Anda di halaman 1dari 53

PRESENTASI KASUS

DRY EYE SYNDROME


Pembimbing: dr. Endang Johani, Sp.M

Disusun oleh:
Avilia Alexandra / 0107390043
Brian Natanael Chandra / 0107390031
Kevin Lee / 01073190065
Marielle Ancilla Domini / 01073190152
Valeska Harsen /01073190037
Nama : Ny. X
IDENTITAS PASIEN
Jenis Kelamin : Perempuan

Tanggal Lahir : 1 April 1956

Usia : 64 tahun

Alamat : Tangerang

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Agama : Islam

No. Rekam Medis : 00-98-75-XX

Tanggal Kunjungan : 30 Mei 2020


KELUHAN UTAMA
Pasien datang dengan keluhan kedua mata kering sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
● Rasa perih seperti terbakar, terkadang mata merah, dan gatal.

● Terkadang mata terasa seperti berpasir dan seperti terganjal.

● Baru-baru ini menjadi sering berkedip dan mudah mengantuk.

● Keluhan hilang timbul, dapat dirasakan 2-3 kali sehari.

● Keluhan seringkali muncul saat berada di ruangan ber-AC

● Saat bangun tidur di pagi hari kedua mata sangat sulit untuk dibuka karena terasa sepet.

● Mata berlendir, gangguan penglihatan disangkal oleh pasien.

● Riwayat darah tinggi dan meminum obat dari dokter jantung secara rutin.

● Tidak memiliki riwayat DM, kolesterol, penyakit jantung, dan gagal ginjal.

● Tidak memiliki riwayat alergi yang diketahui pasien.


RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Pasien mengaku tidak memiliki riwayat penyakit mata sebelumnya.
Pasien mengaku tidak pernah memiliki riwayat operasi.
Pasien mengaku tidak memiliki riwayat penyakit autoimun seperti SLE dan Rheumatoid Arthritis.

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


● Ayah pasien memiliki riwayat darah tinggi dan meninggal karena gagal jantung.

● Riwayat penyakit lainnya disangkal oleh pasien.

RIWAYAT KEBIASAAN
● Tidak merokok, konsumsi minuman beralkohol, dan obat-obatan narkotika.

● Diet normal (makan 3x sehari).

● Aktivitas sehari-hari adalah membersihkan rumah dan menonton TV.


RIWAYAT PENGOBATAN
Selama 1 tahun terakhir meminum obat dari dokter jantung yaitu:

● Bisoprolol Tab 1 x 5 mg PO

● Furosemide Tab 1 x 40 mg PO

● Ramipril 1 x 5 mg PO

● Amlodipin 1 x 5 mg PO

RIWAYAT SOSIAL EKONOMI


● Status ekonomi menengah ke bawah.

● Membayar biaya konsultasi dan obat-obatan rumah sakit dengan BPJS kelas 1.
Keadaan umum : Sakit ringan

Kesadaran : Compos mentis

GCS : 15 (E4, M6, V5)

STATUS GENERALIS
Tanda-tanda vital

● Suhu : 36,7oC

● Laju nadi : 80 x/menit

● Laju napas : 12 x/menit

● Tekanan darah : 120/80 mmHg

● Saturasi O2 : 99%
STATUS OFTALMOLOGIS
STATUS OFTALMOLOGIS

PALPEBRA SUPERIOR PALPEBRA INFERIOR

Tidak ada Edema Tidak ada Tidak ada Edema Tidak ada

Tidak ada Hiperemis Tidak ada


Tidak ada Hiperemis Tidak ada
Tidak ada Entropion Tidak ada
Tidak ada Entropion Tidak ada
Tidak ada Ektropion Tidak ada
Tidak ada Ektropion Tidak ada
Tidak ada Blefarospasme Tidak ada
Tidak ada Blefarospasme Tidak ada
Tidak ada Ptosis Tidak ada
Tidak ada Ptosis Tidak ada
Tidak ada Proptosis Tidak ada
Tidak ada Proptosis Tidak ada
Tidak ada Trichiasis Tidak ada
Tidak ada Trichiasis Tidak ada Tidak ada Benjolan/Massa Tidak ada
Tidak ada Benjolan/Massa Tidak ada Ada Sekret berbusa Ada
STATUS OFTALMOLOGIS
KONJUNGTIVA BULBI

Tidak ada Injeksi Tidak ada KORNEA


Tidak ada Massa Tidak ada
Jernih Kejernihan Jerniih
Tidak ada Sekret Tidak ada
Tidak ada Ulkus Tidak ada
Tidak ada Jaringan Fibrovascular Tidak ada
Tidak ada Massa Tidak ada

Tidak ada Pseudomembrane Tidak ada Tidak ada Sikatriks Tidak ada

Tidak ada Benda asing Tidak ada


KONJUNGTIVA TARSAL

Tidak ada Folikel Tidak ada COA

Tidak ada Papil Tidak ada Dalam Kedalaman Dalam

Tidak ada Pseudomembrane Tidak ada Tidak ada Hifema Tidak ada

Tidak ada Sekret Tidak ada Tidak ada Hipopion Tidak ada
STATUS OFTALMOLOGIS

PUPIL IRIS

3 mm Ukuran 3 mm Coklat muda Warna Coklat muda


Bulat Bentuk Bulat Tidak ada Sinekia Tidak ada
Tegas Batas Tegas
COP
Isokor Isocoria Isokor
Jernih Kejernihan Jernih
(+) Refleks Cahaya (+)
Langsung LENSA
(+) Refleks Cahaya (+)
Jernih Kejernihan Jernih
Tidak Langsung
(-) Shadow Test (-)
(-) RAPD (-)
FUNDUS

(+) Refleks Fundus (+)

(-) Perdarahan (-)

Bulat, batas tegas Diskus Optik Bulat, batas tegas


cup disk ratio 1:3 cup disk ratio 1:3

1:3 Arteri : Vena Retina 1:3

Bewarna oranye kemerahan Retina Bewarna oranye kemerahan

(+) Refleks Makula (+)

TIO

N/P Tonometri Digital N/P

CAMPUS

Sama dengan pemeriksa Lapang Pandang Sama dengan pemeriksa

TES ISHIHARA (Buta Warna)

Normal
RESUME
Ny. X, 64 tahun dengan keluhan kedua mata kering sejak 1 minggu SMRS. Ia juga mengeluhkan
ada rasa perih seperti terbakar, terkadang mata merah, dan gatal. Terkadang mata terasa
seperti berpasir dan sangat mengganggu karena rasanya yang mengganjal. Baru - baru ini
pasien sering berkedip dan mudah mengantuk. Keluhan pasien semakin memburuk dan terasa
perih di ruangan ber-AC, bangun tidur di pagi hari dan sulit untuk dibuka karena terasa “sepet”.

Pada pemeriksaan status oftalmologis terlihat adanya sekret berbusa pada palpebra inferior ODS.

Pasien memiliki riwayat darah tinggi & meminum obat rutin Bisoprolol tab 1 x 5 mg PO,
Furosemide tab 1 x 40 mg PO, Ramipril 1 x 5 mg PO, dan Amlodipin 1 x 5 mg PO.
DIAGNOSIS

Diagnosis Kerja :

● Dry eye syndrome ODS grade 1


● Presbiopia ODS

Diagnosis Banding :

● Konjungtivitis alergi
SARAN PEMERIKSAAN PENUNJANG

● Schirmer’s test
● Tear Break Up Time test (TBUT)
● Uji Fluoresensi
● Ferning test
TATALAKSANA

NON - MEDIKAMENTOSA

● Edukasi pasien mengenai perjalan penyakit & rencana terapi.


● Edukasi : Hindari paparan AC yang berlebih.
● Edukasi : Mengkonsumsi makanan kaya akan lemak omega-3
● Edukasi : Mengedipkan mata
● Addisi +3.00D ODS untuk koreksi presbiopia

MEDIKAMENTOSA

● Artificial tears 6-8 drops/d, monodose


PROGNOSIS

● Ad Vitam : bonam
● Ad Functionam : dubia ad bonam
● Ad Sanationam : dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI KELENJAR LAKRIMAL
LAPISAN AIR MATA
a) Lapisan lipid: berfungsi untuk mencegah
penguapan, pertahanan & penyebaran film
mata. Diproduksi oleh kelenjar Meibomian

b) Lapisan akuos: berfungsi “pembersih” dari


debri, antibakterial, & pengangkutan leukosit
dalam keadaan cedera. Diproduksi oleh
kelenjar lakrimal

c) Lapisan mukus: berfungsi untuk


membasahi lapisan akuos & pelumas oleh
sel goblet. Diproduksi oleh sel goblet
Fungsi Air Mata
- Memberikan suplai oksigen dan nutrisi bagi kornea.

- Memberikan perlindungan fisik untuk permukaan mata dari debu, bulu halus, serta

debris.

- Memberikan perlindungan bagi mata dari infeksi bakteri dan virus → air mata

mengandung enzim Lisozim, lactoferrin, lipocalin serta IgA imunoglobulin.

- Membantu menyediakan permukaan optik yang halus sebagai perantara di antara

udara dan kornea.


SINDROMA MATA KERING

2017 International Dry Eye Workshop II (DEWS II)

Penyakit multifaktorial pada permukaan mata dengan ciri khas hilangnya homeostasis pada tear

film (lapisan air mata) yang disertai oleh gejala penglihatan seperti ketidakseimbangan lapisan air

mata, inflamasi dan cedera pada mata, dan dapat disebabkan oleh abnormalitas pada sistem

neurosensorik
EPIDEMIOLOGI
● Prevalensi global: 20-50%
● Amerika Serikat sekitar 16 juta kasus
● Perempuan > laki-laki, semakin meningkat seiring pertambahan usia.
● Sejak usia muda → pemakaian komputer dan gadget (jangka waktu sering) → Computer Vision
Syndrome.
● 30-65% pekerja kantoran, 25% siswa SMA.

Faktor predisposisi
● Usia ● Defisiensi vitamin A

● Jenis kelamin ● Defisiensi androgen

● Terapi estrogen pada wanita menopause ● Diabetes mellitus

● Riwayat penggunaan obat antihistamin, antihipertensi ● Riwayat keratoplasty

● Riwayat pembedahan refraktif pada kornea ● Merokok, konsumsi alkohol


ETIOLOGI & KLASIFIKASI
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIS

Biasanya bersifat subjektif dan sering tidak spesifik, yaitu diantaranya


adalah sebagai berikut:
● Mata terasa kering
● Sensasi berpasir/terdapat benda asing
● Pruritus
● Kemerahan
● Rasa terbakar/perih pada mata
● Fotofobia
● Frekuensi berkedip meningkat
DIAGNOSIS
Anamnesis Pemeriksaan fisik

● Tanda dan gejala sindrom mata ● Tidak terdapat meniskus air


kering mata di kelopak bawah mata
● Riwayat penggunaan lensa kontak ● Konjungtiva bulbar
● Riwayat operasi kelopak mata, kehilangan kilauan normal
ektropion dan mungkin menebal,
● Riwayat penyakit sistemik dan edema, atau hiperemis
autoimun
● Riwayat penggunaan obat-obatan
OSDI
12 pertanyaan
mengenai gejala dan
frekuensi terjadinya
gejala dalam 1 minggu
terakhir.

Skor akan dijumlahkan


kemudian dikalikan
100, dibagi 12, dan
dikalikan dengan 4.

Nilai akhir > 25


mengarah kepada
diagnosis DES.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

TEAR FILM BREAK UP TIME (TBUT)

● Untuk menilai kadar musin pada air mata.


● Pengukuran dilakukan dengan meletakkan
strip fluorescein pada konjungtiva bulbi dan
meminta pasien untuk tidak berkedip.
● Kemudian pemeriksa menggunakan slit
lamp dan filter kobalt untuk menilai TBUT
● TBUT normal adalah > 10 detik
PEMERIKSAAN PENUNJANG
FLUORESCEIN

● Pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai


terdapatnya kerusakan epitel
● Menggunakan pewarnaan orange dye
● Pemeriksaan hanya berlangsung 1 sampai 3 menit
● Pemeriksaan positif jika: tanda - tanda epitel
pungtata.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
ROSE BENGAL & LISSAMINE GREEN

● Memiliki fungsi yang sama dengan fluoresin, yaitu pewarnaan akan menodai
sel epitel yang rusak & mengering pada konjungtiva.
● RB dapat menyebabkan iritasi, sedangkan LG tidak
● Dapat ditemukan:
○ 5 korneal spots pungtata
○ 9 konjungtiva spots pungtata, atau
○ Terdapat wipe eyelid staining > 2mm

TES SCHIRMER

● Strip kertas saring yang dibiarkan di konjungtiva bawah, pasien dibiarkan


berkedip selama 5 menit.
● Normal : mata kanan (12 mm) dan mata kiri (10 mm)
● <10mm : mata kering
● <5mm : mata sangat kering
● Hasil pemeriksaan dapat bervariasi karena dipengaruhi oleh kondisi lingkungan
PEMERIKSAAN PENUNJANG

FERNING TEST

● Pemeriksaan kualitas air mata, konsentrasi elektrolit, dan


hiperosmolaritas secara mikroskopis
● Sample air mata diambil pada meniscus inferior dan dilihat pola
ferning-nya
● Grade I dan Grade II = Normal
● Grade III dan Grade IV = Abnormal
POLA-POLA FERNING (PAKIS)

A. Grade 1: Arborisasi besar dan seragam

B. Grade 2: Ferning adekuat namun ukuran


lebih kecil
C. Grade 3: Tubuh ferning tidak lengkap dan
tidak ramai
D. Grade 4: Tidak terdapat ferning
TATALAKSANA
TATALAKSANA
Tatalaksana sesuai dengan tingkat keparahannya
KRITERIA RUJUKAN

Dianjurkan untuk pasien → tidak membaik dengan pemberian artificial tears, riwayat trauma pada mata,
penyakit autoimun, riwayat Bell's palsy, dan gangguan pada kelopak mata.

Kriteria rujukan menurut National Institute for Health and Care Excellence (NICE):

● Adanya nyeri mata sedang-berat, fotofobia, mata merah yang berat, atau penurunan visus

● Ditemukannya tanda klinis pada kornea (perlengketan, photophobia, dan blepharospasm)

● Adanya deformitas palpebra atau kelainan fungsi palpebra

● Gejala yang menetap atau memburuk setelah terapi adekuat selama 4 minggu

● Diperlukan pula rujukan ke spesialis penyakit dalam, bila curiga penyakit sistemik yang diderita

pasien, misalnya Sjogren syndrome.


KOMPLIKASI

● Keratitis → infeksi pada kornea dapat menyebabkan abrasi hingga ulkus kornea,
sehingga mengganggu penglihatan hingga kebutaan. Gangguan penglihatan
dapat menurunkan kualitas hidup penderitanya (gangguan aktivitas dan
membaca).

● Konjungtivitis → selain kornea, kekurangan dari air mata juga dapat


menyebabkan infeksi pada lapisan konjungtiva.
PROGNOSIS

● Bervariasi tergantung dari keparahan kondisinya.

● Pasien dengan mata kering tanpa komplikasi: ketajaman visual baik, gejala

cenderung membaik signifikan dengan artificial tears.

● Pasien mata kering akibat Sjogren Syndrome atau mata kering kronik yang tidak

ditangani → prognosis lebih buruk & membutuhkan perawatan lebih lama.


ANALISA KASUS
ANALISA KASUS

Pada anamnesis pasien mengeluhkan gejala yang menyerupai sindrom mata kering, yaitu:

○ Terkadang matanya seperti berpasir dan terganjal benda asing


○ Keluhannya memburuk ketika pasien di ruangan ber-AC
○ Mata perih seperti terbakar
○ Mata merah dan gatal
○ Frekuensi berkedip meningkat
○ Mudah mengantuk dan lelah
○ Ketika bangun pagi matanya sulit dibuka karena sepet
ANALISA KASUS

● Pada pemeriksaan oftalmologis terdapat sekret


berbusa pada palpebra inferior ODS → MGD

● Faktor resiko tambahan yang dimiliki pasien:


○ Usia tua, wanita: menopause
○ Konsumsi obat-obatan hipertensi
ANALISA KASUS
Perlu pemeriksaan anamnesis & pemeriksaan tambahan lebih lanjut untuk membedakan etiologi (Aqueous
deficiency / Evaporasi)

AQUEOUS DEFICIENCY

● Untuk menyingkirkan Sjogren syndrome:


○ Apakah terdapat gejala kering pada area mulut?
○ Diperlukan biopsi kelenjar ludah dan kelenjar air mata
○ Diperlukan pemeriksaan antibodi RO (SSA) dan LA (SSB)

● Primer: Age-Related Dry Eye


○ Terdapat fibrosis area periduktal
○ Terdapat Atrofi sel asinar pada kelenjar air mata
○ Terdapat kerusakan pembuluh darah di sekitar area duktal
○ Pasien berusia 64 tahun sehingga dapat dipertimbangkan
ANALISA KASUS

AQUEOUS DEFICIENCY

Penyakit yang menyebabkan berkurangnya produksi air mata (hiposekresi)

● Sarkoidosis, limfoma, AIDS


● Gangguan refleks sekresi → nervus Trigeminal
● Penggunaan kontak lensa
● Riwayat Diabetes Mellitus

Pasien tidak memiliki riwayat penyakit tersebut sehingga dapat disangkal


ANALISA KASUS

EVAPORATION

● Faktor internal: Disfungsi Kelenjar Meibom (Meibomian Gland Dysfunction)


○ Gejala menyerupai mata kering → mata kering, berpasir
○ Pemeriksaan fisik → sekret berbusa pada palpebra inferior ODS
○ Saran → pemeriksaan meibomian gland expression untuk menilai kualitas dan kuantitas
sekresi Meibom

● Faktor eksternal
○ Penggunaan kontak lensa
○ Efek samping penggunaan obat topikal mata yang mengandung pengawet
○ Defisiensi Vitamin A
ANALISA KASUS

Grade I→
Why?
● Belum dilakukan
corneal staining
dan slit lamp

● Baku emas →
osmolaritas air
mata → tidak
dilakukan
ANALISA KASUS

Riwayat pengobatan pasien: obat anti hipertensi

● Beta blockers (bisoprolol) → menurunkan kadar lisozom dan immunoglobulin A →


menurunkan produksi aqueous dan TBUT serta iritasi okular

● HCTZ (hydrochlorothiazide) dan Furosemide → diuretik yang dapat menyebabkan


gangguan tear film
DIAGNOSIS BANDING: KONJUNGTIVITIS ALERGI

Persamaan: Perbedaan

● Mata kering ● Mata merah muncul hanya terkadang


● Mata merah visus tenang ● Gejala khas konjungtivitis alergi:
● Gatal ○ Mata berair
● Sensasi benda asing ○ Cobblestone papillae pada konjungtiva
○ Chemosis
● Dipengaruhi oleh suhu dingin
○ Bengkak pada kelopak mata
○ Masih perlu penunjang:
■ Slit lamp
■ Serologi
ANALISA KASUS
Tatalaksana yang dapat diberikan pada pasien grade I adalah berupa:
● Edukasi pasien:
○ Perjalanan penyakit dan rencana terapi
○ Menghindari dari paparan AC yang berlebih
○ Mengkonsumsi makanan kaya akan lemak omega-3
○ Mengedipkan mata

● Selain itu, pemberian medikamentosa, seperti air mata buatan juga harus diberikan dan
diedukasi agar dapat menjaga kelembaban lapisan air mata. Penggunaan air mata buatan
dapat membantu untuk mencegah risiko kerusakan lapisan tear film.

● Untuk presbiopia dapat diresepkan kacamata adisi +3.00 D


KESIMPULAN
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik maka diagnosis adalah dry eye syndrome grade I

Untuk menegakkan diagnosis diperlukan pemeriksaan penunjang:

○ TBUT
○ Schirmer’s test
○ Fluorescent test
○ Rose Bengal test
○ Ferning test
○ Serta pemeriksaan lainnya untuk menyingkirkan diagnosis banding

Pentingnya untuk mengedukasi pasien untuk menjaga kelembaban mata dengan pemakaian artificial tears
dan menghindari dari paparan ruangan dingin.
“The soul, fortunately, has an interpreter - often an unconscious
but still a faithful interpreter - in the eye.”
DAFTAR PUSTAKA
1. Bowling B. Kanski’s Clinical Ophthalmology. 8th ed. Elsevier; 2016.

2. Machiele R, Lopez M, Czyz C. Anatomy, Head and Neck, Eye Lacrimal Gland [Internet]. Ncbi.nlm.nih.gov. 2020 [cited 2 June

2020]. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK532914/

3. Craig JP, Nichols KK, Akpek EK, Caffery B, Dua HS, et al. TFOS DEWS II Definition and Classification Report. Ocul Surf.

2017;15:276–283.

4. Stapleton F, Alves M, Bunya VY, et al. TFOS DEWS II Epidemiology Report. Ocul Surf. 2017;15(3):334–65.

5. Blehm C, Vishnu S, Khattak A, et al. Computer vision syndrome: a review. Surv Ophthalmol. 2005;50(3):253–62.

6. Zhang Y, Chen H, Wu X: Prevalence and risk factors associated with dry eye syndrome among senior high school students in a

county of Shandong Province, China. Ophthalmic Epidemiol. 2012;19(4):226–30.

7. Elvira, Wijaya VN. Penyakit Mata Kering. CDK Edisi Suplemen. 2018;192-6

8. Messmer EM. Pathophysiology, diagnosis and treatment of dry eye disease. Dtsch Arztebl Int. 2015; 112 (5): 71-82.

9. Pflugfelder S, de Paiva C. The Pathophysiology of Dry Eye Disease. 2020. 2017: 07 (10): S4-S13
DAFTAR PUSTAKA
10. Riordan-Eva, Paul, and James J. Augsburger. Vaughan & Asbury's General Ophthalmology, 19e. New York, N.Y: McGraw-Hill
Education LLC, 2018
11. Bhavsar AS, Bhavsar SG, Jain SM. A review on recent advances in dry eye: Pathogenesis and management. Oman J
Ophthalmol. 2011;4(2):50‐56.
12. T. Kaercher and A. Bron, “Classification and diagnosis of dry eye,” in Surgery for the Dry Eye, G. Geerling and H. Brewitt,
Eds., vol. 41 of Developments in Ophthalmology, 2008, pp. 36–53.
13. Javadi MA, Feizi S. Dry eye syndrome. J Ophthalmic Vis Res. 2011; 6 (3): 192-198.
14. Aggarwal, S., & Galor, A. (2018). What's new in dry eye disease diagnosis? Current advances and challenges.
F1000Research, 7, F1000 Faculty Rev-1952.
15. Elvira VNW. Penyakit Mata Kering. CDK Ed Suplemen. 2018;192–6.
16. Akpek EK, Amescua G, Farid M, Garcia-Ferrer FJ, Lin A, Rhee MK, et al. Dry Eye Syndrome Preferred Practice Pattern®.
Ophthalmology. 2019;126(1):P286–334.
17. Phadatare SP, Momin M, Nighojkar P, Askarkar S, Singh KK. A Comprehensive Review on Dry Eye Disease: Diagnosis, Medical
Management, Recent Developments, and Future Challenges. Adv Pharm. 2015;2015(2):1–12.
18. Baum J. Clinical manifestations of dry eye states. Trans Ophthalmol Soc U K. 1985;104 ( Pt 4):415‐423.

Anda mungkin juga menyukai