Disusun oleh:
Avilia Alexandra / 0107390043
Brian Natanael Chandra / 0107390031
Kevin Lee / 01073190065
Marielle Ancilla Domini / 01073190152
Valeska Harsen /01073190037
Nama : Ny. X
IDENTITAS PASIEN
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 64 tahun
Alamat : Tangerang
Agama : Islam
● Saat bangun tidur di pagi hari kedua mata sangat sulit untuk dibuka karena terasa sepet.
● Riwayat darah tinggi dan meminum obat dari dokter jantung secara rutin.
● Tidak memiliki riwayat DM, kolesterol, penyakit jantung, dan gagal ginjal.
RIWAYAT KEBIASAAN
● Tidak merokok, konsumsi minuman beralkohol, dan obat-obatan narkotika.
● Bisoprolol Tab 1 x 5 mg PO
● Furosemide Tab 1 x 40 mg PO
● Ramipril 1 x 5 mg PO
● Amlodipin 1 x 5 mg PO
● Membayar biaya konsultasi dan obat-obatan rumah sakit dengan BPJS kelas 1.
Keadaan umum : Sakit ringan
STATUS GENERALIS
Tanda-tanda vital
● Suhu : 36,7oC
● Saturasi O2 : 99%
STATUS OFTALMOLOGIS
STATUS OFTALMOLOGIS
Tidak ada Edema Tidak ada Tidak ada Edema Tidak ada
Tidak ada Pseudomembrane Tidak ada Tidak ada Sikatriks Tidak ada
Tidak ada Pseudomembrane Tidak ada Tidak ada Hifema Tidak ada
Tidak ada Sekret Tidak ada Tidak ada Hipopion Tidak ada
STATUS OFTALMOLOGIS
PUPIL IRIS
TIO
CAMPUS
Normal
RESUME
Ny. X, 64 tahun dengan keluhan kedua mata kering sejak 1 minggu SMRS. Ia juga mengeluhkan
ada rasa perih seperti terbakar, terkadang mata merah, dan gatal. Terkadang mata terasa
seperti berpasir dan sangat mengganggu karena rasanya yang mengganjal. Baru - baru ini
pasien sering berkedip dan mudah mengantuk. Keluhan pasien semakin memburuk dan terasa
perih di ruangan ber-AC, bangun tidur di pagi hari dan sulit untuk dibuka karena terasa “sepet”.
Pada pemeriksaan status oftalmologis terlihat adanya sekret berbusa pada palpebra inferior ODS.
Pasien memiliki riwayat darah tinggi & meminum obat rutin Bisoprolol tab 1 x 5 mg PO,
Furosemide tab 1 x 40 mg PO, Ramipril 1 x 5 mg PO, dan Amlodipin 1 x 5 mg PO.
DIAGNOSIS
Diagnosis Kerja :
Diagnosis Banding :
● Konjungtivitis alergi
SARAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
● Schirmer’s test
● Tear Break Up Time test (TBUT)
● Uji Fluoresensi
● Ferning test
TATALAKSANA
NON - MEDIKAMENTOSA
MEDIKAMENTOSA
● Ad Vitam : bonam
● Ad Functionam : dubia ad bonam
● Ad Sanationam : dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI KELENJAR LAKRIMAL
LAPISAN AIR MATA
a) Lapisan lipid: berfungsi untuk mencegah
penguapan, pertahanan & penyebaran film
mata. Diproduksi oleh kelenjar Meibomian
- Memberikan perlindungan fisik untuk permukaan mata dari debu, bulu halus, serta
debris.
- Memberikan perlindungan bagi mata dari infeksi bakteri dan virus → air mata
Penyakit multifaktorial pada permukaan mata dengan ciri khas hilangnya homeostasis pada tear
film (lapisan air mata) yang disertai oleh gejala penglihatan seperti ketidakseimbangan lapisan air
mata, inflamasi dan cedera pada mata, dan dapat disebabkan oleh abnormalitas pada sistem
neurosensorik
EPIDEMIOLOGI
● Prevalensi global: 20-50%
● Amerika Serikat sekitar 16 juta kasus
● Perempuan > laki-laki, semakin meningkat seiring pertambahan usia.
● Sejak usia muda → pemakaian komputer dan gadget (jangka waktu sering) → Computer Vision
Syndrome.
● 30-65% pekerja kantoran, 25% siswa SMA.
Faktor predisposisi
● Usia ● Defisiensi vitamin A
● Memiliki fungsi yang sama dengan fluoresin, yaitu pewarnaan akan menodai
sel epitel yang rusak & mengering pada konjungtiva.
● RB dapat menyebabkan iritasi, sedangkan LG tidak
● Dapat ditemukan:
○ 5 korneal spots pungtata
○ 9 konjungtiva spots pungtata, atau
○ Terdapat wipe eyelid staining > 2mm
TES SCHIRMER
FERNING TEST
Dianjurkan untuk pasien → tidak membaik dengan pemberian artificial tears, riwayat trauma pada mata,
penyakit autoimun, riwayat Bell's palsy, dan gangguan pada kelopak mata.
Kriteria rujukan menurut National Institute for Health and Care Excellence (NICE):
● Adanya nyeri mata sedang-berat, fotofobia, mata merah yang berat, atau penurunan visus
● Gejala yang menetap atau memburuk setelah terapi adekuat selama 4 minggu
● Diperlukan pula rujukan ke spesialis penyakit dalam, bila curiga penyakit sistemik yang diderita
● Keratitis → infeksi pada kornea dapat menyebabkan abrasi hingga ulkus kornea,
sehingga mengganggu penglihatan hingga kebutaan. Gangguan penglihatan
dapat menurunkan kualitas hidup penderitanya (gangguan aktivitas dan
membaca).
● Pasien dengan mata kering tanpa komplikasi: ketajaman visual baik, gejala
● Pasien mata kering akibat Sjogren Syndrome atau mata kering kronik yang tidak
Pada anamnesis pasien mengeluhkan gejala yang menyerupai sindrom mata kering, yaitu:
AQUEOUS DEFICIENCY
AQUEOUS DEFICIENCY
EVAPORATION
● Faktor eksternal
○ Penggunaan kontak lensa
○ Efek samping penggunaan obat topikal mata yang mengandung pengawet
○ Defisiensi Vitamin A
ANALISA KASUS
Grade I→
Why?
● Belum dilakukan
corneal staining
dan slit lamp
● Baku emas →
osmolaritas air
mata → tidak
dilakukan
ANALISA KASUS
Persamaan: Perbedaan
● Selain itu, pemberian medikamentosa, seperti air mata buatan juga harus diberikan dan
diedukasi agar dapat menjaga kelembaban lapisan air mata. Penggunaan air mata buatan
dapat membantu untuk mencegah risiko kerusakan lapisan tear film.
○ TBUT
○ Schirmer’s test
○ Fluorescent test
○ Rose Bengal test
○ Ferning test
○ Serta pemeriksaan lainnya untuk menyingkirkan diagnosis banding
Pentingnya untuk mengedukasi pasien untuk menjaga kelembaban mata dengan pemakaian artificial tears
dan menghindari dari paparan ruangan dingin.
“The soul, fortunately, has an interpreter - often an unconscious
but still a faithful interpreter - in the eye.”
DAFTAR PUSTAKA
1. Bowling B. Kanski’s Clinical Ophthalmology. 8th ed. Elsevier; 2016.
2. Machiele R, Lopez M, Czyz C. Anatomy, Head and Neck, Eye Lacrimal Gland [Internet]. Ncbi.nlm.nih.gov. 2020 [cited 2 June
3. Craig JP, Nichols KK, Akpek EK, Caffery B, Dua HS, et al. TFOS DEWS II Definition and Classification Report. Ocul Surf.
2017;15:276–283.
4. Stapleton F, Alves M, Bunya VY, et al. TFOS DEWS II Epidemiology Report. Ocul Surf. 2017;15(3):334–65.
5. Blehm C, Vishnu S, Khattak A, et al. Computer vision syndrome: a review. Surv Ophthalmol. 2005;50(3):253–62.
6. Zhang Y, Chen H, Wu X: Prevalence and risk factors associated with dry eye syndrome among senior high school students in a
7. Elvira, Wijaya VN. Penyakit Mata Kering. CDK Edisi Suplemen. 2018;192-6
8. Messmer EM. Pathophysiology, diagnosis and treatment of dry eye disease. Dtsch Arztebl Int. 2015; 112 (5): 71-82.
9. Pflugfelder S, de Paiva C. The Pathophysiology of Dry Eye Disease. 2020. 2017: 07 (10): S4-S13
DAFTAR PUSTAKA
10. Riordan-Eva, Paul, and James J. Augsburger. Vaughan & Asbury's General Ophthalmology, 19e. New York, N.Y: McGraw-Hill
Education LLC, 2018
11. Bhavsar AS, Bhavsar SG, Jain SM. A review on recent advances in dry eye: Pathogenesis and management. Oman J
Ophthalmol. 2011;4(2):50‐56.
12. T. Kaercher and A. Bron, “Classification and diagnosis of dry eye,” in Surgery for the Dry Eye, G. Geerling and H. Brewitt,
Eds., vol. 41 of Developments in Ophthalmology, 2008, pp. 36–53.
13. Javadi MA, Feizi S. Dry eye syndrome. J Ophthalmic Vis Res. 2011; 6 (3): 192-198.
14. Aggarwal, S., & Galor, A. (2018). What's new in dry eye disease diagnosis? Current advances and challenges.
F1000Research, 7, F1000 Faculty Rev-1952.
15. Elvira VNW. Penyakit Mata Kering. CDK Ed Suplemen. 2018;192–6.
16. Akpek EK, Amescua G, Farid M, Garcia-Ferrer FJ, Lin A, Rhee MK, et al. Dry Eye Syndrome Preferred Practice Pattern®.
Ophthalmology. 2019;126(1):P286–334.
17. Phadatare SP, Momin M, Nighojkar P, Askarkar S, Singh KK. A Comprehensive Review on Dry Eye Disease: Diagnosis, Medical
Management, Recent Developments, and Future Challenges. Adv Pharm. 2015;2015(2):1–12.
18. Baum J. Clinical manifestations of dry eye states. Trans Ophthalmol Soc U K. 1985;104 ( Pt 4):415‐423.