Anda di halaman 1dari 78

Sifilis

Etiologi Merupakan penyakit infeksi sistemik disebabkan oleh Treponema pallidum


yang dapat mengenai seluruh organ tubuh, mulai dari kulit, mukosa, jantung
hingga susunan saraf pusat, dan juga dapat tanpa manifestasi lesi ditubuh.
Infeksi terbagi menjadi beberapa fase, yaitu fase primer, fase sekunder, fase
laten dan fase lanjut, serta tersier. Ditularkan lewat kontak seksual, namun bisa
vertical pada masa kehamilan.
Anamnesis
Pemeriksaan 1. primer
Lesi primer berupa tukak di genital eksterna 3 minggu setelah kontak.
Pada perempuan lesi di labia mayor, labia minor, fourchette, serviks
Lesi awal berupa papul berindurasi dan tidak nyeri, permukaannya
mengalami nekrosis.
Ulserasi dengan tepi meninggi, batas tegas
2. Sekunder
Malese, demam, nyeri kepala, limfadenopati generalisata
Ruam generalisata dengan lesi di palmar, plantar, mukosa oral atau
genital, kondiloma lata di intertrigenosa dan alopesia
3. Laten tanpa gejala klinik
4. Tersier dapat terjadi dari beberapa bulan sampai tahunan.. menimbulkan
kerusakan di system saraf pusat, system kardiovaskular, mata, kulit serta
organ lain.
Dx Diagnosis pasti ditegakkan dengan cara menemukan T.pallidum dalam
specimen dengan menggunakan mikroskop lapang pandang gelap,
pewarnaan Burry, atau mikroskop immunofluoresensi.
Pemeriksaan bantu lain yaitu tes non treponemal (tes reagen) untuk melacak
antibody igG dan igM terhadap lipid yang terdapat pada permukaan sel
treponema.
Tx Menurut WHU dan CDC merekomendasikan pemberian terapi injeksi Penisilin
Benzatin 2,4 juta MU untuk sifilis primer, sekunder, dan laten dini.untuk sifilis
laten lanjut atau tidak diketahui lamanya, mendapat 3 dosis injeksi tersebut.
Bagi yang alergi penicillin dan tidak hamil bisa diberikan doksisiklin, tetrasiklin
peroral. Bagi yang alergi pensisilin dan hamil tetap diberikan pensisilin dengan
cara desensitasi

Vaginosis Bacterial

Etiologi Sindrom klinik akibat pergantian Lactobacillus Spp penghasil H2O2 yang
merupakan flora normal vagina dengan bakteri anaerob dalam konsentrasi
tinggi ( seperti Bacteriocedes spp, Mobilincus Spp, Mycoplasma hominis)
Anamnesis Bau amis terutama waktu senggama
Pada pemeriksaan ditemuka secret yang homogeny, tipis, dan warna keabu-
abuan.
Pemeriksaan
Dx Ditegakkan berdasarkan criteria Amsel yaitu adanya tiga dari empat tanda tanda
berikut :
Cairan vagina homogeny, putih keabu-abuan dan melekat pada dinding
vagina
Ph vagina >4,5
Secret vagina berbau amis sebelum atau setelah penambahan KOH 105
Clue celss pada pemeriksaan mikroskopik

Tx Metronidazol 500 mg, klindamisin

Korioamnionitis

Etiologi
Korioamnionitis adalah infeksi pada korion dan amnion
Anamnesis
Persalinan prematur
Persalinan lama

Ketuban pecah lama

Pemeriksaan dalam yang dilakukan berulang-ulang

Adanya bakteri patogen pada traktus genitalia (IMS, BV)

Alkohol

Rokok
Pemeriksaan
Dx
Korioamnionitis adalah diagnosis klinis yang ditegakkan bila ditemukan demam
>380C dengan 2 atau lebih tanda berikut ini:

leukositosis >15.000 sel/mm3

denyut jantung janin >160 kali/menit

frekuensi nadi ibu >100 kali/menit

nyeri tekan fundus saat tidak berkontraksi

cairan amnion berbau


Tx
a. Tatalaksana Umum

Rujuk pasien ke rumah sakit.


Beri antibiotika kombinasi: ampisilin 2 g IV tiap 6 jam ditambah gentamisin
5 mg/kgBB IV setiap 24 jam.

Terminasi kehamilan. Nilai serviks untuk menentukan cara persalinan:

o Jika serviks matang: lakukan induksi persalinan dengan oksitosin

o Jika serviks belum matang: matangkan dengan prostaglandin


dan infus oksitosin, atau lakukan seksio sesarea

Jika persalinan dilakukan pervaginam, hentikan antibiotika


setelah persalinan. Jika persalinan dilakukan dengan seksio sesarea,
lanjutkan antibiotika dan tambahkan metronidazol 500 mg IV tiap 8 jam
sampai bebas demam selama 48 jam.

b. Tatalaksana Khusus

Jika terdapat metritis (demam, cairan vagina berbau), berikan antibiotika.

Jika bayi mengalami sepsis, lakukan pemeriksaan kultur darah dan


beri antibiotika yang sesuai selama 7-10 hari.

Persalinan Bayi Post Matur

Etiologi
Kehamilan post matur menurut Prof. Dr. dr. Sarwono Prawirohardjo adalah
kehamilan yang melewati 294 hari atau lebih dari 42 minggu lengkap di hitung
dari HPHT. Sedangkan menurut Ida Bagus Gde Manuaba kehamilan lewat
waktu adalah kehamilan yang melebihi waktu 42 minggu belum terjadi
persalinan.
Anamnesis
Pemeriksaan Tanda postterm dapat di bagi dalam 3 stadium (Sarwono Prawirohardjo) :
Stadium I
Kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan maserasi berupa kulit
kering, rapuh dan mudah mengelupas.
Stadium II
Gejala di atas disertai pewarnaan mekonium (kehijauan) pada kulit
Stadium III
Terdapat pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit dan tali pusat

Tanda bayi Postmatur (Manuaba, Ida Bagus Gde, 1998)


Biasanya lebih berat dari bayi matur ( > 4000 gram)
Tulang dan sutura kepala lebih keras dari bayi matur
Rambut lanugo hilang atau sangat kurang
Verniks kaseosa di bidan kurang
Kuku-kuku panjang
Rambut kepala agak tebal
Kulit agak pucat dengan deskuamasi epitel
Dx 1. Bila tanggal HPHT di catat dan diketahui wanita hamil, diagnosis tidak
sukar
2. Bila wanita tidak tahu, lupa atau tidak ingat, atau sejak melahirkan yang
lalu tidak dapat haid dan kemudian menjadi hamil, hal ini akan sukar
memastikannya. Hanyalah dengan pemeriksaan antenatal yang teratur dapat
diikuti tinggi dan naiknya fundus uteri, mulainya gerakan janin dan
besarnya janin dapat membantu diagnosis.
3. Pemeriksaan berat badan diikuti, kapan menjadi berkurang, begitu pula
lingkaran perut dan jumlah air ketuban apakah berkurang.
4. Pemeriksaan rontgenologik, dapat dijumpai pusat-pusat penulangan
pada bagian distal femur, bagian proksimal tibia, tulang kuboid, diameter
bipariental 9,8 cm atau lebih.
5. USG : ukuran diameter bipariental, gerakan janin dan jumlah air ketuban
6. Pemeriksaan sitologik air ketuban : air ketuban diambil dengan
amniosentesis, baik transvaginal maupun transabdominal. Air ketuban akan
bercampur lemak dari sel-sel kulit yang dilepas janin setelah kehamilan
mencapai lebih dari 36 minggu. Air ketuban yang diperoleh dipulas dengan
sulfat biru nil maka sel-sel yang mengandung lemak akan berwarna jingga.
Bila :
Melebihi 10% : kehamilan di atas 36 minggu
Melebihi 50% : kehamilan di atas 39 minggu
7. Amnioskopi : melihat derajat kekeruhan air ketuban, menurut warnanya
karena dikeruhi mekonium.
8. Kardiotografi : mengawasi dan membaca DJJ, karena insufiensi plasenta
9. Uji Oksitosin (stress test) : yaitu dengan infus tetes oksitosin dan
diawasi reaksi janin terhadap kontraksi uterus. Jika ternyata reaksi janin
kurang baik, hal ini mungkin janin akan berbahaya dalam kandungan.
10. Pemeriksaan kadar estriol dalam urin
11. Pemeriksaan PH darah kepala janin
12. Pemeriksaan sitologi vagina
Tx
1. Setelah usia kehamilan > 40-42 minggu yang penting adalah monitoring
janin sebaik-baiknya.

2. Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiense plasenta, persalinan spontan


dapat ditunggu dengan pengawasan ketat

3. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan serviks, kalau sudah


matang boleh dilakukan induksi persalinan dengan atau tanpa amniotomi.

4. Bila :
5. Riwayat kehamilan yang lalu ada kematian janin dalam rahim

6. Terdapat hipertensi, pre-eklampsia

7. Kehamilan ini adalah anak pertama karena infertilitas

8. Pada kehamilan > 40-42 minggu

Maka ibu dirawat di rumah sakit

1. Tindakan operasi seksio sesarea dapat dipertimbangkan pada

Insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang

Pembukaan yang belum lengkap, persalinan lama dan terjadi gawat


janin, atau

Pada primigravida tua, kematian janin dalam kandungan, pre-eklampsia,


hipertensi menahun, anak berharga (infertilitas) dan kesalahan letak
janin.

2. Pada persalinan pervaginam harus diperhatikan bahwa partus lama akan


sangat merugikan bayi, janin postmatur kadang-kadang besar; dan
kemungkinan diproporsi sefalo-pelvik dan distosia janin perlu
dipertimbangkan. Selain itu janin postmatur lebih peka terhadap sedatif dan
narsoka, jadi pakailah anestesi konduksi.

Ruptur Serviks
Etiologi Robekan jalan lahir

Predisposisi:
Makrosomia
Malpresentasi
Partus presipitatus
Distosia bahu
Anamnesis Manifestasi klinis
Kontraksi uterus baik
Perdarahan terus menerus
Darah segar warna merah
Pemeriksaan 1. Pemeriksaan fisisk
a. kontraksi uterus baik
b. plasenta lengkap
c. perlukaan dapat diraba dengan 2 jari
d. inspekulo
2. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium (darah rutin, golongan darah, time bleeding, factor
pembekuan)
Dx Atonia uteri: uterus tidak kontraksi
Retensio plasenta
Rupture uteri: perdarahan intraabdomen, janin dalam cavum abdomen, syok
hipovolemi
Hematoma: nyeri bawah perut, perdarahan pervaginam tidak terlalu banyak,
KU memburuk
Perlukaan vagina, vulva, perineum
Episiotomy: robekan rapi
Rupture vesika urinaria: nyeri di atas simfisis, urin berdarah
Simfisiolisis: nyeri tekan persendian simfisis, simfisis regang
Ggn. Pembekuan darah
Tx Infuse dan transfuse jika perlu
Serviks ditarik keluar, dijahit kembali tanpa melibatkan endoserviks
Pasang tampon vagina selama 24 jam untuk memastikan kesembuhan dan
menghentikan perdarahan
AB profilaksis.

Subinvolusio Uteri

Etiologi Sub involusi adalah kegagalan uterus untuk mengikuti pola normal
involusi/proses involusi rahim tidak berjalan sebagaimana
mestinya,sehingga proses pengecilan uterus terhambat.
Sub involusi merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan
kemunduran yang terjadi pada setiap organ dan saluran reproduktif,kadang
lebih banyak mengarah secara spesifik pada kemunduran uterus yang
mengarah ke ukurannya.
Terjadi infeksi
Terdapat sisa plasenta atau selaput plasenta di dalam uterus
Anamnesis
Pemeriksaan Letak fundus uteri tetap tinggi atau penurunan fundus uteri lambat
Pengeluaran lochea seringkali gagal berubah
Terdapat bekuan darah
Lochea berbau menyengat
Uterus tidak berkontraksi
Terlihat pucat
Tekanan darah rendah serta suhu tubuh tinggi lemah
Dx Ibu mengatakan darah yang keluar dari vagina berbau menyengat dan ibu
merasa badan nya panas
Pemeriksaan fisik
Terlihat pucat
Suhu tubuh tinggi
Uterus tidak berkontraksi
Letak fundus uteri tetap tinggi atau penurunan fundus uteri lambat
Tx Pemberian obat antibiotic
Pemberian uterotonika
Pemberian tablet Fe
Pemberian tranfusi

Polip Serviks

Etiologi Penyebab timbulnya polip serviks belum diketahui dengan pasti. Namun sering
dihubungkan dengan radang yang kronis, respon terhadap hormon estrogen dan
pelebaran pembuluh darah serviks. Penampilan polip serviks menggambarkan
respon epitel endoservik terhadap proses peradangan. Polip servik dapat
menimbulkan perdarahan pervaginam, perdarahan kontak, pasca coitus
merupakan gejala yang tersering dijumpai. Polip servik yang terjadi sebagai
akibat stroma local yang menutupi daerah antara kedua celah pada kanalis
servik. Epitellium silinder yang menutupi polip dapat mengalami ulserasi
polip serviks pada dasarnya adalah suatu reaksi radang, penyebabnya sebagian
besar belum diketahui. karena pada dasarnya adalah reaksi radang, maka ada
kemungkinan:
Radang sembuh sehingga polip mengecil atau kemudian hilang dengan
sendirinya
Polip menetap ukurannya
Polip membesar.
Anamnesis Leukorea yang sulit disembuhkan.
Terasa discomfort dalam vagina
Kontak berdarah dan Terdapat infeksi
Abnormal pendarahan vagina yang terjadi antara periode:
o Menstruasi
o Setelahmenopause
o Setelah hubungan seksual
o Setelah douching.
Pemeriksaan Makroskopis
Dapat tunggal atau multipel dengan ukuran beberapa centimeter, warna
kemerah merahan dan rapuh. Kadang kadang tangkainya jadi panjang
sampai menonjol dari introitus. Kalau asalnya dari portio konsistensinya
lebih keras dan pucat dengan tangkai yang tebal.
Histologi
Berasal dari mukosa yang dilapisi oleh 1 lapis epitel yang terdiri dari sel
sel silindris yang tinggi, yang khas berasal dari endocervix, dengan kelenjar
cervix dan stroma dari jaringan ikat yang halus disertai oedem dan infiltrasi
sel bulat. Sering pula disertai ulserasi pada ujungnya yang menyebabkan
terjadinya perdarahan. Banyak polip servic yang menunjukkan metaplasia
yang luas, disertai infeksi, menyerupai permulaan dari carcinum, Ca
epidermoid kadang kadang berasal dari polip.
Dx
Tx Bila dijumpai polip serviks, dokter dapat mengambil 2 macam tindakan :
1.konservatif, yakni bila ukuran polip kecil, tidak mengganggu, dan tidak
menimbulkan keluhan (misal sering bleeding, sering keputihan). dokter akan
membiarkan dan mengobservasi perkembangan polip secara berkala.
2.agresif, yakni bila ukuran polip besar, ukuran membesar, mengganggu
aktifitas, atau menimbulkan keluhan. tindakan agresif ini berupa tindakan
curettage atau pemotongan tangkai polip. tindakan kauter ini bisa dilakukan
dengan rawat jalan, biasanya tidak perlu rawat inap.untuk tindakan pengobatan
selain curettage untuk saat ini belum ada.

Infertil

Etiologi
Anamnesis Pada awal pertemuan, penting sekali memperoleh data mengenai kebiasaan
merokok atau minum minuman beralkohol. kemudain pasutri atau salah
satunya masih menjalani terapi khusus seperti antihipertensi, kortikosteroid,
dan sitostatika.
Cari informasi tentang frekuensi senggama. Senggama teratur 2-3 kali
dalam seminggu bagi pasutri yang kurang tahu masa ovulasinya.
Pemeriksaan Yang dilakukan yaitu melakukan pengukuran tinggi badan, berat badan, dan
lingkar pinggang serta indeks massa tubuh.
Pertumbuhan rambut abnormal seperti kumis, jenggot, jambang, bulu dada
yang lebat, bulu kaki yang lebat dan sebagainya atau pertumbuhan jerawat
yang banyak dan tidak normal pada perempuan, sering kali terkait dengan
komdisi hiperandrogenisme, baik klinis maupun kimiawi
Pemeriksaan dasar yang dianjurkan untuk mendeteksi adanya ovulasi dalam
sebuah siklus haid adalah penilaian kadar progesterone pada fase luteal
media, yaitu kurang lebih 7 hari sebelum perkiraan datangnya haid.
Pemeriksaan kadar TSH dan prolaktin hanya dilakukan jika ada indikasi
berupa siklus yang tidak berovulasi, keluhan galaktore, dan kelainan pada
kelenjar tiroid. Pemeriksaan kadar LH dan FSH dilakukan pada proliferasi
awal (hari 3-5) terutama jika dipertimbangkan terdapat peningkatan nisbah
LH/FSH pada kasus sindrom ovarium polikistik (SOPK). Bila ada tanda
hirsutisme dan hiperandrogenisme perlu dilakukan pemeriksaan kadar
testosterone atau free androgen index (FAI).
Dilakukan pemeriksaan analisis sperma.
Dx
Tx

Prolaps Vagina

Nama Definisi Diagnosis


Penyakit
Prolaps Terbagi 2, yaitu Cara bedain inversi dan eversio:
vagina : Penderita disuruh meneran, dan :
1. Inversi : adanya 1. Bila terlihat sistokel (turunnya kandung
kerusakan dari kemih melalui fasia puboservikal.
otot penyokong Dinding vagina jadi tipis dan terjadi
vagina atas penonjolan ke lumen vagina) dan
karena rektokel (rektum yang menonjol ke
persalinan/teka dalam vagina) dulu kemudian disusul
nan servik, jaringan penyokong bawah rusak
intraabdominal maka eversio > dominan
yang tinggi 2. Bila terlihat serviks dulu dan disusul
2. Eversio : sistokel/rektokel, kerusakan pada
lemahnya otot jaringan penyokong vagina atas, inversi
vagina bawah >dominan
akibat trauma
persalinan

Prolaps Uteri Terjadi karena


kelemahan
lig.endopelvik a) Klasifikasi prolaps uteri:
terutama 1. Tingkat 1: serviks turun sampai introitus
lig.transversal vagina
2. Tingkat 2: serviks menonjol keluar dari
introitus vagina
3. Tingkat 3: seluruh uterus keluar dari
introitus vagina
4. Tingkat 4: prosidensia uteri
b). Etiologi: partus yang
berulang+penyulit
c).Gejala klinik
1.perasaan adanya suatu benda yang
mengganjal di genitalia eksterna
2. pengeluaran serviks dari vulva,
mengganggu penderita waktu berjalan
dan bekerja. Gesekan porsio uteri oleh
celana menimbulkan lecet sampai luka
dan dekubitus pada porsio uteri
3. Leukorea karena kongesti pembuluh
darah didaerah serviks, karena infeksi
serta luka pada porsio uteri
d). DIAGNOSIS
Penderita dalam posisi jongkok
disuruh mengejan, dan ditentukan
dengan pemeriksaan dengan jari, apakah
porsio uteri pada posisi normal, atau
porsio sampai introitus vagina atau
apakah serviks uteri sudah keluar vagina
Selanjutnya pasien disuruh litotomi,
ditentukan panjangnya serviks uteri
e). Pengobatan Medis
latihan-latihan otot dasar panggul
stimulasi otot-otot dengan alat listrik
pengobatan dengan pessarium
(masukan alat untuk menahan
prolaps,apabila dilepas maka terjadi
prolaps lagi)
f). Pengobatan operatif
tergantung dari beberapa faktor,
seperti umur penderita, keinginan untuk
mendapat anak/mempertahankan uterus,
tingkat prolaps dan adanya keluhan.
Servisitis Terbagi 2, 1. Servisitis akut
yaitu: Serviks uteri merah dan membengkak
1. Servisitis akut : dengan mengeluarkan cairan
infeksi yang mukopurulen
diawali oleh 2. Sevisitis kronik
gonorhea, Serviks kelihatan normal, pemeriksaan
infeksi mikroskopik ditemukan infiltrasi
postpartum leukosit dalam stroma endoserviks. Pada
yangdisebabkan servisistis ini tidak menimbulkan gejala,
oleh kecuali pengeluaran sekret agak putih
streptokokus, kuning.
stafilokokus dll. Pada porsio uteri disekitar Ostium Uteri
2. Servisitis Externum tampah kemerah-merahan
kronik: pada yang tidak dipisahkan jelas dari epitel
wanita yang porsio sekitarnya, keluar sekret yang
pernah terdiri dari mukus bercampur nanah.
melahirkan, Terdapat sobekan pada serviks uteri
luka-luka kecil yang lebih luas dan mukosa endoserviks
atau besar pada lebih kelihatan dari luar (ekstropion).
serviks karena Karena radang menahun, maka serviks
partus atau menjadi hipertropi dan mengeras.
abortus TERAPI
sehingga Kauterisasi radial
kuman mudah Krioterapi
masuk dan Konisasi ( mengangkat sebagian besar
Ruptur menyebabkan mukosa endoserviks)
Perineum infeksi Amputasi serviks
menahun
a). Etiologi
1. Kepala janin terlalu cepat lahir
Yaitu robekan 2. Persalinan tidak dipimpin
pada perineum sebagaimana mestinya
akibat 3. sebelumnya pada perineum terdapat
persalinan banyak jaringan parut
4. pada persalinan dengan distosia bahu
b). jenis/tingkat
1. tingkat 1: Robekan hanya terjadi pada
selaput lendir vagina dengan atau tanpa
mengenai kulit perineum sedikit
2. tingkat 2: Robekan mengenai selaput
lendir, m.perinei transversalis tapi tidak
mengenai sfingter ani
3. tingkat 3: robekan mengenai seluruh
perineum sampai mengenai sfingter ani.
4. tingkat 4: Robekan hingga epitel anus
c). Teknik menjahit robekan perineum

Tingkat I : Penjahitan robekan


perineum tingkat I dapat dilakukan
hanya dengan memakai catgut yang
dijahitkan secara jelujur (continuous
suture) atau dengan cara angka delapan
(figure of eight).
Tingkat II : Sebelum dilakukan
penjahitan pada robekan perineum
tingkat II maupun tingkat III, jika
dijumpai pinggir yang tidak rata atau
bergerigi, maka pinggir bergerigi
tersebut harus diratakan terlebih dahulu.
pinggir robekan sebelah kiri dan kanan
masing-masing diklem terlebih dahulu,
kemudian digunting. Setelah pinggir
robekan rata, baru dilakukan penjahitan
luka robekan. Mula-mula otot-otot
dijahit dengan catgut. Kemudian selaput
lendir vagina dijahit dengan catgut
secara terputus-putus atau jelujur.
Penjahitan selaput lendir vagina dimulai
dari puncak robekan, terakhir kulit
perineum dijahit dengan benang sutera
secara terputus-putus.
Tingkat III : Mula-mula dinding
depan rectum yang robek dijahit.
Kemudian fasia perektal dan fasia
septum rektovaginal dijahit dengan
kromik catgut, sehingga bertemu
kembali. Ujung- ujung otot sfingter ani
yang terpisah oleh karena robekan
diklem dingan klem pean lurus.
Kemudian dijahit dengan 2-3 jahitan
kromik catgut sehingga bertemu
kembali. Selanjutnya robekan dijahit
lapis demi lapis seperti menjahit
robekan perineum tingkat II.
Tingkat IV : Pasien dirujuk ke
fasilitas dan tenaga kesehatan yang
memadai

Ketuban Yaitu keadaan Penatalaksanaan KPD


Pecah Dini pecahnya 1. Pastikan diagnosis
selaput ketuban Tentukan pecahnya selaput ketuban,
sebelum dengan adanya cairan ketuban divagina.
persalinan Penentuan cairan ketuban dilakukan
dengan tes lakmus (nitrazin test) merah
menjadi biru.
Jika tidak ada cairan ketuban, coba
gerakkan sedikit bagian terbawah janin
atau meminta pasien mengedan atau
batuk
2. Tentukan umur kehamilan
3. Evaluasi ada tidaknya infeksi maternal
atau janin
Tanda-tanda infeksi bila suhu > 380C
serta air ketuban keruh dan berbau.
Leukosit darah > 15.000/mm3
Janin yang takikardi mungkin
mengalami infeksi intrauterin.
4. Apakah dalam keadaan inpartu, terdapat
kegawatan janin
Tentukan tanda-tanda persalinan dan
skoring pelvik.
Trntukan adanya kontraksi yang teratur

PENANGANAN
1. Konservatif
Rawat di RS beriakan antibiotik
(ampisilin 4x500mg atau eritromisin
2x500mg selama 7hari)
<32-34minggu, dirawat selama air
ketuban masih keluar
32-37minggu belum inpartu, tidak ada
infeksi, tes busa negatif beri
deksametason, observasi tanda-tanda
infeksi. Lalu terminasi pada 37 minggu
32-37minggu sudah inpartu, tidak ada
infeksi, berikan salbutamol,
deksametason I.M 5mg setiap 6jam
sebanyak 4x dan induksi kehamilan
setelah 24jam
32-37 minggu sudah inpartu, ada infeksi
(tanda-tanda infeksi : suhu, leukosit dll)
berikan antibiotik dan lakukan induksi
32-37minggu berikan steroid untuk
memacu kematangan paru janin dan bila
memungkinkan periksa kadar lesitin dan
spingomielin tiap minggu.
2. Aktif
Kehamilan >37 minggu induksi dengan
oksitosin bila gagal lakukan seksio
sesaria
Bisa diberi misoprostol 25-50microg
intravaginal tiap 6jam maksimal 4x
Preeklampsi Bila ada tanda-tanda infeksi berikan
a antibiotik dosis tinggi dan persalinan
Pre-eklampsia diakhiri
adalah penyakit Catatan
dengan tanda- Bila skor pelvik <5, lakukan
tanda pematangan serviks kemudian induksi.
hipertensi, Jika gagal lakukan seksio sesaria
edema dan Bila skor pelvik >5 induksi persalinan
proteinuria
yang timbul
akibat Terbagi 2 yaitu:
kehamilan pada 1. Ringan
kehamilan Hipertensi lebih dari sama dengan
triwulan ke-3 140/90
(dapat terjadi Proteinuria lebih dari sama dengan
sebelum 300mg/24jam atau lebih dari sama
triwulan ke-3 dengan 1+dipstik
seperti pada Edema: edema lokal tidak dimasukkan
mola dalam kriteria preeklampsia kecuali
hidatidosa). edema pada lengan, muka, perut,
generalisata
2. Berat
TD lebih dari sama dengan 160/110
mmhg
Proteinuria lebih 5gr/24jam
Oliguri, urin < 500cc/24jam
Eklampsia Kenaikan kadar kreatinin plasma
Edema pulmo dan sianosis
Sindrom HELLP
Pertumbuhan janin intrauterin terhambat
Trombositopenia berat <100.000
sel/mm3
Nyeri epigastrium/ nyeri kuadran kanan
atas abdomen
Gangguan visus dan serebral :
penurunan kesadaran, nyeri kepala,
Penderita skotoma, pandangan kabur
preeklampsia
yang
mengalami
kejang
menyeluruh dan Gejala klinik: gejala preeklampsia +
koma kejang menyeluruh dan koma

1. Perawatan eklampsia
Terapi suportif untuk stabilisasi fungsi
vital (ABC)
2. Pengobatan medikamentosa
Beri obat anti kejang: MgSo4 atau bisa
pakai tiopental dan diazepam
Perawatan waktu kejang
Rawat kamar isolasi yang tenang TD,
nadi, RR dicatat tiap 30 menit pd kertas
grafik; suhu dicatat tiap jamsecara rectal
bila belum melahirkan maka lakukan
pemeriksaan obstetric (untuk
mengetahui kemajuan persalinan)

Perawatan waktu koma


posisikan tredelenburg (untuk
mempermudah pengeluaran secret jalan
nafas) lalu dibalikkan ke sisi kiri dan
kanan tiap jam (untuk menghindari
dekubitus). Bisa juga disiapkan alat
penyedot untuk membersihkan jalan
nafas
beri infuse dekstran, glukosa 10% atau
larutan asam amino seperti aminoofusin
(sebagai pemberian kalori)

Perawatan edeme pulmo: rawat di ICU


3. Pengobatan obstetric
Semua kehamilan harus diakhiri bila
sudah mencapai stabilisasi
hemodinamika dan metabolisme

Kista Kista yang Tidak selalu menyebabkan keluhan,


Bartholini disebabkan akan tetapi kadang-kadang dirasakan
infeksi glandula sebagai benda berat dan atau
bartholini yang menimbulkan kesulitan pada koitus.
menahun PENANGANAN: apabila kista tidak
terlalu besar, tidak perlu dilakukan
tindakan apa-apa
PENANGANAN: bisa dilakukan
pembedahan yang terdiri atas ekstirpasi
(dapat menyebabkan perdarahan) atau
dilakukan marsupialisasi dengan tanpa
resiko dan hasil yang memuaskan.
Tindakan ini dengan membuat sayatan
dan isi kista dikeluarkan, kemudian
Gonore dinding kista yang terbuka dijahit pada
Adalah kulit vulva yang terbuka pada sayatan
penyakit
kelamin yang Gejala Klinik:
pada permulaan Sesudah lewat masa tunas 3-5 hari,
keluar nanah penderita mengeluh nyeri dan panas
dari OUE pada waktu kencing. Kemudian keluar
sesudah nanahyang berwarna putih susu dari
melakukan uretra dan muara uretra membengkak.
hubungan Pada wanita dapat timbul flour albus
kelamin
PEMERIKSAAN FISIK
Predileksi : pria ( uretra bagian anterior),
wanita (serviks uteri dan uretra)
Sifat : Pria (OUE merah, edema,
ektropion ke luar ecoulement. Wanita
(Porsio uteri merah, edema dengan
sekret mukopurulen)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan sediaan langsung dengan
pewarnaan Gram dan biru metilen
Biakan sekret dalam media Thayer
Martin
Tes oksidasi/fementasi
Pemeriksaan tes Thomson 2 gelas
Tes iodometri,asidometri dan
pemeriksaan MIC untuk menentukan
N.gonorrhoeae yang memproduksi
penisilinase
PENATALAKSANAAN
Penisilin G Prokain dengan dosis 2,4-4,8
juta unit+ 1 gr probenesid
Ampisilin/amoksilin 3,5 gr + 1 gr
probenesid
Tiamfenikol 2,5-3,5 gr IM dosis tunggal
Kanamisin 2 gr dosis tunggal
Rifampisin 900-1200 mg dosis tunggal

INFEKSI
KONDILOMA
Kondiloma akuminata (KA) adalah infeksi menular seksual dengan kelainan berupa fibroepitelioma pada kulit dan mukosa

ANAMNESIS
1. Keluhan asimptomatik tetapi tergantung pada ukuran dan lokasi anatomi, dapat nyeri
dan gatal.
2. RPS lokasi Pria: ujung dan Wanita: vulva, Pria homoseksual
batang penis dan di dinding vagina, dan wanita yang
bawah prepusium leher rahim melakukan
jika tidak disunat (serviks) dan kulit hubungan seksual
di sekeliling vagina secara genitoanal:
daerah sekeliling
anus dan rectum
Onset muncul dalam waktu 1-6 bulan setelah terinfeksi, dimulai sebagai
pembengkakan kecil yang lembut, lembab, berwarna merah atau
pink.
PEMERIKSAA Fisik Papul kecil yang mungkin bergabung menjadi plak, papul
N keratotik, bunga anggur yang berkelompok (cauliflower) atau
papul yang datar.
Klinis kondiloma akuminata dibagi dalam 3 bentuk: bentuk
akuminata, bentuk papul dan bentuk datar. Selain itu, dikenal
pula sebutan Giant Condyloma untuk keadaan klinis KA tampak
sangat besar, bersifat invasif lokal dan tidak bermetastasis.
Penunjan Kondiloma di
g serviks harus
menjalani Pap-
smear secara rutin
lesi yang meragukan, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang
dengan dermatopatologi (biopsi), pap smear, deteksi HPV DNA,
dan pemeriksaan serologis.
Tes DNA HPV tidak direkomendasikan untuk kondiloma
akuminata karena hasil tes tidak mengubah penatalaksanaan pada
kondiloma akuminata
TERAPI Tujuan utama: menghilangkan lesinya. Cara pemilihan pengobatan tersebut
tergantung pada kondisi penderita (hamil atau tidak), ukuran, jumlah dan
lokasi dari lesi tersebut, gambaran morfologi kondiloma akuminata,
keterampilan dokter yang melakukan pengobatan serta faktor biaya.
Regimen pengobatan:
modalitas dapat diaplikasikan sendiri oleh pasien: podofilox 0,5% solusio
atau gel, imiquimod 5% krim, atau sinecathecin 5% ointment
modalitas yang harus dilakukan di sarana pelayanan kesehatan: krioterapi,
asam trikloroasetat (TCA) 80-90% atau terapi bedah seperti kuretase, bedah
listrik, eksisi, atau terapi laser.
Kutil yang menetap bisa diangkat melalui pembedahan (elektrokauter) dan
diperiksa dibawah mikroskop untuk meyakinkan bahwa itu bukan merupakan
suatu keganasan.
KOMPLIKASI Keganasan
Penyakit laten semakin sering kambuh pada wanita yang sedang hamil
Pendarahan sering terjadi pada flat penile wart

PID

GANGGUAN PADA KEHAMILAN


Anemia defisiensi besi pada kehamilan

ANAMNESIS wanita tersebut menyatakan bahwa kehamilannya terasa lain daripada


kehamilannya yang terdahulu, karena terasa penuh di bagian atas dan
gerakan terasa lebih banyak di bagian bawah
PEMERIKSAAN FISIK letih, sering mengantuk, malaise, pusing, lemah,
nyeri kepala, luka pada lidah, kulit pucat,
konjungtiva, bantalan kuku pucat, tidak ada nafsu
makan, mual dan muntahpalpitasi, berkunang-
kunang, perubahan jaringan epitel kuku, gangguan
sistemneurumuskular, disphagia dan pembesaran
kelenjar limpa.
PEMERIKSAAN 1. Hemoglobin: metode Sahli
LABORATORIUM 2. Penentuan indek eritrosit.
3. Pemeriksaan hapusan darah perifer
4. Red distribution wide = RDW (Luas distribusi
sel merah)
5. Eritrosit protoporphirin ( EP )
6. Serum iron = SI (Besi serum)
7. Serum transferin ( Tf)
8. Transferrin saturation = TS (jenuh Transferin )
9. Serum feritin.
10. Reseptor serum t ransferin (TfR)
PEMERIKSAAN Pemeriksaan histologis sumsumtulang dilakukan
SUMSUM untuk menilai jumlah hemosiderin dalam sel-sel
TULANG retikulum. Tanda
karakteristik dari kekurangan zat besi adalah tidak
ada besi retikuler.
DIAGNOSIS diagnosis anemia defisiensi besi ditegakkan berdasarkan
gambaran klinis dan pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan darah dan
sumsum
tulang

WHO membuat derajat keparahan anemia pada kehamilan yaitu

PENATALAKSANAAN tujuan untuk mengoreksi kurangnya massa hemoglobin dan


mengembalikan simpanan besi. Terapi yang dapat dilakukan:
Diet kaya zat besi dan Nutrisi yang adekuat
Diet yang dianjurkan adalah diet yang mengandung Besi heme
sebagaihemoglobin dan mioglobin, banyak ditemukan dalam daging,
unggas dan ikan,ataupun diet yang mengandung besi non-heme,
garam besi ferro atau ferri,sepertiyang ditemukan dalam sumber-
sumber non-hewani seperti makanan nabati,suplemen dan fortikan.
Diet yang mengandung pemacu penyerapan zat besi sepertiasam
askorbat, dan hindari diet yang mengandung penghambat penyerapan
zat besiseperti phitat, polyphenol.
Pemberian zat besi oral
Peparat zat besi oral adalah : Ferrous sulfonat, glukonat dan
fumarat.Prinsip pemberian terapi zat besi oral, Tidak boleh dihentikan
setelahhemoglobin mencapai nilai normal, tetapi harus dilanjutkan
selama 2-3 bulanlagi untuk memperbaiki cadangan besi.
Maurer menganjurkan pemberian zat besi selama 2-3 bulan
setelahhemoglobin menjadi normal. Beutler mengemukakan bahwa
yang pentingdalam pengobatan dengan zat besi adalah agar
pemberiannya diteruskandahulu sampai morfologi darah tepi menjadi
normal dan cadangan besi dalamtubuh terpenuhi. Sebelum dilakukan
pengobatan harus dikalkulasikan terlebihdahulu jumlah zat besi yang
dibutuhkan.
Misalnya Hemoglobin sebelumnya adalah 6 gr / dl, maka
kekuranganHemoglobinadalah 12 -6 = 6 gr / dl, sehingga kebutuhan
zat bei adalah:6 x 200 mg. Kebutuhan besi untuk mengisi cadangan
adalah 500 fig, makadosis Fe secara keseluruhan adalah
1200+500=1700 mg.
Fero sulfat : 3 tablet / hari, a 300 mg mengandung 60 mg Fe
Fero glukonat : 5 tablet / hari, a 300 mg mengandung 37 mg Fe.
Fero fumarat : 3 tablet / hari, a 200 mg mengandung 67 mg Fe.
Efek samping: Konstipasi, berak hitam, mual dan muntah.
Respon : hasil yang dicapai adalah Hb meningkat 0,3-1 gr per-
minggu,Biasanya dalam 4-6 minggu perawatan hematokrit
meningkatsampai nilai yang diharapkan, peningkatan biasanya
dimulai padaminggu ke 2. Peningkatan retikulosit 5-10 hari setelah
pemberianterapi besi bisa memberikan bukti awal untuk
peningkatanproduksi sel darah merah.
Pemberian zat besi par-enteral
Metode sederhana 250 mg besi elemental sebanding dengan 1
gramHb.Dosis pemberian zat besi par-enteral dapat dihitung dengan
mudahdengan memakai rumus : Zat besi yang diperlukan (mg)= (15-
Hb) x BBx 3.
Indikasi : -Anemia defisiensi berat .
-Mempunyai efek samping pada pemberian oral.
-Gangguan absorbsi.
Pemberian : Dapat diberikan secara Intra- muskular maupun Intra-
vena.
Peparat : Iron dextran ( Imferon), Iron sorbitek ( jectofer ) berisi 50
mg I ml,dosis maksimum 100 mg I hari.
Persiapan: Uji sensitivitas.
Efek samping: Nyeri, Inflamasi, ple bitis, Demam, Atralgia,
Hipotensi, dan0020reaksi Anafilaktik.

PERSALINAN DAN NIFAS


Prolaps tali pusat
Prolapsus tali pusat yaitu ketika tali pusat keluar dari uterus mendahului bagian presentasi

ANAMNESIS wanita tersebut menyatakan bahwa kehamilannya terasa lain daripada


kehamilannya yang terdahulu, karena terasa penuh di bagian atas dan
gerakan terasa lebih banyak di bagian bawah
PEMERIKSAAN FISIK LUAR bagian bawah uterus tidak dapat diraba bagian
yang keras dan bulat, yakni kepala, dan kepala
teraba di fundus uteri
Denyut jantung janin pada umumnya ditemukan
setinggi atau sedikit lebih tinggi daripada
umbilikus
Apabila diagnosis tidak dapat dibuat dengan pemeriksaan luar, maka
diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan dalam. Apabila masih
ada keragu-raguan, harus dipertimbangkan untuk melakukan
pemeriksaan ultrasonografik atau M.R.I. ( Magnetic Resonance
Imaging )
PEMERIKSAA Setelah ketuban pecah, dapat diraba lebih jelas
N DALAM adanya bokong yang ditandai dengan adanya
sakrum, kedua tuber ossis iskii, dan anus.Pada
presentasi bokong kaki sempurna, kedua kaki
dapat diraba disamping bokong, sedangkan pada
presentasi bokong kaki tidak sempurna, hanya
teraba satu kaki di samping bokong
PENATALAKSANAAN sebaiknya persalinan dalam letak sungsang dihindarkan

Perdarahan post partum

GEJALA KLINIS perdarahan pervaginam yang terus-menerus setelah bayi lahir


kehilangan darah sebanyak 20%
DIAGNOSIS di perlukan pengukuran jumlah darah yang hilang ketika persalinan
kehilangan darah lebih dari 500 Ml. Tetapi hal ini tidaklah akurat.
Perdarahan yang langsung terjadi setelah anak lahir tetapi plasenta
belum
lahir biasanya disebabkan oleh robekan jalan lahir. Perdarahan setelah
plasenta
lahir, biasanya disebabkan oleh atonia uteri.
pemeriksaan laboratorium pemeriksaan Hb, COT (Clot Observation
Test), kadar fibrinogen, dan lain-lain
PENATALAKSANAAN Jika Manajemen Standar
disebabka Masase Uterus;
n atonia Kompresi Uterus Bimanual;
uteri Pemberian Uterotonika.
Manajemen Bedah
Tampon Uterus Internal;
Pelvic Pressure Pack;
Embolisasi;
Jahitan Compression;
Ligasi Arteri Iliaka Interna (Hipogastrika);
Histerektomi Peripartum.
Jika penting pemberian cairan dan darah secara intravena
disebabka untuk memperbaiki hipovolimia yang diakibatkan
n retensio kehilangan banyak darah
plasenta Histerektomi abdominal
Penatalaksanaan PPP akibat atonia uteri:
1. Manajemen Standar
1. Masase Uterus
Masase uterus dilakukan dengan membuat gerakan meremas yang lembut berulang-ulang dengan satu tangan pada perut bagian bawah
untuk merangsang uterus berkontraksi. Hal ini diyakini bahwa gerakan berulang seperti ini akan merangsang produksi prostaglandin
dan menyebabkan kontraksi uterus dan mengurangi kehilangan darah, meskipun hal ini akan mengakibatkan ketidaknyaman atau
bahkan menyakitkan. Secara keseluruhan, masase uterus tampaknya memiliki beberapa keuntungan dari segi kehilangan darah ibu
2. Kompresi Uterus Bimanual
Kompresi Bimanual Eksternal Menekan uterus melalui dinding abdomen dengan jalan saling mendekatkan kedua belah telapak tangan
yang melingkupi uterus. Pantau aliran darah yang keluar, bila perdarahan berkurang kompresi diteruskan, pertahankan hingga uterus
dapat kembali berkontraksi. Bila belum berhasil dilakukan kompresi bimanual internal
Kompresi Bimanual Internal. Uterus ditekan di antara telapak tangan pada dinding abdomen dan tinju tangan dalam vagina untuk
menjepit pembuluh darah di dalam miometrium (sebagai pengganti mekanisme kontraksi). Perhatikan perdarahan yang terjadi.
Pertahankan kondisi ini bila perdarahan berkurang atau berhenti, tunggu hingga uterus berkontraksi kembali. Apabila perdarahan tetap
terjadi , coba kompresi aorta abdominalis
Kompresi Aorta Abdominalis Raba arteri femoralis dengan ujung jari tangan kiri, pertahankan posisi tersebut, genggam tangan
kanan kemudian tekankan pada daerah umbilikus, tegak lurus dengan sumbu badan, hingga mencapai kolumna vertebralis. Penekanan
yang tepat akan menghentikan atau sangat mengurangi
denyut arteri femoralis. Lihat hasil kompresi dengan memperhatikan perdarahan yang terjadi
3. Pemberian Uterotonika Oksitosin
Oksitosin merupakan hormone sintetik yang diproduksi oleh lobus posterior hipofisis. Obat ini menimbulkan kontraksi uterus yang
efeknya meningkat seiring dengan meningkatnya umur kehamilan dan timbulnya reseptor oksitosin. Pada dosis rendah oksitosin
menguatkan kontraksi dan meningkatkan frekwensi, tetapi pada dosis tinggi menyebabkan tetani. Oksitosin dapat diberikan secara im
atau iv, untuk perdarahan aktif diberikan lewat infus dengan ringer laktat 20 IU perliter, jika sirkulasi kolaps bisa diberikan oksitosin
10 IU intramiometrikal. Efek samping pemberian oksitosin sangat sedikit ditemukan yaitu nausea dan vomitus, efek samping lain
yaitu intoksikasi cairan jarang ditemukan.
Dengan menggunakan terapi uterotonika yang sesuai dan tepat waktu,mayoritas wanita dengan atonia uterus dapat menghindari
intervensi bedah. Stimulasi kontraksi uterus biasanya dicapai dengan pemijatan uterus bimanual dan injeksi oksitosin (baik secara
intramuskuler atau intravena), dengan atau tanpa ergometrine. Oksitosin melibatkan stimulasi dari segmen uterus bagian atas untuk
kontraksi secara ritmik. Karena oksitosin mempunyai half-life dalam plasma pendek (rata-rata 3 menit), infus intravena secara kontinu
diperlukan untuk menjaga uterus berkontraksi . Dosis biasa adalah 20 IU dalam 500 ml larutan kristaloid, dengan tingkat dosis
disesuaikan dengan respon (250 ml / jam). Ketika diberikan secara intravena, puncak konsentrasi dicapai setelah 30 menit. Sebaliknya,
jika diberikan secara intramuscular mempunyai onset yang lebih lambat (3- 7 menit) tetapi efek klinis berlangsung lama (hingga 60
menit).
Methyl Ergometrine. Berbeda dengan oksitosin,ergometrine menyebabkan kontraksi tonik yang terus menerus melalui stimulasi
reseptor -adrenergik miometrium terhadap kedua segmen bagian atas dan bawah uterus dengan demikian dirangsang untuk
berkontraksi secara tetanik. Suntikan intramuscular dosis standar 0,25 mg dalam permulaan aksi 2-5 menit. Metabolismenya melalui
rute hepar dan half-life nya dalam plasma adalah 30 menit. Meskipun demikian, dampak klinis dari ergometrine berlangsung selama
sekitar 3 jam. Respon oksitosin segera dan ergometrine lebih berkelanjutan.
Misoprostol. Misoprostol adalah suatu analogsintetik prostaglandin E1 yang mengikat secara selektif untuk reseptor prostanoid EP-
2/EP-3 miometrium, sehingga meningkatkan kontraktilitas uterus. Hal ini dimetabolisme melalui jalur hepar. Ini dapat diberikan
secara oral, sublingual, vagina, dubur atau melalui penempatan intrauterin langsung. pemberian melalui rektal terkait dengan tindakan
awal, tingkat puncak yang lebih rendah dan profil efek samping yang lebih menguntungkan bila dibandingkan dengan rute oral atau
sublingual. Misoprostol oral sebagai agent profilaksis untuk partus kala III menunjukkan kurang efektif untuk mencegah perdarahan
postpartum dibandingkan pemberian oksitosin parenteral. Namun, karena kenyataan bahwa interval waktu Misoprostol lebih lama
yang diperlukan untuk mencapai kadar puncak serum dapat membuatnya menjadi agen lebih cocok untuk perdarahan uterus yang
berkepanjangan, dan dalam perannya sebagai terapi bukan agen profilaksis
2. Manajemen Bedah
1. Tampon Uterus Internal.
Asal-usul dari kata tampon tampaknya datang dari kata Prancis, yang membawa konotasi plug, atau sumbatan yang dimasukkan ke
luka terbuka atau rongga tubuh untuk menghentikan aliran darah. Pada perdarahan postpartum, dengan memasukkan beberapa jenis
tampon uterus untuk menghentikan aliran darah. Biasanya dalam bentuk satu bungkus kasa atau balon kateter. prosedur internal uterin
tamponade telah digunakan dengan sukses secara tersendiri atau dalam kombinasi dengan Brace jahitan untuk mengurangi atau
menghentikan perdarahan postpartum .
Prinsip Tampon Uterin. Prinsip tampon uterin dalam menghentikan perdarahan dengan membuat tekanan intrauterin. Ini bisa dicapai
dengan dua cara:
1) Dengan masuknya balon yang mengakibatkan distensi dalam rongga uterus dan menempati seluruh ruang, sehingga
menciptakan tekanan intrauterine yang lebih besar dari pada tekanan arteri sistemik. Dengan tidak adanya lecet, aliran darah ke
dalam uterus akan berhenti saat tekanan di balon tampon lebih besar daripada tekanan arteri sistemik;
2) Dengan penyisipan dari uterine pack yang terdiri dari gulungan kasa yang dikemas dimasukkan ke dalam uterus dengan
demikian tekanan kapiler langsung pada perdarahan pembuluh vena atau permukaan dari dalam uterus, sehingga dapat
menghentikan perdarahan uterus. Tindakan Ini harus dilakukan di ruang operasi dengan anestesi dan staf keperawatan serta
persiapan transfuse darah. Wanita itu ditempatkan dalam Davies Lloyd atau posisi lithotomy dengan kateter. Pemeriksaan
dilakukan dibawah pembiusan. kemudian prosedur tampon dicoba. Uterotonika dan hemostatik disarankan sebagai terapi
tambahan dan dapat diberikan secara simultan.
2. Pelvic Pressure Pack
Ketika farmakologis dan intervensi bedah gagal untuk memperbaiki perdarahan postpartum, histerektomi menjadi pilihan terakhir.
pelvic pressure pack pasca-bedah adalah konsep lama dan salah satu yang telah digunakan untuk mengontrol perdarahan dari berbagai
sumber, termasuk trauma liver, pra-eclampsia induced rupture hepar, kanker dubur, dan pembedahan kanker ginekologik. Pada tahun
1926, Logothetopoulos menjelaskan pengelolaan perdarahan panggul post histerektomi yang tidak terkendali. Teknik ini kemudian
disebut jamur, parasut, payung, tekanan panggul, atau pack Logothetopoulos.
Singkatnya, pelvic pressure pack berasal dari bahan-bahan medis yang umum tersedia dan sederhana dan dalam hal kontrol
perdarahan berhasil dicapai sebagian besar kasus. Jika pelvic pressure pack gagal untuk mengendalikan perdarahan, intervensi medis,
bedah dan radiologi akan diperlukan untuk mengendalikan perdarahan. pelvic pressure pack akan sangat berguna di negara
berkembang di mana kemampuan pembedahan dan teknologi, seperti embolisasi arteri selektif tidak tersedia. Pada kebanyakan kasus,
pelvic pressure pack akan mampu menghantarkan pasien yang kritis ke pemulihan pasca operasi, di mana pemulihan hemodinamik,
temperatur, hematologi, dan hemostasis asam-basa dapat dicapai
3. Embolisasi
Ketika perlakuan standar perdarahan postpartum tidak berhasil, maka, percutaneous transcatheter arterial embolization (selanjutnya
disebut embolisasi) dapat dipilih. Tujuan utama dari embolisasi adalah untuk menghentikan perdarahan aktif dari uterus atau jalan
lahir dan untuk mencegah perdarahan berulang. Apabila hal ini tidak mungkin, usaha terakhir adalah untuk menutup jalan arteri iliaka
internal sementara untuk membantu intervensi bedah berikutnya.
Ketika embolisasi berhasil, di sisi lain, pasien bisa cepat sembuh tanpa menjalani operasi tambahan. Embolisasi tidak hanya
menyelamatkan kehidupan pasien, tetapi juga uterus dan organ adnexa, sehingga mempertahankan kesuburan. Prosedur ini juga
bermanfaat pada pasien yang tidak dapat menerima transfusi karena alasan agama atau lainnya Di rumah sakit yang mana embolisasi
tersedia, merupakan prosedur pilihan untuk perdarahan postpartum sebelum intervensi bedah
4. Jahitan Kompresi (dibahas pada bagian 3 review ini)
5. Ligasi Arteri Iliaka Interna (Hipogastrika)
Sejumlah publikasi menyatakan ligasi arteri iliaka internal tersebut telah digunakan oleh ahli bedah dengan berbagai spesialisasi di
seluruh dunia.
Indikasi Ligasi Arteri Iliaka Internal. Pencegahan, indikasi ligasi arteri iliaka internal untuk tindakan pencegahan meliputi
perdarahan post aborsi, perdarahan postpartum, atonia uteri sebelum histerektomi, solusio plasenta dengan atonia uterus, kehamilan
abdominal dengan pelvis implantasi plasenta, plasenta akreta dengan perdarahan keras, dan sebelum total atau subtotal histerektomi
ketika semua langkah yang konservatif telah gagal.
Pasien yang juga dianggap beresiko tinggi untuk perdarahan postpartum berulang, plasenta previa atau mempunyai faktor-faktor risiko
yang penting mungkin menjadi kandidat untuk ligasi profilaksis iliaka internal. penilaian klinis sangat penting dan jika ligasi
profilaksis dianggap jalan terbaik, maka tidak boleh ditunda 19. Tindakan ligasi diperlukan pada keadaan:
1) Sebelum atau setelah histerektomi untuk perdarahan postpartum;
2) Apabila terjadi perdarahan yang signifikan dari bagian bawah ligamentum latum ;
3) Apabila ada perdarahan yang banyak dari dinding samping pelvis;
4) Jika ada perdarahan berlebihan dari sudut vagina;
5) Dimana terjadi perdarahan yang difus tanpa identifikasi yang jelas dari vascular bed;
6) Ketika ada indikasi tambahan termasuk atonia uteri dimana metode konvensional telah gagal;
7) Luka yang luas pada servix yang terjadi setelah persalinan;
8) Bila ada luka tembakan pada perut bagian bawah;
9) Dalam hal fraktur panggul dan perdarahan intraperitoneal. Dalam keadaan seperti itu, histerektomi sendiri mungkin tidak memadai
untuk mengontrol perdarahan. ligasi arteri iliaka internal, unilateral atau bilateral, menjadi perlu dan tidak boleh ditunda dalam
situasi yang membahayakan jiwa.
Ligasi Arteri Uterina. Beberapa penelitian tentang ligasi arteri uterina menghasilkan angka keberhasilan 80-90%. Pada teknik ini
dilakukan ligasi arteri uterina yang berjalan disamping uterus setinggi batas atas segmen bawah rahim. Jika dilakukan seksio sesarea,
ligasi dilakukan 2-3 cm dibawah irisan segmen bawah rahim. Untuk melakukan ini diperlukan jarum atraumatik yang besar dan
benang absorbable yang sesuai. Arteri dan vena uterina diligasi dengan melewatkan jarum 2-3 cm medial vasa uterina, masuk ke
miometrium keluar di bagian avaskular ligamentum latum lateral vasa uterina. Saat melakukan ligasi hindari rusaknya vasa uterina
dan ligasi harus mengenai cabang asenden arteri miometrium, untuk itu penting untuk menyertakan 2-3 cm miometrium. Jahitan kedua
dapat dilakukan jika langkah diatas tidak efektif dan jika terjadi perdarahan pada segmen bawah rahim. Dengan menyisihkan vesika
urinaria, ligasi kedua dilakukan bilateral pada vasa uterina bagian bawah, 3-4 cm dibawah ligasi vasa uterina atas. Ligasi ini harus
mengenai sebagian besar cabang arteri uterina pada segmen bawah rahim dan cabang arteri uterina yang menuju ke servik, jika
perdarahan masih terus berlangsung perlu dilakukan bilateral atau unilateral ligasi vasa ovarian
Ligasi arteri Iliaka Interna. Identifikasi bifurkasio arteri iliaka, tempat ureter menyilang, untuk melakukannya harus dilakukan insisi
5-8 cm pada peritoneum lateral parallel dengan garis ureter. Setelah peritoneum dibuka, ureter ditarik ke medial kemudian dilakukan
ligasi arteri 2,5 cm distal bifurkasio iliaka interna dan eksterna. Klem dilewatkan dibelakang arteri, dan dengan menggunakan benang
non absobable dilakukan dua ligasi bebas berjarak 1,5-2 cm. Hindari trauma pada vena iliaka interna. Identifikasi denyut arteri iliaka
eksterna dan femoralis harus dilakukan sebelum dan sesudah ligasi risiko ligasi arteri iliaka adalah trauma vena iliaka yang dapat
menyebabkan perdarahan. Dalam melakukan tindakan ini operator harus mempertimbangkan waktu dan kondisi pasien
6. Histerektomi Peripartum
Histerektomi emergensi peripartum adalah pilihan terakhir yang diambil bila terjadi maternal morbiditas yang berat dan juga near miss
mortality. Kajian data selama 25 tahun terakhir menunjukkan insiden yang bervariasi, dari satu kejadian per 3313 persalinan sampai
satu kejadian per 6978 persalinan. Di Negara berkembang kejadiannya mencapai satu per 2000 persalinan.
Angka mortalitas maternal yang dihubungkan dengan histerektomi emergensi berkisar 0 - 30%, dengan angka kejadian yang tertinggi
pada daerah dengan sarana rumah sakit dan pelayanan kesehatan yang minimal. Namun demikian, sekalipun pada Negara dengan
angka mortalitas yang rendah, angka morbiditasnya dapat tetap tinggi akibat perdarahan, transfusi darah, disseminated intravascular
coagulation, infeksi dan potensi cedera pada saluran kemih bagian bawah. Perdarahan obstetri, seperti pada plasenta previa dan/atau
plasenta akreta, sudah seharusnya kasus-kasus seperti ini dirujuk ke fasilitas dengan peralatan dan personel yang mampu memberikan
pilihan histerektomi

KELAINAN ORGAN GENITAL


Kista gartner
Tumor jinak
vagina

Tumor kistik Tumor padat


vagina vagina

kista inklusi Fibroma vagina


kista gartner (gartners Adenosis vagina
duct cyst) Endometriosis vagina
PEMERIKSAAN FISIK Karakteristik pada vulva bagian lateral, soliter,
berdinding tipis, mengandung cairan jernih
HISTOPATOLOGI Secara mikroskopis terdapat epitel kuboid
USG Gambaran karakteristik massa noduler berbatas
tegas berdinding tipis dengan intensitas gema yang
tidak ekhoik
DIAGNOSIS Kista meotelial (hidrokel-cyst of the canal of nuck) merupakan kista
BANDING akibat dilatsi labia mayora & labia minora serta akibat meluasnya
kantong peritoneal dapat terakumulasi pada kantung peritoneal tersebut
PENATALAKSANAAN Ekstirpais

Cracked Nipple

Etiologi Puting susu lecet dapat disebabkan trauma pada puting susu saat menyusui,
selain itu dapat pula terjadi retak dan pembentukan celah-celah
Anamnesis Nyeri puting susu menjadi alasan wanita berhenti menyusui
Pemeriksaan Retak dan pembentukan celah - celah
Dx
Tx 1. Cari penyebab puting susu lecet.
2. Bayi disusukan lebih dulu pada putting susu yang normal atau lecetnya
sedikit.
3. Tidak menggunakan sabun, krim, alkohol ataupun zat iritan lain saat
membersihkan payudara.
4. Menyusui lebih sering (8-12 kali dalam 24 jam).
5. Posisi menyusui harus benar, bayi menyusu sampai ke kalang payudara
dan susukan secara bergantian diantara kedua payudara.
6. Keluarkan sedikit ASI dan oleskan ke puting yang lecet dan biarkan
kering.
7. Pergunakan BH yang menyangga.
8. Bila terasa sangat sakit boleh minum obat pengurang rasa sakit.
Jika penyebabnya monilia, diberi pengobatan dengan tablet Nystatin.

Vulvitis

Etiologi Vulvitis adalah radang selaput lendir labia dan sekitarnya.


Anamnesis Higienitas organ reproduksi kurang baik, menimbulkan kesukaran bergerak,
perasaan panas dan nyeri terutama waktu kencing, leukorea yang sering disertai
perasaan gatal
Pemeriksaan Inspeksi terjadi perubahan warna menjadi merah pada introitus dan
vagina, terdapat pembengkakan, kadang-kadang tampak bernanah
Palpasi nyeri
Dx
Tx

Abses Tubo-Ovarial

Etiologi Abses tubo ovarial adalah radang bernanah yang terjadi pada ovarium dan atau
tuba falopii pada satu sisi atau kedua sisi adneksa
Anamnesis Umur rata-rata 30-40 tahun, demam tinggi dengan menggigil, nyeri di perut
bagian bawah kanan atau kiri, mual dan muntah, takikardi.
Pemeriksaan PF:
Palpasi nyeri tekan pada perut bawah kanan atau kiri, kadang teraba
massa pada perut bawah
VT nyeri jika portio dgoyangkan, kadang-kadang ada penebalan dari tuba
Nyeri pada ovarium
PP:
Darah rutin peningkatan leukosit
Foto abdomen bila ada tanda-tanda ileus atau curiga adanya masa
diadneksa.
USG ada masa di adneksa untuk melihat ada tidaknya pembentukan
kantung-kantung pus, dapat untuk evaluasi kemajuan terapi.
Dx DD:
- ATO utuh dan belum memberika keluhan
o Kistoma ovarii, tumor ovarii
o Kehamilan ektopik yang utuh
o Abses peri apendikuler
o Mioma uteri
o Hidrosalping
- ATO utuh dengan keluhan
o Perforasi apendik
o Perforasi divertikel/ abses divertikel
o Perforasi ulkus peptikum
o Kelainan sistematis yang memberi distres akut abdominal
o Kista ovarii terinfeksi atau terpluntir

Tx Curiga TO utuh tanpa gejala :


o Antibiotik doksiklin 2x100 mg/hari selama 1 minggu atau ampisilin
4x500 mg/ hari selama 1 minggu.
o Bila masa tak mengecil dalam 14 hari atau mungkin membesar adalah
indikasi untuk penanganan lebih lanjut dengan kemungkinan untuk
laparatomi
ATO utuh dengan gejala
o Tirah baring posisi semi fowler, observasi tanda vital dan produksi
urin, periksa lingkar abdomen.
o Antibiotik gol ampisilin 4x1-2 gram/ hari, IV 5-7 hari dan gentamicin 5
mg/kgBB/hari, IV / im terbagi dalam 2x1 hari selama 5-7 hari dan
metronida xole 1 gram reksup 2x/ hari atau kloramfenikol 50
mg/kgBB/hari, IV selama 5 hari metronidazol atau sefalosporin generasi
III 2-3x/1gram/hari dan metronidazzol 2x1 gram selama 5-7 hari.
o Jika perlu dilanjutkan laparotomi, SO unilateral, atau pengangkatan
seluruh organ genitalia interna.

JANIN TUMBUH LAMBAT


Definisi : atau disebut Pertumbuhan Janin Terhambat adalah gangguan pertumbuhan janin dibawah standar normal.
Secara spesifik dinyatakan bahwa pada PJT : berat badan janin kurang dari 10th persentil untuk usia kehamilan atau lingkar abdomen kurang
dari 2.5th persentil.
Partus Lama

Etiologi Kelainan letak janin


Kelainan panggul
Kelainan his
Pimpinan partus yang salah
Janin besar atau ada kelainan kongenital
Primitua
Perut gantung, grandemulti
Ketuban pecah dini
Anamnesis meteorismus (perut kembung), nyeri segmen bawah rahim
Pemeriksaan Inspeksi tampak dehidrasi, tanda infeksi (nadi dan pernafasan cepat)
Inspeksi vulva-vagina edema vulva, cairan ketuban berbau, cairan
ketuban bercampur dengan mekonium
VT edema serviks, terdapat kaput pada bagian terendah
Dx
Tx Persalinan palsu/belum in partu (fase labor). Bila his belum teratur dan
porsio masih tertutup, pasien boleh pulang.
Periksa adanya infeksi saluran kencing, ketuban pecah dan bila didapatkan
adanya infeksi obati secara adekuat.
Bila tidak ada pasien boleh rawat janin.
Fase laten memanjang (Prolonged latent phase).
Diagnosis fase laten yang memanjang dibuat secara retropekfektif. Bila his
berhenti disebut persalinan palsu atau belum in partu..
Bila mana kontraksi makin teratur dan pembukaan bertambah sampai 3 cm,
pasien kita sebut fase laten.
Apabila ibu berada pada fase laten lebih dari 8 jam dan tidak ada kemjuan,
lakukan pemeriksaan dengan jalan melakukan pemeriksaan serviks :
o Bila tidak ada perubahan penipisan dan pembukaan serviks serta
tidak didapatkan tanda gawat janin. Kaji ulang diagnosisnya.
Kemungkinan ibu belum dalam keadaan inpartu
o Bila didapatkan perubahan dalam penipisan dan pembukaan serviks,
lakukan drip oksitosin dengan 5 unit dalam 500 cc dekstrose atau
NaCl mulai dengan 8 tetes permenit, setiap 30 menit ditambah 8
tetes sampaihis adekuat (maksumum 40 tetes?menit) atau diberikan
preparat prostagladin. Lakukan penilaian ulang setiap 4 jam. Bila ibu
tidak masuk fase aktif setelah dilakukan pemberian oksitosin,
lakukan seksio sesarea
o Pada daerah prevalansi HIV tinggi, dianjurkan membiarkan ketuban
tetap utuh selama pemberian oksitosin untuk mengurangi
kemungkinan terjadi penularan HIV
o Bila didapatkan tanda adanya amnionitis, berikan induksi dengan
oksitosin 5 U dalam 500 cc dekstore atau NaCl mulai 8 tetes
permenit, seiap 15 menit ditambah 4 tetes sampai his adekuat
(maksimum 40 tetes/menit) atau diberikan preparat prostagladin,
serta obati infeksi denagn ampisilin 2 gr IV sebagai dosis awal dan I
dan IV setiap 6 jam dengan gentimisin 2x 80 mg.
Fase aktif yang memanjang (prolonged active phase)
Bila tidak didapatkan tanda danya CPD atau adanya obstruksi
o Berikan penanganan umum yang kemungkinan akan memperbaiki
dan mempercepat kemajuan persalinan
o Bila ketuban intak, pecahkan ketuban
o Bila kecepatan pembukaan serviks pada waktu fase aktif kurang 1
cm perjam lakukan penilaian kontraksi uterusnya. Kontraksi uterus
adekuat Bila kontraksi uterus adekuat (3 dalam 10 menit dan
lamanya lebih dari 40 detik) pertimbangkan adanya kemungkinan
CPD, obstruksi, malposisi atau malpresentasi. Disproporsi
sefalopelvik CPD terjadi karena bayi terlalu besar atau pelvis kecil.
Bila dalam perslinan terjadi CPD akan didapatkan persalinan yang
macet. Cara penilaian pelvis yang baik adalah dengan melakukan
partus percobaan (Trial of labor). Kegunaan pelvimetri klinis
terbatas
o Bila diagnosis CPD ditegakkan, lahirkan bayi dengan seksio sesarea
o Bila bayi mati lakukan kraniotomi atau embriotomi (bila tidak
mungkin lakukan seksio sesarea). Partus macet (obstruksi). Bila
ditemukan tanda obstruksi:
Bayi hidup lahirkan seksio sesarea
Bayi mati lahirkan dengan kraniotomi embriotomi
Bila didapatkan adany malposisi dan malpresentasi
Kontraksi uterus tidak adekuat (inersia uteri); bila kontraksi
uterus tidak adekuat dan disporposi atau obstruksi bisa
disingkirkan, penyebab paling banyak partus lama adalah
kontraksi uterus yang tidak adekuat

Inversio Uteri

Etiologi Faktor-faktor yang memungkinkan hal itu terjadi adalah adanya atonia uteri,
serviks yang masih terbuka lebar, dan adanya kekuatan yang menarik fundus
kebawah (misalnya karen plasenta akreta, inkreta dan perkreta, yang tali
pusatnya di tarik keras dari bawah) atau ada tekanan pada fundus uteri dari atas
(manuver crede) atau tekanan intra abdominal yang keras dan tiba tiba
(misalnya batuk keras atau bersin).
Anamnesis
Pemeriksaan
Dx Syok karena kesakitan
Pendarahan banyak bergumpal
Di vulva tampak endometrium terbalik dengan atau tanpa plasenta yang
masih melekat.
Bila baru terjadi, prognosis cukup baik akan tetapi kejadianya cukup lama,
maka jepitan serviks yang mengecil akan membuat uterus mengalami
iskemia, nekrosis dan inveksi
Tx Memanggil bantuan anastesi dan memasang infus untuk cairan atau darah
pengganti dan memberikan pemberian obat.
Beberapa memberikan tokolitik atau MgSo4 untuk melemaskan uterus yang
terbalik sebelum dilakukan reposisi manual yaitu mendorong endometrium
ke atas ke dalam vagina dan terus melewati serviks sampai tangan masuk
kedalam uterus pada posisi normalnya. Hal itu dapat dilakukan pada
sewaktu plasenta sudah terlepas atau tidak.
Didalam uterus plasenta dilepaskan secara manual dan bila berhasil
dikeluarkan dari rahim dan sambil memberikan uterotonika lewat infus atau
Im. Tangan tetap dipertahankan agar konfigurasi uterus kembali normal dan
tangan operator baru dilepaskan.
Pemberian antibiotika dan transfusi darah sesuai dengan keperluanya.
Inversi bedah dilakukan bila karena jepitan serviks yag keras menyebabkan
manuver diatas tidak bisa dikerjakan, maka dilakukan laparatomi untuk
reposisi dan kalau terpaksa dilakukan histerektomi bila uterus sudah
mengalami inveksi dan nekrosis.

CORPAL VAGINA
Mastitis

Etiologi Dari sumber yang lain disebutkan Mastitis adalah infeksi yang disebabkan
adanya sumbatan pada duktus (saluran susu) hingga puting susu pun mengalami
sumbatan
Anamnesis Gatal di payudara, demam, pusing, mual-muntah, penderita merasa kedinginan.
Pemeriksaan Inspeksi kemerahan pada payudara, kadang keluar nanah dari puting
Palpasi nyeri tekan, pengerasan pada payudara, ada benjolan di payudara
Dx
Tx

Infeksi Saluran Kemih

Etiologi Dari gram-negatif Escherichia coli menduduki tempat teratas.Sedangkan jenis


gram-positif lebih jarang sebagai penyebab ISK sedangkan enterococcus dan
staphylococcus aureus sering ditemukan pada pasien dengan batu saluran
kemih.
Anamnesis Demam yang mendadak
Urin yang keluar sedikit
Saat kencing terasa nyeri dan tidak bisa ditahan
Nyeri pinggang
Nyeri tekan supra pubik

Disuria (rasa sukar kencing serta perasaan terbakar atau panas pada saluran
kencing/urethra atau di mulut luar uretra)

Frekuensi akibat reaksi inflamasi pada mukosa buli-buli menyebabkan jkia


buli-buli terisi urine akan mudah terangsang untuk mengeluarkan isinya

Hematuria
Urgensi

Stranguria (perasaan susah kencing atau kencing disertai kejang otot


panggul)

Pemeriksaan PF:
Nyeri kostoverterbra
Nyeri suprapubik
PP:
Pemeriksaan hema rutinleukositosis
Pemeriksaan urin rutinpyuria jika penyebabnya bakteri
Didapatkan leukosit lebih dari 15/LPB
Sering disertai proteinuria dan hematuria eritrosit dismorfik
Jika diperlukan dilakukan kultur urin untuk mengetahui jenis bakteri
Dx
Tx

Salpingitis

Etiologi Biasanya dikarenakan penjalaran dari IMS seperti gonorrhea atau clamidia
E.coli
Virus HIV
Bacteri coccus
Anamnesis Saat mens nyeri perut, ada discharge dari vagina yang berwarna keruh
dan berbau, demam, kadang ada perdarahanLBP, nyeri saat berhubungan
seksual, nyeri saat ovulasi
Apakah pernah abortus? salpingitis salah satu penyebab abortus
Apakah pernah melahirkan? Dimana?(untuk tau steril apa tidak)
Apakah pernah pakai IUD?
Pemeriksaan PF:
Nyeri perut biasanya bilateral
Palpasinyeri
Demam
Mual muntah
Nyeri kanan kiri bawah apabila palpasi
Defense muskular pada kanan kiri ligamentum pourpart
Pada periksa dalam nyeri kalau portio digoyangkan, nyeri kiri dan
kanan uterus, kadang-kandang ada penebalan dari tuba
PP:
Pemeriksaan darah rutin leukositosis, LED meningkat
Kultur
Swab vagina
Dx
Tx

Pre Eklampsi

Etiologi
Anamnesis Apakah punya rw hipertensi?
Apakah hipertensinya saat hamil saja?
Apakah ada penurunan penglihatan?
Apakah ada bengkak diseluruh tubuh?
Berapakah umur kehamilan sekarang?
Pemeriksaan PF:
TD sistolik 160 mmHg, TD diastolic 110 mmHg
Nyeri epigastrium
Skotoma dan gangguan visus lain atau nyeri di daerah frontal
Perdarahan retina
Edema pulmonum
Koma
Pengukuran tinggi fundus uteri
PP:
Peningkatan kadar enzim hati atau/dan ikterus
Trombosit < 100.000/mm3
Oligouria < 400 ml/24 jam
Proteinuria > 3 g/L
o Evaluasi hematologik (Ht, jumlah trombosit, morfologi eritrosit pada
sediaan apus darah tepi)
o Pemeriksaan fungsi hati (bilirubin, protein serum, aspartat
aminotransferase dsb)
o Pemeriksaan fungsi ginjal (ureum dan kreatinin)
Dx
Tx

Distosia

Etiologi CPD (cephalopelvic disproportion) adalah akibat dari panggul sempit,


ukuran kepala janin yang besar, atau lebih sering kombinasi dari kedua di
atas
Kelainan his sering dijumpai pada primigravida tua sedangkan inersia uteri
sering dijumpai pada multigravida dan grandemulti
Karena anak yang terlalu besar
Bentuk anakhidrochepalus,anak kembar, letak anak yang sungsang
Prolaps tali pusar
Anamnesis
Pemeriksaan
Dx
Tx Inersia uteri hipotonus
Keadaan umum penderita harus diperbaiki. Gizi selama kehamilan harus
diperhatikan.
Penderita dipersiapkan menghadapi persalinan, dan dijelaskan tentang
kemungkinan-kemungkinan yang ada.
Teliti keadaan serviks, presentasi dan posisi, penurunan kepala / bokong
bila sudah masuk PAP pasien disuruh jalan, bila his timbul adekuat
dapat dilakukan persalinan spontan, tetapi bila tidak berhasil maka akan
dilakukan sectio cesaria

inersia uteri hipertoni

Penanganan
Dilakukan pengobatan simtomatis untuk mengurangi tonus otot, nyeri,
mengurangi ketakutan. Denyut jantung janin harus terus dievaluasi. Bila dengan
cara tersebut tidak berhasil, persalinan harus diakhiri dengan sectio cesarea

Jika letak sungsang


Syarat Partus Pervagina Pada Letak Sungsang :

Janin tidak terlalu besar


Tidak ada suspek CPD
Tidak ada kelainan jalan lahir
Jika berat janin 3500 g atau lebih, terutama pada primigravida atau multipara
dengan riwayat melahirkan kurang dari 3500 g, sectio cesarea lebih dianjurkan

Retensio Placenta

Etiologi Sebab fungsional


o His yang kurang kuat (sebab utama)
o Tempat melekatnya yang kurang menguntungkan (contoh : di sudut
tuba)
o Ukuran plasenta terlalu kecil
o Lingkaran kontriksi pada bagian bawah perut
Plasenta akreta : vili korialis menanamkan diri lebih dalam ke dalam
dinding rahim daripada biasa ialah sampai ke batas antara endometrium dan
miometrium
Plasenta inkreta : vili korialis masuk ke dalam lapisan otot rahim
Plasenta perkreta : vili korialis menembus lapisan otot dan mencapai serosa
atau menembusnya
Anamnesis
Pemeriksaan PF:
Plasenta Akreta Parsial / Separasi
Konsistensi uterus kenyal
TFU setinggi pusat\
Bentuk uterus discoid
Perdarahan sedang banyak
Tali pusat terjulur sebagian
Ostium uteri terbuka
Separasi plasenta lepas sebagian
Syok sering

Plasenta Inkarserata
Konsistensi uterus keras
TFU 2 jari bawah pusat
Bentuk uterus globular
Perdarahan sedang
Tali pusat terjulur
Ostium uteri terbuka
Separasi plasenta sudah lepas
Syok jarang
Konsistensi uterus cukup
TFU setinggi pusat
Bentuk uterus discoid
Perdarahan sedikit / tidak ada
Tali pusat tidak terjulur
Ostium uteri terbuka
Separasi plasenta melekat seluruhnya
Syok jarang sekali, kecuali akibat inversio oleh tarikan kuat pada tali pusat

PP:
Hitung darah lengkap: untuk menentukan tingkat hemoglobin (Hb) dan
hematokrit (Hct), melihat adanya trombositopenia, serta jumlah leukosit.
Pada keadaan yang disertai dengan infeksi, leukosit biasanya meningkat.
b) Menentukan adanya gangguan koagulasi dengan hitung Protrombin
Time (PT) dan Activated Partial Tromboplastin Time (APTT) atau yang
sederhana dengan Clotting Time (CT) atau Bleeding Time (BT). Ini penting
untuk menyingkirkan perdarahan yang disebabkan oleh faktor lain
Dx
Tx

Torsi dan Ruptur Kista

Etiologi Torsi terjadi apabila terdapat kista ovarium yang terpluntir atau rotasi di
sekeliling pedikelnya
Korpus luteum
Kista folikel
Endometrioma
Kista teka-lutein
Kista dermoid
Anamnesis Apakah ada perdarahan di awal kehamilan?
Apakah punya riwayat dismenore?
Sering kencing jika ada desakan peritoneum
Pemeriksaan PF:
Nyeri abdomen akut pada bagian bawah abd
Mual sampai muntah-muntah
Jika hebat syok sampai sinkope
Nyeri pundak adanya perdarahan hebat yang menyebabkan iritasi
diafragma/ isi kista yang ruptur
PP:
Kuldosentesis jika ada perdarahan intraperitoneum ruptur kista
Foto abdomen cairan bebas peritoneum
Jika masih perdarahan, pembesaran adneksa laparotomi
Dx
Tx

Vaginitis

Etiologi Dibagi menjadi spesifik dan non spesifik


Non spesifik merupakan akibat flora normal yang berubah menjadi patogen
Trichomonas
Candida
Haemofilus
Anamnesis Gejala awal berupa rasa gatal
Saat ditanya kecenderungan mengalami nyeri berkemih atau nyeri coitus
(dispareuni)
Tanyakan adanya kemungkinan suami yang menderita atau riwayat penyakit
kelamin
Keputihan yang mungkin berbau khas dan lebih banyak dari biasanya
(contoh pada trichomonas akan berbuih dan terasa panas terbakar)
Tanyakan riwayat higienitas genital dan adanya riwayat keluhan yang
serupa dan berulang
Pemeriksaan PF:
Kemerahan pada vagina
Leukorea yang masih terus mengalir
Terdapat membra-membran kecil berwarna putih pada dinding vagina (pada
kandidiasis)
Tanda peradangan pada vulva juga sering didapatkan sehingga Dx bisa
bergeser menjadi vulvovaginitis
PP:
Swab dinding vagina didapatkan:
o Parasit di tengah leukosit pada trichomoniasis
o Fluor yang mengandung hanya banyak leukosit pada non spesifik
o Jamur di tengah leukosit pada candidiasis
o Basil kecil gram negatif pada hemofilus vaginalis
Dx Sesuai gambaran PF dan PP
Tx

Kehamilan Normal

Etiologi Proses konsepsi dan terbentuknya zigot dari pertemuan sperma dan ovum yang
mengalami nidasi di dinding endometrium
Anamnesis Amenorrhea, kalau iya tentukan juga kapan tanggal pertama untuk
menentukan HPHT
Nausea dan Emesis, biasanya kasus tertentu ada yang mengalami
hiperemesis pada beberapa minggu sampai bulan pertama yang kita sebut
morning sickness
Mengidam
Pingsan, kadang hilang setelah 16 minggu kehamilan
Mammae menegang dan membesar
Anoreksia
Sering kencing, akibat penekanan VU, tp harus dibedakan dengan kelainan
VU lainnya atau poliuri pada DM
Obstipasi
Pigmentasi kulit, terjadi pada kehamilan diatas 12 minggu
Epulis, hipertrofi papilla gingival pada trimester pertama
Varises, pada triwulan terakhir
Tanyakan juga kapan terakhir berhubungan sexual dengan pasangan
Tanyakan GPA
Tanyakan riwayat menarche pada primipara
Pemeriksaan PF:
Perut ibu dengan metode Leopold
o 1: TFU dan posisi atas janin
o 2: Posisi samping janin
o 3: Posisi bawah janin
o 4: Letak bawah janin
Pemeriksaan dengan stetoskop Laenec untuk DJJ. Kadang baru jelas
terdengar pada kehamilan 18-20 minggu. Perhatikan DJJ apabila terdapat 2
bunyi yang berbeda irama dan kecepatan, maka kemungkinan adanya janin
lebih dari 1 (pada kasus Gemelli)
PP:
USG untuk memeriksa posisi dan bentuk uterus dan adanya janin
USG Doppler untuk memeriksa DJJ
Dx
Tx Ante Natal Care

Persalinan Preterm

Etiologi Persalinan yang terjadi pada minggu ke 37 atau kurang, yang penyebabnya bisa
dari ibu, janin, maupun anatomis organ reproduksi ibu
Hipertensi
IUGR (intra uterine growth retardation)
Solutio placentae
Placenta praevia
Kelainan Rhesus
Diabetes
Anamnesis
Pemeriksaan
Dx
Tx

PEMERIKSAAN LEOPOLD

SCORE
No ASPEK PENILAIAN
0 1 2
1 ATTITUDE
Salam dan perkenalan
Hadirkan saksi
Inform consent
Ibu diposisikan di tempat tidur, kaki di fleksikan (litotomi)
Buka pakaian ibu secukupnya (dari proc. Xiphoideus simfisis pubis)
Tutup bagian yang tidak perlu dengan selimut

2 INSPEKSI
Pada kehamilan trimester 2-3
Tampak perut membesar
Pembesaran perut melintang atau membujur
Pigmentasi linea alba / striae +/-
Sikatriks +/-
Terlihat gerakan anak +/-

3 PEMERIKSAAN LEOPOLD
Hangatkan tangan
Leopold 1
Pemeriksa menghadap ke muka ibu
Menentukan tinggi fundus
Meraba bagian janin yang terletak di fundus dengan kedua telapak tangan
Apakah teraba bulat, besar lunak (bokong) / bulat, besar, keras (kepala) / teraba tahanan memanjang
(punggung) / teraba bagian kecil-kecil (ekstremitas)
Pada kehamilan aterm dengan presentasi kepala, pada pemeriksaan Leopold 1 akan teraba bulat, besar,
lunak (bokong)

Leopold 2
Pemeriksa menghadap ke muka ibu
Meraba bagian janin yang terletak di sebelah kanan maupun kiri uterus dengan kedua telapak tangan
Apakah teraba bulat, besar lunak (bokong) / bulat, besar, keras (kepala) / teraba tahanan memanjang
(punggung) / teraba bagian kecil-kecil (ekstremitas)
Pada kehamilan aterm dengan presentasi kepala, pada pemeriksaan Leopold 2 akan teraba tahanan
memanjang (punggung) di satu sisi dan teraba bagian kecil-kecil (ekstremitas) di sisi lain
Leopold 3
Pemeriksa menghadap ke muka ibu
Meraba bagian janin yang terletak di atas simfisis pubis sementara tangan yang lain menahan fundus untuk
fiksasi
Apakah teraba bulat, besar lunak (bokong) / bulat, besar, keras (kepala) / teraba tahanan memanjang
(punggung) / teraba bagian kecil-kecil (ekstremitas)
Pada kehamilan aterm dengan presentasi kepala, pada pemeriksaan Leopold 3 akan teraba bulat, besar,
keras (kepala)
Tambahan:
Pemeriksaan Osborn test
Pegang kepala janin dan diupayakan untuk masuk PAP
Jika tidak dapat masuk karena masih tinggi, harus diukur dengan jari untuk mengetahui seberapa tingginya
dari simfisis pubis
Jika tingginya sekitar 3 jari di atas simfisis atau lebih berarti Osborn test + (kepala janin belum masuk ke
PAP kemungkinan ada Cephalopelvic Disproportion)

Leopold 4
Pemeriksa menghadap ke kaki ibu
Menentukan apakah bagian terbawah janin sudah masuk atau melewati PAP dengan cara mendindingi
bagian terbawah janin, bila presentasinya:
o Konvergen : bagian terbawah janin belum masuk ke PAP
o Sejajar : bagian terbawah janin sebagian telah masuk ke PAP
o Divergen : bagian terbawah janin telah masuk masuk ke PAP

Catatan: gemelli pada pemeriksaan Leopold akan teraba minimal 3 bagian besar

TAMBAHAN

Pengukuran Tinggi Fundus Uteri


Pastikan tidak ada kontraksi selama penilaian tinggi fundus uteri
Pita pengukur harus menempel pada kulit abdomen
Ukur tinggi fundus uteri dengan menggunakan pita ukur dari mulai tepi atas simfisis pubis sampai puncak
tinggi fundus uteri (yang telah ditentukan pada px Leopold 1) melalui linea mediana abdomen

Pengukuran Perkiraan Berat Badan Janin


Diukur dengan menggunakan rumus Johnson
Rumus: TBJ = (TFU-n) x 155
TBJ: Taksiran Berat Badan Janin ; TFU: Tinggi Fundus Uteri
N = 11 apabila kepala sudah masuk PAP
N = 12 apabila kepala belum masuk PAP
4 PENILAIAN KONTRAKSI UTERUS (HIS)
Letakkan tangan dengan hati-hati di atas uterus dan rasakan kontraksi yang terjadi dalam kurun waktu 10
menit
Tanda saat uterus kontraksi: uterus teraba keras serta bagian-bagian janin tidak teraba
Tentukan apakah kontraksinya adekuat berdasarkan interval, durasi, relaksasi
His yang adekuat adalah apabila dalam 10 menit terjadi minimal 2 kali kontraksi (maksimal 4x) dengan
lama kontraksi 40-60 detik tiap kontraksi serta di antara kontraksi ada fase relaksasi

5 PENGHITUNGAN DENYUT JANTUNG JANIN (Auskultasi)


Tentukan punctum maximum pada daerah yang telah ditentukan dengan saat pemeriksaan Leopold sambil
meletakkan stetoskop Laennec di daerah punggung janin
Hitung DJJnya pada 5 detik pertama, ketiga dan kelima. Kemudian jumlah dan hasilnya dikalikan 4 untuk
memperoleh frekuensi DJJ satu menit
DJJ normal: 120-160x per menit

Pada gemelli akan terdengar 2 punctum maximum dengan frekuensi yang berbeda

Pemeriksaan Leopold

PEMERIKSAAN VT OBSTETRIK,
MENENTUKAN PRESENTASI, DAN POINT OF DIRECTION PD PERSALINAN

No. Aspek yang Dinilai


1 Salam+ perkenalan
Sampaikan maksud dan tujuan
Suruh pasian buang air kecil dulu
Pasien diminta untuk melepas pakaian bag bawah + celana dalam
Tidur terlentang litotomi (kalok gemuk tumit didekatkan sampe paha) tutupi SELIMUT
BISMILLAHIRROHMANIRROHIIIM
2. Pemeriksa cuci tangan DENGAN AIR MENGALIR pakai sarung tangan steril DENGAN BENAR untuk tangan KANAN
3. Pemeriksa berdiri di sisi kanan pasien di depan vulva, mengahdap muka pasien
4. Dengan tangan KANAN ambil kapas yg sudah diberi disinfektan disinfeksi vulva mulai dr bag kanan dari ATAS ke
BAWAH lanjut kiri DENGAN KAPAS LAIN atau KAPAS YG TADI DIBALIK dari ATAS ke BAWAH
5. INSPEKSI perhatikan cairan keluar dr vagina AIR? DARAH LENDIR? MEKONIUM? DARAH SEGAR?
6. Masukan JARI TENGAH secara perlahan dan agak ditekan ke COMMISURA POSTERIOR (bawah), kemudian baru disusul jari
TELUNJUK sejajar jari tengah, susuri dinding vagina sampai teraba portio
7. Tangan KIRI pemeriksa diletakkan dengan posisi jempol dan telunjuk menghadap mons veneris untuk memfikasasi bagian bawah
janin
8. 2 jari di dalam vagina rentangkan tentukan pembukaan serviks (dlm cm)
9. Tentukan penipisan serviks, dgn variasi antara 50% saat inpartu dan 100% saat kala II
10. Raba apakah masih ada kulit ketuban yg masih intak (belum pecah) raba benda lain seperti tali pusat (berdenyut) atau tangan
(terba jari)
11. Tentukan bagian bawah janin, apakah?
a. Kepala (bulat besar keras teraba sutura)
b. Bokong (bulat lunak teraba sakrum)
c. Lintang (teraba ketiak dan tulang rusuk)
12. Tentukan station / penurunan bag bawah janin SEBUTKAN HODGE 1-4
13. Tentukan bagian terbawah janin Point of direction
Letak belakang kepala POD ubun2 kecil
d. Letak puncak POD ubun2 besar
e. Letak dahi POD glabella (antara alis kanan kiri)
f. Letak muka POD mentum (dagu)
g. Letak sungsang POD sacrum
h. Letak lintang POD aksilla
14. Setalah selesai tarik 2 jari secara perlahan perhatikan discharge yg menempel pd sarung tangan
15. Terima kasih
Lepas sarung tangan dengan BENAR buang pd tempatnya
CATAT HASIL PX dlm REKAM MEDIS
16. ALHAMDULILLAH

VAGINAL TOUCHER GINEKOLOGI, PEMERIKSAAN INSPEKULO, SONDASE UTERUS

No SCORE
ASPEK PENILAIAN
0 1 2
a. PENDAHULUAN
1 Salam

2 Member informasi kepada pasien akan dilakukan pemeriksaan dalam vagina dengan tujuan untuk
mengetahui ada tidaknya kelainan organ genitalia
Minta pasien untuk BAK (buang air kecil) terlebih dahulu

3 Membaca basmalah
b. PEMERIKSAAN VAGINAL TOUCHER
1 Periksa kelengkapan peralatan yang dipakai

2 Lepaskan semua aksesori yang ada pada lengan bagian bawah


Pemeriksa cuci tangan dengan air mengalir dan sabun

3 Penderita diminta untuk melepas pakaian bagian bawah dan celana dalamnya kemudian berbaring
di meja ginekologi dengan posisi litotomi, kedua telapak kakinya diletakkan di penyangga

4 Tutup perut bagian bawah dengan doek

5 Pemeriksa pakai sarung tangan dengan cara yang benar untuk tangan kanan

6 Pemeriksa berdiri searah kaki kanan penderita menghadap ke arah vulva

7 Lakukan inspeksi pada genitalia eksterna.


Mulai dari mons veneris, labia mayora, labia minora, klitoris, orificium uretra externa, introitus
vagina
Perhatikan discharge yang keluar (fluxus atau fluor), adakah benjolan (menandakan ada kista atau
keganasan lainnya)

8 Ambil kapas steril yang sudah dibasahi dengan cairan disinfektan

9 Untuk VT, pakailah jari tengah dengan telunjuk


Pertama, masukkan secara perlahan jari tengah dengan sedikit menekan ke arah commisura
posterior, kemudian masukkan jari telunjuk sejajar jari tengah

10 Dengan kedua jari tersebut, susuri dinding vagina belakang, depan, kiri, kanan sampai teraba portio
Cermati dan rasakan apakah ada kelainan

Tambahan:
Rugae
Primigravida / nulipara : masih ada
Multipara: sudah menghilang

11 Setelah teraba portio, lakukan pemeriksaan bimanual, dengan bantuan tangan kiri diletakkan di
supra simfisis, menekan ke arah jari tangan yang ada di vagina
Tentukan besar uterus, konsistensi, ada tidak nyeri, posisi ante/retro flexi, dextro/sinistro posisi

12 Periksa pula besarnya portio, konsistensinya, ostium uteri externa tertutup atau terbuka (dengan
cara memasukkan jari bila terbuka jari bisa masuk, curiga abortus), nyeri goyang portio

Tambahan:
Ukuran dan konsistensi portio:
Nulipara: ukurannya sebesar jempol tangan serta konsistensinya seperti cuping hidung
Saat hamil: ukurannya sebesar jempol kaki serta konsistensinya seperti cuping telinga
(vivir)
13 Kemudian arahkan pemeriksaan bimanual ke sisi kanan uterus, periksalah adneksa dan
parametrium.
Apakah teraba pembesaran ovarium, bila ada, perkirakan besar, konsistensi, nyeri/tidak,
mobilitasnya
Tuba: teraba nyeri, infiltrate kaku?
Lakukan hal yang sama untuk adneksa dan para metrium kiri

14 Pemeriksaan cavum douglas, tetap dengan bimanual


Arahkan jari ke fornix posterior, raba dan rasakan apakah teraba menonjol atau datar
Teraba menonjol apabila cavum douglas terisi darah

15 Terakhir, tariklah kedua jari secara perlahan, kemudian perhatikan discharge yang menempel pada
sarung tangan
Adakah fluxus (darah) dan fluor

c. PEMERIKSAAN INSPEKULO
1 Pakai sarung tangan steril untuk tangan kiri

2 Pasang doek steril di bawah pantat penderita

3 Ambil speculum vagina graves, pastikan dalam keadaan tertutup

4 Hidupkan lampu sorot

5 Pegang speculum dengan jari tengah, telunuk dan ibu jari secara gentle
Olesi ujung spekulu, dengan jelly

6 Dengan posisi miring, masukkan secara perlahan speculum vagina, sambil sedikit ditekan ke arah
commisura posterior
Setelah masuk sekitar 2-3 cm, putar 90 derajat (searah jarum jam)
Masukkan menyusuri dinding vagina sampai kelihatan portio, kemudian kunci
7 Lihat dinding vagina kanan dan kiri
Perhatikan portio besarnya, perlunakan/ erosi
Adakah polip, kista nobouti, mioma geburt, benang IUD, ostium uteri externa tertutup atau
terbuka, discharge yang keluar (fluxus/fluor)

8 Untuk melihat dinging depan atau belakang vagina, putar speculum searah jarum jam

d. SONDASE UTERUS
1 Ambil kapas atau kasa steril yang telah dibasahi cairan disinfektan dengan tampon tang, oleskan
pada portio

2 Ambil tenakulum, jepit bibir portio lalu pegang tenakulum yang telah menjepit portio dengan
tangan kiri

3 Ambil dan pegang sonde uterus seperti memegang pensil


Masukkan secara perlahan dengan posisi sonde sesuai dengan posisi uterus hasil VT sampai
menyentuh fundus uteri

4 Tarik secara perlahan sonde sampai keluar vagina

5 Tentukan besarnya uterus dengan melihat bekas discharge yang menempel pada sonde
Normalnya
Nullipara: 6-7 cm
Multipara: 8cm

6 Lepaskan tenakulum, pastikan tidak terjadi perdarahan


Bila ada perdarahan, lakukan evaluasi bila perdarahan sedikit, tekan dengan kasa steril di
tempat perdarahan

7 Untuk melepas tenakulum, kendorkan kuncinya, tarik secara perlahan sekitar 2-3 cm, kemudian
speculum ditutup dan ditarik sampai keluar vagina
8 Taruhlah alat bekas pakai di tempat yang telah disediakan
Lepas sarung tangan dengan cara yang benar

9 Catat semua hasil pemeriksaan di rekam medis

10 Hamdallah

SONDE UTERUS TENAKULUM SPEKULUM


GRAVES
KALA 2

SCORE
No ASPEK PENILAIAN
0 1 2
MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN
1 Mengamati tanda dan gejala persalinan kala 2
Tanda:
o Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rectum dan vagina
o Ibu mempunyai keinginan untuk mengejan
Gejala
o Perineum menonjol
o Vulva Vagina Sfingter anal membuka

2 Memastikan perlengkapan, bahan dan obat-obatan esensial siap digunakan.


Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan tabung suntik steril sekali pakai dalam
partus set

3 Mengenakan celemek plastic yang bersih


Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku

4 Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih serta mengeringkan tangan dengan handuk
kemudian memakai sarung tangan steril

5 Menghisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik dan meletakkannya kembali di partus set

MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN KEADAAN JANIN BAIK


6 Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke belakang
dengan menggunakan kapas atau kasa steril
Catatan:
Jika mulut vagina, perineum atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu, bersihkan dengan
seksama dengan cara menyekanya dari depan ke belakang, dang anti sarung tangan saat
melakukan pemeriksaan dalam (Vaginal Toucher)

7 Dengan menggunakan teknik aseptic, lakukan VT untuk memastikan bahwa pembukaan cervix
sudah lengkap
Catatan:
Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi
dengan menggunakan setengah cocher
8 Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa DJJ
dalam batas normal (120-160x per menit)

Pertolongan Kelahiran Bayi


MELAKUKAN PIMPINAN MENGEJAN SAAT ADA HIS
9 Pimpin mengejan saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk mengejan.
Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi nyaman jika ibu belum
merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit

10 Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, letakkan handuk bersih di atas
perut ibu untuk mengeringkan bayi dan meletakkan kain bersih yang dilipat sepertiga bagian
di bawah bokong ibu
Catatan:
Sediakan tempat untuk antisipasi terjadinya komplikasi persalinan (asfiksia), sebelah bawah
kaki ibu tempat datar alas keras. Beralaskan 2 kain dan 1 handuk serta lampu sorot 60 watt
(jarak 60 cm dari tubuh bayi)

LAHIRNYA KEPALA
11 Saat kepala bayi membuka vulva 5-6 cm, lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi
kain yang telah diletakkan di bawah bokong ibu, letakkan tangan yang lain di kepala bayi dan
lakukan tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi, membiarkannya keluar
perlahan-lahan

12 Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan kasa yang bersih.
Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai
Catatan:
Jika tali pusat melilit leher dengan longgar, lepaskan lebat bagian atas kepala bayi.
Jika tali pusat melilit erat, klem tali pusat di dua tempat dan memotongnya

13 Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan

LAHIRNYA BAHU
14 Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparietal
Anjurkan pada ibu untuk meneran saat kontraksi
Dengan lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di arkus
pubis kemudian melakukan gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang
LAHIRNYA BADAN DAN TUNGKAI
15 Setelah bahu lahir, gesar tangan bawah ke arah perineum ibu untuk menyanggah kepala,
lengan dan siku sebelah bawah
Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah atas

16 Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung ke arah bokong dan tungkai
bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telunjuk tangan kiri di antara
kedua lutut janin)
PENANGANAN BAYI BARU LAHIR (Pemberian Oksitosin)
17 Melakukan penilaian selintas:
a. Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas tanpa kesulitan?
b. Apakah bayi bergerak aktif?

18 Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian
tangan tanpa membersihkan vernix
Membiarkan bayi di atas perut ibu

19 Memeriksa kembail uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus
Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar kontraksi uterus baik

20 Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha atas bagian
distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin)

21 Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi.
Mendorong isi tali pusat le arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari
klem pertama

22 Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan lakukan
pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut
Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril

23 Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi

KALA 3

N ASPEK PENILAIAN SCORE


o 0 1 2
1 Memakai handscoon steril baru

2 Meletakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, tepi atas simfisis untuk mendeteksi.
Tangan lain menegangkan tali pusat

3 Memindahkan klem pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva

4 Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan, sementara
tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati ke arah dorso cranial.
Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu
hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur

5 Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas, meminta ibu
meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai kemudian dan ke
arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorsokranial)
Catatan:
Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm
dari vulva
Jika plasenta tidak lepas setelah melalui penegangan tali pusat selama 15 menit:
o Ulangi pemberian oksitosin 10 unit IM
o Menilai kendung kemih dan mengkateterisasi kandung kemih
o Menyiapkan rujukan
o Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya
o Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalm waktu 30 menit sejak kelahiran
bayi

6 Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati.
Bila perlu (terasa ada tahana), pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran
searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban
Catatan:
Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan steril, menggunakan jari-jari tangan
untuk melepaskan bagian selaput yang tertinggal
7 Setelah plasenta lahir, lakukan masase (pemijatan) pada fundus uteri dengan menggosok
fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi
uterus baik (fundus teraba keras)

8 Periksa bagian maternal dan fetal plasenta dengan tangan kanan untuk memastikan bahwa
seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap dan masukkan ke dalam kantong
plastic yang tersedia
Catatan:
Jika uterus tidak berkontraksi setelah melahirkan, lakukan masase selama 15 detik,
mengambil tindakan yang sesuai

9 Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.


Lakuakn penjahitan jika laserasi mnyebabkan perdarahan.
Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam

10 Menempatkan seluruh alat ke dalam larutan dekontaminasi.


Melepaskan sarung tangan dan meletakkan sarung tangan bekas pakai pada tempatnya

11 Melakukan evaluasi tekanan darah, nadi dan kandung kemih setiap 15 m3nit selama satu
jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan.
Melengkapi partograf
ANAMNESIS PADA KEHAMILAN
BISMILLAHIRROHAMAANIRROHIIM
I. Aspek Ketrampilan Membina Sambung Rasa
a. Salam
b. Empati
c. Persilahkan duduk
d. Perkenalkan diri
II. Aspek Ketrampilan Mengumpulkan Informasi
a. Menggunakan bahasa verbal dan non-verbal yang mudah dipahami
III. Aspek Ketrampilan Menjaga Proses Anamnesis
a. Menjadi pendengar yang baik
b. Penampilan baik, ramah, sopan, dan santun
IV. Aspek Medis (menanyakan)
a. Identitas pasien (nama, umur, agama, pendidikan terakhir, pekerjaan, status
perkawinan, nama suami)
b. Keluhan utama lanjut sacred seven
i. Untuk KU, bisa periksa
1. Control kehamilan
Pemeriksaan mengarah ke gejala, tanda pasti dan tidak pasti kehamilan (amenorrhea, HPHT,
mual muntah, test kehamilan dll) mengarah bahwa ibu ini memang hamil
2. Mengalami gangguan / patologi dlm kehamilan (perdarahan, tak
merasakan gerak janin, dll)
3. Pasien rujukan
ii. Contoh2 KU: kenceng2, keluar darah / air dr jalan lahir, gerak janin tak terasa
c. Riwayat kehamilan sekarang
i. Riwayat menstruasi
1. HPHT (hari pertama haid terakhir)
Menentukan tanggal persalinan Menggunakan rumus NAEGLE hari +7 bulan -3 tahun +1
2. Siklus brp hari? Teratur? Dismenorrhea?
3. Menarche usia brp?
ii. Riwayat prkawinan
1. Berapa kali?
2. Jumlah anak?
iii. Riwayat obstetric / kehamilan
1. Hamil berapa kali?
2. Anak yang lahir berapa?
a. Jenis kelaminnya apa?
b. BB? PB? (berat, panjang)
c. Ditolong? Siapa? (nidan, dokter, dukun)
d. Spontan?
e. Sekarang anaknya usia?
f. Keadaan anak sekarang? Sehat?
3. Riwayat keguguran? (ada ga?)
a. Pada usia kehamilan brp?
b. Dikuret ga?
iv. Riwayat nifas sebelumnya
v. Riwayat KB
d. Riwayat penyakit dahulu
i. Riwayat penyakit sistemik yg mungkin mempengaruhi atau diperberat oleh
kehamilan, persalinan
ii. Riwayat operasi
V. Riwayat ANC (antenatal care)
a. Berapa kali?
b. Dimana? (bidan, dokter)
c. Pesan2 khusus
d. Imunisasi TT
e. Obat?
VI. Riwayat penyakit keluarga
a. Penyakit keturunan ada?
b. Ada riwayat kembar?
c. Penyakit menular?
VII. Riwayat gizi, social ekonomi, penghasilan
VIII. Menutup, simpulkan hasil anamnesis
IX. Mencatat secara terstruktur dalam rekam medic
ALHAMDULILLAH

PEMERIKSAAN VT OBSTETRIK, MENENTUKAN PRESENTASI, DAN POINT OF


DIRECTION PD PERSALINAN
II. Salam+ perkenalan
III. Sampaikan maksud dan tujuan
IV. Suruh pasian buang air kecil dulu
V. Pasien diminta untuk melepas pakaian bag bawah + celana dalam
VI. Tidur terlentang litotomi (kalok gemuk tumit didekatkan sampe paha) tutupi
SELIMUT
VII. BISMILLAHIRROHMANIRROHIIIM
VIII. Pemeriksa cuci tangan DENGAN AIR MENGALIR pakai sarung tangan steril DENGAN
BENAR untuk tangan KANAN
IX. Pemeriksa berdiri di sisi kanan pasien di depan vulva, mengahdap muka pasien
X. Dengan tangan KANAN ambil kapas yg sudah diberi disinfektan disinfeksi vulva
mulai dr bag kanan dari ATAS ke BAWAH lanjut kiri DENGAN KAPAS LAIN atau
KAPAS YG TADI DIBALIK dari ATAS ke BAWAH
XI. INSPEKSI perhatikan cairan keluar dr vagina AIR? DARAH LENDIR?
MEKONIUM? DARAH SEGAR?
XII. Masukan JARI TENGAH secara perlahan dan agak ditekan ke COMMISURA POSTERIOR
(bawah), kemudian baru disusul jari TELUNJUK sejajar jari tengah, susuri dinding vagina
sampai teraba portio
XIII. Tangan KIRI pemeriksa diletakkan dengan posisi jempol dan telunjuk menghadap mons
veneris untuk memfikasasi bagian bawah janin
XIV. 2 jari di dalam vagina rentangkan tentukan pembukaan serviks (dlm cm)
XV. Tentukan penipisan serviks, dgn variasi antara 50% saat inpartu dan 100% saat kala II
XVI. Raba apakah masih ada kulit ketuban yg masih intak (belum pecah) raba benda lain
seperti tali pusat (berdenyut) atau tangan (terba jari)
XVII. Tentukan bagian bawah janin, apakah?
a. Kepala (bulat besar keras teraba sutura)
b. Bokong (bulat lunak teraba sakrum)
c. Lintang (teraba ketiak dan tulang rusuk)
XVIII. Tentukan station / penurunan bag bawah janin SEBUTKAN HODGE 1-4
XIX. Tentukan bagian terbawah janin Point of direction
a. Letak belakang kepala POD ubun2 kecil
b. Letak puncak POD ubun2 besar
c. Letak dahi POD glabella (antara alis kanan kiri)
d. Letak muka POD mentum (dagu)
e. Letak sungsang POD sacrum
f. Letak lintang POD aksilla
XX. Setalah selesai tarik 2 jari secara perlahan perhatikan discharge yg menempel pd
sarung tangan
XXI. Terima kasih
XXII. Lepas sarung tangan dengan BENAR buang pd tempatnya
XXIII. CATAT HASIL PX dlm REKAM MEDIS
XXIV. ALHAMDULILLAH

EPISIOTOMI DAN PENJAHITAN LUKA BEKAS EPISIOTOMI MAUPUN ROBEKAN


PERINEUM
I. SALAM
II. BISMILLAH
III. PERSIAPAN
a. Menyiapkan bahan2 dan alat2 yg diperlukan
b. Jelaskan pd ibu knp dia perlu episiotomy dan diskusikan prosedurnya dengan ibu,
berikan alas an rasional pd ibu, bantu ibu merasa rileks
IV. MEMBERIKAN ANESTESI LOKAL
a. Menggunakan teknik aseptic cuci tangan + sarung tangan
b. Hisap 10 ml larutan lidokain 1% tnp epinefrin kedalam tabung suntik steril ukuran 10
ml, dan jarum ukuran 22 panjang 4 cm / lebih
c. Letakkan kedua jari dlm vagina antara kepala janin dgn perineum
d. Masukkan jarum di tengah fourchette dan arahkan jarum disepanjang tempat yg akan
di episiotomy
ANAMNESIS PAYUDARA
I. Salam + basmalah
II. Perkenalkan diri
III. Pelihara eye contact selama anamnesis
IV. Inform konsen
V. Tanya identitas
VI. Keluhan utama
VII. RPS: lokasi (letaknya dikuadran mana)
VIII. Onset : kapan mulai timbul benjolan
IX. Kronologis
a. Bagaimana bs tau? (mgkn sadari)
b. Apakah bertambaha besar (bertambahnya dgn cepat?) atau tetap
c. Apa terasa sakit menjelang menstruasi
d. Apakah putting susu masuk kedalam (jk sblmnya tidak)
e. Apakah keluar darah / cairan dr putting susu?
f. Warna kulit berubah?
X. Gejala penyerta : demam? Badan cpt lelah? Stamina turun drastic?
XI. Tanya factor resiko
a. Menarche kpn? terlalu cepat < 11th resiko
b. Menopause kpn? terlalu lambat > 54th resiko
c. Adanya penyakit pada payudara sebelumnya
d. Tdk pny anak
e. Pny anak tp tdk nyusui
f. Primipara tua hamil diatas umur 30th
g. Penyakit keturunan spt ini
h. Diit: byk makan lemak, alcohol, rokok
i. Obesitas BMI > 35
j. Ikut KB hormone: pil, suntik, sulin hormone
XII. Cari metastasis
a. Kelenjar aksilla: ada benjolan diketiak?
b. Paru2: sesak nafas? Nyeridada?
c. Tulang belakang: nyeri punggung?
d. Tulang lain (femur): nyeri paha? Fraktur patologis?
e. Liver: cepat lelah? Ikterus? Lemah?
XIII. Tidak menanyakan hal2 yg tidak berhubungan dgn penyakitnya
XIV. Rangkum hasil anamnesis
XV. Empati
XVI. Tanya ke pasienm ada pertanyaan?
XVII. Hamdalah
PF PAYUDARA
I. Salam
II. Inform konsen
III. Bismillah
IV. Meminta untuk didampingi saksi
V. Meminta melepas pakaian
VI. Memeriksa TANPA sarung tangan dan masker
VII. INSPEKSI
Posisi: dalam keadaan kedua lengan ke bawah. Liat dari depan. Bandingkan kanan kiri
VIII. Simetri kedua payudara
a. Kanan kiri sama?
b. Kesegarisan putting susu sejajar?
IX. Perubahan warna kulit
a. Warna kulit = sekitar? Kemerahan? Inflamasi?
b. Peau dorange ada?
c. Ada ulkus?
X. Putting susu
a. Ada retraksi?
b. Ada discharge?
c. Perubahan warna?
XI. Meimnta penderita mangangkat kedua lengan keatas perlahan2 melihat apakah ada
benjolan dibawah kulit yang terlihat bersamaan dengan gerakan lengan keatas
XII. PALPASI
a. Menggunakan ujung jari 2 3 4 hangatkan tangan dulu
b. Palpasi ringan
c. Sistematis perkuadran mulai dr kuadaran atas lateral medial kemudian
kuadaran bawah lateral medial
d. Diakhiri memencet putting susu
e. Atau melingkar kedalam diakhiri dgn memencet putting (obat nyamuk)
XIII. Jika terdapat benjolan, deskripsikan
a. Site
b. Shape
c. Size
d. Surface
e. Konsistensi
f. Warmth
g. Fikasia / mobilitas
h. Pulasai
i. Pain
XIV. Meminta paseien menekan panggul dgn kedua tangan (malangkerik)
XV. Palpasi aksilla kanan
a. Pemeriksa berdiri di samping kanan mengahdap penderita
b. Menopang lengan pasien dengan tangan kanan, memeriksa dgn tangan kiri
c. Palpasi sitematis, teraba kelenjar? Jumlah kelenjar? Mobile?
d. Lakukan juga yg kiri
XVI. Palpasi kelenjar supra dan infra clavicular kanan
a. Palpasi dr arah belakang pasien
b. Pasien sedikit menunduk agar rongga klavikula longgar
c. Meraba supra dan infra clavicula
i. Terba kelenjar?
ii. Jumlah?
iii. Mobile?
d. Yang kiri
XVII. Simpulkan hasil pemeriksaan
XVIII. Hamdalah

Anda mungkin juga menyukai