Anda di halaman 1dari 21

Presentasi Kasus

ILMU KESEHATAN MATA

Oleh:
Ferika Brillian S

G99131084

Dicky Budi Nurcahya

G99131032

Diwiasti F Yasmin

G99131034

Antonius Bagus Budi K

G99131019

Annisa Budiastuti

G99131017

Pembimbing :
dr. Kurnia Rosyida, SpM

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
Kelopak mata adalah bagian mata yang sangat penting. Kelopak mata melindungi kornea
dan berfungsi dalam pendisribusian dan eliminasi air mata. Penutupan kelopak mata berguna
untuk menyalurkan air mata ke seluruh permukaan mata dan memompa air mata melalui
punctum lakrimalis.
Kelainan yang didapat pada kelopak mata bermacam-macam, mulai dari yang jinak
sampai keganasan, proses inflamasi, infeksi maupun masalah struktur seperti ektropion,
entropion dan blepharoptosis. Untungnya, kebanyakan dari kelainan kelopak mata tidak
mengancam jiwa atau pun mengancam penglihatan.1
Hordeolum adalah salah satu penyakit yang cukup sering terjadi pada kelopak mata.
Hordeolum merupakan infeksi lokal atau proses peradangan pada kelopak mata. Bila kelenjar
Meibom yang terkena disebut hordeolum internum, sedangkan bila kelenjar Zeiss atau Moll yang
terkena maka disebut hordeolum eksternum.2
Hordeolum biasanya menyerang pada dewasa muda, namun dapat juga terjadi pada
semua umur, terutama orang-orang dengan taraf kesehatan yang kurang. Mudah timbul pada
individu yang menderita blefaritis dan konjungtivitis menahun.3

BAB II
STATUS PASIEN
I.

IDENTITAS
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Suku
Kewarganegaraan
Agama
Pekerjaan
Alamat
Tgl pemeriksaan
No. RM

: Nn. UK
: 17 tahun
: Perempuan
: Jawa
: Indonesia
: Islam
: Pelajar
: Gergunung Wonosari Klaten
: 22 Juli 2014
: 01263047

II. ANAMNESIS
A. Keluhan utama

: benjolan pada kelopak mata kiri bawah

B. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke poli mata dengan keluhan terdapat benjolan di kelopak mata
kiri bawah sejak 4 hari yang lalu. Awalnya berupa benjolan kecil kemerahan kemudian
semakin lama semakin besar sehingga terasa tidak nyaman. Benjolan disertai rasa sakit,
terutama bila benjolan tersentuh dan rasa gatal. Riwayat trauma disangkal oleh
penderita. Riwayat sakit mata sebelumnya disangkal oleh penderita. Riwayat penyakit
keluarga hanya penderita yang sakit seperti ini. Pandangan kabur (-), mual-muntah (-),
mata silau (-), mata merah (-), nyeri mata (-), demam (-), nrocos (-), blobok (-).

C. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat hipertensi

: disangkal

Riwayat kencing manis

: disangkal

Riwayat alergi obat dan makanan

: disangkal

Riwayat kacamata

: disangkal

D. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat hipertensi

: disangkal

Riwayat kencing manis

: disangkal

Riwayat alergi obat dan makanan

: disangkal

Riwayat kacamata

: disangkal

E. Kesimpulan Anamnesis
OD

OS

Proses

Infeksi

Lokalisasi

Sebab

Belum diketahui

Perjalanan

Akut

Komplikasi

Palpebra Inferior Oculi


Sinistra

III. PEMERIKSAAN FISIK


A. Kesan umum
Keadaan umum baik, compos mentis, gizi kesan cukup.
B. Vital Sign
TD
HR
RR
t

: 120/80 mmHg
: 90 x/m
: 20 x/m
: 36.50C

C. Pemeriksaan subyektif
OD

OS

A. Visus Sentralis
1. Visus sentralis

6/6

6/6

a. pinhole

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

b. koreksi

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

1. Konfrontasi tes

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

2. Proyeksi sinar

Normal

Normal

3. Persepsi warna

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

jauh

2. Visus sentralis
dekat
B. Visus Perifer

D. Pemeriksaan Obyektif
1. Sekitar mata

OD

OS

a. tanda radang

Tidak Ada

Ada

b. luka

Tidak Ada

Tidak Ada

c. parut

Tidak Ada

Tidak Ada

d. kelainan warna

Tidak Ada

Tidak Ada

e. kelainan bentuk

Tidak Ada

Terdapat 1 benjolan
di palpebra inferior

2. Supercilia
a. warna

Hitam

Hitam

b. tumbuhnya

Normal

Normal

Sawo matang

Sawo matang

Dalam batas normal

Dalam batas normal

c. kulit
d. gerakan
3. Pasangan bola mata
dalam orbita

a. heteroforia

Tidak Ada

Tidak Ada

b. strabismus

Tidak Ada

Tidak Ada

c. pseudostrabismus

Tidak Ada

Tidak Ada

d. exophtalmus

Tidak Ada

Tidak Ada

e. enophtalmus

Tidak Ada

Tidak Ada

a. mikroftalmus

Tidak Ada

Tidak Ada

b. makroftalmus

Tidak Ada

Tidak Ada

c. ptisis bulbi

Tidak Ada

Tidak Ada

d. atrofi bulbi

Tidak Ada

Tidak Ada

a. temporal

Tidak terhambat

Tidak terhambat

b. temporal superior

Tidak terhambat

Tidak terhambat

c. temporal inferior

Tidak terhambat

Tidak terhambat

d. nasal

Tidak terhambat

Tidak terhambat

e. nasal superior

Tidak terhambat

Tidak terhambat

f. nasal inferior

Tidak terhambat

Tidak terhambat

1.) edema

Tidak Ada

Tidak Ada

2.) hiperemi

Tidak Ada

Tidak Ada

3.) blefaroptosis

Tidak Ada

Tidak Ada

4.) blefarospasme

Tidak Ada

Tidak Ada

5.) Benjolan

Tidak Ada

Ada, Terdapat 1

4. Ukuran bola mata

5. Gerakan bola mata

6. Kelopak mata
a. pasangannya

benjolan di palpebra
inferior

b. gerakannya
1.) membuka

Tidak tertinggal

Tidak tertinggal

2.) menutup

Tidak tertinggal

Tidak tertinggal

10 mm

10 mm

2.) ankiloblefaron

Tidak Ada

Tidak Ada

3.) blefarofimosis

Tidak Ada

Tidak Ada

Tidak Ada

Tidak Ada

Normal

Normal

3.) epiblepharon

Tidak Ada

Tidak Ada

4.) blepharochalasis

Tidak Ada

Tidak Ada

5.) Vulnus

Tidak Ada

Tidak Ada

1.) enteropion

Tidak Ada

Tidak Ada

2.) ekteropion

Tidak Ada

Tidak Ada

3.) koloboma

Tidak Ada

Tidak Ada

4.) bulu mata

Dalam batas normal

Dalam batas normal

a. tanda radang

Tidak Ada

Tidak Ada

b. benjolan

Tidak Ada

Tidak Ada

Tidak Ada kelainan

Tidak Ada kelainan

a. tanda radang

Tidak Ada

Tidak Ada

b. benjolan

Tidak Ada

Tidak Ada

c. rima
1.) lebar

d. kulit
1.) tanda radang
2.) warna

e. tepi kelopak mata

7. Sekitar glandula
lakrimalis

c. tulang margo tarsalis


8. Sekitar saccus lakrimalis

9. Tekanan intraocular
a. palpasi

Kesan normal

Kesan normal

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

1.) edema

Tidak Ada

Tidak Ada

2.) hiperemi

Tidak Ada

Tidak Ada

3.) sekret

Tidak Ada

Tidak Ada

4.) sikatrik

Tidak Ada

Tidak Ada

5). Benjolan

Tidak Ada

Tidak Ada

1.) edema

Tidak Ada

Tidak Ada

2.) hiperemi

Tidak Ada

Ada

3.) sekret

Tidak Ada

Tidak Ada

4.) sikatrik

Tidak Ada

Tidak Ada

5). Benjolan

Tidak Ada

Ada 1 Benjolan

1.) edema

Tidak Ada

Tidak Ada

2.) hiperemi

Tidak Ada

Tidak Ada

3.) sekret

Tidak Ada

Tidak Ada

4.) benjolan

Tidak Ada

Tidak Ada

5.)Hematom

Tidak Ada

Tidak Ada

1.) edema

Tidak Ada

Tidak Ada

2.) hiperemis

Tidak Ada

Tidak Ada

b. tonometri schiotz
10. Konjungtiva
a. konjungtiva palpebra
superior

b. konjungtiva palpebra
inferior

c. konjungtiva forniks

d. konjungtiva bulbi

3.) sekret

Tidak Ada

Tidak Ada

4.) injeksi konjungtiva

Tidak Ada

Tidak Ada

5.) injeksi siliar

Tidak Ada

Tidak Ada

6.) Hematom

Tidak Ada

Tidak Ada

1.) edema

Tidak Ada

Tidak Ada

2.) hiperemis

Tidak Ada

Tidak Ada

3.) sikatrik

Tidak Ada

Tidak Ada

Putih

Putih

b. tanda radang

Tidak Ada

Tidak Ada

c. penonjolan

Tidak Ada

Tidak Ada

d. vulnus

Tidak Ada

Tidak Ada

a. ukuran

12 mm

12 mm

b. limbus

Jernih

Jernih

c. permukaan

Rata, mengkilap

Rata, mengkilap

d. sensibilitas

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

e. keratoskop ( placido )

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

f. fluorecsin tes

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

g. arcus senilis

Tidak Ada

Tidak Ada

a. kejernihan

Jernih

Jernih

b. kedalaman

Dalam

Dalam

e. caruncula dan plika


semilunaris

11. Sclera
a. warna

12. Kornea

13. Kamera okuli anterior

14. Iris

a. warna

Hitam

Hitam

b. bentuk

Tampak lempengan

Tampak lempengan

c. sinekia anterior

Tidak tampak

Tidak tampak

d. sinekia posterior

Tidak tampak

Tidak tampak

a. ukuran

3 mm

3 mm

b. bentuk

Bulat

Bulat

c. letak

Sentral

Sentral

d. reaksi cahaya langsung

Positif

Positif

Ada

Ada

b. kejernihan

Jernih

Jernih

c. letak

Sentral

Sentral

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

15. Pupil

16. Lensa
a. ada/tidak

e. shadow test
17. Corpus vitreum
a.
b.

Kejernihan
Reflek fundus

IV. KESIMPULAN PEMERIKSAAN

A.

OD

OS

6/6

6/6

Konfrontasi tes

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Proyeksi sinar

Baik

Baik

Persepsi warna

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Visus sentralis

jauh
B.
Visus perifer

C.

Sekitar mata

Dalam batas normal

Dalam batas normal

D.

Supercilium

Dalam batas normal

Dalam batas normal

E.

Pasangan bola

Dalam batas normal

Dalam batas normal

F.

mata dalam orbita


Ukuran bola

Dalam batas normal

Dalam batas normal

G.

mata
Gerakan bola

Dalam batas normal

Dalam batas normal

mata
H.
Kelopak mata

Dalam batas normal

Terdapat 1 benjolan di
palpebra inferior

I.

Sekitar saccus

Dalam batas normal

Dalam batas normal

Dalam batas normal

Dalam batas normal

lakrimalis
K.
Tekanan

Dalam batas normal

Dalam batas normal

intarokular
L.
Konjungtiva

Dalam batas normal

Dalam batas normal

palpebra
Konjungtiva

Dalam batas normal

Dalam batas normal

bulbi
N.
Konjungtiva

Dalam batas normal

Dalam batas normal

fornix
O.
Sklera

Dalam batas normal

Dalam batas normal

P.

Kornea

Dalam batas normal

Dalam batas normal

Q.

Camera okuli

Dalam batas normal

Dalam batas normal

Bulat, warna hitam

Bulat, warna hitam

Diameter 3 mm, bulat,

Diameter 3 mm, bulat,

sentral

sentral

Kesan normal

Kesan normal

lakrimalis
J.
Sekitar
glandula

M.

anterior
R.
Iris
S.

T.

Pupil

Lensa

Dokumentasi foto pasien:

V. DIAGNOSIS BANDING
OS Hordeolum
OS Kalazion
VI. DIAGNOSIS
OS Hordeolum
VII. TERAPI

Medikamentosa:
Gentamycin EO 2 kali sehari OS
Cendo mycos ED 3 kali sehari OS
Na Diklofenak tab 50 mg 2x1
Non Medikamentosa
Kompres air hangat OS selama 15 menit (4 kali sehari)

VIII. PLANNING
Kontrol 3 hari lagi
IX. PROGNOSIS
OD

OS

1. Ad vitam

bonam

bonam

2. Ad fungsionam

bonam

Dubia et bonam

3. Ad sanam

bonam

Dubia et bonam

4. Ad kosmetikum

bonam

Dubia et bonam

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI PALPEBRA
Palpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang dapat menutup dan
melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip melindungi kornea dan konjungtiva dari
dehidrasi. Palpebra superior berakhir pada alis mata; palpebra inferior menyatu dengan pipi.

Palpebra terdiri atas lima bidang jaringan utama. Dari superfisial ke dalam terdapat
lapis kulit, lapis otot rangka (orbikularis okuli), jaringan areolar, jaringan fibrosa (tarsus), dan
lapis membran mukosa (konjungtiva pelpebrae).5
1. Kulit
Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis, longgar, dan elastis,
dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak subkutan.
2. Muskulus Orbikularis okuli
Fungsi otot ini adalah untuk munutup palpebra. Serat ototnya mengelilingi fissura
palpebra secara konsentris dan meluas sedikit melewati tepian orbita. Sebagian serat
berjalan ke pipi dan dahi. Bagian otot yang terdapat di dalam palpebra dikenal sebagai
bagian pratarsal; bagian diatas septum orbitae adalah bagian praseptal. Segmen luar
palpebra disebut bagian orbita. Orbikularis okuli dipersarafi oleh nervus facialis.
3. Jaringan Areolar
Terdapat di bawah muskulus orbikularis okuli, berhubungan degan lapis subaponeurotik
dari kujlit kepala.
4. Tarsus
Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapis jaringan fibrosa padat yang disebut
tarsus superior dan inferior. Tarsus terdiri atas jaringan penyokong kelopak mata dengan
kelenjar Meibom (40 buah di kelopak atas dan 20 buah di kelopak bawah).

5. Konjungtiva Palpebrae
Bagian posterior palpebrae dilapisi selapis membran mukosa, konjungtiva palpebra, yang
melekat erat pada tarsus.
Tepian palpebra dipisahkan oleh garis kelabu (batas mukokutan) menjadi tepian
anterior dan posterior. Tepian anterior terdiri dari bulu mata, glandula Zeiss dan Moll.
Glandula Zeiss adalah modifikasi kelenjar sebasea kecil yang bermuara dalam folikel rambut
pada dasar bulu mata. Glandula Moll adalah modifikasi kelenjar keringat yang bermuara ke
dalam satu baris dekat bulu mata. Tepian posterior berkontak dengan bola mata, dan

sepanjang tepian ini terdapat muara-muara kecil dari kelenjar sebasesa yang telah
dimodifikasi (glandula Meibom atau tarsal)
Punktum lakrimalis terletak pada ujung medial dari tepian posterior palpebra.
Punktum ini berfungsi menghantarkan air mata ke bawah melalui kanalikulus terkait ke sakus
lakrimalis.
Fisura palpebrae adalah ruang elips di antara kedua palpebra yang dibuka. Fisura ini
berakhir di kanthus medialis dan lateralis. Kanthus lateralis kira-kira 0,5 cm dari tepian
lateral orbita dan membentuk sudut tajam.
Septum orbitale adalah fascia di belakang bagian muskularis orbikularis yang terletak
di antara tepian orbita dan tarsus dan berfungsi sebagai sawar antara palpebra orbita. Septum
orbitale superius menyatu dengan tendo dari levator palpebra superior dan tarsus superior;
septum orbitale inferius menyatu dengan tarsus inferior.5
Retraktor palpebrae berfungsi membuka palpebra. Di palpebra superior, bagian otot
rangka adalah levator palpebra superioris, yang berasal dari apeks orbita dan berjalan ke
depan dan bercabang menjadi sebuah aponeurosis dan bagian yang lebih dalam yang
mengandung serat-serat otot polos dari muskulus Muller (tarsalis superior). Di palpebra
inferior, retraktor utama adalah muskulus rektus inferior, yang menjulurkan jaringan fibrosa
untuk membungkus meuskulus obliqus inferior dan berinsersio ke dalam batas bawah tarsus
inferior dan orbikularis okuli. Otot polos dari retraktor palpebrae disarafi oleh nervus
simpatis.

Levator

dan muskulus rektus

inferior

dipasok

oleh

nervus

okulomotoris.
Pembuluh

darah

yang

memperdarahi

palpebrae

Palpebra.

Persarafan

kelopak mata atas

didapatkan dari ramus

frontal nervus V,

sedang kelopak mata

bawah oleh cabang

kedua nervus V. 6

Figure 2. Anatomy of upper and lower eyelids.

adalah

a.

sensorik

B. DEFINISI
Hordeolum adalah infeksi kelenjar pada palpebra. Bila kelenjar Meibom yang
terkena, timbul pembengkakan besar yang disebut hordeolum interna. Sedangkan hordeolum
eksterna yang lebih kecil dan lebih superfisial adalah infeksi kelenjar Zeiss atau Moll.5

Gb I. Hordeolum eksterna10

Gb II. Hordeolum interna 2

C. ETIOLOGI
Staphylococcus aureus adalah agent infeksi pada 90-95% kasus hordeolum.3
D. FAKTOR RESIKO
1. Penyakit kronik.
2. Kesehatan atau daya tahan tubuh yang buruk.
3. Peradangan kelopak mata kronik, seperti Blefaritis.

4. Diabetes
5. Hiperlipidemia, termasuk hiperkolesterolemia.
6. Riwayat hordeolum sebelumnya
7. Higiene dan lingkungan yang tidak bersih
8. Kondisi kulit seperti dermatitis seboroik. 4
E. PATOFISIOLOGI
Hordeolum externum timbul dari blokade dan infeksi dari kelenjar Zeiss atau Moll.
Hordeolum internum timbul dari infeksi pada kelenjar Meibom yang terletak di dalam tarsus.
Obstruksi dari kelenjar-kelenjar ini memberikan reaksi pada tarsus dan jaringan
sekitarnya. Kedua tipe hordeolum dapat timbul dari komplikasi blefaritis. 2,3
F. GEJALA DAN TANDA
Gejala 2,3
-

Pembengkakan

Rasa nyeri pada kelopak mata

Perasaan tidak nyaman dan sensasi terbakar pada kelopak mata

Riwayat penyakit yang sama

Tanda 7
-

Eritema

Edema

Nyeri bila ditekan di dekat pangkal bulu mata

Seperti gambaran absces kecil

G. PENATALAKSANAAN
Biasanya hordeolum dapat sembuh dengan sendiri dalam waktu 5-7 hari.8

Umum
1. Kompres hangat 4-6 kali sehari selama 15 menit tiap kalinya untuk membantu drainase.
Lakukan dengan mata tertutup.
2. Bersihkan kelopak mata dengan air bersih atau pun dengan sabun atau sampo yang tidak
menimbulkan iritasi, seperti sabun bayi. Hal ini dapat mempercepat proses penyembuhan.
Lakukan dengan mata tertutup.
3. Jangan menekan atau menusuk hordeolum, hal ini dapat menimbulkan infeksi yang lebih
serius.
4. Hindari pemakaian makeup pada mata, karena kemungkinan hal itu menjadi penyebab
infeksi.
5. Jangan memakai lensa kontak karena dapat menyebarkan infeksi ke kornea.

Obat
Antibiotik diindikasikan bila dengan kompres hangat selama 24 jam tidak ada
perbaikan, dan bila proses peradangan menyebar ke sekitar daerah hordeolum.
1. Antibiotik topikal.
Bacitracin atau tobramicin salep mata diberikan setiap 4 jam selama 7-10 hari. 3
Dapat juga diberikan eritromicin salep mata untuk kasus hordeolum eksterna dan
hordeolum interna ringan.9
2. Antibiotik sistemik
Diberikan bila terdapat tanda-tanda bakterimia atau terdapat tanda pembesaran kelenjar
limfe di preauricular. 3
Pada kasus hordeolum internum dengan kasus yang sedang sampai berat. Dapat diberikan
cephalexin atau dicloxacilin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 7 hari. Bila alergi
penisilin atau cephalosporin dapat diberikan clindamycin 300 mg oral 4 kali sehari
selama 7 hari atau klaritromycin 500 mg 2 kali sehari selama 7 hari.9
Pembedahan

Bila dengan pengobatan tidak berespon dengan baik, maka prosedur pembedahan
mungkin diperlukan untuk membuat drainase pada hordeolum. 8
Pada insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anestesi topikal dengan pantokain
tetes mata. Dilakukan anestesi filtrasi dengan prokain atau lidokain di daerah hordeolum dan
dilakukan insisi yang bila:
-

Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak lurus pada
margo palpebra.

Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra.

Setelah dilakukan insisi, dilakukan ekskohleasi atau kuretase seluruh isi jaringan
meradang di dalam kantongnya dan kemudian diberikan salep antibiotik. 6
G.

Komplikasi3
Komplikasi hordeolum dapat berupa mata kering, simblefaron, abses, atau
selulitis palpebra yang merupakan radang jaringan ikat jarang palpebra di depan septum
orbita dan abses palpebra.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan oftalmologi, pasien didiagnosa dengan OS
Hordeolum. Adapun penatalaksanaan pasien ini terdiri dari perawatan umum seperti kompres
hangat, antibiotik topikal, dan terapi simptomatik.
B. Saran
1.

Jaga kebersihan wajah dan membiasakan mencuci tangan sebelum menyentuh

2.

wajah agar hordeolum tidak mudah berulang.


Usap kelopak mata dengan lembut menggunakan washlap hangat untuk

3.
4.

membersihkan ekskresi kelenjar lemak.


Jaga kebersihan peralatan make-up mata agar tidak terkontaminasi oleh kuman.
Gunakan kacamata pelindung jika bepergian di daerah berdebu.

DAFTAR PUSTAKA

1 Ilyas S (2010). Ilmu penyakit mata. Jakarta: FK Universitas Indonesia


2 Ilyas S, Mailangkay HHB, Taim H, Saman R, Simarwata M, Widodo PS (eds). 2010. Ilmu
penyakit mata untuk dokter umum dan mahasiswa kedokteran. Jakarta: Sagung Seto
3 Michael
JB
(2012).
Hordeolum
and
Stye
in
Emergency
Medicine.
http://emedicine.medscape.com/article/798940-overview#showall. Diakses tanggal 26 Juli
2014.
4 Vaughan DG, Asbury T, Riordan Eva P. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta: Widya Medika,
2000.
5 Vaughan, D.G. Oftalmologi Umum, Edisi 14, Cetakan I, Widya Medika, Jakarta, 2000: Hal 1720
6 Sidarta, I. Ilmu Penyakit Mata, Edisi III, Cetakan I, Balai Penerbit FK UI, Jakarta. 2004: Hal 9294
7 Sidarta, I, dkk. Sari Ilmu Penyakit Mata, Cetakan III, Balai Penerbit FK UI, Jakarta 2003: Hal15
-16
8 Mansjoer, Arif. Dkk., 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I. Media Aesculapius, Jakarta
9 Leonid SJ (2014). Hordeolum and Chalazion Treatment. www.optometry.co.uk. Diakses tanggal
10

26 Juli 2014
Michael PE

(2014).

Hordeolum.

http://emedicine.medscape.com/article/1213080-

overview#showall. Diakses tanggal 26 Juli 2014

Anda mungkin juga menyukai