IDENTIFIKASI KASUS
Nama : Ny. I
Usia : 41 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Kebangsaan : Indonesia
Alamat : Balikpapan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status : Sudah Menikah
Agama : Islam
Tanggal Pemeriksaan : 25 Maret 2016
Tempat Pemeriksaan : Poliklinik Mata Rumkit Tk II Dr. R. Hardjanto
1.2 Anamnesa
Keluhan tambahan :
- Pasien mengeluh silau dan nyeri saat melihat cahaya sejak 1 minggu lalu.
- Pasien juga mengeluh adanya pandangan kabur pada kedua mata sejak 1
minggu lalu.
- Pasien pernah koma dan dirawat di rumah sakit pada tahun 2015
1
- Pasien tidak pernah memiliki keluhan yang sama sebelumnya.
- Hipertensi (-)
- Diabetes Melitus (-)
- Penyakit jantung (-)
- Kelemahan sesisi pada wajah (-)
- Penyakit gondok / tiroid (-)
Riwayat kebiasaan
Riwayat pengobatan
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Laju napas : 20 x / menit
Laju nadi : 78 x / menit
Suhu : 36.80C
Status Oftalmologis OD OS
2
Visus
o Visus 5/5 5/5
o Pinhole - -
o Addisi - -
o Distantia pupil -
o Kacamata-lama - -
Kedudukan bola mata OD OS
o Exopthalmus - -
o Endopthalmus - -
o Deviasi - -
o Gerakan bola mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah
Supersilia OD OS
o Warna Hitam Hitam
o Simetris Ya Ya
Palpebra superior dan inferior OD OS
o Edema Tidak ada Tidak ada
o Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
o Ektropion Tidak ada Tidak ada
o Entropion Tidak ada Tidak ada
o Blepharospasme Tidak ada Tidak ada
o Trichiasis Tidak ada Tidak ada
o Sikatriks Tidak ada Tidak ada
o Punctum lakrimal Normal Normal
o Fissura palpebra Normal Normal
Konjungtiva tarsalis superior dan OD OS
inferior
o Hiperemis - -
o Folikel Tidak ada Tidak ada
o Papil Tidak ada Tidak ada
o Sikatriks Tidak ada Tidak ada
o Hordeolum Tidak ada Tidak ada
o Kalazion Tidak ada Tidak ada
Konjungtiva bulbi OD OS
3
o Sekret - -
o Injeksi konjungtiva - -
o Injeksi siliar + +
o Perdarahan subkonjungtiva - -
o Pterygium - -
o Pinguekula - -
o Nevus pigmentosa - -
o Kista dermoid - -
Sklera OD OS
Warna Putih Putih
Ikterik - -
Nyeri tekan - -
Kornea OD OS
o Kejernihan Keruh di bagian Keruh di bagian
tengah dan inferior tengah dan inferior
o Permukaan Tidak rata Tidak rata
o Ukuran Normal Normal
o Sensibilitas Tidak dilakukan Tidak dilakukan
o Infiltrat Tidak ada Tidak ada
o Kreatin presipitat Tidak ada Tidak ada
o Sikatriks Tidak ada Tidak ada
o Ulkus Tidak ada Tidak ada
o Perforasi Tidak ada Tidak ada
o Arcus senilis Tidak ada Tidak ada
Bilik mata depan OD OS
o Kedalaman Normal Normal
o Kejernihan Jernih Jernih
o Hifema Tidak ada Tidak ada
o Hipopion Tidak ada Tidak ada
o Efek tyndal Tidak ada Tidak ada
Iris OD OS
o Warna Coklat Coklat
o Kripte Normal Normal
4
o Sinekia Tidak ada Tidak ada
o Koloboma Tidak ada Tidak ada
Pupil OD OS
o Letak Di tengah Di tengah
o Bentuk Lonjong Lonjong
Palpasi OD OS
o Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
o Massa tumor - -
Tensi okuli OD OS
5
o Tonomoetri schiotz Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Kampus visus OD OS
o Tes konfrontasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
1.5 Resume
Pasien datang dengan keluhan utama mata merah pada kedua mata sejak 1
minggu yang lalu, dengan disertai pandangan kabur. Pasien juga mengeluhkan
adanya fotofobia. Pasien memliki riwayat koma dan dirawat dirumah sakit pada
tahun 2015. Riwayat trauma disangkal. Riwayat penggunaan lensa kontak
disangkal. Riwayat penyakit tiroid, kelemahan sesisi disangkal. Riwayat operasi
plastik kelopak mata disangkal. Tidak ada anggota keluarga pasien yang memiliki
keluhan yang sama.
6
Pemeriksaan Fisik:
Kesadaran umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Laju napas : 20 x / menit
Laju nadi : 78 x / menit
Suhu : 36.80C
PF generalisata : dalam batas normal
Status ophtalmologis OD OS
Visus
o Visus 5/5 5/5
Palpebra superior dan inferior OD (N) OS (N)
Konjungtiva bulbi
o Injeksi siliar + +
Sklera OD (N) OS (N)
Kornea
o Kejernihan Keruh di bagian Keruh di bagian
tengah dan inferior tengah dan inferior
o Permukaan Tidak rata Tidak rata
Iris OD (N) OS (N)
Pupil OD (N) OS (N)
Lensa OD (N) OS (N)
Pemeriksaan penunjang:
Fluorescein test : +/+
1.8 Tatalaksana
Rawat Jalan
Cenfresh 4 dd 1 gtt ODS
Cendophenicol 4 dd 1 ODS
7
Kontrol 1 minggu sekali
1.9 Prognosis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
8
Gambar 3. Struktur Bola Mata1
10
Gambar 2. Lapisan Kornea Potongan Melintang1
12
Anamnesis bernilai penting pada penyakit kornea. Seringkali terungkap adanya
riwayat trauma- nyatanya, benda asing dan abrasi merupakan dua lesi kornea yang
paling umum. Adanya riwayat penyakit kornea juga memberikan makna. Perlu juga
ditanyakan riwayat pemakaian kortikosteroid topikal karena dapat menjadi
predisposisi bagi penyakit bakteri, jamur, atau virus, khususnya keratitis herpes
simpleks. Selain itu, mungkin terjadi imunosupresi akibat penyakit-penyakit sistemik
seperti diabetes, HIV/AIDS, dan keganasan, serta akibat terapi imunosupresi khusus.
2.4 Keratitis
2.4.1 Definisi
Keratitits adalah peradangan pada kornea, membran transparan yang
menyelimuti bagian berwarna dari mata (iris) dan pupil. Keratitis dapat terjadi pada
anak-anak maupun dewasa. Bakteri pada umumnya tidak dapat menyerang
kornea yang sehat, namun beberapa kondisi dapat menyebabkan infeksi bakteri
terjadi. Contohnya, luka atau trauma pada mata dapat menyebabkan kornea
terinfeksi. Mata yang sangat kering juga dapat menurunkan mekanisme pertahanan
kornea dan tereksposnya kornea secara terus menerus yang umumnya terjadi pada
penderita dengan koma.
Beberapa faktor resiko yang dapat meningkatkan kejadian terjadinya keratitis
antara lain:
Perawatan lensa kontak yang buruk; penggunaan lensa kontak yang berlebihan
Herpes genital atau infeksi virus lain
Kekebalan tubuh yang menurun karena penyakit lain
Higienis yang tidak baik
Nutrisi yang kurang baik (terutama kekurangan vitamin A)
2.4.2 Etiologi
Penyebab keratitis bermacam-macam. Bakteri virus dan jamur dapat
menyebabkan keratitis. Penyebab paling sering adalah virus herpes simpleks tipe 1.
Selain itu penyebab lain adalah kekeringan pada mata, pajanan terhadap cahaya
yang sangat terang, benda asing yang masuk ke mata, reaksi alergi atau mata
yang terlalu sensitif terhadap kosmetik mata, debu, polusi atau bahan iritatif lain,
kekurangan vitamin A dan penggunaan lensa kontak yang kurang baik.
2.4.3 Klasifikasi4
Berdasarkan etiologinya, keratitis diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Keratitis infeksi:
- Bakteri
- Virus
- Jamur
- Chlamydia
- Protozoa
- Spirochaeta
2. Keratitis alergika
14
- Keratitis vernal
- Keratitis atopi
3. Keratitis trofik
- Exposure keratitis
- Neuroparalytic keratitis
- Keratomalasia
- Atheromatous ulcer
4. Keratitis berkaitan dengan penyakit kulit dan membran mukosa
5. Keratitis berkaitan dengan kelainan sistemik vaskular kolagen
6. Keratitis traumatik
7. Idiopatik keratitis:
- Ulkus kornea Mooren
- Keratokonjungtivitis limbik superior
- Keratitis pungtata superfisial Thygeson
15
Gambar 4. Exposure keratitis pada tes fluorescein3
2.5.2 Etiologi
Faktor penyebabnya adalah pengeringan kornea dan paparan terhadap trauma
minor. Kornea yang terbuka mudah mengering selama waktu tidur. Ulkus yang
mungkin timbul, umumnya terjadi setelah trauma minor dan di sepertiga kornea
bagian bawah. Keratitis ini bersifat steril tetapi bisa mengalami infeksi sekunder.
Penyakit-penyakit yang dapat mengakibatkan exposure keratitis antara lain:1,3,4
Parese nervus VII, seperti contohnya: Bell’s Palsy
Dibawah efek sedasi yang lama / koma yang mengakibatkan kelopak mata
tidak tertutup secara sempurna.
16
Gambar 6. Pasien koma dengan mata terbuka
Parese nervus III.
Gambar 8. Ektropion
17
Gambar 9. Nocturnal lagoftalmus
Proptosis seperti pada penyakit tiroid yang mengakibatkan kelopak mata tidak
tertutup secara sempurna.
2.5.3 Patogenesis
Adanya paparan terhadap udara luar mengakibatkan lapisan epitel mengering
yang diikuti dengan kekeringan ekstrim. Kemudian kekeringan ekstrim pada lapisan
epitel kornea akan mengakibatkan menghilangnya lapisan epitel kornea sehingga
meningkatkan resiko terinfeksi oleh organisme.4
18
2.5.4 Penegakan Diagnosis
Penegakan diagnosis harus diperhatikan dari awal anamnesis hingga
pemeriksaan. 1,3
1. Riwayat Penyakit. Dalam anamnesis pasien, ditanyakan berbagai penyakit
yang mungkin menjadi penyebab terjadinya exposure keratitis, antara lain:
Bell’s palsy, tindakan operasi blefaroplasti, dalam sedasi dalam waktu lama, dll
2. Evaluasi penutupan kelopak mata. Minta pasien untuk menutup mata secara
perlahan seperti saat tidur. Evaluasi Bell’s phenomenon (pasien diminta untuk
menutup mata sekeras-kerasnya, dengan mata melihat keatas, apabila terdapat
kelainan, maka kelopak mata lesi nervus fascial LMN tidak dapat menutup).
3. Evaluasi sensasi kornea sebelum pemberian tetesan anestesi. Bila sensasi
meningkat, maka ada kemungkinan komplikasi kornea.
4. Pemeriksaan dengan tes fluorescein.
5. Pemeriksaan slit lamp: Evaluasi tear film dan integritas dari kornea dengan
menggunakan cairan fluorescein. Kemudian cari apakah ada infiltrat kornea,
reaksi segmen anterior, dan injeksi konjungtiva berat.
2.5.5 Tatalaksana
Dalam kasus ini, pencegahan merupakan hal yang penting. Tujuan dari
pengobatannya adalah memberi perlindungan dan membasahi seluruh permukaan
kornea. Pada pasien-pasien yang mengalami sedasi dan beresiko mendapat exposure
keratitis sebaiknya mendapat pelumas untuk mata. Metode pengobatan tergantung
pada kondisi penyebabnya. Yang perlu diperhatikan dalam terapi adalah:3,4
Perbaiki penyakit utama penyebab exposure keratitis
Berikan artificial tear sebanyak 6 jam sekali
Salep lubrikasi diberikan malam hari sebelum tidur.
Pertimbangkan pemasangan plester mata sebelum tidur untuk menjaga kelopak
mata dalam posisi tertutup. Bila berat, maka pertimbangkan pemasangan
plester pada 1/3 lateral dari kelopak mata yang tertutup, meninggalkan bagian
sisi visual aksis terbuka.
19
Gambar 12. Pemasangan plester pada mata
Saat pengobatan diatas tidak berhasil, dapat dilakukan beberapa tindakan
operasi:
1. Partial tarsorrhaphy: (kelopak mata dijahit satu dengan yang lain)
2. Rekonstruksi kelopak mata
2.5.6 Prognosis
Evaluasi setiap 1-2 hari untuk kasus dengan adanya ulkus kornea. Pada kasus
dengan kelainan kornea yang lebih ringan, evaluasi/kontrol dapat dilakukan setiap
minggu atau setiap bulan untuk memantau perkembangan kondisi kornea. Pada
umumnya, perbaikan yang signifikan akan tampak dalam beberapa minggu.
DAFTAR PUSTAKA
20
3. Adam T. Gerstenblith, Michael P. Rabinowitz. The Wills Eye Manual. 6th ed.
2012. USA: Lippincott Williams & Wilkins.
4. Khurana A.K. Comprehensive Ophthalmology. 4th Ed. 2007. New Delhi: New
Age International (P) Limited.
5. American Academy of Ophthalmology. External Disease and Cornea. Section 8.
2005. USA: The Eye MD Association.
6. Langston D.P. Manual of Ocular Diagnostic and Therapy. 5th Ed. 2002. USA:
Lippincott Williams & Wilkins.
21