Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN KEGIATAN

F.1 Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA


(KRR)

Disusun Oleh:
dr. Ramadhan Tiara Timur
Puskesmas Pringsurat
Periode Oktober 2014-Januari 2015
Internsip Dokter Indonesia Kabupaten Temanggung
Periode Juni 2014-Mei 2015

HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM)
Laporan F.1 Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

Topik:
Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR)

Diajukan dan dipresentasikan dalam rangka praktik klinis dokter internsip sekaligus sebagai
bagian dari persyaratan menyelesaikan program internsip dokter Indonesia di Puskesmas
Pringsurat Kabupaten Temanggung

Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal

Januari 2015

Mengetahui,
Dokter Internship,

dr. Ramadhan Tiara Timur

Dokter Pendamping

dr. Anis Mustaghfirin


NIP. 19830617201001 1 020

A. Latar Belakang
1

Masa remaja merupakan suatu tahap antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa.
Istilah ini menunjuk masa dari awal pubertas sampai tercapainya kematangan; biasanya mulai
dari usia 14 pada pria dan usia 12 pada wanita. Transisi ke masa dewasa bervariasi dari satu
budaya kebudayaan lain, namun secara umum didefinisikan sebagai waktu dimana individu
mulai bertindak terlepas dari orang tua mereka (Ozzy, 2008).
Saat ini kesehatan reproduksi mendapat perhatian khusus secara global sejak
diangkatnya isu tersebut dalam Konferensi Internasional tentang Kependudukan dan
Pembangunan (International Conference on Population and Development, ICPD) di Kairo,
Mesir pada tahun 1994. Hal penting dalam konferensi tersebut adalah disepakatinya
perubahan paradigma dalam pengelolaan masalah kependudukan dan pembangunan dari
pendekatan pengendalian populasi dan penurunan fertilitas menjadi pendekatan yang terfokus
pada kesehatan reproduksi serta upaya pemenuhan hak-hak reproduksi. Salah satu perubahan
pendekatan paradigma baru tersebut terjadi dalam penanganan kesehatan reproduksi remaja.
Remaja sebagai calon orang tua dan generasi penerus perlu dibekali dengan
pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR). Hal ini bertujuan agar mereka memiliki
pengetahuan yang benar tentang sistem, fungsi dan proses reproduksi manusia. Dengan
demikian kelak mereka dapat mengembangkan keturunan yang sehat, cerdas dan produktif
secara bertanggung jawab (Depkes RI, 2001).
Penyuluhan merupakan salah satu cara untuk menyampaikan informasi mengenai
Kesehatan Reproduksi Remaja kepada sasaran. Adapun penyuluhan ini merupakan bagian
dari Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) Kesehatan Reproduksi yang bertujuan
memberikan informasi KRR kepada sasaran dalam rangka meningkatkan kualitas hidup
manusia melalui upaya kesehatan reproduksi dan pemenuhan hak-hak reproduksi secara
terpadu dengan memperhatikan keadilan dan kesetaraan gender.
B. Permasalahan
Masalah kesehatan reproduksi remaja dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1)
perilaku berisiko; 2) kurangnya akses pelayanan kesehatan; 3) kurangnya informasi yang
benar dan dapat dipertanggungjawabkan; 4) banyaknya akses pada informasi yang salah
tanpa tapisan; 3) masalah PMS termasuk HIV/AIDS; 6) tindak kekerasan seksual; 6)
kehamilan dan persalinan usia muda; 7) kehamilan yang tidak dikehendaki (KTD). Semakin
banyaknya ditemukan kasus-kasus seperti itu di Kabupaten Temanggung, pada khususnya
Kecamatan Pringsurat menjadi salah satu dasar dilakukannya kegiatan penyuluhan ini. Pada
kali ini permasalahan KRR yang ditetapkan berupa kurangnya informasi yang benar dan
dapat dipertanggungjawabkan khususnya tentang kesehatan reproduksi remaja. Penyebab dari
masalah tersebut adalah kurangnya pemberian informasi mengenai KRR dan kurangnya
kesadaran semua pihak akan pentingnya penanganan kesehatan remaja.

C. Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


2

1. Kegiatan
Strategi atau pendekatan yang ditempuh yaitu pemberdayaan (empowerment).
Pemberdayaan ini dilakukan dengan memberikan kemampuan kepada individu (sasaran)
melalui penyuluhan. Pesan-pesan pokok materi Kesehatan Reproduksi Remaja antara
lain: gender dan kesetaraannya (diharapkan sasaran tidak membedakan hak-hak
reproduksi antara laki-laki dan perempuan), anatomi organ reproduksi, perubahanperubahan fisik dan emosional saat pubertas (diharapkan sasaran tidak panik, cemas atau
takut terhadap perubahan fisik yang terjadi pada dirinya saat pubertas), mimpi basah dan
menstruasi.
2. Menentukan Sasaran
Sasaran yang dipilih pada kegiatan penyuluhan KRR ini adalah sasaran primer berupa
siswa/i remaja SMA Megeri 1 Pringsurat kelas X sampai XII.
3. Menetapkan Tujuan
Tujuan umum adalah terciptanya perilaku hidup sehat di kalangan remaja serta
berperan serta dalam program Kesehatan Reproduksi Remaja. Tujuan khusus adalah
memberikan penjelasan yang lebih rinci tentang kesehatan reproduksi remaja untuk
memberikan bekal ilmu pengetahuan.
4. Menetapkan Metode dan Saluran Komunikasi KIE
Metode komunikasi yang digunakan berupa penyuluhan pada kelompok siswa. Media
atau saluran komunikasi yang digunakan adalah slide power point melalui LCD.
5. Penanggung Jawab
Penanggung jawab dari kegiatan ini terdiri dari dokter internsip dan petugas
Puskesmas Pringsurat khususnya bagian UKS.
D. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan
: Penyuluhan tentang kesehatan reproduksi remaja
Tujuan
: Meningkatkan pengetahuan siswa/i tentang kesehatan reproduksi
remaja
Peserta
: Siswa siswi SMA Negeri 1 Pringsurat perwakilan mulai kelas X
sampai XII berjumlah 80 orang
Waktu dan Tempat: pukul 10.30-13.00 WIB di Aula SMA Negeri 1 Pringsurat
Metode
: Pemberian materi malelui slide presentasi dengan Ms. Power Point
yang berisi materi anatomi organ reproduksi, perubahan-perubahan
fisik dan emosional saat pubertas (diharapkan sasaran tidak panik,
cemas atau takut terhadap perubahan fisik yang terjadi pada dirinya
saat pubertas), mimpi basah dan menstruasi. Dilanjutkan dengan sesi
tanya jawab
Penanggung Jawab: Dokter internsip dan petugas PKM Pringsurat
E. Monitoring dan Evaluasi
3

Saat pemberian penyuluhan, peserta menyimak dengan tenang dan terlihat antusias.
Pada awalnya peserta terlihat masih belum terlalu memahami tentang KRR, bahkan masih
mempercayai hal-hal yang dianggap tabu secara tidak benar. Setelah penyuluhan peserta
antusias menanyakan berbagai macam hal seputar KRR. Pada umumnya para peserta
ingin mendapat kejelasan yang benar seputar hal-hal KRR yang beredar luas di
masyarakat mulai dari perilaku seks sampai penyakit menular seks. Monitoring dan
evaluasi dilakukan dengan melihat seberapa banyak para peserta memahami dan mampu
menjawab pertanyaan-pertanyaan sederhana seputar materi yang telah disampaikan.
Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan pengecekan pemahaman peserta
penyuluhan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan seputar materi yang telah
disampaikan. Pertanyaan yang dijawab dengan benar oleh peserta penyuluhan merupakan
bukti keberhasilan bahwa penyuluhan yang telah dilakukan mampu diterima dan
dipahami oleh peserta. Dengan adanya pemahaman tersebut diharapkan mampu untuk
memberikan informasi yang telah diberikan kepada anggota keluarga, tetangga, dan
warga lainnya. Selain itu, monitoring dan evaluasi selanjutnya perlu kerjasama dari pihak
sekolah terutama wali kelas serta orang tua siswa.
Kesimpulan dari penyuluhan ini, semua peserta paham akan pengetahuan
kesehatan reproduksi remaja. Diharapkan setelah penyuluhan ini, peserta menjahui hal-hal
yang dapat merusak dirinya yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi. Penyuluhan
rutin ulangan perlu dilakukan agar pemahaman yang ada dapat selalu diingat.
F. Tinjauan Pustaka Kesehatan Reproduksi Remaja
1. Pengertian Kesehatan Reproduksi Remaja
Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial
yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang
berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Atau Suatu keadaan
dimana manusia dapat menikmati kehidupan seksualnya serta mampu menjalankan
fungsi dan proses reproduksinya secara sehat dan aman. Pengertian lain kesehatan
reproduksi dalam Konferensi International Kependudukan dan Pembangunan, yaitu
kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh dalam
segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran & sistem reproduksi. Kesehatan
reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan
proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak semata-mata
berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental serta
sosial kultural.
4

2. Remaja
Pengertian Remaja
Remaja pada umumnya didefenisikan sebagai orang-orang yang mengalami masa
peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Menurut Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO), remaja (adolescence) adalah mereka yang berusia 10-19 tahun.
Sementara dalam terminologi lain PBB menyebutkan anak muda (youth) untuk mereka
yang berusia 15-24 tahun. Ini kemudian disatukan dalam sebuah terminologi kaum
muda (young people) yang mencakup 10-24 tahun. Sementara itu dalam program
BKKBN disebutkan bahwa remaja adalah mereka yang berusia antara 10-24 tahun.
Menurut Hurlock (1993), masa remaja adalah masa yang penuh dengan kegoncangan,
taraf mencari identitas diri dan merupakan periode yang paling berat. Menurut Bisri
(1995), remaja adalah mereka yang telah meningalkan masa kanak-kanak yang penuh
dengan ketergantungan dan menuju masa pembentukan tanggung jawab.
Perubahan yang terjadi pada masa remaja
Perubahan-perubahan yang terjadi pada saat seorang anak memasuki usia remaja antara
lain dapat dilihat dari 3 dimensi yaitu dimensi biologis, kognitif dan sosial.
a. Dimensi Biologis
Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi
pertama pada remaja putri atau pun mimpi basah pada remaja putra, secara biologis dia
mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan seorang anak memiliki
kemampuan untuk ber-reproduksi.
Pada saat memasuki masa pubertas, anak perempuan akan mendapat menstruasi,
sebagai pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah aktif. Selain itu terjadi juga
perubahan fisik seperti payudara mulai berkembang, panggul mulai membesar, timbul
jerawat dan tumbuh rambut pada daerah kemaluan. Anak lelaki mulai memperlihatkan
perubahan dalam suara, tumbuhnya kumis, jakun, alat kelamin menjadi lebih besar,
otot-otot membesar, timbul jerawat dan perubahan fisik lainnya. Bentuk fisik mereka
akan berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan membawa mereka pada dunia
remaja.
b. Dimensi Kognitif
Perkembangan kognitif, remaja dalam pandangan Jean Piaget (2007) (seorang ahli
perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap
pertumbuhan operasi formal (period of formal operations). Pada periode ini, idealnya
para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalahmasalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir para remaja berkembang
sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah dapat membayangkan banyak
alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau hasilnya. Kapasitas
5

berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang sehingga mereka mampu berpikir
multi-dimensi seperti ilmuwan. Para remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya,
tetapi mereka akan memproses informasi itu serta mengadaptasikannya dengan
pemikiran mereka sendiri. Mereka juga mampu mengintegrasikan pengalaman lalu dan
sekarang untuk ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa
depan.
c. Dimensi Moral
Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-tanya mengenai berbagai
fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar bagi pembentukan nilai
diri mereka. Para remaja mulai membuat penilaian tersendiri dalam menghadapi
masalah-masalah populer yang berkenaan dengan lingkungan mereka, misalnya:
politik, kemanusiaan, perang, keadaan sosial, dan sebagainya. Remaja tidak lagi
menerima hasil pemikiran yang kaku, sederhana, dan absolut yang diberikan pada
mereka selama ini tanpa bantahan. Remaja mulai mempertanyakan keabsahan
pemikiran yang ada dan mempertimbangan lebih banyak alternatif lainnya. Secara
kritis,

remaja

akan

lebih

banyak

melakukan

pengamatan

keluar

dan

membandingkannya dengan hal-hal yang selama ini diajarkan dan ditanamkan


kepadanya.
3. Anatomi dan Fungsi Organ Reproduksi
Wanita
Organ reproduksi wanita terbagi menjadi organ reproduksi bagian luar dan organ
reproduksi bagian dalam.
Organ reproduksi bagian luar:
1. Vulva, yaitu daerah organ kelamin luar pada wanita yang meliputi labia majora,
labia minora, mons pubis, bulbus vestibuli, vestibulum vaginae, glandula vestibularis
major dan minor, serta orificium vaginae.
2. Labia majora, yaitu berupa dua buah lipatan bulat jaringan lemak yang ditutupi kulit
dan memanjang ke bawah dan ke belakang dari mons pubis.
3. Mons pubis, yaitu bantalan berisi lemak yang terletak di permukaan anterior simfisis
pubis. Setelah pubertas, kulit mons pubis akan ditutupi oleh rambut ikal yang
membentuk pola tertentu.
4. Payudara / kelenjar mamae yaitu organ yang berguna untuk menyusui.
Organ reproduksi bagian dalam:

1. Labia minora, yaitu merupakan labia sebelah dalam dari labia majora, dan berakhir
dengan klitoris, ini identik dengan penis sewaktu masa perkembangan janin yang
kemudian mengalami atrofi. Di bagian tengah klitoris terdapat lubang uretra untuk
keluarnya air kemih saja.
2. Hymen, yaitu merupakan selaput tipis yang bervariasi elastisitasnya berlubang teratur
di tengah, sebagai pemisah dunia luar dengan organ dalam. Hymen akan sobek dan
hilang setelah wanita berhubungan seksual (coitus) atau setelah melahirkan.
3. Vagina, yaitu berupa tabung bulat memanjang terdiri dari otot-otot melingkar yang di
kanankirinya terdapat kelenjar (Bartolini) menghasilkan cairan sebagai pelumas waktu
melakukan aktifitas seksual.
4. Uterus (rahim), yaitu organ yang berbentuk
seperti buah peer, bagian bawahnya mengecil dan
berakhir sebagai leher rahim/cerviks uteri. Uterus
terdiri dari lapisan otot tebal sebagai tempat
pembuahan, berkembangnya janin. Pada dinding
sebelah dalam uterus selalu mengelupas setelah
menstruasi.
5. Tuba uterina (fallopi), yaitu saluran di sebelah
kiri dan kanan uterus, sebagai tempat melintasnya sel telur/ovum.
6. Ovarium, yaitu merupakan organ penghasil sel telur dan menghasilkan hormon
esterogen dan progesteron. Organ ini berjumlah 2 buah.
Fungsi organ:
Organ-organ reproduksi tersebut mulai berfungsi saat menstruasi pertama kali pada
usia 10-14 tahun dan sangat bervariasi. Pada saat itu, kelenjar hipofisa mulai
berpengaruh kemudian ovarium mulai bekerja menghasilkan hormon esterogen dan
progesteron. Hormon ini akan mempengaruhi uterus pada dinding sebelah dalam dan
terjadilah menstruasi. Setiap bulan pada masa subur, terjadi ovulasi dengan
dihasilkannya sel telur / ovum untuk dilepaskan menuju uterus lewat tuba uterina.
Produksi hormon ini hanya berlangsung hingga masa menopause, kemudian tidak
berproduksi lagi. Kelenjar payudara juga dipengaruhi oleh hormon ini sehingga
payudara akan membesar.

Pria
Alat kelamin pria juga dibedakan menjadi alat kelamin pria bagian luar dan alat
kelamin pria bagian dalam.
Organ reproduksi bagian luar:
1. Penis, yaitu organ reproduksi berbentuk
bulat panjang yang berubah ukurannya pada
saat aktifitas seksual. Bagian dalam penis
berisi pembuluh darah, otot dan serabut saraf.
Pada bagian tengahnya terdapat saluran air
kemih dan juga sebagai cairan sperma yang di sebut uretra.
2. Skrotum, yaitu organ yang tampak dari luar berbentuk bulat, terdapat 2 buah kiri dan
kanan, berupa kulit yang mengkerut dan ditumbuhi rambut pubis.
Organ reproduksi bagian dalam:
1. Testis, yaitu merupakan isi skrotum, berjumlah 2 buah, terdiri dari saluran kecil-kecil
membentuk anyaman, sebagai tempat pembentukan sel spermatozoa.
2. Vas deferens, yaitu merupakan saluran yang membawa sel spermatozoa, berjumlah 2
buah.
3. Kelenjar prostat, yaitu merupakan sebuah kelenjar yang menghasilkan cairan kental
yang memberi makan sel-sel spermatozoa serta memproduksi enzim-enzim.
4. Kelenjar vesikula seminalis, yaitu kelenjar yang menghasilkan cairan untuk
kehidupan sel spermatozoa, secara bersama-sama cairan tersebut menyatu dengan
spermatozoa menjadi produk yang disebut semen, yang dikeluarkan setiap kali pria
ejakulasi.
Fungsi organ:
Organ-organ tersebut

mulai

berfungsi

sebagai sistem reproduksi dimulai saat


pubertas sekitar usia 11 -14 tahun. Aktifitas
yang diatur oleh organ-organ tersebut antara
lain:
1. Keluarnya semen atau cairan mani yang
pertama kali. Hal ini berlangsung selama
kehidupannya.
2. Organ testis yang menghasilkan sel
spermatozoa akan bekerja setelah mendapat
pengaruh hormon testosteron yang dihasilkan oleh sel-sel interstisial Leydig dalam
testis.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi remaja

Diagram siklus
menstruasi ini
hanya berlaku
untuk wanita
yang memiliki
siklus normal 28
Kesehatan reproduksi
hari remaja dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu: kebersihan alat-alat

genital, akses terhadap pendidikan kesehatan, hubungan seksual pranikah, penyakit


menular seksual (PMS), pengaruh media massa, akses terhadap pelayanan kesehatan
reproduksi yang terjangkau, dan hubungan yang harmonis antara remaja dengan
keluarganya.
a. Kebersihan organ-organ genital
Kesehatan reproduksi remaja ditentukan dengan bagaimana remaja tersebut dalam
merawat dan menjaga kebersihan alat-alat genitalnya. Bila alat reproduksi lembab
dan basah, maka keasaman akan meningkat dan itu memudahkan pertumbuhan
jamur. Remaja perempuan lebih mudah terkena infeksi genital bila tidak menjaga
kebersihan alat-alat genitalnya karena organ vagina yang letaknya dekat dengan
anus.
b. Akses terhadap pendidikan kesehatan
Remaja perlu mendapatkan informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi
sehingga remaja mengetahui hal-hal yang seharusnya dilakukan dan hal-hal yang
seharusnya dihindari. Remaja mempunyai hak untuk mendapatkan informasi yang
benar tentang kesehatan reproduksi dan informasi tersebut harus berasal dari sumber
yang terpercaya. Agar remaja mendapatkan informasi yang tepat, kesehatan
reproduksi remaja hendaknya diajarkan di sekolah dan di dalam lingkungan
keluarga. Hal-hal yang diajarkan di dalam kurikulum pendidikan kesehatan
reproduksi remaja mencakup tentang tumbuh kembang remaja, organ-organ
reproduksi, perilaku berisiko, Penyakit Menular Seksual (PMS), dan abstinesia
sebagai upaya pencegahan kehamilan, Dengan mengetahui tentang kesehatan
reproduksi remaja secara benar, kita dapat menghindari dilakukannya hal-hal negatif
oleh remaja. Pendidikan tentang kesehatan reproduksi remaja tersebut berguna untuk
kesehatan remaja tersebut, khususnya untuk mencegah dilakukannya perilaku seks
pranikah, penularan penyakit menular seksual, aborsi, kanker mulut rahim,
kehamilan diluar nikah, gradasi moral bangsa, dan masa depan yang suram dari
remaja tersebut.
c. Hubungan seksual pranikah
Kehamilan dan persalinan membawa risiko morbiditas dan mortalitas yang lebih
besar pada remaja dibandingkan pada wanita yang berusia lebih dari 20 tahun.
Remaja putri yang berusia kurang dari 18 tahun mempunyai 2 sampai 5 kali risiko
kematian dibandingkan dengan wanita yang berusia 18-25 tahun akibat persalinan
yang lama dan macet, perdarahan, dan faktor lain. Kegawatdaruratan yang
berhubungan dengan kehamilan juga sering terjadi pada remaja yang sedang hamil
9

misalnya, hipertensi dan anemia yang berdampak buruk pada kesehatan tubuhnya
secara umum.
Kehamilan yang tidak diinginkan pada remaja seringkali berakhir dengan aborsi.
Banyak survey yang telah dilakukan di negara berkembang menunjukkan bahwa
hampir 60% kehamilan pada wanita berusia di bawah 20 tahun adalah kehamilan
yang tidak diinginkan atau salah waktu (mistimed). Aborsi yang disengaja seringkali
berisiko lebih besar pada remaja putri dibandingkan pada mereka yang lebih tua.
Banyak studi yang telah dilakukan juga menunjukkan bahwa kematian dan kesakitan
sering terjadi akibat komplikasi aborsi yang tidak aman. Komplikasi dari aborsi yang
tidak aman itu antara lain seperti yang dijelaskan dalam buku Facts of Life yaitu:
1. Kematian mendadak karena pendarahan hebat
2. Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal
3. Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan
4. Rahim yang sobek (Uterine Perforation)
5. Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat
pada anak berikutnya
6. Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita)
7. Kanker indung telur (Ovarian Cancer)
8. Kanker leher rahim (Cervical Cancer)
9. Kanker hati (Liver Cancer)
10. Kelainan pada placenta/ ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat
pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya
11. Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic Pregnancy)
12. Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease)
13. Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)
Selain itu aborsi juga dapat menyebabkan gangguan mental pada remaja yaitu
adanya rasa bersalah, merasa kehilangan harga diri, gangguan kepribadian seperti
berteriak-teriak histeris, mimpi buruk berkali-kali, bahkan dapat menyebabkan
perilaku pencobaan bunuh diri.
d. Penyalahgunaan NAPZA
NAPZA adalah singkatan untuk narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif
lainnya. Contoh obat-obat NAPZA tersebut yaitu: opioid, alkohol, ekstasi, ganja,
morfin, heroin, kodein, dan lain-lain. Jika zat tersebut masuk ke dalam tubuh akan
mempengaruhi sistem saraf pusat. Pengaruh dari zat tersebut adalah penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri, ketergantungan, rasa nikmat dan nyaman
yang luar biasa dan pengaruh-pengaruh lain. Penggunaan NAPZA ini berisiko
terhadap kesehatan reproduksi karena penggunaan NAPZA akan berpengaruh
terhadap meningkatnya perilaku seks bebas. Pengguna NAPZA jarum suntik juga

10

meningkatkan risiko terjadinya HIV/AIDS, sebab virus HIV dapat menular melalui
jarum suntik yang dipakai secara bergantian.
e. Pengaruh media massa
Media massa baik cetak maupun elektronik mempunyai peranan yang cukup berarti
untuk memberikan informasi tentang menjaga kesehatan khususnya kesehatan
reproduksi remaja. Dengan adanya artikel-artikel yang dibuat dalam media massa,
remaja akan mengetahui hal-hal yang harus dilakukan dan dihindari untuk menjaga
kesehatan reproduksinya.
f. Akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi
Pelayanan kesehatan juga berperan dalam memberikan tindakan preventif dan
tindakan kuratif. Pelayanan kesehatan dapat dilakukan di puskesmas, rumah sakit,
klinik, posyandu, dan tempat-tempat lain yang memungkinkan. Dengan akses yang
mudah terhadap pelayanan kesehatan, remaja dapat melakukan konsultasi tentang
kesehatannya khususnya kesehatan reproduksinya dan mengetahui informasi yang
benar tentang kesehatan reproduksi. Remaja juga dapat melakukan tindakan
pengobatan apabila remaja sudah terlanjur mendapatkan masalah-masalah yang
berhubungan dengan organ reproduksinya seperti penyakit menular seksual.
g. Hubungan harmonis dengan keluarga
Kedekatan dengan kedua orangtua merupakan hal yang berpengaruh dengan
perilaku remaja. Remaja dapat berbagi dengan kedua orangtuanya tentang masalah
keremajaan yang dialaminya. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang paling
dini bagi seorang anak sebelum ia mendapatkan pendidikan di tempat lain. Remaja
juga dapat memperoleh informasi yang benar dari kedua orangtua mereka tentang
perilaku yang benar dan moral yang baik dalam menjalani kehidupan. Di dalam
keluarga juga, remaja dapat mengetahui hal-hal yang perlu dilakukan dan yang harus
dihindari. Orang tua juga dapat memberikan informasi awal tentang menjaga
kesehatan reproduksi bagi seorang remaja.
h. Penyakit Menular Seksual
Penyakit menular seksual adalah penyakit yang penularannya terutama melalui
hubungan seksual. Cara penularannya tidak hanya terbatas secara genital-genital
saja, tetapi dapat juga secara oro-genital, atau ano-genital. Sehingga kelainan yang
timbul akibat penyakit kelamin ini tidak hanya terbatas pada daerah genital saja,
tetapi juga pada daerah-daerah ekstra genital. Penyakit menular seksual juga dapat
terjadi dengan cara lain yaitu kontak langsung dengan alat-alat seperti handuk,
pakaian, termometer dan lain-lain. Selain itu penyakit menular seksual dapat juga
ditularkan oleh ibu kepada bayinya ketika di dalam kandungan.
11

Penyakit menular seksual yang umum terjadi di Indonesia antara lain: gonore,
vaginosis bakterial, herpes simpleks, trikomoniasis, sifilis, limfogranuloma
venerium, ulkus mole, granuloma inguinale, dan Acquired immune deficiency
syndrom (AIDS).

DAFTAR PUSTAKA
Badan Koordinasi Keluarga Berencana. 2008. Tanya Jawab Kesehatan Reproduksi Remaja.
Available from: http://ceria.bkkbn.go.id/referensi/substansi/download/2-tanya.pdf.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005. Pedoman Kesehatan Jiwa Depkes RI.
2001. Materi Inti: Kesehatan Reproduksi Remaja. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Hefner, L.j. and Schust D.J., 2008. At a Glance Sistem Reproduksi. Jakarta: Erlangga.
Ozzy. 2008. Masa Remaja. http://www.kesrepro.info/?q=node/385.
Rachmawati, I.N., 2008. Pelatihan Kesehatan Reproduksi Remaja untuk Mencegah Kematian
Perinatal.
Available
from:
http://staff.ui.ac.id/internal/132147454/material/PelatihanKesehatanReproduksiRemaj
a.pdf.
Remaja
(Pegangan
Bagi
Dokter
Puskesmas).
Available
from:
http://www.depkes.go.id/downloads/Pedoman%20Kes%20Jiwa%20Remaja.pdf.
Sherris. 1998. Kesehatan Reproduksi Remaja : Membangun Perubahan yang Bermakna.
Outlook : Vol. 16.
Soetjiningsih. 2007. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta:CV Sagung
Seto.
UNICEF, 2007. Early Marriage. Innocenti Digest, 7: 10-13. Available from:
WHO. 2010. Programming for Adolescent Health and Development. Geneva : WHO.
Wiknjosastro, H., Saifuddin, A.B., Rachimhadhi, T., 2006. Ilmu Kebidanan.Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
World
Health
Organization,
2009.
Making
Pregnancy
Safer.
Available
from:http://www.who.int/making_pregnancy_safer/topics/adolescent_pregnancy/en/in
dex.html.

12

DOKUMENTASI

13

Anda mungkin juga menyukai