PENDAHULUAN
2
dimaksud adalah memberikan informasi kepada remaja sehingga para remaja tahu
bagaimana cara menghindari terjadinya hubungan seksual sebelum waktunya dan
membentuk remaja yang mempunyai sikap dan perilaku seksual yang sehat dan
bertanggung jawab.8 Pada umumnya, anak remaja terdapat pada kelompok siswa SMP
dimana pada masa ini terjadi peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa.
Berbagai masalah kesehatan reproduksi dapat terjadi pada anak SMP, karena pada saat
ini mereka dianggap memiliki fisik yang sudah matang namun kejiwaan mereka belum
begitu matang. Puskesmas Kota Agung adalah salah satu puskesmas rawat inap yang
terletak di kabupaten lahat yang wilayah kerjanya mencakup 5 SMP antara lain SMP
Negeri 1 Desa Kota Agung, SMP Negeri 4 Kota Agung, SMP Negeri 2 Desa Kebun Jati
Kota Agumg, SMP Negeri 3 Desa Tunggul Bute Kota Agung, dan MTs Negeri Desa
Sukaraja Kota Agung. Berdasarkan data temuan Puskesmas Kota Agung dari bulan
Januari hingga Mei, didapatkan empat kasus kehamilan di bawah umur akibat seks
bebas yang beberapa diantaranya dialami oleh siswa SMP umumnya yang masih duduk
di kelas VIII atau IX. Tingginya kasus seks bebas ini dianggap akibat kurangnya
pengetahuan mereka akan kesehatan reproduksi. Oleh karena itu, peneliti merasa
tertarik untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa SMP di Kota Agung
mengenai kesehatan reproduksi.
3
1.4.2 Bagi Puskesmas Kota Agung
Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan dalam
memberikan informasi tentang pengetahuan remaja mengenal kesehatan reproduksi
sehingga dapat dijadikan untuk peningkatan program Unit Kesehatan Sekolah (UKS)
dan program Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) di Puskesmas.
1.4.3 Bagi Pemerintah Kecamatan Kota Agung
Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat sebagai suatu masukan dalam
program kerja pemerintah demi terciptanya masyarakat yang sehat.
4
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
5
2.2 Remaja
Remaja adalah individu baik perempuan, maupun laki-laki yang berada pada
masa / usia antara anak-anak dan dewasa. United Nations menyebut remaja bagi mereka
yang berusia 15-24 tahun.5 Di Indonesia, batasan remaja mendekati batasan PBB
tentang pemuda kurun usia 14-24 tahun yang dikemukakan dalam Sensus Penduduk.8
Masa remaja adalah merupakan masa peralihan baik secara fisik, psikis maupun
sosial dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Remaja adalah asset sumber daya
manusia yang merupakan tulang punggung penerus generasi di masa mendatang. Bila
dilihat dari komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin, jumlah
remaja menempati posisi yang lebih besar dibanding dengan komposisi umur lainnya.
Besarnya jumlah penduduk usia remaja ini adalah merupakan peluang dan bukan
menjadi masalah bagi pemerintah.
J.J. Rosseau membagi perkembangan jiwa manusia menurut perkembangan
perasaan dan membaginya dalam 4 tahap, yaitu :8
1. Umur 0-4 atau 5 tahun : masa kanak-kanak (infancy).
2. Umur 5-12 tahun : masa bandel (savage stage).
3. Umur 12-15 tahun : bangkitnya akal (rasio), nalar (reason) dan kesadaran
(self consciousness).
4. Umur 15-20 tahun : masa kesempurnaan remaja (adolescence proper) dan
merupakan puncak perkembangan emosi.
6
lainnya seperti, kulit dan rambut mulai berminyak, keringat bertambah banyak, lengan
dan tungkai kaki bertambah panjang, tulang-tulang wajah mulai memanjang dan
membesar, dan lainnya.5 Pada wanita, kedua indung telur (ovarium) akan menghasilkan
sel telur (ovum). Hormon kelamin wanita mempersiapkan rahim (uterus) untuk
menerima hasil konsepsi bila sel telur dibuahi oleh sperma, juga mempersiapkan vagina
sebagai penerima penis saat bersenggama. Sejak saat ini wanita akan mengalami ovulasi
dan menstruasi. Ovulasi adalah proses keluarnya ovum dari ovarium, dan jika tidak
dibuahi, maka ovum akan mati dan terjadilah menstruasi. Menstruasi adalah peristiwa
alamiah keluarnya darah dari vagina yang berasal dari uterus akibat lepasnya
endometrium sebagai akibat dari ovum yang tidak dibuahi.9
Sama halnya dengan perempuan, ciri seks sekunder pada laki-laki terutama akan
disebabkan oleh hormon testosterone yang menyebabkan tumbuhnya rambut di sekitar
ketiak dan kemaluan, tumbuh jenggot dan kumis, terjadi perubahan suara menjadi berat,
tubuh bertambah berat dan tinggi, keringat bertambah banyak, kulit dan rambut mulai
berminyak, lengan dan tungkai kaki bertambah panjang, pundak dan dada bertambah
besar dan bidang, tumbuh jakun, penis dan buah zakar membesar, dan lainnya. 5 Pada
pria, sejak usia ini testis akan menghasilkan sperma yang tersimpan dalam skrotum.
Kelenjar testis akan menghasilkan sperma, dan penis dapat digunakan untuk
bersenggama dalam perkawinan. Seorang pria dapat menghasilkan puluhan sampai
jutaan sperma sekali ejakulasi dan mengalami mimpi basah, dimana sperma keluar
dengan sendirinya secara alamiah.9
Perubahan fisik baik pada remaja perempuan maupun pada remaja laki-laki akan
berhenti pada usia sekitar 20 tahun, yang berakibat tubuh tidak akan bertambah tinggi
lagi, payudara tidak akan membesar lagi, dan pinggul tidak akan bertambah lebar.5
7
1. Menerima kenyataan (realitas) jasmani.
2. Mencapai hubungan sosial yang lebih matang dengan teman-teman sebaya.
3. Menjalankan peran-peran sosial menurut jenis kelamin sesuaikan dengan
norma.
4. Mencapai kebebasan emosional (tidak tergantung) pada orang tua atau
orang dewasa lain.
5. Mengembangkan kecakapan intelektual serta konsep untuk bermasyarakat.
6. Memilih dan mempersiapkan diri untuk suatu pekerjaan atau jabatan.
7. Mencapai kebebasan ekonomi, merasa mampu hidup dengan nafkah sendiri.
8. Mempersiapkan diri untuk melakukan perkawinan.
8
2.3.1 Kehamilan Yang Tidak Diinginkan (KTD) Pada Remaja
Kehamilan yang Tidak Diinginkan (KTD) adalah suatu kehamilan yang oleh
karena suatu sebab maka keberadaannya tidak diinginkan atau diharapkan oleh salah
satu atau kedua calon orang tua bayi tersebut.
9
kala nifas. Keadaan lain yang dapat terjadi adalah anemia kehamilan, keracunan
kehamilan, dan kematian ibu yang tinggi akibat menggugurkan kehamilan.12
10
Oleh karena bentuk dan letak alat kelamin yang menonjol, pada laki-laki gejala
penyakit menular seksual lebih mudah dikenali, dilihat, dan dirasakan, sedangkan pada
perempuan sebagian besar tanpa gejala, sehingga sering kali tidak disadari.
Gejala IMS pada laki-laki diantaranya adalah bintil-bintil berisi cairan, lecet,
atau borok pada penis/alat kelamin; luka tidak sakit, keras, dan berwarna merah pada
alat kelamin; adanya kutil atau tumbuh daging seperti jengger ayam; rasa gatal yang
hebat sepanjang alat kelamin; rasa sakit yang hebat saat buang air kecil; kencing nanah
atau darah yang berbau busuk; bengkak panas dan nyeri pada pangkal paha. Sedangkan
gejala IMS pada perempuan antara lain rasa sakit atau nyeri pada saat kencing atau
berhubungan seksual; rasa nyeri pada perut bagian bawah; pengeluaran lendir pada
vagina; keputihan berwarna putih susu, bergumpal, dan disertai rasa gatal dan
kemerahan pada alat kelamin atau sekitarnya; keputihan yang berbusa, kehijauan,
berbau busuk, dan gatal; timbul bercak-bercak darah setelah berhubungan seksual;
bintil-bintil berisi cairan, lecet, atau borok pada alat.
Beberapa pencegahan terjadinya infeksi menular seksual adalah dengan tidak
melakukan hubungan seksual sebelum menikah, kemudian menghindari hubungan
seksual yang tidak aman atau berisiko, selalu menggunakan kondom untuk mencegah
penularan penyakit menular seksual, serta selalu menjaga kebersihan alat kelamin.5
2.4 Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra
manusia, yakni indra penglihatan, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan
domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang.
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Hasil penelitian Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2005),
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di
dalam diri orang tersebut menjadi proses yang berurutan yakni :
1. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui
terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
2. Interest, dimana orang merasa tertarik terhadap stimulus atau objek tersebut. Di
sini sikap subjek sudah mulai timbul.
11
3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut
bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang
dikehendaki oleh stimulus.
5. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
12
sebagian besar kelompok remaja adalah wadah yang tepat untuk memberikan
pengetahuan kepada remaja tentang kesehatan reproduksi atau perilaku seksual yang
sehat dan aman melalui pendidikan yang dimasukkan dalam kurikulum.12
Pada dasarnya, tujuan pendidikan kesehatan reproduksi remaja adalah untuk
membekali para remaja dalam menghadapi gejolak biologisnya agar mereka tidak
melakukan hubungan seks sebelum menikah karena mengetahui risiko yang dapat
mereka hadapi. Seandainya mereka tetap melakukannya juga (tidak semua orang dapat
dicegah untuk melakukannya), mereka dapat mencegah risiko buruk yang dapat terjadi.
Jika risiko terjadi juga, mereka akan menghadapinya secara bertanggung jawab.13
13
2.5. Kerangka Konsep Penelitian
BAB III
14
METODOLOGI PENELITIAN
1. Kriteria inklusi :
1.1 Bersedia menjadi responden
1.2 Siswa/i SMP kelas VIII dan IX di Kecamatan Kota Agung, Lahat
2. Kriteria eksklusi
2.1. Siswa/i SMP kelas VII di Kecamatan Kota Agung, Lahat
2.2. Siswa/i yang berumur > 17 tahun
15
3.3.2. Sampel Penelitian
Besar sampel minimal akan dihitung dengan menggunakan rumus Slovin :
n = N
N. d² + 1
Keterangan :
N = Populasi
n = Besar sampel yang diinginkan
d = Kesalahan (absolute) yang dapat ditolerir
n = 415
415. 0,1² + 1
16
3.5. Uji Validitas dan Reabilitas
Kuesioner yang akan diberikan kepada responden akan melewati uji validasi dan
uji realibilitas terlebih dahulu. Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat
ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Dalam uji validitas peneliti akan
menggunakan teknik korelasi Product moment yang rumusnya sebagai berikut :
N (Σ X Y) - (Σ X Σ Y)a
R=
√ { N Σ X2 – (Σ X)2 } {N Σ Y 2 - (Σ Y) 2 }
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat
dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauhmana hasil
pengukuran tersebut tetap konsisten jika dilakukan pengukuran dua kali atau lebih
terhadap gejala yang sama. Menggunakan uji Cronbach (Cronbach Alpha) dengan
rumus sebagai berikut :
α =k . r − ¿ ¿
1+ ( k −1 ) . R−¿ ¿
17
3.8. Cara Ukur
Cara ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang memiliki
makna skor 1 untuk pertanyaan yang dijawab benar dan skor 0 untuk pertanyaan yang
dijawab salah. Skor maksimum yang didapati jika responden menjawab seluruh
pertanyaan dengan benar adalah 20.
18
4. Menyusun laporan penelitian berdasarkan data yang diperoleh.
5. Diskusi dengan pembimbing.
6. Presentasi laporan penelitian.
19
BAB IV
HASIL PENELITIAN
2,500
2,000
0 - 14
1,500
15 - 29
30 - 44
45 - 59
1,000
60 - 74
75+
500
0
Laki-Laki Perempuan
Puskesmas Kota Agung adalah salah satu puskesmas rawat inap yang terletak di
kabupaten lahat yang wilayah kerjanya mencakup 5 Sekolah Menemgah Pertama, antara
lain SMP Negeri 1 Desa Kota Agung, SMP Negeri 4 Kota Agung, SMP Negeri 2 Desa
Kebun Jati Kota Agumg, SMP Negeri 3 Desa Tunggul Bute Kota Agung, dan MTs
Negeri Desa Sukaraja Kota Agung.
20
4.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden
Jumlah responden yang terlibat dalam studi ini adalah sebanyak 80 responden.
Karakteristik Frekuensi %
Umur
10 1 1,25
11 0 0
12 9 11,25
13 18 22,5
14 22 27,5
15 19 23,75
16 7 8,75
17 4 5
Jenis Kelamin
Laki-laki 31 38,75
Perempuan 49 61,25
Kelas
VIII 35 43,75
IX 45 56,25
Jumlah 80 100
21
4.1.3. Pengetahuan
Tabel 4.2 Tabel Distribusi Frekuensi Jawaban Responden
Frekuensi Jawaban
No Pertanyaan Responden
Benar (%) Salah (%)
1 Pengertian kesehatan reproduksi remaja 73 (91,25) 7 (8,75)
2 Perubahan fisik pada remaja laki-laki 62 (77,5) 18 (22,5)
3 Perubahan fisik pada remaja perempuan 65 (81,25) 15 (18,75)
4 Perilaku seksual menyimpang 45 (56,25) 35 (43,75)
5 Perilaku seksual yang ringan 48 (60) 32 (40)
6 Pengertian seks 39 (48,75) 51 (63,75)
7 Hubungan seks 47 (58,75) 33 (41,25)
8 Seks sebagai wujud rasa cinta 48 (60) 32 (40)
9 PMS, HIV-AIDS akibat dari seks bebas 18 (22,5) 52 (77,5)
10 Melakukan hubungan seks boleh dengan
36 (45) 44 (55)
pacar sendiri
11 Penyebab perempuan hamil 44 (55) 36 (45)
12 Berpelukan tidak termasuk bentuk
22 (27,5) 58 (72,5)
perilaku seks bebas
13 Berciuman bibir sebagai wujud rasa
17 (21,25) 63 (78,75)
cinta
14 Bukan perilaku seks bebas 45 (56,25) 35 (43,75)
15 Media informasi seks 58 (72,5) 22 (27,5)
16 Pengawasan orang tua terhadap seks 64 (80) 16 (20)
17 Dampak seks bebas 72 (90) 8 (10)
18 Penularan PMS 17 (21,25) 63 (78.75)
19 Rasa ingin tau tentang seks 53 (66,25) 27 (33,25)
20 HIV adalah penyebab AIDS 45 (56,25) 35 (43,75)
22
Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa terdapat 5 pertanyaan dengan
persentase jawaban benar dibawah 50%, yaitu pertanyaan nomor 6, 9, 10, 12 dan
13 dengan persentase jawaban benar secara berturut-turut adalah 48,75% (39
responden), 22,5% (18 responden), 45% (36 responden), 27,25% (22 responden)
dan 21,25% (17 responden)
Jumlah 80 100
23
BAB V
PEMBAHASAN
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba
(Notoatmodjo, 2007). Dalam penelitian ini telah dilakukan pembagian kuesioner untuk
mengukur tingkat pengetahuan responden.
Dalam penelitian ini didapati hasil tingkat pengetahuan dari 80 responden adalah
31 responden (38,75%) berpengetahuan baik, 44 (55%) responden berpengetahuan
sedang, dan 5 responden (6,25%) berpengetahuan yang kurang. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kartika dan Kamidah (2013)
menunjukkan bahwa 49,3% dari 67 responden yang diteliti memiliki pengetahuan
sedang mengenai kesehatan reproduksi. Hal ini menunjukkan tingkat pengetahuan
remaja mengenai kesehatan reproduksi masih belum memadai.
Selama melakukan penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi remaja,
mayoritas responden dan peserta penyuluhan mendapatkan informasi mengenai
kesehatan reproduksi adalah dari teman sebaya dan informasi melalui media massa
terutama internet. Kontribusi orang tua dan guru sebagai sumber informasi mengenai
kesehatan reproduksi masih rendah. Hal ini menunjukkan bahwa topik kesehatan
reproduksi masih sangat jarang dan tabu dibicarakan dalam keluarga maupun di
lingkungan sekolah. Oleh karena itu, remaja cenderung untuk mencari informasi dari
sumber lain yang belum jelas kebenarannya.
Pengetahuan responden mengenai hubungan seksual di usia remaja masih
rendah, yaitu sebesar 48,75%. Sebanyak 66,25% responden mempunyai rasa ingin tahu
yang besar tentang hubungan seks. Hampir seluruh responden, yakni sebanyak 90%
menjawab dengan benar dan tahu dampak buruk dari seks bebas, tetapi pengetahuan
responden mengenai penyakit infeksi menular seksual masih sangat rendah, yaitu
22,5%. Berdasarkan jawaban dalam kuesioner yang dibagikan, mayoritas siswa-siswi
SMP di Kecamatan Kota Agung hanya mengetahui satu jenis penyakit menular seksual,
yaitu HIV/AIDS. Sebanyak 60% responden menyatakan bahwa hubungan seksual
sebagai wujud cinta dan sebanyak 45% menyatakan boleh melakukan hubungan seksual
walaupun belum menikah asal dilakukan dengan pacar sendiri. Hal ini dapat disebabkan
24
oleh kurangnya pendidikan seksual pada remaja dan minimnya sumber informasi yang
dapat didapatkan oleh remaja mengenai dampak hubungan seksual pranikah, seperti
kehamilan usia muda, aborsi, dan penyakit infeksi menular seksual lainnya.
Pendidikan seksual di Indonesia dan sumber informasi mengenai kesehatan
reproduksi juga masih sangat minim sehingga masyarakat cenderung mendapatkan
informasi yang kurang tepat mengenai kesehatan reproduksi. Hal ini menyebabkan
kesadaran akan perilaku seks bebas pada masyarakat masih teramat kurang, selain
dikarenakan adanya norma agama di Indonesia yang masih menganggap pembicaraan
mengenai kesehatan reproduksi itu tabu. Remaja sebagai penerus generasi bangsa
selayaknya mendapatkan informasi yang dapat dipercaya, relevan, dan akurat mengenai
kesehatan reproduksi dan perilaku seksual. Peran orang tua dan guru sebagai
pembimbng dan sumber informasi utama mengenai hal ini sebaiknya lebih dominan
dalam kehidupan seksual remaja.
25
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Dari uraian yang telah dipaparkan dapat disimpulkan yaitu :
1. Gambaran pengetahuan remaja SMP di Kecamatan Kota Agung mengenai
kesehatan reproduksi dan bahaya seks bebas adalah 38,75% (31 responden)
berpengetahuan baik, 55% (44 responden) berpengetahuan sedang, dan 6,25% (5
responden) berpengetahuan yang kurang.
2. Media informasi terbanyak yang digunakan siswa untuk memperoleh
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi adalah teman sebaya dan internet
sedangkan media informasi yang paling sedikit digunakan oleh siswa untuk
memperoleh pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja adalah orang tua
dan guru.
6.2. Saran
1. Diharapkan peran orang tua dan guru sebagai pembimbng dan sumber informasi
utama mengenai kesehatan reproduksi dan seks bebas sebaiknya lebih dominan
dalam kehidupan seksual remaja.
2. Dengan tingginya peran teman sebaya sebagai sumber informasi mengenai
kesehatan reproduksi di kalangan remaja, diharapkan dilakukan pemberdayaan
Pendidikan Remaja Sebaya (PRS) di lingkungan sekolah.
3. Sebaiknya pihak sekolah mengadakan penyuluhan atau pendidikan khusus
mengenai kesehatan reproduksi remaja yang sehat (penyuluhan PKPR), agar
remaja memiliki sikap dan tindakan yang bertanggung jawab mengenai
kesehatan reproduksinya.
4. Dibutuhkan peran serta dan kerjasama antara guru, orang tua, petugas medis,
masyarakat, dan pemerintah, baik secara formal maupun non formal guna
memberikan dan melakukan pengawasan terhadap proses reproduksi yang sehat
pada remaja dan penyampaian informasi mengenai kesehatan reproduksi remaja.
5. Dibutuhkan peran aktif kader dan bidan di setiap desa untuk melaporkan ke
puskesmas wilayah kerjanya jika terdapat kasus kehamilan remaja di luar nikah,
26
pernikahan usia dini dan kehamilan berisiko karena umur ibu yang masih terlalu
muda (< 16 tahun).
6. Dilakukan pencatatan dokumentasi yang lengkap mengenai data pasangan yang
menikah usia muda, ibu hamil usia muda dan kasus kehamilan remaja tanpa
status pernikahan.
7. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar
dan melibatkan beberapa institusi pendidikan agar hasil yang diperoleh dapat
lebih representatif dan dapat digunakan sebagai data dasar dalam menentukan
kebijakan pemerintah terutama di bidang kesehatan dan pendidikan.
27
DAFTAR PUSTAKA
Arma, A.J.A., 2007. Pengaruh Perubahan Sosial Terhadap Perilaku Seks Remaja dan
Pengetahuan Kespro Sebagai Alternatif Penangkalnya. Info Kesehatan Masyarakat : The
Journal of Public Health. 11 (2) : 189- 197.
Asfriyati. 2005. Masalah Kehamilan Pranikah Pada Remaja Ditinjau Dari Kesehatan
Reproduksi. Info Kesehatan Masyarakat, 9(1):61-62.
Azhari, 2002. Masalah Abortus dan Kesehatan Reproduksi Perempuan. Fakultas Sriwijaya
Palembang.
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, 2008. Gender Dalam Kesehatan Reproduksi.
Pusat Pelatihan Gender dan Peningkatan Kualitas Perempuan.
Imamah. 2009. Perempuan dan Kesehatan Reproduksi. Egalita 4(2): 199 – 206.
Kartika, Riske Chandra. Kamidah. 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja tentang
Kesehatan Reproduksi dengan Perilaku Seks Pranikah pada Siswa Kelas XI di SMAN
Colomandu. Gaster 10 (1): 77 – 84.
Notoadmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:PT Rineka Cipta.
Pangkahila, A., 2007. Perilaku Seksual Remaja. Dalam: Soetjiningsih, ed. Tumbuh Kembang
Remaja dan Permasalahannya. Jakarta:Sagung Seto.
Pranoto, J., 2009. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Remaja Terhadap Tindakan Hubungan
Seksual Pranikah di SMK Negeri X Medan. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara.
Soetjiningsih, 2007. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto.
Hal. 136 – 137.
28
LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumentasi Kegiatan Penyuluhan
29
SMP Negeri 4 Kota Agung
30
Lampiran 2. Kuesioner Penelitian
A. Data Pribadi
Petunjuk pengisian : isilah pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda ()
pada kolom dengan sebenar-benarnya, karena data dalam penelitian ini di jamin
kerahasiaanya.
1. Apakah anda pernah memiliki pacar ?
YA TIDAK
2. Umur berapa pertama kali anda pacaran ?
< 8 tahun 8 – 12 tahun > 12 tahun
3. Apakah sekarang anda memiliki pacar ?
YA TIDAK
4. Apakah Keluarga mengetahuinya ?
YA TIDAK
5. Apa yang mendasari anda ingin memiliki pacar ?
Bersenang-senang dan gengsi dengan teman yang sudah memiliki pacaran
Menambah semangat belajar dan memenuhi kebutahan dicintai dan
mencintai
Alasan lain,
sebutkan .........................................................................................
6. Sudah sejauh mana anda berpacaran ?
Berpegangan tangan saja
Berpelukan di tempat sepi dan berciuman bibir
Sentuhan pada bagian tubuh tertentu seperti payudara dan kemaluan
Berhubungan suami istri
31
B. Pengetahuan
Petunjuk Pengisian :
1. Isilah pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda () pada kolom
huruf (B) apabila pernyataan di bawah ini benar dan pada kolom huruf (S)
jika pernyataan di bawah ini salah.
2. Mengisi sesuai pertanyaan karena jawaban yang saudara berikan memberikan
manfaat pada penelitian ini
No Pertanyaan
B S
1 Remaja adalah seseorang yang berusia 10 – 19 tahun dengan
perubahan fisik dan psikis
2 Tanda utama mulai dewasa pada remaja laki-laki adalah mimpi
basah disertai, perubahan suara, alat kelamin membesar, dada
menjadi lebih lebar daripada pinggul dan perubahan emosi
3 Tanda utama mulai dewasa pada remaja perempuan adalah
Haid dan Menstruasi diikuti tumbuh rambut pada kemaluan dan
bagian tubuh tertentu dan membesarnya panggul dan payudara
4 Memegang kemaluan sendiri dengan tujuan untuk kenikmatan
seksual merupakan perilaku seksual menyimpang
5 Berpacaran dengan melakukan sentuhan, pegangan tangan,
sampai berciuman merupakan prilakuu seksual yang ringan
6 Seks adalah hubungan laki-laki dan Perempuan yang didasari
hasrat atau keinginan (libido) dengan tujuan mencari
kenikmatan.
7 Hubungan seks hanya boleh dilakukan bagi pasangan yang
sudah menikah
8 Hubungan seks boleh dilakukan remaja sebagai wujud rasa
cinta yang tulus dari pasangannya dan yang penting tidak
menyebabkan kehamilan.
9 Penyakit Menular Seksual (PMS), HIV-AIDS sebagai akibat
dari seks bebas tidak bisa diobati.
10 Melakukan hubungan seksual dengan orang yang sangat
dicintai boleh dilakukan asalkan dengan pacar sendiri.
11 Perempuan hanya bisa hamil jika melakukan hubungan seksual
lebih dari satu kali
12 Berpelukan dengan lawan jenis tidak di kategorikan sebagai
bentuk prilaku seks bebas
13 Bericuman bibir merupakan hal yang wajar dan diperbolehkan
sebagai wujud rasa cinta
14 Memegang payudara dan atau alat kelamin lawan jenis diluar
dan atau didalam pakaian diperbolehkan karena tidak termasuk
prilaku seks bebas
32
15 Media informasi yang menampilkan gambar-gambar atau video
vulgar bukanlah penyebab seseorang melakukan seks bebas
16 Faktor yang mendorong terjadinya seks bebas salah satunya
karena kurang pengawasan dari orang tua
17 Kehamilan diluar nikah dan Penyakit Menular Seksual (PMS)
merupakan salah satu dampak dari seks bebas
19 Penularan PMS dapat terjadi jika hubungan seks dilakukan
dengan pekerja seks komersial (PSK)
20 Seks bebas dilakukan remaja biasanya didorong oleh rasa ingin
tahu yang besar untuk mencoba segala hal yang belum
diketahui
21 Human Imunodeficiancy Virus (HIV) adalah virus yang
menyebabkan penyakit AIDS
C. Sikap
Mohon berikan pendapat dan sikap anda terhadap hal-hal berikut ini. Berikan
tanda ceklis di masing-masing kotak yang disediakan sesuai dengan jawaban
anda.
Petunjuk :
S : Setuju TS : Tidak Setuju
No Pertanyaan
S TS
1 Remaja dianggap belum pantas untuk menerima pengetahuan
tentang kesehatan reproduksi dan bersifat seksual
2 Pendidikan seksual di sekolah sangat diperlukan
3 Seks boleh di lakukan oleh remaja sebagai ekspresi cinta yang
tulus untuk pasangan (pacar)
4 Dari pada harus menanggung malu, dianggap kampungan karena
masih perawan atau perjaka, maka boleh melakukan hubungan
seks di luar nikah.
5 Agama melarang hubungan seksual sebelum menikah karena dosa
6 Sebagai seorang remaja setujukah jika orang tua harus lebih
meningkatkan pemantauannya terhadap pergaulan anda.
7 Menurut anda, seorang yang melakukan hubungan seks di luar
nikah adalah orang yang berbuat suatu kesalahan melanggar
norma-norma di masyarakat.
8 Menurut anda, sebagai seorang remaja menjaga keperawanan dan
keperjakaan sangatlah penting.
9 Menurut anda, bertanya / berkonsultasi dengan orang tua / guru
merupakan tindakan tepat dalam mengatasi masalah kesehatan
reproduksi atau seks.
10 Menurut anda, remaja boleh melakukan hubungan seks diluar
nikah jika telah beranjak dewasa dan mengetahui resikonya.
33
34