Anda di halaman 1dari 17

CASE PRESENTATION

Okuli Dekstra dan Sinistra Astigmatisma Miop Kompositus

Oleh:
Ni Komang Dessy Kumarayanti
H1A016063

Pembimbing:
dr. Monalisa Nasrul, Sp.M

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITRAAN KLINIK MADYA


BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MATARAM
2021
BAB I

PENDAHULUAN

Kelainan refraksi saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di


dunia. Miopia, hipermetropia, dan astigmatisma merupakan tiga jenis kelainan
refraksi yang paling sering dijumpai.1 Kasus kelainan refraksi mengalami peningkatan
dari tahun ke tahun. Data WHO memperkirakan bahwa 246 juta orang di seluruh
dunia memiliki gangguan penglihatan meliputi ametropia (miopia, hipermetropia,
atau astigmatisme) sebesar 43%, katarak 33%, dan glaukoma 22%.2 Di Indonesia,
jumlah pasien yang menderita kelainan refraksi hampir mencapai 25% dari populasi
atau sekitar 55 juta jiwa.3

Astigmatisma merupakan kelainan refraksi dimana sinar – sinar sejajar tidak


dibiaskan pada satu titik tunggal. Hal ini disebabkan karena kelengkungan dan
kekuatan refraksi permukaan kornea dan atau lensa berbeda beda di antara berbagai
meridian, sehingga terdapat lebih dari satu titik fokus. Astigmatisma biasanya bersifat
diturunkan dan ada sejak lahir, dapat berubah seiring dengan pertambahan usia anak.
Selain itu, astigmatisma juga dapat terjadi setelah trauma kornea atau terbentuknya
jaringan parut di kornea setelah keratitis.4

Astigmatisma berdasarkan orientasi dan posisi relatif garis fokusnya dapat


diklasifikasikan menjadi astigmatisma miop simpleks, astigmatisma miop kompositus,
astigmatisma hipermetrop simpleks, astigmatisma hipermetrop kompositus,
astigmatisma mikstus. Pasien dengan astigmatisma dapat dikoreksi dengan pemberian
kacamata, lensa kontak, atau tindakan bedah. Kacamata masih merupakan pilihan
pertama untuk koreksi astigmatisma. Pada kasus astigmatisma tinggi, lensa kontak
dapat memberikan koreksi penglihatan yang lebih baik dibandingkan kacamata dan
juga dapat memberikan penglihatan yanh lebih tajam dan lapang pandangan yang
lebih luas. Opsi lain untuk tatalaksana astigmatisma adalah tindakan bedah refraktif
yaitu LASIK (Laser in Situ Keratomileusis) atau Photorefractive Keratectomy
(PRK).4

Astigmatisma yang tidak segera dikoreksi dapat menyebabkan ambliopia atau


mata malas, strabismus, dan penurunan kualitas hidup pada penderitanya.5
Astigmatisma pada anak sekolah jika tidak segera dikoreksi akan berpengaruh pada
kegiatan belajar dan prestasi belajar penderitanya. Oleh karena itu, WHO
merekomendasikan untuk dilakukannya skrining penglihatan dan pelayanan kesehatan
terutama yang ditujukan bagi anak sekolah.
BAB II

LAPORAN KASUS

2.1. Identitas Pasien


a. Nama : Nn. YS
b. Umur : 21 tahun
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Pekerjaan : Mahasiswa
e. Agama : Islam
f. Suku : Sasak
g. Alamat : Mataram
h. Tanggal Pemeriksaan : Selasa, 16 Februari 2021
i. Nomor Rekam Medis : 027088
2.2. Anamnesis
2.2.1. Keluhan Utama
Penglihatan kabur pada kedua mata
2.2.2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RS Universitas Mataram dengan keluhan penglihatan
kabur pada kedua mata saat melihat objek yang jauh dan disertai
penglihatan berbayang. Keluhan tersebut dirasakan sejak ± 1 bulan
terakhir dan mengganggu aktivitas pasien. Pada pasien tidak ada keluhan
lain seperti mata merah, mata berair, terasa berpasir, rasa perih, dan gatal.
2.2.3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah mengalami hal serupa sebelumya. Riwayat trauma
pada pasien disangkal. Riwayat penyakit Diabetes Melitus dan Hipertensi
pada pasien disangkal.
2.2.4. Riwayat Penyakit Keluarga
Orang tua pasien memiliki riwayat menggunakan kaca mata. Riwayat
Diabetes Melitus dan Hipertensi pada keluarga disangkal.
2.2.5. Riwayat Pengobatan
Pasien tidak pernah menggunakan obat khusus untuk mengobati
keluhannya
2.2.6. Riwayat Alergi
Pasien tidak memiliki riwayat alergi obat ataupun makanan
2.2.7. Riwayat Sosial
Pasien adalah seorang mahasiswa yang kesehariannya sering
menggunakan gadget berupa telepon genggam dan laptop ± 7 jam
perhari. Pasien gemar membaca buku sambil tiduran dengan
pencahayaan yang kurang
2.3. Pemeriksaan Fisik
2.3.1. Status Generalis
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran/GCS : Compos mentis (E4V5M6)
2.3.2. Pemeriksaan Tanda Vital
a. Tekanan darah : 120/70 mmHg
b. Nadi : 90 kali/menit
c. Frekuensi napas : 18 kali/menit
d. Suhu : 36,8º C
2.3.3. Status Ophtalmologis
Pemeriksaan OD OS

Visus Naturalis 6/15 6/15


Pinhole 6/7 6/6.67
Koreksi terbaik Lensa S-1.00 C-0.25 Lensa S-0.75 C-0.25
X 1100 X 1800
Visus 6/6 Visus 6/6

Visus Bonukuler 6/6, pasien tidak merasa pusing

Tes Hirschberg Ortoforia Ortoforia

Tes Cover-Uncover Ortotropia Ortotropia

Gerak Bola Mata

- Baik ke segala - Baik ke segala


arah arah
- Tidak ada nyeri - Tidak ada nyeri
- Tidak ada diplopia - Tidak ada diplopia
Lapang pandang

Sama dengan Sama dengan


pemeriksa pemeriksa

Alis

Warna Hitam Hitam

Pertumbuhan merata (+) (+)

Rontok Tidak ada Tidak ada

Uban Tidak ada Tidak ada

Radang Tidak ada Tidak ada

Silia - Bersih, tidak ada - Bersih, tidak ada


sekret sekret
- Arah - Arah
pertumbuhan pertumbuhan
normal normal

Palpebra Superior

Edema Tidak ada Tidak ada

Entropion Tidak ada Tidak ada

Ektropion Tidak ada Tidak ada

Hiperemi Tidak ada Tidak ada

Massa Tidak ada Tidak ada

Ptosis Tidak ada Tidak ada

Lagophtalmos Tidak ada Tidak ada


Palpebra Inferior

Edema Tidak ada Tidak ada

Hiperemi Tidak ada Tidak ada

Massa Tidak ada Tidak ada

Entropion Tidak ada Tidak ada

Ektropion Tidak ada Tidak ada

Konjungtiva Palpebra Superior

Hiperemi Tidak ada Tidak ada

Sekret Tidak ada Tidak ada

Folikel Tidak ada Tidak ada

Konjungtiva Palpebra Inferior

Hiperemi Tidak ada Tidak ada

Sekret Tidak ada Tidak ada

Folikel Tidak ada Tidak ada

Sistem Lakrimal

Punctum lakrimal (+) (+)


superior et inferior intak
Hiperemi sakus Tidak ada Tidak ada
lakrimal

Edema sakus lakrimal Tidak ada Tidak ada

Nyeri tekan sakus Tidak ada Tidak ada


lakrimal
Hiperemi glandula Tidak ada Tidak ada
lakrimal
Edema glandula Tidak ada Tidak ada
lakrimal
Nyeri tekan glandula Tidak ada Tidak ada
lakrimal
Konjungtiva Bulbi

Injeksi konjungtiva Tidak ada Tidak ada

Injeksi siliar Tidak ada Tidak ada

Hiperemi Tidak ada Tidak ada

Edema Tidak ada Tidak ada

Massa Tidak ada Tidak ada

Kornea

Bentuk Cembung Cembung

Kejernihan Jernih Jernih

Sikatrik Tidak ada Tidak ada

Benda asing Tidak ada Tidak ada

Bilik Mata Depan

Kedalaman Kesan normal Kesan normal

Hifema Tidak ada Tidak ada

Hipopion Tidak ada Tidak ada

Iris

Bentuk Bulat dan regular Bulat dan regular

Warna Coklat Coklat

Pupil
Bentuk Bulat Bulat

Ukuran ± 3 mm ± 3 mm

Refleks cahaya (+) / (+) (+) / (+)


langsung/Refleks
cahaya tidak langsung
Lensa Jernih Jernih

TIO Normal per palpasi Normal perpalpasi


BAB III

IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISA KASUS

3.1. Identifikasi Masalah


Berdasarkan data medis pasien di atas, didapatkan beberapa permasalahan.
Adapun permasalahan medis yang terdapat pada pasien adalah sebagai
berikut.
a. Subjektif
i. Pasien mengeluhkan penglihatan kedua mata kabur saat
melihat jauh disertai penglihatan berbayang sejak ± 1 bulan
yang lalu
ii. Intensitas pasien menatap layar laptop atau telepon genggam
sangat sering ± 7 jam per hari. Selama memakai laptop
ataupun telepon genggam pasien jarang mengistirahatkan
matanya
iii. Pasien gemar membaca buku sambil tiduran dengan
pencahayaan yang kurang
b. Objektif
i. Visus naturalis OD 6/15 dan OS 6/15 dengan pinhole OD 6/7
dan OS 6/6.67
ii. Koreksi terbaik OD menggunakan lensa S-1.00 C-0.25 X 110o
dengan visus 6/6 dan OS menggunakan lensa S-0.75 C-0.25 X
110o dengan visus 6/6
iii. Visus binokuler 6/6, pasien tidak merasa pusing

3.2. Assessment

Diagnosa Dasar Teori


Awal
ODS Pasien mengalami astimagtisma jenis:
Astigmatisma
Miop Letak titik fokus Astigmatisma Miop Astigmatisma Miop
Kompositus Meridian Kompositus Kompositus
Severitas Low Low
Orientasi meridian utama Oblique With the rule

Landasan teori :

Astigmatisma adalah keaadaan optik mata, dimana sinar-sinar


sejajar tidak dibiaskan pada satu titik fokus tunggal. Hal ini
disebabkan karena kelengkungan (kurvatura) dan kekuatan
refraksi permukaan kornea dana tau lensa berbeda-beda diantara
berbagai meridian, sehingga terdapat lebih dari 1 titik fokus.4
Gejala dan tanda astigmatisma adalah astenopia, distorsi visual &
pandangan kabur, nyeri kepala, sering menyipitkan mata,
ambliopia pada astigmatisma tinggi.4

Astigmatisma dapat diklasifikasikan berdasarkan orientasi dan


posisi relatif garis fokusnya. Berdasarkan letak garis fokus
terhadap retina, astigmatisma diklasifikasikan menjadi lima tipe,
yaitu:4

• Astigmatisma miopia simpleks (simple myopic astigmatism)


→ C (-) Astigmatisma dengan satu garis fokus pada retina,
sedangkan garis fokus lain terletak di depan retina

• Astigmatisma miopia kompositus (compound myopic


astigmatism) → S (-) C (-) Apabila kedua garis fokus berada di
depan retina

• Astigmatisma hipermetropia simpleks (simple hypermetropic


/hyperopic astigmatism) → C (+) Astigmatisma dengan satu
garis fokus pada retina, sedangkan garis fokus lain terletak di
belakang retina

• Astigmatisma hipermetrop kompositus (compound


hypermetropic/ hyperopic astigmatism) → S (+) C
(+) Astigmatisma dengan kedua garis fokus di belakang retina

• Astigmatisma mikstus (mixed astigmatism) → S dan C


berbeda tanda & |S|<|C| Astigmatisma dengan satu garis
fokus di depan retina, dan garis fokus yang lain berada di
belakang retina.

Berdasarkan derajat severitasnya, astigmatisma dibedakan


menjadi:7

• Low: 0,25-1,5 D
• Medium: >1,5 hingga <3 D

• High: >3 D

Berdasarkan orientasi meridian utamanya, astigmatisma


diklasifikan menjadi:4

Astigmatisma with the rule adalah astigmatisma yang kekuatan


pembiasan terbesarnya terdapat pada meridian vertikal (meridian
paling steep/tajam yaitu antara 600-1200). Astigmatisma ini
dikoreksi dengan lensa silinder negatif pada aksis 180o.
Astigmatisma jenis ini banyak dijumpai pada anak-anak.

Astigmatisma against the rule adalah astigmatisma yang


kekuatan pembiasan terbesarnya terletak pada meridian
horizontal. Astigmatisma ini dikoreksi dengan lensa silinder
negatif pada aksis 90o.

Astigmatisma oblik adalah astigmatisma yang kekuatan


pembiasan terbesarnya terletak pada meridian di sekitar 45o dan
135o.

Astigmatisma dapat ditegakkan melalui pemeriksaan refkrasi


subjektif menggunakan juring astigmat (astigmatism dial
technique) atau menggunakan alat Jackson-cross cylinder.
Pengukuran kelengkungan kornea menggunakan keratometer
dilakukan untuk mengkonfirmasi dan mengkuantifikasi
perbedaan kelengkungan kornea pada meridian-meridian
utamanya. Pemetaan topografi kornea menggunakan alat
topografi terkomputerisasi juga akan memberikan gambaran
permukaan kornea secara lebih menyeluruh. Peralatan sederhana
berupa cakram Placido dapat digunakan untuk memeriksa
permukaan kornea dan memperkirakan kelengkungan kornea.4
Astigmatisma dapat dikoreksi menggunakan:4

Kacamata

Kaca mata merupakan pilihan pertama untuk koreksi


astigmatisma. Lensa silinder mempunyai tambahan kekuatan
pembuasan pada meridian tertentu. Koreksi astigmatisma
menggunakan lensa silinder dapat digabungkan dengan
menggunakan kelainan refraksi yang lain, baik miopia,
hipermetropia dan presbiopia. Untuk mengurangi distorsi
bayangan yang terjadi, lensa silinder yang biasa digunakan untuk
koreksi astigmatisma adalah lensa silinder negatif.

Lensa Kontak

Pada kasus astigmatisma tinggi, lensa kontak dapat memberikan


koreksi penglihatan yang lebih baik dibandingkan kaca mata.
Lensa kontak juga memberikan penglihatan yang lebih tajam dan
lapang pandan yang luas.

Tindakan Bedah

Astigmatisma dapat dikoreksi dengan tindakan bedah refraktif


yaitu LASIK (Laser in situ keratomileusis) atau Photorefractice
Keractomy (PRK).

3.3. Planning
i. Planning Diagnostik
Diagnosis astigmatisma dapat ditegakkan dengan menggunakan
koreksi visus terbaik menggunakan lensa silinder. Pemeriksaan slit
lamp dapat dilakukan untuk memastikan tidak ada kelainan struktural
mata yang lain.
ii. Planning Terapi
Pada kasus astigmatisma koreksi dengan pemberian kacamata
merupakan pilihan pertama. Koreksi astigmatisma menggunakan
lensa silinder dapat digabungkan dengan menggunakan kelainan
refraksi yang lain, baik miopia, hipermetropia dan presbiopia. Untuk
mengurangi distorsi bayangan yang terjadi, lensa silinder yang biasa
digunakan untuk koreksi astigmatisma adalah lensa silinder negatif.
Opsi lain koreksi astigmatisma dapat dengan pemakaian lensa kontak
atau dengan tindakan pembedahan refraktif yaitu LASIK (Laser in
situ keratomileusis) atau Photorefractice Keractomy (PRK).

3.4. Konseling, Informasi, dan Edukasi Pasien


i. Menjelaskan kepada pasien mengenai kelainan refraksi yang
dialaminya
ii. Menjelaskan tujuan pemberian kacamata yaitu untuk menghambat
progresifitas dari kelainan refraksi yang dialaminya
iii. Meminta pasien untuk menghindari membaca dengan pencahayaan
yang kurang dan menatap layar alat elektronik berlebihan dengan Rule
of 20 yaitu pada saat pasien menggunakan komputer dalam waktu
lama harus melihat objek dari jarak 20 kaki (6 m) selama 20 detik
setiap 20 menit. Pasien disarankan untuk sering mengedipkan mata
untuk mencegah evaporasi tetesan air mata dan melindungi
kelembapan.
3.5. Prognosis
i. Ad Sanationam (Prognosis penyembuhan) : Dubia ad bonam
(Astigmatisma dapat dikoreksi dengan tindakan tindakan
pembedahan refraktif yaitu LASIK (Laser in situ keratomileusis) atau
Photorefractice Keractomy (PRK)
ii. Ad Functionam (Prognosis penglihatan) : Dubia ad bonam (Fungsi
penglihatan dapat dioptimalkan dengan pemakaian kacamata atau
lensa kontak)
iii. Ad Vitam (Prognosis nyawa) : Bonam (Astigmatisma tidak
mengancam nyawa
BAB IV

KESIMPULAN

Pasien perempuan berusia 21 tahun datang ke RS Universitas Mataram dengan


keluhan penglihatan kabur pada kedua matanya yang dirasakan sejak ± 1 bulan
terakhir. Keluhan tersebut disertai dengan penglihatan berbayang. Pasien merupakan
mahasiswa yang kesehariaannya sering menggunakan laptop dan handphone ± 7 jam
per hari dan gemar membaca buku sambil tiduran dengan pencahayaan yang kurang.
Orang tua pasien memiliki riwayat menggunakan kaca mata. Pada pemeriksaan tajam
penglihatan didapatkan visus naturalis OD 6/15 dan OS 6/15 dengan pinhole maju
pada kedua mata. Koreksi terbaik mata kanan menggunakan lensa S-1.00 C-0.25 X
110o di dapatkan visus 6/6 dan koreksi terbaik mata kiri menggunakan lensa lensa S-
0.75 C-0.25 X 180o didapatkan visus 6/6. Visus binokuler pada pasien di dapatkan 6/6
tanpa keluhan pusing pada pasien. Diganosa pasien yaitu ODS Astigmatisma Miop
Kompositus. Rencana terapi pasien yaitu dilakukan pemberian kacamata sebagai opsi
utama, dan lensa kontak atau tindakan pembedahan merupakan opsi lain.


DAFTAR PUSTAKA

Ilyas S, Yulianti SR. 2018. Ilmu Penyakit Mata. Ed 5. Jakarta: FKUI, 2018; Hal 64-81

WHO. 2018. World Health Organization Publication Data Visual Impairement and
Blindness. Available on: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs282/en/

Handayani-Ariestanti, T., Supradnya-Anom, I G.N, Pemayun-Dewayani, C. I. 2012


Characteristic of patients with refractive disorder at eye clinic of sanglah general
hospital Denpasar, Bali-Indonesia Period of 1st January – 31st December 2011. Bali
Medical Journal (BMJ); 1(3): 101-107

Sitorus, Rita ; Sitompul, Ratna; Widyawati, Syska ; Bani AP. Buku Ajar Oftalmologi.
Jakarta: Badan Penerbit FK UI; 2017.

Upadhyay, Sanjay. 2015. Myopia, Hyperopia and Astigmatism : A Complete Review


with View of Differentiation. International Journal of Science and Research (IJSR)
Vol.4 Issue 8. Gujarat. Page : 128-9

Núñez MX, Henriquez MA, Escaf LJ, Ventura B V., Srur M, Newball L, et al.
Consensus on the management of astigmatism in cataract surgery. Clin Ophthalmol.
2019;13:311–24.

Anda mungkin juga menyukai