Anda di halaman 1dari 35

PRESENTASI KASUS

SEORANG ANAK LAKI-LAKI USIA 4 TAHUN


DENGAN INSECT BITE OD

DISUSUN OLEH :

ROSA RIRIS SUCININGTYAS G99152070


NI NYOMAN WIDYASTUTI G99152071
MUHAMMAD IQBAL G99152082
NURFADHILAH
STEFANUS ERDANA PUTRA G99162037
BEBY TALISA SALAFI G99162038

PEMBIMBING :
dr. KURNIA ROSYIDA, Sp. M.

KEPANITERAAN KLINIK/ PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER


BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1
BAB II
STATUS PASIEN

I. IDENTITAS
Nama : An. MRAL
Umur : 4 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku : Jawa
Kewarganegaraan: Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Gulon RT.03/RW.19, Jebres, Surakarta, Jawa Tengah
Tanggal periksa : 16 Juni 2017
Nomor RM : 01221628
Cara pembayaran : BPJS

II. ANAMNESIS
A. Keluhan utama
Pasien mengeluhkan adanya benjolan di mata kanan

B. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke Poliklinik Mata RSUD Dr. Moewardi dengan
keluhan terdapat benjolan pada mata kanan. Keluhan dirasakan sejak tiga
hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga mengeluh mata kanan terasa
gatal dan blobok sejak sehari sebelum masuk rumah sakit sehingga aktivitas
pasien agak terganggu. Pasien tidak merasakan adanya mata merah,
pandangan kabur maupun dobel, nerocos, mata terasa pedas, cekot-cekot,
pusing, ngganjel pada mata, ataupun silau. Pasien memiliki riwayat gizi
kurang dan bronkitis. Pasien belum berobat ke dokter.

2
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat sakit serupa : disangkal
Riwayat mata merah : disangkal
Riwayat operasi mata : disangkal
Riwayat benjolan di mata : disangkal
Riwayata infeksi/iritasi mata : disangkal
Riwayat trauma : disangkal
Riwayat pemakaian kacamata : disangkal
Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal

D. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat sakit serupa : disangkal
Riwayat kencing manis : disangkal
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayata infeksi/iritasi mata : disangkal
Riwayat pemakaian kacamata : disangkal
Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal

E. Kesimpulan
Anamnesis
OD OS

Proses Peradangan -
Lokasi Palpebra -
Sebab Gigitan serangga -
Perjalanan Akut -
Komplikasi Belum ditemukan -

3
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. Kesan umum dan vital sign
Keadaan umum baik E4V5M6, gizi kesan kurang
TD = tidak dilakukan N = 88x/menit RR = 20x/menit T = 37,10C
B. Pemeriksaan subyektif
OD OS
A. Visus Sentralis
1. Visus sentralis jauh >3/60 (sulit dievaluasi) >3/60 (sulit dievaluasi)
a. pinhole Tidak dilakukan Tidak dilakukan
b. koreksi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
c. refraksi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
2. Visus sentralis dekat Tidak dilakukan Tidak dilakukan
B. Visus Perifer
1. Konfrontasi tes Tidak dilakukan Tidak dilakukan
2. Proyeksi sinar Tidak dilakukan Tidak dilakukan
3. Persepsi warna Tidak dilakukan Tidak dilakukan
C. Pemeriksaan Obyektif
1. Sekitar mata OD OS
a. tanda radang Ada Tidak ada
b. luka Tidak ada Tidak ada
c. parut Tidak ada Tidak ada
d. kelainan warna Tidak ada Tidak ada
e. kelainan bentuk Tidak ada Tidak ada
2. Supercilia
a. warna Hitam Hitam
b. tumbuhnya Normal Normal
c. kulit Sawo matang Sawo matang
d. gerakan Dalam batas normal Dalam batas normal
3. Pasangan bola mata dalam

4
orbita
a. heteroforia Tidak ada Tidak ada
b. strabismus Tidak ada Tidak ada
c. pseudostrabismus Tidak ada Tidak ada
d. exophtalmus Tidak ada Tidak ada
e. enophtalmus Tidak ada Tidak ada
4. Ukuran bola mata
a. mikroftalmus Tidak ada Tidak ada
b. makroftalmus Tidak ada Tidak ada
c. ptisis bulbi Tidak ada Tidak Ada
d. atrofi bulbi Tidak ada Tidak ada
e. buftalmos Tidak ada Tidak ada
f. megalokornea Tidak ada Tidak ada
g. mikrokornea Tidak ada Tidak ada
5. Gerakan bola mata
a. temporal Tidak terhambat Tidak terhambat
b. temporal superior Tidak terhambat Tidak terhambat
c. temporal inferior Tidak terhambat Tidak terhambat
d. nasal Tidak terhambat Tidak terhambat
e. nasal superior Tidak terhambat Tidak terhambat
f. nasal inferior Tidak terhambat Tidak terhambat
6. Kelopak mata
a. pasangannya
1.) edema Ada Tidak ada
2.) hiperemi Ada Tidak ada
3.) blefaroptosis Tidak ada Tidak ada
4.) blefarospasme Tidak ada Tidak ada
b. gerakannya
1.) membuka Tidak tertinggal Tidak tertinggal

5
2.) menutup Tidak tertinggal Tidak tertinggal
c. rima
1.) lebar 10 mm 10 mm
2.) ankiloblefaron Tidak ada Tidak ada
3.) blefarofimosis Tidak ada Tidak ada
d. kulit
1.) tanda radang Ada Tidak ada
2.) warna Sawo matang Sawo matang
3.) epiblepharon Tidak ada Tidak ada
4.) blepharochalasis Tidak ada Tidak ada
e. tepi kelopak mata
1.) enteropion Tidak ada Tidak ada
2.) ekteropion Tidak ada Tidak ada
3.) koloboma Tidak ada Tidak ada
4.) bulu mata Dalam batas normal Dalam batas normal
7. Sekitar glandula lakrimalis
a. tanda radang Tidak ada Tidak ada
b. benjolan Tidak ada Tidak ada
c. tulang margo tarsalis Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
8. Sekitar saccus lakrimalis
a. tanda radang Tidak ada Tidak ada
b. benjolan Tidak ada Tidak ada
9. Tekanan intraokular
a. palpasi Kesan normal Kesan normal
b. tonometri schiotz Tidak dilakukan Tidak dilakukan
10. Konjungtiva
a. konjungtiva palpebra superior
1.) edema Tidak ada Tidak ada
2.) hiperemi Tidak ada Tidak ada

6
3.) secret Ada Tidak ada
4.) papil dan sikatrik Tidak ada Tidak ada
b. konjungtiva palpebra inferior
1.) edema Tidak ada Tidak ada
2.) hiperemi Tidak ada Tidak ada
3.) secret Tidak ada Tidak ada
4.) papil dan sikatrik Tidak ada Tidak ada
c. konjungtiva fornix
1.) edema Tidak ada Tidak ada
2.) hiperemi Tidak ada Tidak ada
3.) secret Tidak ada Tidak ada
4.) papil dan sikatrik Tidak ada Tidak ada
d. konjungtiva bulbi
1.) edema Tidak ada Tidak ada
2.) pterigium Tidak ada Tidak ada
3.) hiperemis Tidak ada Tidak ada
4.) secret Tidak ada Tidak ada
5.) injeksi konjungtiva Tidak ada Tidak ada
6.) injeksi siliar Tidak ada Tidak ada
7.) laserasi Tidak ada Tidak ada
8.) subconjunctival bleeding Tidak ada Tidak ada
e. caruncula dan plika
semilunaris
1.) edema Tidak ada Tidak ada
2.) hiperemis Tidak ada Tidak ada
3.) sikatrik Tidak ada Tidak ada
11. Sklera
a. warna Putih Putih
b. tanda radang Tidak ada Tidak ada

7
c. penonjolan Tidak ada Tidak ada
12. Kornea
a. ukuran 12 mm 12 mm
b. limbus Jernih Jernih
c. permukaan Rata, mengkilap Rata, mengkilap
d. sensibilitas Tidak dilakukan Tidak dilakukan
e. keratoskop (placido) Tidak dilakukan Tidak dilakukan
f. fluoresin tes Tidak dilakukan Tidak dilakukan
g. arcus senilis Tidak ada Tidak ada
13. Kamera okuli anterior
a. kejernihan Jernih Jernih
b. kedalaman Dalam Dalam
14. Iris
a. warna Cokelat Cokelat
b. bentuk Tampak lempengan Tampak lempengan
c. sinekia anterior Tidak tampak Tidak tampak
d. sinekia posterior Tidak tampak Tidak tampak
15. Pupil
a. ukuran 3 mm 3 mm
b. bentuk Bulat Bulat
c. letak Sentral Sentral
d. reflek cahaya langsung dan Positif Positif
tidak langsung
e. reflek konvergensi Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
16. Lensa
a. ada/tidak Ada Ada
b. kejernihan Jernih Jernih
c. letak Sentral Sentral
e. shadow test - -

8
17. Corpus vitreum
a. Kejernihan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
b. Reflek fundus Tidak dilakukan Tidak dilakukan

IV. KESIMPULAN PEMERIKSAAN

OD OS

Visus Sentralis Jauh >3/60 (sulit dievaluasi) >3/60 (sulit dievaluasi)


Pinhole tidak dilakukan tidak dilakukan
Sekitar mata ada tanda peradangan dalam batas normal
Supercilium dalam batas normal dalam batas normal
Pasangan bola mata dalam
dalam batas normal dalam batas normal
orbita
Ukuran bola mata dalam batas normal dalam batas normal
Gerakan bola mata dalam batas normal dalam batas normal
ada hiperemi, edema, dan
Kelopak mata tanda peradangan pada dalam batas normal
palpebra
Sekitar saccus lakrimalis dalam batas normal dalam batas normal
Sekitar glandula lakrimalis dalam batas normal dalam batas normal
Tekanan Intra Okuler kesan normal kesan normal
ada sekret pada
Konjungtiva palpebra konjungtiva palpebra dalam batas normal
superior
Konjungtiva forniks dalam batas normal dalam batas normal
Konjungtiva bulbi dalam batas normal dalam batas normal
Sklera dalam batas normal dalam batas normal
Kornea dalam batas normal dalam batas normal
Kamera okuli anterior kesan normal kesan normal

9
Iris bulat, warna hitam bulat, warna hitam
diameter 3 mm, bulat, diameter 3 mm, bulat,
Pupil
sentral sentral
Lensa kesan normal kesan normal
Corpus vitreum tidak dilakukan tidak dilakukan

V. GAMBAR KLINIS

Oculli Dextra et Sinistra

10
Oculli Dextra Oculli Sinistra

VI. DIAGNOSIS BANDING


1. OS Insect Bite (gigitan serangga)
2. OS Hordeolum Eksterna
3. OS Blefaritis
4. OS Selulitis Orbita

VII. DIAGNOSIS
OS Insect Bite (gigitan serangga)

VIII. TERAPI
Medikamentosa
- Amoxicillin syrup 3 dd C1

11
- CTM tab add dexamethasone tab mfla pulv dtd No XV dosis 3 dd pulv I
- Mycos eye drop sebelum tidur
Non Medikamentosa :
- Tidak mengusap mata dengan tangan atau benda yang tidak terjamin
kebersihannya.
- Menjaga kebersihan mata.
- Rujuk pasien ke dokter spesalis mata untuk mendapatkan pemeriksaan dan
penatalaksanaan lebih lanjut.

IX. PROGNOSIS
OD OS
Ad vitam bonam bonam
Ad sanam bonam bonam
Ad fungsionam bonam bonam
Ad kosmetikum bonam bonam

12
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

Definisi
Insect bite ( gigitan serangga) adalah kelainan akibat gigitan atau tusukan
serangga yang disebabkan reaksi terhadap toksin atau allergen yang dikeluarkan
artropoda penyerang.2
Insect bite reaction (reaksi gigitan serangga) adalah reaksi yang disebabkan
oleh gigitan yang biasanya berasal dari bagian mulut serangga dan terjadi saat
serangga berusaha untuk mempertahankan diri atau saat serangga tersebut mencari
makanannya.1

Epidemiologi
Gigitan dan sengatan serangga mempunyai prevalensi yang sama di seluruh
dunia. Dapat terjadi pada iklim tertentu dan hal ini juga merupakan fenomena
musiman, meskipun tidak menutup kemungkinan kejadian ini dapat terjadi disekitar
kita. Prevalensinya sama antara pria dan wanita. Bayi dan anak-anak labih rentan
terkena gigitan serangga dibanding orang dewasa. Biasanya terjadi pada anak-anak
berusia 2 sampai 10 tahun, prevalensi yang lebih tinggi pada anak-anak mungkin
hasil dari mekanisme kekebalan tubuh atau dari kebiasaan anak-anak yang lebih
sering bermain diluar sehingga lebih sering terkena gigitan serangga. Salah satu
faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit ini yaitu terjadi pada tempat-tempat
yang banyak serangga, seperti di perkebunan, persawahan, dan lain-lain. (1,3,4)

1. Etiologi
Secara sederhana gigitan dan sengatan lebah dibagi menjadi 2 grup yaitu
Venomous (beracun) dan Non Venomous (tidak beracun). Serangga yang beracun
biasanya menyerang dengan cara menyengat, misalnya tawon atau lebah, ini
merupakan suatu mekanisme pertahanan diri yakni dengan cara menyuntikan racun
atau bisa melalui alat penyengatnya. Sedangkan serangga yang tidak beracun

13
menggigit dan menembus kulit dan masuk mengisap darah, ini biasanya yang
menimbulkan rasa gatal. (1)

Ada 30 lebih jenis serangga tapi hanya beberapa saja yang bisa menimbulkan
kelainan kulit yang signifikan. Kelas Arthropoda yang melakukan gigitan dan
sengatan pada manusia terbagi atas : (3,4)
I. Kelas Arachnida
A. Acarina
B. Araneae (Laba-Laba)
C. Scorpionidae (Kalajengking)
II. Kelas Chilopoda dan Diplopoda
III. Kelas Insecta
A. Anoplura (Phtirus Pubis, Pediculus humanus, capitis et corporis)
B. Coleoptera (Kumbang)
C. Diptera (Nyamuk, lalat)
D. Hemiptera ( Kutu busuk, cimex)
E. Hymenoptera (Semut, Lebah, tawon)
F. Lepidoptera ( Kupu-kupu)
G. Siphonaptera ( Xenopsylla, Ctenocephalides, Pulex
Insect bite reaction disebabkan oleh artropoda kelas insekta. Insekta memiliki
tahap dewasa dengan karakter eksoskeleton yang keras, 3 pasang kaki, dan tubuh
bersegmen dimana kepala, toraks dan abdomennya menyatu. Insekta merupakan
golongan hewan yang memiliki jenis paling banyak dan paling beragam. Oleh karena
itu, kontak antara manusia dan serangga sulit dihindari. Paparan terhadap gigitan atau
sengatan serangga dan sejenisnya dapat berakibat ringan atau hampir tidak disadari
ataupun dapat mengancam nyawa. (2)

2. Patogenesis
Saliva pada serangga dapat membantu dalam pencernaannya, menghambat
koagulasi, meningkatkan aliran darah pada tempat gigitan atau menganestesi daerah

14
gigitan.Banyak lesi yang terjadi biasanya merupakan akibat dari respon imun
terhadap sekret insekta ini. Kebanyakan gigitan serangga bentuknya kecil dan hanya
menghasilkan luka tusuk superfisial. (2)
Gigitan atau sengatan serangga akan menyebabkan kerusakan kecil pada kulit,
lewat gigitan atau sengatan antigen yang akan masuk langsung direspon oleh sistem
imun tubuh. Racun dari serangga mengandung zat-zat yang kompleks. Reaksi
terhadap antigen tersebut biasanya akan melepaskan histamin, serotonin, asam formic
atau kinin. Lesi yang timbul disebabkan oleh respon imun tubuh terhadap antigen
yang dihasilkan melalui gigitan atau sengatan serangga.Reaksi yang timbul
melibatkan mekanisme imun. Reaksi yang timbul dapat dibagi dalam 2 kelompok :
reaksi immediate dan reaksi delayed.
Reaksi immediate merupakan reaksi cepat yang sering terjadi 20-30 menit
setelah paparan, dan ditandai dengan reaksi lokal atau reaksi sistemik. Lesi juga
timbul karena adanya toksin yang dihasilkan oleh gigitan atau sengatan serangga.
Nekrosis jaringan yang lebih luas dapat disebabkan karena trauma endotel yang
dimediasi oleh pelepasan neutrofil.Spingomyelinase D adalah toksin yang berperan
dalam timbulnya reaksi neutrofilik. Enzim Hyaluronidase yang juga ada pada racun
serangga akan merusak lapisan dermis sehingga dapat mempercepat penyebaran dari
racun tersebut. (2,3)
Pada reaksi tipe delayed muncul satu hari atau lebih setelah terkena paparan.
Adanya perbedaan waktu disebabkan perbedaan mediator yang terlibat. Jika reaksi
hipersensitivitas tipe cepat melibatkan sel B, maka reaksi hipersentivitas tipe lambat
melibatkan sel T.
Manifestasi Klinis
Banyak jenis spesies serangga yang menggigit dan menyengat manusia, yang
memberikan respon yang berbeda pada masing-masing individu. Reaksi yang timbul
dapat berupa lokal atau generalisata. Reaksi lokal yang biasanya muncul dapat berupa
papular urtikaria. Papular urtikaria dapat langsung hilang atau juga akan menetap,
biasa disertai dengan rasa gatal, dan lesi nampak seperti berkelompok maupun
menyebar pada kulit. Papular urtikaria dapat muncul pada semua bagian tubuh atau

15
hanya muncul terbatas di sekitar area gigitan. Pada awalnya, muncul perasaan yang
sangat gatal disekitar area gigitan dan kemudian muncul papul-papul. Papul yang
mengalami ekskoriasi dapat muncul dan akan menjadi prurigo nodularis. Vesikel dan
bulla dapat muncul dan dapat menyerupai pemphigoid bullosa, sebab manifestasi
klinis yang terjadi juga tergantung dari respon sistem imun penderita. Infeksi
sekunder adalah merupakan komplikasi tersering yang bermanifestasi sebagai
folikulitis, selulitis atau limfangitis. (3)
Pada beberapa orang yang sensitif dengan sengatan serangga dapat timbul
terjadinya suatu reaksi alergi yang dikenal dengan reaksi anafilaktik. Anafilaktik syok
biasanya disebabkan akibat sengatan serangga golongan Hymenoptera, tapi tidak
menutup kemungkinan terjadi pada sengatan serangga lainnya. Reaksi ini akan
mengakibatkan pembengkakan pada muka, kesulitan bernapas, dan munculnya
bercak-bercak yang terasa gatal (urtikaria) pada hampir seluruh permukaan badan.
Prevalensi terjadinya reaksi berat akibat sengatan serangga adalah kira-kira 0,4%, ada
40 kematian setiap tahunnya di Amerika Serikat. Reaksi ini biasanya mulai 2 sampai
60 menit setelah sengatan. Dan reaksi yang lebih berat dapat menyebabkan terjadinya
syok dan kehilangan kesadaran dan bisa menyebakan kematian nantinya. sehingga
diperlukan penanganan yang cepat terhadap reaksi ini.

Pemeriksaan Penunjang
Dari gambaran histopatologis pada fase akut didapatkan adanya edema antara
sel-sel epidermis, spongiosis, parakeratosis serta sebukan sel polimorfonuklear.
Infiltrat dapat berupa eosinofil, neutrofil, limfosit dan histiosit. Pada dermis
ditemukan pelebaran ujung pembuluh darah dan sebukan sel radang akut.
Pemeriksaan pembantu lainnya yakni dengan pemeriksaan laboratorium dimana
terjadi peningkatan jumlah eosinofil dalam pemeriksaan darah. Dapat juga dilakukan
tes tusuk (prick test) dengan alergen tersangka. (3)

16
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasar anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan
penunjang. Dari anamnesis dapat ditemukan adanya riwayat aktivitas di luar rumah
yang mempunyai resiko mendapat serangan serangga seperti di daerah perkebunan
dan taman. Bisa juga ditanyakan mengenai kontak dengan beberapa hewan peliharaan
yang bisa saja merupakan vektor perantara dari serangga yang dicurigai telah
menggigit atau menyengat. (9)

Kelopak Mata Bengkak akibat Insect bites

Kelopak mata bengkak terjadi bila terjadi peradangan atau kelebihan cairan
(edema) pada jaringan ikat yang mengelilingi mata. Mata bengkak bisa terasa sakit
dan tidak menyakitkan, dan mempengaruhi kelopak mata atas dan bawah.Ada banyak
penyebab mata bengkak, termasuk infeksi mata, cedera mata atau trauma, dan yang
paling umum adalah alergi. Alergi bisa ditimbulkan dari gigitan serangga ataupun
alergi lainnya.Pembengkakan kelopak mata bisa menjadi pertanda adanya masalah
kesehatan yang lebih serius dan berpotensi mengancam jiwa, seperti selulitis orbital,
penyakit Graves dan herpes okular.

Anatomi dan Fisiologi


Orbita adalah sepasang rongga di tulang yang berisi bola mata, otot,
saraf, pembuluh, dan lemak yang berhubungan dengan bola mata, dan sebagian
besar apparatus lakrimalis. Lubang orbita dilindungi oleh dua lipatan tipis yang
dapat bergerak, yaitu kelopak mata (palpebra).
Palpebra terletak didepan mata, yang melindungi mata dari cedera dan cahaya
berlebihan. Palpebra superior lebih besar dan lebih mudah bergerak daripada
palpebra inferior. Kedua palpebra saling bertemu disudut medial dan lateral.
Fisura palpebrae adalah lubang berbentuk elips diantara palpebra superior dan
inferior, yang merupakan tempat masuk kedalam saccus conjungtivae. Bila mata

17
ditutup, palpebra superior menutup kornea dengan sempurna. Bila mata dibuka
dan menatap lurus kedepan, palpebra superior hanya menutupi pinggir atas
cornea. Palpebra inferior terletak tepat dibawah cornea bila mata dibuka, dan
hanya naik sedikit bila mata ditutup.
Permukaan superficial palpebra ditutupi oleh kulit dan permukaan dalamnya
diliputi oleh membrane mukosa yang disebut konjungtiva. Bulu mata, yang
memendek dan melengkung, terdapat pada pinggir bebas palpebra, dan tersusun
dalam 2 atau 3 baris pada batas mukokutaneus. Glandula sebacea (glandula zeis)
bermuara langsung kedalam folikel bulu mata. Glandula siliaris (glandula mole)
merupakan modufikasi kelenjar keringat, yang bermuara secara terpisah diantara bulu
mata yang berdekatan. Glandula tersalis adalah modifikasi kelenjar sebacea yang
panjang, yang mengalirkan sekretnya yang berminyak kepinggir palpebra, muaranya
terdapat dibelakang bulu mata. Bahan berminyak ini mencegah lubernya air mata dan
membatu menutup mata dengan kuat.
Sudut lateral fisura palpebra lebih tajam dari yang medial dan letaknya berhubungan
langsung dengan bola mata. Sudut medial yang lebih bulat dipisahkan dari bola mata
oleh suatu rongga sempit, yaitu laccus lakrimalis. Ditengah rongga ini terdapat
tonjolan kecil yang berwarna kuning kemerahan, disebut karuncula lacrimalis.
Lipatan semilunaris kemerahan, yang disebut plica semilunaris, terletak pada sisi
lateral karunkula.
Dekat sudut medial mata, bulu mata dan glandula tarsalis mendadak berhenti dan
terdapat tonjolan kecil, yaitu papilla lacrimalis. Pada puncak papilla terdapat lubang
kecil, pungtum lakrimalis, yang berhubungan dengan kanalikulus lakrimalis. Papilla
lakrimalis menonjol kedalam lakus, pungkum dan kanalikulus mengalirkan air mata
kedalam hidung.
Konjungtiva adalah membrane mukosa tipis yang melapisi palpebra, melipat
pada fornix superior dan inferior untuk melapisi permukaan anterior bola mata.
Epitelnya melanjutkan diri dengan epitel kornea. Bagian lateral atas fornix superior
ditembus oleh duktus glandula lakrimalis. Jadi, konjungtiva membentuk ruang
potensial, yaitu saccus conjungtivalis, yang terbuka pada fisura palpebra.

18
Dibawah kelopak mata terdapat alur, sulkus subtarsalis, yang berjalan dekat
dan parallel dengan pinggir palpebra. Sulkus ini cenderung menangkap benda asing
kecil yang masuk kedalam saccus konjungtivalis dan dengan demikian penting
didalam klinik.
Kerangka fibrosa palpebra dibentuk oleh lembaran membranosa, septum orbitale.
Septum ini melekat pada pinggir orbita, tempatnya menyatu dengan periosteum.
Septum orbitale menebal pada pinggir kelopak mata untuk membentuk tarsus, yang
merupakan lamina jaringan ikat padat yang berbentuk bulan sabit. Tarsus superior
lebih besar. Ujung lateral tarsus dilekatkan oleh sebuah pita, ligamentum palpebra
lateral, pada tuberkulum tepat disebelah dalam pinggir orbita. Ujung medial tarsus
dilekatkan oleh sebuah pita, ligamentum palpebrae mediale, Krista osis lacrimalis.
Glandula tarsalis tertanam didalam permukaan posterior tarsus.
Permukaan superficial lempeng tarsal dan sptum orbita diliputi oleh serabut-
serabut palpebra. M.orbicularis oculi. Aponeurosis insersio M.levator palpebrae
superioris menembus septum orbitale, untuk mencapai permukaan anterior lamina
tarsalais superior dan kulit.

19
Gambar 1. Anatomi mata

Gejala kelopak Mata Bengkak


Pembengkakan kelopak mata merupakan gejala penyebab yang mendasari, seperti
alergi atau infeksi. Mata bengkak biasanya disertai satu atau beberapa hal berikut:
Iritasi mata, seperti sensasi gatal atau gatal
Kelebihan produksi air mata
Penglihatan yang terhambat (tergantung pada tingkat pembengkakan)
Kemerahan kelopak mata
Mata merah dan radang konjungtiva
Discharge pada mata
Nyeri, terutama bila kelopak mata bengkak disebabkan oleh infeksi

20
Gambar : swollen eye akibat insect bite
Penyebab kelopak Mata Bengkak
Ada banyak penyebab kelopak mata bengkak - mulai dari kondisi ringan sampai yang
berpotensi mengancam penglihatan.
1. Alergi
Alergi mata terjadi saat sistem kekebalan tubuh Anda bereaksi berlebihan
terhadap zat asing, yang disebut alergen. Serbuk sari, debu, bulu hewan
peliharaan, tetes mata tertentu dan larutan lensa kontak adalah beberapa
alergen mata yang paling umum. Reaksi alergi terhadap riasan juga
merupakan penyebab pelepuhan mata bengkak.Alergi mata berkembang saat
mata Anda melepaskan "mediator" kimia untuk melindungi mata Anda dari
alergen yang menjadi sensitif Anda.Yang paling umum adalah histamin, yang

21
menyebabkan pembuluh darah di mata Anda melebar dan membengkak,
selaput lendir menjadi gatal dan mata Anda menjadi merah dan berair.
2. Konjungtivitis
Konjungtivitis Disebut juga "mata merah muda," konjungtivitis adalah
pembengkakan lapisan bawah permukaan mata, yang disebut konjungtiva.
Jenis mata merah, bakteri dan virus mata merah muda semuanya bisa
menyebabkan kelopak mata bengkak, di antara gejala lainnya seperti mata
berair, merah dan gatal.

3. Styes
Biasanya muncul sebagai benjolan bengkak dan kemerahan di tepi kelopak
mata, stanger disebabkan oleh infeksi bakteri dan pembengkakan kelenjar
meibomian. Bila kelenjar yang memproduksi minyak ini tersumbat,
pembengkakan kelopak mata adalah gejala yang khas. Stik dapat
menyebabkan kelopak mata membengkak, dan biasanya terasa lembut saat
disentuh.
4. Kalazion
Kalazion. Sebuah chalazion, juga disebabkan oleh kelenjar meibomian yang
terblokir, awalnya meniru stik tapi kemudian berkembang menjadi kista
sebaceous yang keras. Perbedaan lain adalah bahwa stik terjadi di tepi kelopak
mata sedangkan chalazion biasanya berkembang menjauh dari tepi kelopak
mata. Baik styes dan chalazia menyebabkan kelopak mata bengkak dan nyeri
pada daerah yang terkena.Luka mata Setiap trauma pada area mata, termasuk
kelopak mata (umumnya dikenal sebagai mata hitam) dan trauma yang
disebabkan oleh operasi kosmetik (blepharoplasty, atau operasi kelopak
mata), bisa memicu radang dan pembengkakan mata.
Lensa kontak pakai. Perawatan lensa kontak yang tidak benar - seperti
memakai lensa kotor, berenang di lensa kontak atau menyimpan kontak dalam
kasus lensa kotor - dapat menyebabkan infeksi mata dan kelopak mata yang

22
bengkak. Menggunakan kontak yang rusak juga bisa mengiritasi mata dan
menyebabkan kelopak mata Anda membengkak.

5. Blepharitis.
Ini adalah pembengkakan kelopak mata, biasanya disebabkan oleh tidak
berfungsinya kelenjar minyak di kelopak mata yang kosong di dekat dasar
bulu mata.Blepharitis ditandai dengan pembengkakan dan kelopak mata yang
menyakitkan dan bisa disertai dengan kulit seperti kelopak mata berkelap-
kelip dan hilangnya bulu mata.Blepharitis biasanya adalah kondisi kronis,
yang berarti gejala dapat dikendalikan dengan perawatan yang tepat dan
praktik kebersihan, namun tidak pernah sepenuhnya disembuhkan. Seringkali
dikaitkan dengan infeksi bakteri, tapi juga bisa dikaitkan dengan jerawat
rosacea dan sindrom mata kering.Selulitis orbital. Ini adalah infeksi bakteri
yang jarang terjadi namun serius di sekitar mata, mengakibatkan
pembengkakan kelopak mata bagian atas dan bawah yang membesar, dan
mungkin alis dan pipi. Gejala lainnya termasuk mata melotot, penurunan
penglihatan, demam, dan sakit mata saat menggerakkan mata.
Selulitis orbital adalah keadaan darurat medis dan perawatan antibiotik IV
segera sering diperlukan untuk mencegah kerusakan saraf optik, kehilangan
penglihatan permanen atau kebutaan dan komplikasi serius lainnya.
Jika infeksi terbatas pada jaringan lunak kelopak mata, ini disebut selulitis
pra-septal, yang kurang serius daripada selulitis orbital dan seringkali dapat
diobati dengan obat topikal tanpa rawat inap. Namun, onset tiba-tiba dari
gejala yang disebutkan di atas harus dianggap darurat medis sampai terbukti
sebaliknya.
6. Herpes Occuli
Ditularkan oleh virus herpes simpleks umum, herpes okular kadang-kadang
dijuluki "flu mata yang dingin," dan menyebabkan peradangan (dan kadang-
kadang jaringan parut) kornea.Gejala herpes mata bisa serupa dengan mata
merah muda, namun mungkin ada luka yang menyakitkan pada kelopak mata

23
Anda, penglihatan kabur karena kornea berawan dan mata bengkak yang
mungkin sangat ekstrem sehingga menghalangi penglihatan Anda.
Jenis herpes mata berkisar dari infeksi ringan hingga masalah kesehatan mata
yang lebih serius yang bisa mengakibatkan transplantasi kornea atau bahkan
kehilangan penglihatan.

Pengobatan pada Kelopak Mata Bengkak

Pengobatan kelopak mata yang bengkak tergantung pada penyebab utamanya. Dokter
mata atau dokter mata Anda mungkin meresepkan obat atau merekomendasikan obat
bebas seperti obat tetes mata.

1. jika mata bengkak Anda disebabkan oleh alergi, tetes mata antihistamin atau
obat alergi oral, serta pelumas "air mata buatan" akan membantu meringankan
gejala. Dokter mata Anda juga dapat merekomendasikan tetes steroid ringan
untuk reaksi alergi yang lebih parah.
2. Penyebab lainnya, seperti infeksi seperti konjungtivitis atau herpes okular,
berespon baik terhadap tetes mata atau salep anti-virus atau antiinflamasi, atau
antibiotik.
3. Serangan kecil kelopak mata bengkak bisa dikurangi dengan pengobatan di
rumah. Pertama dan terutama, hindari menggosok mata Anda karena ini hanya
akan memperparah kondisi Anda.
4. Juga, jika Anda memakai lensa kontak, lepaskan mereka sampai bengkak
sembuh.
5. Menerapkan kompres dingin terkadang bisa mengurangi pembengkakan
kelopak mata, serta percikan air dingin ke tutup tertutup Anda.

1. Hordeolum

Definisi

24
Hordeolum adalah peradangan supuratif kelenjar kelopak mata. Bila kelenjar
meibom terkena, timbul pembengkakan besar yang disebut hordeolum interna.
Hordeolum yang lebih kecil dan lebih superficial adalah onfeksi di kelenjar zeis
atau moll.
Etiologi
Sebagian besar hordeolum disebabkan oleh infeksi stafilokok. Bakteri
Staphylococcus aureus yang tedapat di kulit 90-95% ditemukan pada hordeolum.
Bakteri lain yang dapat menyebabkan hordeolum antara lain
Staphylococcus epidermidis, Streptococcus, dan Eschericia coli.
Klasifikasi
Dikenal 2 bentuk hordeolum, yaitu hordeolum internum dan eksternum.
Penjelasannya adalah sebagai berikut :
2.4.1 Hordeolum eksternum
Hordeolum eksternum merupakan infeksi pada kelenjar Zeiss atau Moll dengan
penonjolan terutama ke daerah kulit kelopak. Pada hordeolum eksternum, nanah
dapat keluar dari pangkal rambut. Tonjolannya ke arah kulit, ikut dengan
pergerakkan kulit dan mengalami supurasi, memecah sendiri ke arah kulit
(Gbr.2).

Gambar 2. Hordeolum Eksternum

25
2.4.2 Hordeolum internum
Hordeolum internum merupakan infeksi kelenjar Meibom yang terletak di
dalam tarsus dengan penonjolan terutama ke daerah kulit konjungtiva tarsal.
Hordeolum internum biasanya berukuran lebih besar dibandingkan hordeolum
eksternum. Pada hordeolum internum, benjolan menonjol ke arah konjungtiva
dan tidak ikut bergerak dengan pergerakan kulit, serta jarang mengalami
supurasi dan tidak memecah sendiri (Gbr.3)

Gambar 3. Hordeolum Internum

Manifestasi Klinis
Berikut manifestasi klinis hordeolum :
Biasa berawal dengan kemerahan, nyeri bila ditekan dan nyeri pada tepi kelopak
mata. Mata mungkin berair, peka terhadap cahaya terang dan penderita merasa ada
sesuatu di dalam matanya. Biasanya hanya sebagian kecil di daerah kelopak yang
membengkak, meskipun ada seluruh kelopak membengkak.Di tengah daerah yang
membengkak sering kali terlihat bintik kecil yang berwarna kekuningan.Bisa
terbentuk abses yang cenderung pecah dan melepaskan sejumlah nanah.
Untuk hordeolum interna terdapat gejala khusus seperti benjolan pada kelopak
mata yang dirasakan begitu sakit dan benjolan dapat membesar ke posterior
(konjungtiva tarsal) atau anterior (kulit).

26
Sedangkan untuk hordeolum eksterna terdapat gejala spesifik seperti benjolan
yang dirasakan sakit pada kelopak di daerah margo palpebra, penonjolan mengarah
ke kulit palpebra dan kemungkinan terjadi lesi multiple

2. Blefaritis

Definisi

Blefaritis adalah radang yang sering terjadi pada kelopak merupakan radang
kelopak dan tepi kelopak. Radang bertukak atau tidak pada tepi kelopak biasanya
melibatk Manifestasi Klinis Blefaritis

Manifestasi Klinis

Gejala utamanya blefaritis anterior adalah iritasi, rasa terbakar dan gatal pada
tepi palpebra. Mata yang terkena bertepi merah. Banyak sisi atau granulasi
terlihat menggantung di bulu mata palpebra superior dan inferior. Sedangakan
blefaritis posterior bermanifestasi dalam aneka macam gejala yang mengenai
palpebra, air mata, konjungtiva dan kornea. Perubahan kelenjar meibom mencakup
peradangan muara meibom, sumbatan muatan kelenjar oleh sekret yang kental,
pelebaran kelenjar meibom dalam lempeng tarsus dan keluarnya sekret abnormal
lunak mirip keju bila kelenjar itu dipencet. Tepi palpebra tampak hiperemis dan
telangiektasia. Palpebra juga membulat dan menggulung ke dalam sebagai akibat
parut pada konjungtiva tarsal, membentuk hubungan yang abnormal antara film air
mata prakornea dan muara-muara kelenjar meibom. Air mata mungkin berbusa atau
sangat berlemak (Eva dan Whitcher, 2009).an folikel dan kelenjar rambut (Ilyas,
2010).

Etiologi Blefaritis

Blefaritis dapat disebabkan infeksi dan alergi yang biasanya berjalan kronis
atau menahun. Blefaritis alergi dapat terjadi akibat debu, asap, bahan kimia iritatif

27
dan bahan kosmetik. Infeksi kelopak dapat disebabkan kuman Streptococcus alfa atau
beta, Pneumococcus dan Pseudomonas. Demodex folliculorum selain dapat
merupakan penyebab dapat pula merupakan vektor untuk terjadinya infeksi
Staphylococcus. Dikenal bentuk blefaritis skuamosa, blefaritis ulseratif dan blefaritis
angularis. Blefaritis sering disertai dengan konjungtivitis dan keratitis (Ilyas, 2010).

Faktor Resiko Blefaritis

Berdasarkan American Optometric Association 2002, ada beberapa hal faktor


resiko blefaritis antara lain:

Penyakit sistemik yang mendasarinya


Dermatitis seboroik
Akne rosasea
Dermatitis atopik dan psoriasis
Sika keratokojuntivitis

3. Selulitis Orbita

Definisi

Selulitis orbita adalah infeksi aktif jaringan lunak orbita yang terletak
posterior dari septum orbita. Lebih dari 90% kasus selulitis orbita terjadi akibat kasus
sekunder karena sinusitis bakterial akut atau kronis. Gambaran klinisnya antara lain
demam (lebih dari 75% kasus disertai lekositosis), proptosis, kemosis, hambatan
pergerakan bola mata dan nyeri pergerakan bola mata. Keterlambatan pengobatan
akan mengakibatkan progresifitas dari infeksi dan timbulnya sindroma apeks orbita
atau trombosis sinus kavernosus. Komplikasi yang terjadi antara lain kebutaan,
kelumpuhan saraf kranial, abses otak, dan bahkan dapat terjadi kematian.5

Etiologi

Orbital dapat terinfeksi melalui beberapa jalur,sebagai berikut:5

28
1. Infeksi eksogen. Hal ini disebabkan oleh cedera penetrasi terutama bila
dikaitkan dengan retensi benda asing intraorbital, dan tindakan operasi seperti
eviserasi, enukleasi , dacryocystectomydan orbitotomy.
2. Perluasan atau penyebaran infeksi dari organ stuktur sekitar bola mata. Hal
ini disebabkan oleh infeksi sinusitis paranasal, gigi, wajah, kelopak mata,
rongga intrakranial dan struktur intraorbital. Ini adalah jalu yang paling sering
penyebab infe dari infeksi orbital.
3. Infeksi endogen. Mungkin jarang terjadi sebagai Infeksi metastasis dari abses
payudara, nifas sepsis, tromboflebitis kaki dan septikemia. Organisme
penyebab sering ditemukan adalah: Streptococcus pneumoniae,
Staphylococcus aureus, Streptococcus pyogenes dan
Haemophilusinfluenzae.
Trauma mungkin merupakan penyebab masuknya bahan tercemar kedalam
orbita melalui kulit atau sinus-sinus paranasal. Di zaman praantibiotik, selulittis
orbita sering menyebabkan kebutaan dan kematian akibat trombosis sinus
kavernosus septik.8

Orbita dikelilingi oleh sinus sinus paranasal dan sebagian drainasi dari vena
sinus sinus tersebut berjalan melalui orbita. Sebagian besar kasus selulitis orbita
timbul kibat perluasan sinusistis melalui tulang tulang ethmoid yang tipis. Organisme
yang biasa menjadi penyebab aalah organisme yang sering itemukan di dalam sinus:
Haemophilus influenzae, streptococcus pneumoniae, streptokokus lainnya dan
stafilokokus8

inflamasi Akut septum orbital posterior biasanya peradangan berasal dari


jaringan sekitarnya. Lebih dari 60% dari semua kasus (setinggi 84% pada anak-anak)
dapat diklasifikasikan sebagai berasal di sinus, terutama sel-sel sinus etmoidalis dan
sinus frontal. Pada bayi, radang kuman gigi mungkin menjadi penyebabnya. Jarang
disebabkan oleh furunkel wajah, erisipelas, hordeolum, panophthalmitis, cedera
orbital, dan sepsis.7

29
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri infeksi,.bakteri yang paling umum
adalah staphylococci, streptokokus, dan Spesies Haemophilus.7,8

Gejala Klinis

Gejala utama yang didapatkan pada selulitis orbita berupa pembengkakan


pada mata yang biasa bersifat unilateral dan nyeri hebat yang meningkat dengan
pergerakan bola mata atau adanya tekanan. Gejala yang lain yang bisa didapat antara
lain demam, mual, muntah, dan kadang-kadang kehilangan penglihatan.9 kadang
pasien mengeluh tidak bisa membuka mata untuk melihat gerakan mata yang
terbatas. Biasanya ada riwayat sinusitis akut atau infeksi saluran pernapasan atas pada
hari-hari sebelum terjadi edema kelopak mata. Gejala dapat berkembang dengan
cepat, dan dengan demikian, diagnosis dan pengobatan cepat adalah hal yang
terpenting.5

Tanda-tanda selulitis orbita yang didapat kan pada pemeriksaan fisis dan
oftalmologi adalah:5,6

ditandai dengan adanya pembengkakan yang menutup bola mata dengan


karakteristik kekerasan seperti papan dan kemerahan
ditemukan adanya chemosis konjungtiva, yang menonjol dan menjadi kering
atau nekrotik.
Bola mata proptosis.
gerakan bola mata terbatas
Pemeriksaan fundus dapat menunjukkan adanya kongesti vena retina dan
tanda-tanda papillitis atau edema papil.
penurunan visus, gangguan pengelihatan warna.

30
selulitis orbita mata kiri.

31
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

32
DAFTAR PUSTAKA

1. Burns BD. Insect Bites. Emedicine.


http://emedicine.medscape.com/article/769067-overview. [Online]
diakses pada tanggal 08 January 2014. 2013.
2. Kar S, Dongre A, Krishnan A, Godse S, Singh N. Epidemiological
Study of Insect Bite Reactions. Indian Journal of Dermatology. 337: p.
1-6. 2013.
3. Burns T. Diseases Caused by Arthropods and Other Noxious Animals.
8th ed. London: Backwell Publishing; 2010.
4. Moffitt, John E. MD. Allergic Reactions to Insect Bites and Stings on
Southern Medical Journal, November 2003.
5. Vaughan, Daniel G. Oftalmologi umum Edisi 17. Jakarta : EGC. 2013
6. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata Edisi 4. Jakarta : FKUI. 2012
7. James, Bruce. Oftalmologi Edisi 9. Jakarta : Erlangga : 2009
8. Snell SR.Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi 6.
Jakarta : EGC. 2006.
9. Guyton, Arthur C. Textbook of medical physiology.Ed 11.
Pennsylvania: Elseiver; 2006
10. Gondhowiardjo, TD dkk. Editor. Panduan manajemen klinis
PERMADI. Jakarta : perhimpunan dokter spesialis mata Indonesia.
2006
11. Mailangkay, H.H.B dkk. Editor. Ilmu penyakit mata untuk dokter
umum dan mahasiswa kedokteran. Edisi 5. Jakarta : Sagung Seto.
2010
12. Loewenstain, John I. Ophthalmology. New York : medical publiching
division. 2005.
13. Kanski, Jack J. Clinical Ophthalmology. Sydney : Butterworth
Heinemann. 2004.

33
34

Anda mungkin juga menyukai