Oleh:
Ferika Brillian S
G99131084
G99131032
Diwiasti F Yasmin
G99131034
G99131019
Annisa Budiastuti
G99131017
Pembimbing :
dr. Kurnia Rosyida, SpM
BAB II
STATUS PASIEN
I.
IDENTITAS
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Suku
Kewarganegaraan
Agama
Pekerjaan
Alamat
Tgl pemeriksaan
No. RM
: Nn. UK
: 17 tahun
: Perempuan
: Jawa
: Indonesia
: Islam
: Pelajar
: Gergunung Wonosari Klaten
: 22 Juli 2014
: 01263047
II. ANAMNESIS
A. Keluhan utama
Pasien datang ke poli mata dengan keluhan terdapat benjolan di kelopak mata
kiri bawah sejak 4 hari yang lalu. Awalnya berupa benjolan kecil kemerahan kemudian
semakin lama semakin besar sehingga terasa tidak nyaman. Benjolan disertai rasa sakit,
terutama bila benjolan tersentuh dan rasa gatal. Riwayat trauma disangkal oleh
penderita. Riwayat sakit mata sebelumnya disangkal oleh penderita. Riwayat penyakit
keluarga hanya penderita yang sakit seperti ini. Pandangan kabur (-), mual-muntah (-),
mata silau (-), mata merah (-), nyeri mata (-), demam (-), nrocos (-), blobok (-).
: disangkal
: disangkal
: disangkal
Riwayat kacamata
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
Riwayat kacamata
: disangkal
E. Kesimpulan Anamnesis
OD
OS
Proses
Infeksi
Lokalisasi
Sebab
Belum diketahui
Perjalanan
Akut
Komplikasi
: 120/80 mmHg
: 90 x/m
: 20 x/m
: 36.50C
C. Pemeriksaan subyektif
OD
OS
A. Visus Sentralis
1. Visus sentralis
6/6
6/6
a. pinhole
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
b. koreksi
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
1. Konfrontasi tes
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
2. Proyeksi sinar
Normal
Normal
3. Persepsi warna
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
jauh
2. Visus sentralis
dekat
B. Visus Perifer
D. Pemeriksaan Obyektif
1. Sekitar mata
OD
OS
a. tanda radang
Tidak Ada
Ada
b. luka
Tidak Ada
Tidak Ada
c. parut
Tidak Ada
Tidak Ada
d. kelainan warna
Tidak Ada
Tidak Ada
e. kelainan bentuk
Tidak Ada
Terdapat 1 benjolan
di palpebra inferior
2. Supercilia
a. warna
Hitam
Hitam
b. tumbuhnya
Normal
Normal
Sawo matang
Sawo matang
c. kulit
d. gerakan
3. Pasangan bola mata
dalam orbita
a. heteroforia
Tidak Ada
Tidak Ada
b. strabismus
Tidak Ada
Tidak Ada
c. pseudostrabismus
Tidak Ada
Tidak Ada
d. exophtalmus
Tidak Ada
Tidak Ada
e. enophtalmus
Tidak Ada
Tidak Ada
a. mikroftalmus
Tidak Ada
Tidak Ada
b. makroftalmus
Tidak Ada
Tidak Ada
c. ptisis bulbi
Tidak Ada
Tidak Ada
d. atrofi bulbi
Tidak Ada
Tidak Ada
a. temporal
Tidak terhambat
Tidak terhambat
b. temporal superior
Tidak terhambat
Tidak terhambat
c. temporal inferior
Tidak terhambat
Tidak terhambat
d. nasal
Tidak terhambat
Tidak terhambat
e. nasal superior
Tidak terhambat
Tidak terhambat
f. nasal inferior
Tidak terhambat
Tidak terhambat
1.) edema
Tidak Ada
Tidak Ada
2.) hiperemi
Tidak Ada
Tidak Ada
3.) blefaroptosis
Tidak Ada
Tidak Ada
4.) blefarospasme
Tidak Ada
Tidak Ada
5.) Benjolan
Tidak Ada
Ada, Terdapat 1
6. Kelopak mata
a. pasangannya
benjolan di palpebra
inferior
b. gerakannya
1.) membuka
Tidak tertinggal
Tidak tertinggal
2.) menutup
Tidak tertinggal
Tidak tertinggal
10 mm
10 mm
2.) ankiloblefaron
Tidak Ada
Tidak Ada
3.) blefarofimosis
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Normal
Normal
3.) epiblepharon
Tidak Ada
Tidak Ada
4.) blepharochalasis
Tidak Ada
Tidak Ada
5.) Vulnus
Tidak Ada
Tidak Ada
1.) enteropion
Tidak Ada
Tidak Ada
2.) ekteropion
Tidak Ada
Tidak Ada
3.) koloboma
Tidak Ada
Tidak Ada
a. tanda radang
Tidak Ada
Tidak Ada
b. benjolan
Tidak Ada
Tidak Ada
a. tanda radang
Tidak Ada
Tidak Ada
b. benjolan
Tidak Ada
Tidak Ada
c. rima
1.) lebar
d. kulit
1.) tanda radang
2.) warna
7. Sekitar glandula
lakrimalis
9. Tekanan intraocular
a. palpasi
Kesan normal
Kesan normal
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
1.) edema
Tidak Ada
Tidak Ada
2.) hiperemi
Tidak Ada
Tidak Ada
3.) sekret
Tidak Ada
Tidak Ada
4.) sikatrik
Tidak Ada
Tidak Ada
5). Benjolan
Tidak Ada
Tidak Ada
1.) edema
Tidak Ada
Tidak Ada
2.) hiperemi
Tidak Ada
Ada
3.) sekret
Tidak Ada
Tidak Ada
4.) sikatrik
Tidak Ada
Tidak Ada
5). Benjolan
Tidak Ada
Ada 1 Benjolan
1.) edema
Tidak Ada
Tidak Ada
2.) hiperemi
Tidak Ada
Tidak Ada
3.) sekret
Tidak Ada
Tidak Ada
4.) benjolan
Tidak Ada
Tidak Ada
5.)Hematom
Tidak Ada
Tidak Ada
1.) edema
Tidak Ada
Tidak Ada
2.) hiperemis
Tidak Ada
Tidak Ada
b. tonometri schiotz
10. Konjungtiva
a. konjungtiva palpebra
superior
b. konjungtiva palpebra
inferior
c. konjungtiva forniks
d. konjungtiva bulbi
3.) sekret
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
6.) Hematom
Tidak Ada
Tidak Ada
1.) edema
Tidak Ada
Tidak Ada
2.) hiperemis
Tidak Ada
Tidak Ada
3.) sikatrik
Tidak Ada
Tidak Ada
Putih
Putih
b. tanda radang
Tidak Ada
Tidak Ada
c. penonjolan
Tidak Ada
Tidak Ada
d. vulnus
Tidak Ada
Tidak Ada
a. ukuran
12 mm
12 mm
b. limbus
Jernih
Jernih
c. permukaan
Rata, mengkilap
Rata, mengkilap
d. sensibilitas
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
e. keratoskop ( placido )
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
f. fluorecsin tes
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
g. arcus senilis
Tidak Ada
Tidak Ada
a. kejernihan
Jernih
Jernih
b. kedalaman
Dalam
Dalam
11. Sclera
a. warna
12. Kornea
14. Iris
a. warna
Hitam
Hitam
b. bentuk
Tampak lempengan
Tampak lempengan
c. sinekia anterior
Tidak tampak
Tidak tampak
d. sinekia posterior
Tidak tampak
Tidak tampak
a. ukuran
3 mm
3 mm
b. bentuk
Bulat
Bulat
c. letak
Sentral
Sentral
Positif
Positif
Ada
Ada
b. kejernihan
Jernih
Jernih
c. letak
Sentral
Sentral
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
15. Pupil
16. Lensa
a. ada/tidak
e. shadow test
17. Corpus vitreum
a.
b.
Kejernihan
Reflek fundus
A.
OD
OS
6/6
6/6
Konfrontasi tes
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Proyeksi sinar
Baik
Baik
Persepsi warna
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Visus sentralis
jauh
B.
Visus perifer
C.
Sekitar mata
D.
Supercilium
E.
Pasangan bola
F.
G.
mata
Gerakan bola
mata
H.
Kelopak mata
Terdapat 1 benjolan di
palpebra inferior
I.
Sekitar saccus
lakrimalis
K.
Tekanan
intarokular
L.
Konjungtiva
palpebra
Konjungtiva
bulbi
N.
Konjungtiva
fornix
O.
Sklera
P.
Kornea
Q.
Camera okuli
sentral
sentral
Kesan normal
Kesan normal
lakrimalis
J.
Sekitar
glandula
M.
anterior
R.
Iris
S.
T.
Pupil
Lensa
V. DIAGNOSIS BANDING
OS Hordeolum
OS Kalazion
VI. DIAGNOSIS
OS Hordeolum
VII. TERAPI
Medikamentosa:
Gentamycin EO 2 kali sehari OS
Cendo mycos ED 3 kali sehari OS
Na Diklofenak tab 50 mg 2x1
Non Medikamentosa
Kompres air hangat OS selama 15 menit (4 kali sehari)
VIII. PLANNING
Kontrol 3 hari lagi
IX. PROGNOSIS
OD
OS
1. Ad vitam
bonam
bonam
2. Ad fungsionam
bonam
Dubia et bonam
3. Ad sanam
bonam
Dubia et bonam
4. Ad kosmetikum
bonam
Dubia et bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI PALPEBRA
Palpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang dapat menutup dan
melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip melindungi kornea dan konjungtiva dari
dehidrasi. Palpebra superior berakhir pada alis mata; palpebra inferior menyatu dengan pipi.
Palpebra terdiri atas lima bidang jaringan utama. Dari superfisial ke dalam terdapat
lapis kulit, lapis otot rangka (orbikularis okuli), jaringan areolar, jaringan fibrosa (tarsus), dan
lapis membran mukosa (konjungtiva pelpebrae).5
1. Kulit
Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis, longgar, dan elastis,
dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak subkutan.
2. Muskulus Orbikularis okuli
Fungsi otot ini adalah untuk munutup palpebra. Serat ototnya mengelilingi fissura
palpebra secara konsentris dan meluas sedikit melewati tepian orbita. Sebagian serat
berjalan ke pipi dan dahi. Bagian otot yang terdapat di dalam palpebra dikenal sebagai
bagian pratarsal; bagian diatas septum orbitae adalah bagian praseptal. Segmen luar
palpebra disebut bagian orbita. Orbikularis okuli dipersarafi oleh nervus facialis.
3. Jaringan Areolar
Terdapat di bawah muskulus orbikularis okuli, berhubungan degan lapis subaponeurotik
dari kujlit kepala.
4. Tarsus
Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapis jaringan fibrosa padat yang disebut
tarsus superior dan inferior. Tarsus terdiri atas jaringan penyokong kelopak mata dengan
kelenjar Meibom (40 buah di kelopak atas dan 20 buah di kelopak bawah).
5. Konjungtiva Palpebrae
Bagian posterior palpebrae dilapisi selapis membran mukosa, konjungtiva palpebra, yang
melekat erat pada tarsus.
Tepian palpebra dipisahkan oleh garis kelabu (batas mukokutan) menjadi tepian
anterior dan posterior. Tepian anterior terdiri dari bulu mata, glandula Zeiss dan Moll.
Glandula Zeiss adalah modifikasi kelenjar sebasea kecil yang bermuara dalam folikel rambut
pada dasar bulu mata. Glandula Moll adalah modifikasi kelenjar keringat yang bermuara ke
dalam satu baris dekat bulu mata. Tepian posterior berkontak dengan bola mata, dan
sepanjang tepian ini terdapat muara-muara kecil dari kelenjar sebasesa yang telah
dimodifikasi (glandula Meibom atau tarsal)
Punktum lakrimalis terletak pada ujung medial dari tepian posterior palpebra.
Punktum ini berfungsi menghantarkan air mata ke bawah melalui kanalikulus terkait ke sakus
lakrimalis.
Fisura palpebrae adalah ruang elips di antara kedua palpebra yang dibuka. Fisura ini
berakhir di kanthus medialis dan lateralis. Kanthus lateralis kira-kira 0,5 cm dari tepian
lateral orbita dan membentuk sudut tajam.
Septum orbitale adalah fascia di belakang bagian muskularis orbikularis yang terletak
di antara tepian orbita dan tarsus dan berfungsi sebagai sawar antara palpebra orbita. Septum
orbitale superius menyatu dengan tendo dari levator palpebra superior dan tarsus superior;
septum orbitale inferius menyatu dengan tarsus inferior.5
Retraktor palpebrae berfungsi membuka palpebra. Di palpebra superior, bagian otot
rangka adalah levator palpebra superioris, yang berasal dari apeks orbita dan berjalan ke
depan dan bercabang menjadi sebuah aponeurosis dan bagian yang lebih dalam yang
mengandung serat-serat otot polos dari muskulus Muller (tarsalis superior). Di palpebra
inferior, retraktor utama adalah muskulus rektus inferior, yang menjulurkan jaringan fibrosa
untuk membungkus meuskulus obliqus inferior dan berinsersio ke dalam batas bawah tarsus
inferior dan orbikularis okuli. Otot polos dari retraktor palpebrae disarafi oleh nervus
simpatis.
Levator
inferior
dipasok
oleh
nervus
okulomotoris.
Pembuluh
darah
yang
memperdarahi
palpebrae
Palpebra.
Persarafan
frontal nervus V,
kedua nervus V. 6
adalah
a.
sensorik
B. DEFINISI
Hordeolum adalah infeksi kelenjar pada palpebra. Bila kelenjar Meibom yang
terkena, timbul pembengkakan besar yang disebut hordeolum interna. Sedangkan hordeolum
eksterna yang lebih kecil dan lebih superfisial adalah infeksi kelenjar Zeiss atau Moll.5
Gb I. Hordeolum eksterna10
C. ETIOLOGI
Staphylococcus aureus adalah agent infeksi pada 90-95% kasus hordeolum.3
D. FAKTOR RESIKO
1. Penyakit kronik.
2. Kesehatan atau daya tahan tubuh yang buruk.
3. Peradangan kelopak mata kronik, seperti Blefaritis.
4. Diabetes
5. Hiperlipidemia, termasuk hiperkolesterolemia.
6. Riwayat hordeolum sebelumnya
7. Higiene dan lingkungan yang tidak bersih
8. Kondisi kulit seperti dermatitis seboroik. 4
E. PATOFISIOLOGI
Hordeolum externum timbul dari blokade dan infeksi dari kelenjar Zeiss atau Moll.
Hordeolum internum timbul dari infeksi pada kelenjar Meibom yang terletak di dalam tarsus.
Obstruksi dari kelenjar-kelenjar ini memberikan reaksi pada tarsus dan jaringan
sekitarnya. Kedua tipe hordeolum dapat timbul dari komplikasi blefaritis. 2,3
F. GEJALA DAN TANDA
Gejala 2,3
-
Pembengkakan
Tanda 7
-
Eritema
Edema
G. PENATALAKSANAAN
Biasanya hordeolum dapat sembuh dengan sendiri dalam waktu 5-7 hari.8
Umum
1. Kompres hangat 4-6 kali sehari selama 15 menit tiap kalinya untuk membantu drainase.
Lakukan dengan mata tertutup.
2. Bersihkan kelopak mata dengan air bersih atau pun dengan sabun atau sampo yang tidak
menimbulkan iritasi, seperti sabun bayi. Hal ini dapat mempercepat proses penyembuhan.
Lakukan dengan mata tertutup.
3. Jangan menekan atau menusuk hordeolum, hal ini dapat menimbulkan infeksi yang lebih
serius.
4. Hindari pemakaian makeup pada mata, karena kemungkinan hal itu menjadi penyebab
infeksi.
5. Jangan memakai lensa kontak karena dapat menyebarkan infeksi ke kornea.
Obat
Antibiotik diindikasikan bila dengan kompres hangat selama 24 jam tidak ada
perbaikan, dan bila proses peradangan menyebar ke sekitar daerah hordeolum.
1. Antibiotik topikal.
Bacitracin atau tobramicin salep mata diberikan setiap 4 jam selama 7-10 hari. 3
Dapat juga diberikan eritromicin salep mata untuk kasus hordeolum eksterna dan
hordeolum interna ringan.9
2. Antibiotik sistemik
Diberikan bila terdapat tanda-tanda bakterimia atau terdapat tanda pembesaran kelenjar
limfe di preauricular. 3
Pada kasus hordeolum internum dengan kasus yang sedang sampai berat. Dapat diberikan
cephalexin atau dicloxacilin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 7 hari. Bila alergi
penisilin atau cephalosporin dapat diberikan clindamycin 300 mg oral 4 kali sehari
selama 7 hari atau klaritromycin 500 mg 2 kali sehari selama 7 hari.9
Pembedahan
Bila dengan pengobatan tidak berespon dengan baik, maka prosedur pembedahan
mungkin diperlukan untuk membuat drainase pada hordeolum. 8
Pada insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anestesi topikal dengan pantokain
tetes mata. Dilakukan anestesi filtrasi dengan prokain atau lidokain di daerah hordeolum dan
dilakukan insisi yang bila:
-
Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak lurus pada
margo palpebra.
Setelah dilakukan insisi, dilakukan ekskohleasi atau kuretase seluruh isi jaringan
meradang di dalam kantongnya dan kemudian diberikan salep antibiotik. 6
G.
Komplikasi3
Komplikasi hordeolum dapat berupa mata kering, simblefaron, abses, atau
selulitis palpebra yang merupakan radang jaringan ikat jarang palpebra di depan septum
orbita dan abses palpebra.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan oftalmologi, pasien didiagnosa dengan OS
Hordeolum. Adapun penatalaksanaan pasien ini terdiri dari perawatan umum seperti kompres
hangat, antibiotik topikal, dan terapi simptomatik.
B. Saran
1.
2.
3.
4.
DAFTAR PUSTAKA
26 Juli 2014
Michael PE
(2014).
Hordeolum.
http://emedicine.medscape.com/article/1213080-