No Pertanyaan
S TS
1 Remaja dianggap belum pantas untuk menerima pengetahuan
tentang kesehatan reproduksi dan bersifat seksual
2 Pendidikan seksual di sekolah sangat diperlukan
3 Seks boleh di lakukan oleh remaja sebagai ekspresi cinta yang
tulus untuk pasangan (pacar)
4 Dari pada harus menanggung malu, dianggap kampungan karena
masih perawan atau perjaka, maka boleh melakukan hubungan
seks di luar nikah.
5 Agama melarang hubungan seksual sebelum menikah karena dosa
6 Sebagai seorang remaja setujukah jika orang tua harus lebih
meningkatkan pemantauannya terhadap pergaulan anda.
7 Menurut anda, seorang yang melakukan hubungan seks di luar
nikah adalah orang yang berbuat suatu kesalahan melanggar
norma-norma di masyarakat.
8 Menurut anda, sebagai seorang remaja menjaga keperawanan dan
keperjakaan sangatlah penting.
9 Menurut anda, bertanya / berkonsultasi dengan orang tua / guru
merupakan tindakan tepat dalam mengatasi masalah kesehatan
reproduksi atau seks.
10 Menurut anda, remaja boleh melakukan hubungan seks diluar
nikah jika telah beranjak dewasa dan mengetahui resikonya.

33
34

Anda mungkin juga menyukai