STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
•Nama : Tn. M U
•Umur : 55 tahun
•Jenis Kelamin : Laki-laki
•Suku : Jawa
•Kewarganegaraan : Indonesia
•Agama : Islam
•Pekerjaan : Pensiunan
•Alamat : Tawangmangu Karanganyar, Jawa Tengah
•Tgl pemeriksaan : 29 Desember 2012
•No. RM : 01 16 95 04
ANAMNESIS
Keluhan utama :
mata kiri merah
B. Riwayat Penyakit Sekarang :
• Tiga hari sebelum periksa di poli Mata RSDM pasien mengeluh mata
kiri nya merah, yang tampak pada bagian yang seharusnya berwarna
putih serta kelopak mata sebelah dalam baik atas maupun bawah.
Pasien merasakannya sejak tiga hari yang lalu hingga saat ini. Keluhan
bertambah berat setiap kali pasien mengucek matanya. Pasien belum
melakukan upaya pengobatan untuk mengurangi keluhannya
tersebut. Semakin lama terasa semakin merah, terasa panas, gatal,
bengkak, dan berair. Cairan yang keluar tidak berwarna, tidak berbau
dan encer. Pasien juga merasakan mengganjal saat membuka dan
menutup mata akibat bengkaknya daerah mata yang merah.
• Pasien menyangkal riwayat trauma sebelumnya, tidak demam
sebelumnya dan tidak mengetahui apakah ada yang sakit serupa di
sekitarnya. Pasien merasa penglihatannya baik-baik saja tidak kabur,
hanya saja tidak nyaman sehingga pasien sering mengucek matanya.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
• Riwayat hipertensi : disangkal
• Riwayat kencing manis : disangkal
• Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal
• Riwayat trauma mata : disangkal
• Riwayat pemakaian softlens : disangkal
• Riwayat kacamata : disangkal
D. Riwayat Penyakit Keluarga
• Riwayat hipertensi : disangkal
• Riwayat kencing manis : disangkal
• Riwayat sakit serupa : disangkal
G. Kesimpulan Anamnesis
OD OS
Proses - Infeksi
Perjalanan - Akut
Komplikasi - -
Tidak ada +
Tanda radang
Tidak ada +
Kelainan warna
lebar 10 mm 7 mm
Medikamentosa
•Neomisin, polimiksin, deksametason ED
4 x 1 OS
•Asam mefenamat 3 x 500 mg
(jika perlu)
Prognosis
Konjungtivitis OD OS
1. Ad vitam - Bonam
2. Ad fungsionam - Bonam
3. Ad sanam - Bonam
4. Ad kosmetikum - Bonam
Presbiopi OD OS
1. Ad vitam Bonam Bonam
2. Ad fungsionam Bonam Bonam
3. Ad sanam Malam Malam
4. Ad kosmetikum Bonam Bonam
TINJAUAN
PUSTAKA
Anatomi Konjungtiva
• Konjungtiva merupakan membran mukosa
yang transparan dan tipis yang membungkus
permukaan posterior kelopak mata
(konjungtiva palpebralis) dan permukaan
anterior sklera (konjungtiva bulbaris).
Secara anatomi, konjungtiva terdiri atas 3 bagian:
• Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus, konjungtiva
tarsal sukar digerakkan dari tarsus.
• Konjungtiva bulbi menutupi sklera dan mudah
digerakkan dari sklera di bawahnya.
• Konjungtiva forniks yang merupakan tempat
peralihan konjungtiva tarsal dengan konjungtiva
bulbi.
Konjungtivitis
• A. Definisi
Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva
dan penyakit ini adalah penyakit mata yang paling
umum di dunia. Karena lokasinya, konjungtiva
terpajan oleh banyak mikroorganisme dan faktor-
faktor lingkungan lain yang mengganggu. Penyakit ini
bervariasi mulai dari hiperemia ringan dengan mata
berair sampai konjungtivitis berat dengan banyak
sekret purulen kental
Etiologi
Konjungtiva bisa mengalami peradangan akibat:
• 1. Infeksi olah virus atau bakteri
• 2. Reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari,
bulu binatang
• 3. Iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi
udara lainnya; sinar ultraviolet dari las listrik
atau sinar matahari
Gejala dan Tanda Klinis
• Gejala penting konjungtivitis adalah sensasi benda asing, yaitu
tergores atau panas, sensasi penuh di sekitar mata, gatal dan
fotofobia.
• Tanda penting konjungtivitis adalah hiperemia, berair mata,
eksudasi, pseudoptosis, hipertrofi papiler, kemosis (edem
stroma konjungtiva), folikel (hipertrofi lapis limfoid stroma),
pseudomembranosa dan membran, granuloma, dan
adenopati pre-aurikuler.
Klasifikasi
Konjungtivitis, terdiri dari:
• 1. Konjungtivitis bakterial
• 2. Konjungtivitis viral
• 3. Konjungtivitis alergi
• 4. Konjungtivitis Jamur
• 5. Konjungtivitis Parasit
• 6. Konjungtivitis iritasi atau kimia
Konjungtivitis Bakterial
• Etiologi dan Faktor Risiko
Konjungtivitis bakteri dapat dibagi menjadi empat bentuk,
yaitu hiperakut, akut, subakut dan kronik.
Konjungtivitis bakteri hiperakut biasanya disebabkan oleh N.
gonnorhoeae, Neisseria kochii dan N. meningitidis. Bentuk
yang akut biasanya disebabkan oleh Streptococcus
pneumonia dan Haemophilus aegyptyus. Penyebab yang
paling sering pada bentuk konjungtivitis bakteri subakut
adalah H. influenza dan Escherichia coli, sedangkan bentuk
kronik paling sering terjadi pada konjungtivitis sekunder atau
pada pasien dengan obstruksi duktus nasolakrimalis
• Patofisiologi
Jaringan pada permukaan mata dikolonisasi oleh flora normal seperti
Streptococci, Staphylococci dan Corynebacterium. Perubahan pada
mekanisme pertahanan tubuh ataupun pada jumlah koloni flora normal
tersebut dapat menyebabkan infeksi klinis. Perubahan pada flora normal
dapat terjadi karena adanya kontaminasi eksternal, penyebaran dari
organ sekitar ataupun melalui aliran darah.
Penggunaan antibiotik topikal jangka panjang merupakan salah satu
penyebab perubahan flora normal pada jaringan mata, serta resistensi
terhadap antibiotik .
Mekanisme pertahanan primer terhadap infeksi adalah lapisan epitel yang
meliputi konjungtiva sedangkan mekanisme pertahanan sekundernya
adalah sistem imun yang berasal dari perdarahan konjungtiva, lisozim dan
imunoglobulin yang terdapat pada lapisan air mata, mekanisme
pembersihan oleh lakrimasi dan berkedip. Adanya gangguan atau
kerusakan pada mekanisme pertahanan ini dapat menyebabkan infeksi
pada konjungtiva.
• Gejala Klinis
Gejala-gejala yang timbul pada konjungtivitis bakteri biasanya
dijumpai injeksi konjungtiva baik segmental ataupun
menyeluruh. Selain itu sekret pada konjungtivitis bakteri
biasanya lebih purulen daripada konjungtivitis jenis lain, dan
pada kasus yang ringan sering dijumpai edema pada kelopak
mata .
Ketajaman penglihatan biasanya tidak mengalami gangguan
pada konjungtivitis bakteri namun mungkin sedikit kabur
karena adanya sekret dan debris pada lapisan air mata,
sedangkan reaksi pupil masih normal. Gejala yang paling khas
adalah kelopak mata yang saling melekat pada pagi hari
sewaktu bangun tidur
• Penatalaksanaan
Terapi spesifik konjungtivitis bakteri tergantung pada
temuan agen mikrobiologiknya. Terapi dapat dimulai
dengan antimikroba topikal spektrum luas. Pada
setiap konjungtivitis purulen yang dicurigai
disebabkan oleh diplokokus gram-negatif harus
segera dimulai terapi topical dan sistemik . Pada
konjungtivitis purulen dan mukopurulen, sakus
konjungtivalis harus dibilas dengan larutan saline
untuk menghilangkan sekret konjungtiva
Konjungtivitis Viral
• Etiologi dan Faktor Risiko
Konjungtivitis viral dapat disebabkan berbagai
jenis virus, tetapi adenovirus adalah virus yang
paling banyak menyebabkan penyakit ini, dan
Herpes simplex virus yang paling
membahayakan. Selain itu penyakit ini juga
dapat disebabkan oleh virus Varicella zoster,
picornavirus (enterovirus 70, Coxsackie A24),
poxvirus, dan human immunodeficiency virus
• Gejala Klinis
Gejala klinis pada konjungtivitis virus berbeda-beda sesuai
dengan etiologinya. Pada keratokonjungtivitis epidemik yang
disebabkan oleh adenovirus biasanya dijumpai demam dan
mata seperti kelilipan, mata berair berat dan kadang
dijumpai pseudomembran. Selain itu dijumpai infiltrat
subepitel kornea atau keratitis setelah terjadi konjungtivitis
dan bertahan selama lebih dari 2 bulan. Pada konjungtivitis ini
biasanya pasien juga mengeluhkan gejala pada saluran
pernafasan atas dan gejala infeksi umum lainnya seperti sakit
kepala dan demam
• Gejala Klinis
Pada konjungtivitis herpetic yang disebabkan oleh virus
herpes simpleks (HSV) yang biasanya mengenai anak kecil
dijumpai injeksi unilateral, iritasi, sekret mukoid, nyeri,
fotofobia ringan dan sering disertai keratitis herpes.
Konjungtivitis hemoragika akut yang biasanya disebabkan
oleh enterovirus dan coxsackie virus memiliki gejala klinis
nyeri, fotofobia, sensasi benda asing, hipersekresi airmata,
kemerahan, edema palpebra dan perdarahan subkonjungtiva
dan kadang-kadang dapat terjadi kimosis
• Komplikasi
Konjungtivitis virus bisa berkembang menjadi kronis, seperti
blefarokonjungtivitis. Komplikasi lainnya bisa berupa
timbulnya pseudomembran dan timbul parut linear halus
atau parut datar, dan keterlibatan kornea serta timbul vesikel
pada kulit.
• Penatalaksanaan
Konjungtivitis virus yang terjadi pada anak di atas 1 tahun
atau pada orang dewasa umumnya sembuh sendiri dan
mungkin tidak diperlukan terapi, namun antivirus topikal atau
sistemik harus diberikan untuk mencegah terkenanya kornea .
Pasien konjungtivitis juga diberikan instruksi hygiene untuk
meminimalkan penyebaran infeksi
Konjungtivitis Alergi
• Etiologi dan Faktor Risiko
Konjungtivitis alergi dibedakan atas lima subkategori, yaitu konjungtivitis
alergi musiman dan konjungtivitis alergi tumbuh-tumbuhan yang biasanya
dikelompokkan dalam satu grup, keratokonjungtivitis vernal,
keratokonjungtivitis atopik dan konjungtivitis papilar raksasa.