Vaginosis Bacterial
Etiologi Sindrom klinik akibat pergantian Lactobacillus Spp penghasil H2O2 yang
merupakan flora normal vagina dengan bakteri anaerob dalam konsentrasi
tinggi ( seperti Bacteriocedes spp, Mobilincus Spp, Mycoplasma hominis)
Anamnesis Bau amis terutama waktu senggama
Pada pemeriksaan ditemuka secret yang homogeny, tipis, dan warna keabu-
abuan.
Pemeriksaan
Dx Ditegakkan berdasarkan criteria Amsel yaitu adanya tiga dari empat tanda tanda
berikut :
Cairan vagina homogeny, putih keabu-abuan dan melekat pada dinding
vagina
Ph vagina >4,5
Secret vagina berbau amis sebelum atau setelah penambahan KOH 105
Clue celss pada pemeriksaan mikroskopik
Korioamnionitis
Etiologi
Korioamnionitis adalah infeksi pada korion dan amnion
Anamnesis
Persalinan prematur
Persalinan lama
Alkohol
Rokok
Pemeriksaan
Dx
Korioamnionitis adalah diagnosis klinis yang ditegakkan bila ditemukan demam
>380C dengan 2 atau lebih tanda berikut ini:
b. Tatalaksana Khusus
Etiologi
Kehamilan post matur menurut Prof. Dr. dr. Sarwono Prawirohardjo adalah
kehamilan yang melewati 294 hari atau lebih dari 42 minggu lengkap di hitung
dari HPHT. Sedangkan menurut Ida Bagus Gde Manuaba kehamilan lewat
waktu adalah kehamilan yang melebihi waktu 42 minggu belum terjadi
persalinan.
Anamnesis
Pemeriksaan Tanda postterm dapat di bagi dalam 3 stadium (Sarwono Prawirohardjo) :
Stadium I
Kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan maserasi berupa kulit
kering, rapuh dan mudah mengelupas.
Stadium II
Gejala di atas disertai pewarnaan mekonium (kehijauan) pada kulit
Stadium III
Terdapat pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit dan tali pusat
4. Bila :
5. Riwayat kehamilan yang lalu ada kematian janin dalam rahim
Ruptur Serviks
Etiologi Robekan jalan lahir
Predisposisi:
Makrosomia
Malpresentasi
Partus presipitatus
Distosia bahu
Anamnesis Manifestasi klinis
Kontraksi uterus baik
Perdarahan terus menerus
Darah segar warna merah
Pemeriksaan 1. Pemeriksaan fisisk
a. kontraksi uterus baik
b. plasenta lengkap
c. perlukaan dapat diraba dengan 2 jari
d. inspekulo
2. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium (darah rutin, golongan darah, time bleeding, factor
pembekuan)
Dx Atonia uteri: uterus tidak kontraksi
Retensio plasenta
Rupture uteri: perdarahan intraabdomen, janin dalam cavum abdomen, syok
hipovolemi
Hematoma: nyeri bawah perut, perdarahan pervaginam tidak terlalu banyak,
KU memburuk
Perlukaan vagina, vulva, perineum
Episiotomy: robekan rapi
Rupture vesika urinaria: nyeri di atas simfisis, urin berdarah
Simfisiolisis: nyeri tekan persendian simfisis, simfisis regang
Ggn. Pembekuan darah
Tx Infuse dan transfuse jika perlu
Serviks ditarik keluar, dijahit kembali tanpa melibatkan endoserviks
Pasang tampon vagina selama 24 jam untuk memastikan kesembuhan dan
menghentikan perdarahan
AB profilaksis.
Subinvolusio Uteri
Etiologi Sub involusi adalah kegagalan uterus untuk mengikuti pola normal
involusi/proses involusi rahim tidak berjalan sebagaimana
mestinya,sehingga proses pengecilan uterus terhambat.
Sub involusi merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan
kemunduran yang terjadi pada setiap organ dan saluran reproduktif,kadang
lebih banyak mengarah secara spesifik pada kemunduran uterus yang
mengarah ke ukurannya.
Terjadi infeksi
Terdapat sisa plasenta atau selaput plasenta di dalam uterus
Anamnesis
Pemeriksaan Letak fundus uteri tetap tinggi atau penurunan fundus uteri lambat
Pengeluaran lochea seringkali gagal berubah
Terdapat bekuan darah
Lochea berbau menyengat
Uterus tidak berkontraksi
Terlihat pucat
Tekanan darah rendah serta suhu tubuh tinggi lemah
Dx Ibu mengatakan darah yang keluar dari vagina berbau menyengat dan ibu
merasa badan nya panas
Pemeriksaan fisik
Terlihat pucat
Suhu tubuh tinggi
Uterus tidak berkontraksi
Letak fundus uteri tetap tinggi atau penurunan fundus uteri lambat
Tx Pemberian obat antibiotic
Pemberian uterotonika
Pemberian tablet Fe
Pemberian tranfusi
Polip Serviks
Etiologi Penyebab timbulnya polip serviks belum diketahui dengan pasti. Namun sering
dihubungkan dengan radang yang kronis, respon terhadap hormon estrogen dan
pelebaran pembuluh darah serviks. Penampilan polip serviks menggambarkan
respon epitel endoservik terhadap proses peradangan. Polip servik dapat
menimbulkan perdarahan pervaginam, perdarahan kontak, pasca coitus
merupakan gejala yang tersering dijumpai. Polip servik yang terjadi sebagai
akibat stroma local yang menutupi daerah antara kedua celah pada kanalis
servik. Epitellium silinder yang menutupi polip dapat mengalami ulserasi
polip serviks pada dasarnya adalah suatu reaksi radang, penyebabnya sebagian
besar belum diketahui. karena pada dasarnya adalah reaksi radang, maka ada
kemungkinan:
Radang sembuh sehingga polip mengecil atau kemudian hilang dengan
sendirinya
Polip menetap ukurannya
Polip membesar.
Anamnesis Leukorea yang sulit disembuhkan.
Terasa discomfort dalam vagina
Kontak berdarah dan Terdapat infeksi
Abnormal pendarahan vagina yang terjadi antara periode:
o Menstruasi
o Setelahmenopause
o Setelah hubungan seksual
o Setelah douching.
Pemeriksaan Makroskopis
Dapat tunggal atau multipel dengan ukuran beberapa centimeter, warna
kemerah merahan dan rapuh. Kadang kadang tangkainya jadi panjang
sampai menonjol dari introitus. Kalau asalnya dari portio konsistensinya
lebih keras dan pucat dengan tangkai yang tebal.
Histologi
Berasal dari mukosa yang dilapisi oleh 1 lapis epitel yang terdiri dari sel
sel silindris yang tinggi, yang khas berasal dari endocervix, dengan kelenjar
cervix dan stroma dari jaringan ikat yang halus disertai oedem dan infiltrasi
sel bulat. Sering pula disertai ulserasi pada ujungnya yang menyebabkan
terjadinya perdarahan. Banyak polip servic yang menunjukkan metaplasia
yang luas, disertai infeksi, menyerupai permulaan dari carcinum, Ca
epidermoid kadang kadang berasal dari polip.
Dx
Tx Bila dijumpai polip serviks, dokter dapat mengambil 2 macam tindakan :
1.konservatif, yakni bila ukuran polip kecil, tidak mengganggu, dan tidak
menimbulkan keluhan (misal sering bleeding, sering keputihan). dokter akan
membiarkan dan mengobservasi perkembangan polip secara berkala.
2.agresif, yakni bila ukuran polip besar, ukuran membesar, mengganggu
aktifitas, atau menimbulkan keluhan. tindakan agresif ini berupa tindakan
curettage atau pemotongan tangkai polip. tindakan kauter ini bisa dilakukan
dengan rawat jalan, biasanya tidak perlu rawat inap.untuk tindakan pengobatan
selain curettage untuk saat ini belum ada.
Infertil
Etiologi
Anamnesis Pada awal pertemuan, penting sekali memperoleh data mengenai kebiasaan
merokok atau minum minuman beralkohol. kemudain pasutri atau salah
satunya masih menjalani terapi khusus seperti antihipertensi, kortikosteroid,
dan sitostatika.
Cari informasi tentang frekuensi senggama. Senggama teratur 2-3 kali
dalam seminggu bagi pasutri yang kurang tahu masa ovulasinya.
Pemeriksaan Yang dilakukan yaitu melakukan pengukuran tinggi badan, berat badan, dan
lingkar pinggang serta indeks massa tubuh.
Pertumbuhan rambut abnormal seperti kumis, jenggot, jambang, bulu dada
yang lebat, bulu kaki yang lebat dan sebagainya atau pertumbuhan jerawat
yang banyak dan tidak normal pada perempuan, sering kali terkait dengan
komdisi hiperandrogenisme, baik klinis maupun kimiawi
Pemeriksaan dasar yang dianjurkan untuk mendeteksi adanya ovulasi dalam
sebuah siklus haid adalah penilaian kadar progesterone pada fase luteal
media, yaitu kurang lebih 7 hari sebelum perkiraan datangnya haid.
Pemeriksaan kadar TSH dan prolaktin hanya dilakukan jika ada indikasi
berupa siklus yang tidak berovulasi, keluhan galaktore, dan kelainan pada
kelenjar tiroid. Pemeriksaan kadar LH dan FSH dilakukan pada proliferasi
awal (hari 3-5) terutama jika dipertimbangkan terdapat peningkatan nisbah
LH/FSH pada kasus sindrom ovarium polikistik (SOPK). Bila ada tanda
hirsutisme dan hiperandrogenisme perlu dilakukan pemeriksaan kadar
testosterone atau free androgen index (FAI).
Dilakukan pemeriksaan analisis sperma.
Dx
Tx
Prolaps Vagina
PENANGANAN
1. Konservatif
Rawat di RS beriakan antibiotik
(ampisilin 4x500mg atau eritromisin
2x500mg selama 7hari)
<32-34minggu, dirawat selama air
ketuban masih keluar
32-37minggu belum inpartu, tidak ada
infeksi, tes busa negatif beri
deksametason, observasi tanda-tanda
infeksi. Lalu terminasi pada 37 minggu
32-37minggu sudah inpartu, tidak ada
infeksi, berikan salbutamol,
deksametason I.M 5mg setiap 6jam
sebanyak 4x dan induksi kehamilan
setelah 24jam
32-37 minggu sudah inpartu, ada infeksi
(tanda-tanda infeksi : suhu, leukosit dll)
berikan antibiotik dan lakukan induksi
32-37minggu berikan steroid untuk
memacu kematangan paru janin dan bila
memungkinkan periksa kadar lesitin dan
spingomielin tiap minggu.
2. Aktif
Kehamilan >37 minggu induksi dengan
oksitosin bila gagal lakukan seksio
sesaria
Bisa diberi misoprostol 25-50microg
intravaginal tiap 6jam maksimal 4x
Preeklampsi Bila ada tanda-tanda infeksi berikan
a antibiotik dosis tinggi dan persalinan
Pre-eklampsia diakhiri
adalah penyakit Catatan
dengan tanda- Bila skor pelvik <5, lakukan
tanda pematangan serviks kemudian induksi.
hipertensi, Jika gagal lakukan seksio sesaria
edema dan Bila skor pelvik >5 induksi persalinan
proteinuria
yang timbul
akibat Terbagi 2 yaitu:
kehamilan pada 1. Ringan
kehamilan Hipertensi lebih dari sama dengan
triwulan ke-3 140/90
(dapat terjadi Proteinuria lebih dari sama dengan
sebelum 300mg/24jam atau lebih dari sama
triwulan ke-3 dengan 1+dipstik
seperti pada Edema: edema lokal tidak dimasukkan
mola dalam kriteria preeklampsia kecuali
hidatidosa). edema pada lengan, muka, perut,
generalisata
2. Berat
TD lebih dari sama dengan 160/110
mmhg
Proteinuria lebih 5gr/24jam
Oliguri, urin < 500cc/24jam
Eklampsia Kenaikan kadar kreatinin plasma
Edema pulmo dan sianosis
Sindrom HELLP
Pertumbuhan janin intrauterin terhambat
Trombositopenia berat <100.000
sel/mm3
Nyeri epigastrium/ nyeri kuadran kanan
atas abdomen
Gangguan visus dan serebral :
penurunan kesadaran, nyeri kepala,
Penderita skotoma, pandangan kabur
preeklampsia
yang
mengalami
kejang
menyeluruh dan Gejala klinik: gejala preeklampsia +
koma kejang menyeluruh dan koma
1. Perawatan eklampsia
Terapi suportif untuk stabilisasi fungsi
vital (ABC)
2. Pengobatan medikamentosa
Beri obat anti kejang: MgSo4 atau bisa
pakai tiopental dan diazepam
Perawatan waktu kejang
Rawat kamar isolasi yang tenang TD,
nadi, RR dicatat tiap 30 menit pd kertas
grafik; suhu dicatat tiap jamsecara rectal
bila belum melahirkan maka lakukan
pemeriksaan obstetric (untuk
mengetahui kemajuan persalinan)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan sediaan langsung dengan
pewarnaan Gram dan biru metilen
Biakan sekret dalam media Thayer
Martin
Tes oksidasi/fementasi
Pemeriksaan tes Thomson 2 gelas
Tes iodometri,asidometri dan
pemeriksaan MIC untuk menentukan
N.gonorrhoeae yang memproduksi
penisilinase
PENATALAKSANAAN
Penisilin G Prokain dengan dosis 2,4-4,8
juta unit+ 1 gr probenesid
Ampisilin/amoksilin 3,5 gr + 1 gr
probenesid
Tiamfenikol 2,5-3,5 gr IM dosis tunggal
Kanamisin 2 gr dosis tunggal
Rifampisin 900-1200 mg dosis tunggal
INFEKSI
KONDILOMA
Kondiloma akuminata (KA) adalah infeksi menular seksual dengan kelainan berupa fibroepitelioma pada kulit dan mukosa
ANAMNESIS
1. Keluhan asimptomatik tetapi tergantung pada ukuran dan lokasi anatomi, dapat nyeri
dan gatal.
2. RPS lokasi Pria: ujung dan Wanita: vulva, Pria homoseksual
batang penis dan di dinding vagina, dan wanita yang
bawah prepusium leher rahim melakukan
jika tidak disunat (serviks) dan kulit hubungan seksual
di sekeliling vagina secara genitoanal:
daerah sekeliling
anus dan rectum
Onset muncul dalam waktu 1-6 bulan setelah terinfeksi, dimulai sebagai
pembengkakan kecil yang lembut, lembab, berwarna merah atau
pink.
PEMERIKSAA Fisik Papul kecil yang mungkin bergabung menjadi plak, papul
N keratotik, bunga anggur yang berkelompok (cauliflower) atau
papul yang datar.
Klinis kondiloma akuminata dibagi dalam 3 bentuk: bentuk
akuminata, bentuk papul dan bentuk datar. Selain itu, dikenal
pula sebutan Giant Condyloma untuk keadaan klinis KA tampak
sangat besar, bersifat invasif lokal dan tidak bermetastasis.
Penunjan Kondiloma di
g serviks harus
menjalani Pap-
smear secara rutin
lesi yang meragukan, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang
dengan dermatopatologi (biopsi), pap smear, deteksi HPV DNA,
dan pemeriksaan serologis.
Tes DNA HPV tidak direkomendasikan untuk kondiloma
akuminata karena hasil tes tidak mengubah penatalaksanaan pada
kondiloma akuminata
TERAPI Tujuan utama: menghilangkan lesinya. Cara pemilihan pengobatan tersebut
tergantung pada kondisi penderita (hamil atau tidak), ukuran, jumlah dan
lokasi dari lesi tersebut, gambaran morfologi kondiloma akuminata,
keterampilan dokter yang melakukan pengobatan serta faktor biaya.
Regimen pengobatan:
modalitas dapat diaplikasikan sendiri oleh pasien: podofilox 0,5% solusio
atau gel, imiquimod 5% krim, atau sinecathecin 5% ointment
modalitas yang harus dilakukan di sarana pelayanan kesehatan: krioterapi,
asam trikloroasetat (TCA) 80-90% atau terapi bedah seperti kuretase, bedah
listrik, eksisi, atau terapi laser.
Kutil yang menetap bisa diangkat melalui pembedahan (elektrokauter) dan
diperiksa dibawah mikroskop untuk meyakinkan bahwa itu bukan merupakan
suatu keganasan.
KOMPLIKASI Keganasan
Penyakit laten semakin sering kambuh pada wanita yang sedang hamil
Pendarahan sering terjadi pada flat penile wart
PID
Cracked Nipple
Etiologi Puting susu lecet dapat disebabkan trauma pada puting susu saat menyusui,
selain itu dapat pula terjadi retak dan pembentukan celah-celah
Anamnesis Nyeri puting susu menjadi alasan wanita berhenti menyusui
Pemeriksaan Retak dan pembentukan celah - celah
Dx
Tx 1. Cari penyebab puting susu lecet.
2. Bayi disusukan lebih dulu pada putting susu yang normal atau lecetnya
sedikit.
3. Tidak menggunakan sabun, krim, alkohol ataupun zat iritan lain saat
membersihkan payudara.
4. Menyusui lebih sering (8-12 kali dalam 24 jam).
5. Posisi menyusui harus benar, bayi menyusu sampai ke kalang payudara
dan susukan secara bergantian diantara kedua payudara.
6. Keluarkan sedikit ASI dan oleskan ke puting yang lecet dan biarkan
kering.
7. Pergunakan BH yang menyangga.
8. Bila terasa sangat sakit boleh minum obat pengurang rasa sakit.
Jika penyebabnya monilia, diberi pengobatan dengan tablet Nystatin.
Vulvitis
Abses Tubo-Ovarial
Etiologi Abses tubo ovarial adalah radang bernanah yang terjadi pada ovarium dan atau
tuba falopii pada satu sisi atau kedua sisi adneksa
Anamnesis Umur rata-rata 30-40 tahun, demam tinggi dengan menggigil, nyeri di perut
bagian bawah kanan atau kiri, mual dan muntah, takikardi.
Pemeriksaan PF:
Palpasi nyeri tekan pada perut bawah kanan atau kiri, kadang teraba
massa pada perut bawah
VT nyeri jika portio dgoyangkan, kadang-kadang ada penebalan dari tuba
Nyeri pada ovarium
PP:
Darah rutin peningkatan leukosit
Foto abdomen bila ada tanda-tanda ileus atau curiga adanya masa
diadneksa.
USG ada masa di adneksa untuk melihat ada tidaknya pembentukan
kantung-kantung pus, dapat untuk evaluasi kemajuan terapi.
Dx DD:
- ATO utuh dan belum memberika keluhan
o Kistoma ovarii, tumor ovarii
o Kehamilan ektopik yang utuh
o Abses peri apendikuler
o Mioma uteri
o Hidrosalping
- ATO utuh dengan keluhan
o Perforasi apendik
o Perforasi divertikel/ abses divertikel
o Perforasi ulkus peptikum
o Kelainan sistematis yang memberi distres akut abdominal
o Kista ovarii terinfeksi atau terpluntir
Inversio Uteri
Etiologi Faktor-faktor yang memungkinkan hal itu terjadi adalah adanya atonia uteri,
serviks yang masih terbuka lebar, dan adanya kekuatan yang menarik fundus
kebawah (misalnya karen plasenta akreta, inkreta dan perkreta, yang tali
pusatnya di tarik keras dari bawah) atau ada tekanan pada fundus uteri dari atas
(manuver crede) atau tekanan intra abdominal yang keras dan tiba tiba
(misalnya batuk keras atau bersin).
Anamnesis
Pemeriksaan
Dx Syok karena kesakitan
Pendarahan banyak bergumpal
Di vulva tampak endometrium terbalik dengan atau tanpa plasenta yang
masih melekat.
Bila baru terjadi, prognosis cukup baik akan tetapi kejadianya cukup lama,
maka jepitan serviks yang mengecil akan membuat uterus mengalami
iskemia, nekrosis dan inveksi
Tx Memanggil bantuan anastesi dan memasang infus untuk cairan atau darah
pengganti dan memberikan pemberian obat.
Beberapa memberikan tokolitik atau MgSo4 untuk melemaskan uterus yang
terbalik sebelum dilakukan reposisi manual yaitu mendorong endometrium
ke atas ke dalam vagina dan terus melewati serviks sampai tangan masuk
kedalam uterus pada posisi normalnya. Hal itu dapat dilakukan pada
sewaktu plasenta sudah terlepas atau tidak.
Didalam uterus plasenta dilepaskan secara manual dan bila berhasil
dikeluarkan dari rahim dan sambil memberikan uterotonika lewat infus atau
Im. Tangan tetap dipertahankan agar konfigurasi uterus kembali normal dan
tangan operator baru dilepaskan.
Pemberian antibiotika dan transfusi darah sesuai dengan keperluanya.
Inversi bedah dilakukan bila karena jepitan serviks yag keras menyebabkan
manuver diatas tidak bisa dikerjakan, maka dilakukan laparatomi untuk
reposisi dan kalau terpaksa dilakukan histerektomi bila uterus sudah
mengalami inveksi dan nekrosis.
CORPAL VAGINA
Mastitis
Etiologi Dari sumber yang lain disebutkan Mastitis adalah infeksi yang disebabkan
adanya sumbatan pada duktus (saluran susu) hingga puting susu pun mengalami
sumbatan
Anamnesis Gatal di payudara, demam, pusing, mual-muntah, penderita merasa kedinginan.
Pemeriksaan Inspeksi kemerahan pada payudara, kadang keluar nanah dari puting
Palpasi nyeri tekan, pengerasan pada payudara, ada benjolan di payudara
Dx
Tx
Disuria (rasa sukar kencing serta perasaan terbakar atau panas pada saluran
kencing/urethra atau di mulut luar uretra)
Hematuria
Urgensi
Pemeriksaan PF:
Nyeri kostoverterbra
Nyeri suprapubik
PP:
Pemeriksaan hema rutinleukositosis
Pemeriksaan urin rutinpyuria jika penyebabnya bakteri
Didapatkan leukosit lebih dari 15/LPB
Sering disertai proteinuria dan hematuria eritrosit dismorfik
Jika diperlukan dilakukan kultur urin untuk mengetahui jenis bakteri
Dx
Tx
Salpingitis
Etiologi Biasanya dikarenakan penjalaran dari IMS seperti gonorrhea atau clamidia
E.coli
Virus HIV
Bacteri coccus
Anamnesis Saat mens nyeri perut, ada discharge dari vagina yang berwarna keruh
dan berbau, demam, kadang ada perdarahanLBP, nyeri saat berhubungan
seksual, nyeri saat ovulasi
Apakah pernah abortus? salpingitis salah satu penyebab abortus
Apakah pernah melahirkan? Dimana?(untuk tau steril apa tidak)
Apakah pernah pakai IUD?
Pemeriksaan PF:
Nyeri perut biasanya bilateral
Palpasinyeri
Demam
Mual muntah
Nyeri kanan kiri bawah apabila palpasi
Defense muskular pada kanan kiri ligamentum pourpart
Pada periksa dalam nyeri kalau portio digoyangkan, nyeri kiri dan
kanan uterus, kadang-kandang ada penebalan dari tuba
PP:
Pemeriksaan darah rutin leukositosis, LED meningkat
Kultur
Swab vagina
Dx
Tx
Pre Eklampsi
Etiologi
Anamnesis Apakah punya rw hipertensi?
Apakah hipertensinya saat hamil saja?
Apakah ada penurunan penglihatan?
Apakah ada bengkak diseluruh tubuh?
Berapakah umur kehamilan sekarang?
Pemeriksaan PF:
TD sistolik 160 mmHg, TD diastolic 110 mmHg
Nyeri epigastrium
Skotoma dan gangguan visus lain atau nyeri di daerah frontal
Perdarahan retina
Edema pulmonum
Koma
Pengukuran tinggi fundus uteri
PP:
Peningkatan kadar enzim hati atau/dan ikterus
Trombosit < 100.000/mm3
Oligouria < 400 ml/24 jam
Proteinuria > 3 g/L
o Evaluasi hematologik (Ht, jumlah trombosit, morfologi eritrosit pada
sediaan apus darah tepi)
o Pemeriksaan fungsi hati (bilirubin, protein serum, aspartat
aminotransferase dsb)
o Pemeriksaan fungsi ginjal (ureum dan kreatinin)
Dx
Tx
Distosia
Penanganan
Dilakukan pengobatan simtomatis untuk mengurangi tonus otot, nyeri,
mengurangi ketakutan. Denyut jantung janin harus terus dievaluasi. Bila dengan
cara tersebut tidak berhasil, persalinan harus diakhiri dengan sectio cesarea
Retensio Placenta
Plasenta Inkarserata
Konsistensi uterus keras
TFU 2 jari bawah pusat
Bentuk uterus globular
Perdarahan sedang
Tali pusat terjulur
Ostium uteri terbuka
Separasi plasenta sudah lepas
Syok jarang
Konsistensi uterus cukup
TFU setinggi pusat
Bentuk uterus discoid
Perdarahan sedikit / tidak ada
Tali pusat tidak terjulur
Ostium uteri terbuka
Separasi plasenta melekat seluruhnya
Syok jarang sekali, kecuali akibat inversio oleh tarikan kuat pada tali pusat
PP:
Hitung darah lengkap: untuk menentukan tingkat hemoglobin (Hb) dan
hematokrit (Hct), melihat adanya trombositopenia, serta jumlah leukosit.
Pada keadaan yang disertai dengan infeksi, leukosit biasanya meningkat.
b) Menentukan adanya gangguan koagulasi dengan hitung Protrombin
Time (PT) dan Activated Partial Tromboplastin Time (APTT) atau yang
sederhana dengan Clotting Time (CT) atau Bleeding Time (BT). Ini penting
untuk menyingkirkan perdarahan yang disebabkan oleh faktor lain
Dx
Tx
Etiologi Torsi terjadi apabila terdapat kista ovarium yang terpluntir atau rotasi di
sekeliling pedikelnya
Korpus luteum
Kista folikel
Endometrioma
Kista teka-lutein
Kista dermoid
Anamnesis Apakah ada perdarahan di awal kehamilan?
Apakah punya riwayat dismenore?
Sering kencing jika ada desakan peritoneum
Pemeriksaan PF:
Nyeri abdomen akut pada bagian bawah abd
Mual sampai muntah-muntah
Jika hebat syok sampai sinkope
Nyeri pundak adanya perdarahan hebat yang menyebabkan iritasi
diafragma/ isi kista yang ruptur
PP:
Kuldosentesis jika ada perdarahan intraperitoneum ruptur kista
Foto abdomen cairan bebas peritoneum
Jika masih perdarahan, pembesaran adneksa laparotomi
Dx
Tx
Vaginitis
Kehamilan Normal
Etiologi Proses konsepsi dan terbentuknya zigot dari pertemuan sperma dan ovum yang
mengalami nidasi di dinding endometrium
Anamnesis Amenorrhea, kalau iya tentukan juga kapan tanggal pertama untuk
menentukan HPHT
Nausea dan Emesis, biasanya kasus tertentu ada yang mengalami
hiperemesis pada beberapa minggu sampai bulan pertama yang kita sebut
morning sickness
Mengidam
Pingsan, kadang hilang setelah 16 minggu kehamilan
Mammae menegang dan membesar
Anoreksia
Sering kencing, akibat penekanan VU, tp harus dibedakan dengan kelainan
VU lainnya atau poliuri pada DM
Obstipasi
Pigmentasi kulit, terjadi pada kehamilan diatas 12 minggu
Epulis, hipertrofi papilla gingival pada trimester pertama
Varises, pada triwulan terakhir
Tanyakan juga kapan terakhir berhubungan sexual dengan pasangan
Tanyakan GPA
Tanyakan riwayat menarche pada primipara
Pemeriksaan PF:
Perut ibu dengan metode Leopold
o 1: TFU dan posisi atas janin
o 2: Posisi samping janin
o 3: Posisi bawah janin
o 4: Letak bawah janin
Pemeriksaan dengan stetoskop Laenec untuk DJJ. Kadang baru jelas
terdengar pada kehamilan 18-20 minggu. Perhatikan DJJ apabila terdapat 2
bunyi yang berbeda irama dan kecepatan, maka kemungkinan adanya janin
lebih dari 1 (pada kasus Gemelli)
PP:
USG untuk memeriksa posisi dan bentuk uterus dan adanya janin
USG Doppler untuk memeriksa DJJ
Dx
Tx Ante Natal Care
Persalinan Preterm
Etiologi Persalinan yang terjadi pada minggu ke 37 atau kurang, yang penyebabnya bisa
dari ibu, janin, maupun anatomis organ reproduksi ibu
Hipertensi
IUGR (intra uterine growth retardation)
Solutio placentae
Placenta praevia
Kelainan Rhesus
Diabetes
Anamnesis
Pemeriksaan
Dx
Tx
PEMERIKSAAN LEOPOLD
SCORE
No ASPEK PENILAIAN
0 1 2
1 ATTITUDE
Salam dan perkenalan
Hadirkan saksi
Inform consent
Ibu diposisikan di tempat tidur, kaki di fleksikan (litotomi)
Buka pakaian ibu secukupnya (dari proc. Xiphoideus simfisis pubis)
Tutup bagian yang tidak perlu dengan selimut
2 INSPEKSI
Pada kehamilan trimester 2-3
Tampak perut membesar
Pembesaran perut melintang atau membujur
Pigmentasi linea alba / striae +/-
Sikatriks +/-
Terlihat gerakan anak +/-
3 PEMERIKSAAN LEOPOLD
Hangatkan tangan
Leopold 1
Pemeriksa menghadap ke muka ibu
Menentukan tinggi fundus
Meraba bagian janin yang terletak di fundus dengan kedua telapak tangan
Apakah teraba bulat, besar lunak (bokong) / bulat, besar, keras (kepala) / teraba tahanan memanjang
(punggung) / teraba bagian kecil-kecil (ekstremitas)
Pada kehamilan aterm dengan presentasi kepala, pada pemeriksaan Leopold 1 akan teraba bulat, besar,
lunak (bokong)
Leopold 2
Pemeriksa menghadap ke muka ibu
Meraba bagian janin yang terletak di sebelah kanan maupun kiri uterus dengan kedua telapak tangan
Apakah teraba bulat, besar lunak (bokong) / bulat, besar, keras (kepala) / teraba tahanan memanjang
(punggung) / teraba bagian kecil-kecil (ekstremitas)
Pada kehamilan aterm dengan presentasi kepala, pada pemeriksaan Leopold 2 akan teraba tahanan
memanjang (punggung) di satu sisi dan teraba bagian kecil-kecil (ekstremitas) di sisi lain
Leopold 3
Pemeriksa menghadap ke muka ibu
Meraba bagian janin yang terletak di atas simfisis pubis sementara tangan yang lain menahan fundus untuk
fiksasi
Apakah teraba bulat, besar lunak (bokong) / bulat, besar, keras (kepala) / teraba tahanan memanjang
(punggung) / teraba bagian kecil-kecil (ekstremitas)
Pada kehamilan aterm dengan presentasi kepala, pada pemeriksaan Leopold 3 akan teraba bulat, besar,
keras (kepala)
Tambahan:
Pemeriksaan Osborn test
Pegang kepala janin dan diupayakan untuk masuk PAP
Jika tidak dapat masuk karena masih tinggi, harus diukur dengan jari untuk mengetahui seberapa tingginya
dari simfisis pubis
Jika tingginya sekitar 3 jari di atas simfisis atau lebih berarti Osborn test + (kepala janin belum masuk ke
PAP kemungkinan ada Cephalopelvic Disproportion)
Leopold 4
Pemeriksa menghadap ke kaki ibu
Menentukan apakah bagian terbawah janin sudah masuk atau melewati PAP dengan cara mendindingi
bagian terbawah janin, bila presentasinya:
o Konvergen : bagian terbawah janin belum masuk ke PAP
o Sejajar : bagian terbawah janin sebagian telah masuk ke PAP
o Divergen : bagian terbawah janin telah masuk masuk ke PAP
Catatan: gemelli pada pemeriksaan Leopold akan teraba minimal 3 bagian besar
TAMBAHAN
Pada gemelli akan terdengar 2 punctum maximum dengan frekuensi yang berbeda
Pemeriksaan Leopold
PEMERIKSAAN VT OBSTETRIK,
MENENTUKAN PRESENTASI, DAN POINT OF DIRECTION PD PERSALINAN
No SCORE
ASPEK PENILAIAN
0 1 2
a. PENDAHULUAN
1 Salam
2 Member informasi kepada pasien akan dilakukan pemeriksaan dalam vagina dengan tujuan untuk
mengetahui ada tidaknya kelainan organ genitalia
Minta pasien untuk BAK (buang air kecil) terlebih dahulu
3 Membaca basmalah
b. PEMERIKSAAN VAGINAL TOUCHER
1 Periksa kelengkapan peralatan yang dipakai
3 Penderita diminta untuk melepas pakaian bagian bawah dan celana dalamnya kemudian berbaring
di meja ginekologi dengan posisi litotomi, kedua telapak kakinya diletakkan di penyangga
5 Pemeriksa pakai sarung tangan dengan cara yang benar untuk tangan kanan
10 Dengan kedua jari tersebut, susuri dinding vagina belakang, depan, kiri, kanan sampai teraba portio
Cermati dan rasakan apakah ada kelainan
Tambahan:
Rugae
Primigravida / nulipara : masih ada
Multipara: sudah menghilang
11 Setelah teraba portio, lakukan pemeriksaan bimanual, dengan bantuan tangan kiri diletakkan di
supra simfisis, menekan ke arah jari tangan yang ada di vagina
Tentukan besar uterus, konsistensi, ada tidak nyeri, posisi ante/retro flexi, dextro/sinistro posisi
12 Periksa pula besarnya portio, konsistensinya, ostium uteri externa tertutup atau terbuka (dengan
cara memasukkan jari bila terbuka jari bisa masuk, curiga abortus), nyeri goyang portio
Tambahan:
Ukuran dan konsistensi portio:
Nulipara: ukurannya sebesar jempol tangan serta konsistensinya seperti cuping hidung
Saat hamil: ukurannya sebesar jempol kaki serta konsistensinya seperti cuping telinga
(vivir)
13 Kemudian arahkan pemeriksaan bimanual ke sisi kanan uterus, periksalah adneksa dan
parametrium.
Apakah teraba pembesaran ovarium, bila ada, perkirakan besar, konsistensi, nyeri/tidak,
mobilitasnya
Tuba: teraba nyeri, infiltrate kaku?
Lakukan hal yang sama untuk adneksa dan para metrium kiri
15 Terakhir, tariklah kedua jari secara perlahan, kemudian perhatikan discharge yang menempel pada
sarung tangan
Adakah fluxus (darah) dan fluor
c. PEMERIKSAAN INSPEKULO
1 Pakai sarung tangan steril untuk tangan kiri
5 Pegang speculum dengan jari tengah, telunuk dan ibu jari secara gentle
Olesi ujung spekulu, dengan jelly
6 Dengan posisi miring, masukkan secara perlahan speculum vagina, sambil sedikit ditekan ke arah
commisura posterior
Setelah masuk sekitar 2-3 cm, putar 90 derajat (searah jarum jam)
Masukkan menyusuri dinding vagina sampai kelihatan portio, kemudian kunci
7 Lihat dinding vagina kanan dan kiri
Perhatikan portio besarnya, perlunakan/ erosi
Adakah polip, kista nobouti, mioma geburt, benang IUD, ostium uteri externa tertutup atau
terbuka, discharge yang keluar (fluxus/fluor)
8 Untuk melihat dinging depan atau belakang vagina, putar speculum searah jarum jam
d. SONDASE UTERUS
1 Ambil kapas atau kasa steril yang telah dibasahi cairan disinfektan dengan tampon tang, oleskan
pada portio
2 Ambil tenakulum, jepit bibir portio lalu pegang tenakulum yang telah menjepit portio dengan
tangan kiri
5 Tentukan besarnya uterus dengan melihat bekas discharge yang menempel pada sonde
Normalnya
Nullipara: 6-7 cm
Multipara: 8cm
7 Untuk melepas tenakulum, kendorkan kuncinya, tarik secara perlahan sekitar 2-3 cm, kemudian
speculum ditutup dan ditarik sampai keluar vagina
8 Taruhlah alat bekas pakai di tempat yang telah disediakan
Lepas sarung tangan dengan cara yang benar
10 Hamdallah
SCORE
No ASPEK PENILAIAN
0 1 2
MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN
1 Mengamati tanda dan gejala persalinan kala 2
Tanda:
o Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rectum dan vagina
o Ibu mempunyai keinginan untuk mengejan
Gejala
o Perineum menonjol
o Vulva Vagina Sfingter anal membuka
4 Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih serta mengeringkan tangan dengan handuk
kemudian memakai sarung tangan steril
5 Menghisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik dan meletakkannya kembali di partus set
7 Dengan menggunakan teknik aseptic, lakukan VT untuk memastikan bahwa pembukaan cervix
sudah lengkap
Catatan:
Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi
dengan menggunakan setengah cocher
8 Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa DJJ
dalam batas normal (120-160x per menit)
10 Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, letakkan handuk bersih di atas
perut ibu untuk mengeringkan bayi dan meletakkan kain bersih yang dilipat sepertiga bagian
di bawah bokong ibu
Catatan:
Sediakan tempat untuk antisipasi terjadinya komplikasi persalinan (asfiksia), sebelah bawah
kaki ibu tempat datar alas keras. Beralaskan 2 kain dan 1 handuk serta lampu sorot 60 watt
(jarak 60 cm dari tubuh bayi)
LAHIRNYA KEPALA
11 Saat kepala bayi membuka vulva 5-6 cm, lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi
kain yang telah diletakkan di bawah bokong ibu, letakkan tangan yang lain di kepala bayi dan
lakukan tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi, membiarkannya keluar
perlahan-lahan
12 Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan kasa yang bersih.
Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai
Catatan:
Jika tali pusat melilit leher dengan longgar, lepaskan lebat bagian atas kepala bayi.
Jika tali pusat melilit erat, klem tali pusat di dua tempat dan memotongnya
13 Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan
LAHIRNYA BAHU
14 Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparietal
Anjurkan pada ibu untuk meneran saat kontraksi
Dengan lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di arkus
pubis kemudian melakukan gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang
LAHIRNYA BADAN DAN TUNGKAI
15 Setelah bahu lahir, gesar tangan bawah ke arah perineum ibu untuk menyanggah kepala,
lengan dan siku sebelah bawah
Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah atas
16 Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung ke arah bokong dan tungkai
bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telunjuk tangan kiri di antara
kedua lutut janin)
PENANGANAN BAYI BARU LAHIR (Pemberian Oksitosin)
17 Melakukan penilaian selintas:
a. Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas tanpa kesulitan?
b. Apakah bayi bergerak aktif?
18 Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian
tangan tanpa membersihkan vernix
Membiarkan bayi di atas perut ibu
19 Memeriksa kembail uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus
Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar kontraksi uterus baik
20 Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha atas bagian
distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin)
21 Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi.
Mendorong isi tali pusat le arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari
klem pertama
22 Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan lakukan
pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut
Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril
23 Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi
KALA 3
2 Meletakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, tepi atas simfisis untuk mendeteksi.
Tangan lain menegangkan tali pusat
4 Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan, sementara
tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati ke arah dorso cranial.
Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu
hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur
5 Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas, meminta ibu
meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai kemudian dan ke
arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorsokranial)
Catatan:
Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm
dari vulva
Jika plasenta tidak lepas setelah melalui penegangan tali pusat selama 15 menit:
o Ulangi pemberian oksitosin 10 unit IM
o Menilai kendung kemih dan mengkateterisasi kandung kemih
o Menyiapkan rujukan
o Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya
o Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalm waktu 30 menit sejak kelahiran
bayi
6 Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati.
Bila perlu (terasa ada tahana), pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran
searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban
Catatan:
Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan steril, menggunakan jari-jari tangan
untuk melepaskan bagian selaput yang tertinggal
7 Setelah plasenta lahir, lakukan masase (pemijatan) pada fundus uteri dengan menggosok
fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi
uterus baik (fundus teraba keras)
8 Periksa bagian maternal dan fetal plasenta dengan tangan kanan untuk memastikan bahwa
seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap dan masukkan ke dalam kantong
plastic yang tersedia
Catatan:
Jika uterus tidak berkontraksi setelah melahirkan, lakukan masase selama 15 detik,
mengambil tindakan yang sesuai
11 Melakukan evaluasi tekanan darah, nadi dan kandung kemih setiap 15 m3nit selama satu
jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan.
Melengkapi partograf
ANAMNESIS PADA KEHAMILAN
BISMILLAHIRROHAMAANIRROHIIM
I. Aspek Ketrampilan Membina Sambung Rasa
a. Salam
b. Empati
c. Persilahkan duduk
d. Perkenalkan diri
II. Aspek Ketrampilan Mengumpulkan Informasi
a. Menggunakan bahasa verbal dan non-verbal yang mudah dipahami
III. Aspek Ketrampilan Menjaga Proses Anamnesis
a. Menjadi pendengar yang baik
b. Penampilan baik, ramah, sopan, dan santun
IV. Aspek Medis (menanyakan)
a. Identitas pasien (nama, umur, agama, pendidikan terakhir, pekerjaan, status
perkawinan, nama suami)
b. Keluhan utama lanjut sacred seven
i. Untuk KU, bisa periksa
1. Control kehamilan
Pemeriksaan mengarah ke gejala, tanda pasti dan tidak pasti kehamilan (amenorrhea, HPHT,
mual muntah, test kehamilan dll) mengarah bahwa ibu ini memang hamil
2. Mengalami gangguan / patologi dlm kehamilan (perdarahan, tak
merasakan gerak janin, dll)
3. Pasien rujukan
ii. Contoh2 KU: kenceng2, keluar darah / air dr jalan lahir, gerak janin tak terasa
c. Riwayat kehamilan sekarang
i. Riwayat menstruasi
1. HPHT (hari pertama haid terakhir)
Menentukan tanggal persalinan Menggunakan rumus NAEGLE hari +7 bulan -3 tahun +1
2. Siklus brp hari? Teratur? Dismenorrhea?
3. Menarche usia brp?
ii. Riwayat prkawinan
1. Berapa kali?
2. Jumlah anak?
iii. Riwayat obstetric / kehamilan
1. Hamil berapa kali?
2. Anak yang lahir berapa?
a. Jenis kelaminnya apa?
b. BB? PB? (berat, panjang)
c. Ditolong? Siapa? (nidan, dokter, dukun)
d. Spontan?
e. Sekarang anaknya usia?
f. Keadaan anak sekarang? Sehat?
3. Riwayat keguguran? (ada ga?)
a. Pada usia kehamilan brp?
b. Dikuret ga?
iv. Riwayat nifas sebelumnya
v. Riwayat KB
d. Riwayat penyakit dahulu
i. Riwayat penyakit sistemik yg mungkin mempengaruhi atau diperberat oleh
kehamilan, persalinan
ii. Riwayat operasi
V. Riwayat ANC (antenatal care)
a. Berapa kali?
b. Dimana? (bidan, dokter)
c. Pesan2 khusus
d. Imunisasi TT
e. Obat?
VI. Riwayat penyakit keluarga
a. Penyakit keturunan ada?
b. Ada riwayat kembar?
c. Penyakit menular?
VII. Riwayat gizi, social ekonomi, penghasilan
VIII. Menutup, simpulkan hasil anamnesis
IX. Mencatat secara terstruktur dalam rekam medic
ALHAMDULILLAH