Anda di halaman 1dari 60

LAPORAN KASUS

KATARAK

Oleh:
Dhea Devika Wijaya
201920401011186
Pembimbing:
dr. Minggaringrum,
Sp.M
DATA PASIEN

IDENTITAS PASIEN

Nama Pasien:
Ny. M
Usia:
66 tahun
Jenis Kelamin:
Perempuan
Suku:
Jawa
Agama:
Islam
Alamat:
Jamsaren, Kota Kediri
Pekerjaan:
Tukang masak

DATANG KE POLI MATA TANGGAL 15


JUNI 2021
01
RESPONSI KASUS
Anamnesis
Keluhan Mata kanan dan kiri seperti ada kabut dan kadang silau

Utama

RPS Pasien Usia 66 tahun mengeluhkan pandangan seperti ada kabut


pada mata kanan dan kiri, kadang merasa silau. Pandangan kabur
dirasakan sejak 1 tahun yang lalu. Merasa seperti ada kotoran di
mata. Pasien tidak merasakan cenut-cenut atau kemeng. Tidak ada
sekret, tidak perih atau panas, tidak nerocoh/berair, mata kiri ada
sensasi mengganjal saat berkedip. Keluhan dirasakan lebih berat
pada mata kiri.
Anamnesis
RPD Riwayat memakai kacamata : kacamata untuk baca
- Riwayat trauma : (-)
- Riwayat alergi : obat (-), makanan (-)
- Riwayat diabetes melitus : (-)
- Riwayat hipertensi : (-)
- Riwayat operasi : (-)
- Riwayat penyakit autoimun: (-)

RPK -
Anamnesis
RSos Tidak sering beraktivitas diluar ruangan. (Tidak sering terpapar
sinar UV)

Riw. Tidak mengonsumsi obat-obatan yang mengandung kortikosteroid

obat
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum

• Baik

Kesadaran

• Compos Mentis

Vital Sign

• TD : 124/81 mmHg
• T: 37OC
• Nadi : 88x/menit
• RR : 22x/menit
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Mata kanan Mata kiri

Visus  2/60  2/60

 Deviasi (- )  Deviasi (- )
Kedudukan bola
 Gerakan bola mata (bebas  Gerakan bola mata (bebas
mata
ke segala arah ) ke segala arah)

 Warna hitam  Warna hitam


Suprasilia
 Letak simetris  Letak simetris
Pemeriksaan fisik
Palpebra Superior OD OS

 Hiperemi - -

 Benjolan - -

Palpebra Inferior OD OS

 Hiperemi - -

 Benjolan - -
Pemeriksaan fisik
Konjungtiva Palpebra
OD OS
Superior
 Hiperemi - -
 Anemis - -
 Ikterik - -
 PCI, PVCI - -

Konjungtiva Palpebra OD OS
Inferior
 Hiperemi - -
 Anemis - -
 Ikterik - -
Pemeriksaan fisik
Punctum lakrimalis  Terbuka  Terbuka
Sklera
Warna putih/Keruh Putih Putih
Kornea
 Kejernihan  Jernih  Jernih
 Permukaan  Cembung  Cembung
 Infiltrate  (-)  (-)
 Sikatrik  (-)  (-)
 Edema  (-). Jika Glaukoma,  (-). Jika Glaukoma,
edeme (+) edeme (+)
Bilik Mata Depan
 Jernih  (+)  (+)
 Kedalaman normal  Dalam  Dalam
 Hifema/hipopion  (-)  (-)
Iris
 Warna  Coklat  Coklat
 Regular  (+)  (+)
 Sinekia  (-)  (-)

Pupil
 Bulat  (+)  (+)

 Diameter  3 mm  3 mm
 (+)
 Reflek cahaya langsung dan  (+)
tidak langsung (+)
Lensa
 Keruh  (+)  (+)
 Shadow test  (+)  (+)
 Sufluktasi (lensa bergerak)  (-)  (-)
RESPONSI KASUS

Mata kanan (OD) Mata kiri (OS)


Diagnosis

Okuli Dextra et Sinistra Katarak Senilis Stadium Imatur


Diferensial Diagnosis: Okuli Dextra et Sinistra
Katarak Senilis Stadium Imatur
TERAPI
Operatif:
1. ICCE / ECCE / SICS / Phakoemulsifikasi
 Persiapan pre-op katarak
Persiapan umum
1. untuk melihat apakah pasien memiliki penyakit diabetes mellitus,
hipertensi dan masalah jantung, PPOK dan daerah potensi infeksi
seperti periodontitis dan infeksi saluran kemih. Gula darah harus
terkontrol dan hipertensi tidak boleh diatas 160/100 mmHg. Bila ada
HT tanyakan obat apa yang diminum. Kaptopril  batuk operasi
ditunda
2. Apabila sedang mengonsumsi obat-obat pengencer darah (warfarin,
antiplatelet)  stop dulu
3. Pemeriksaan laboratorium: DL, Gula darah
4. Fungsi hepar: apakah memiliki riwayat Hep. B
5. Rapid test
6. Foto thorax: jantung dan paru (tb). Pasien yg akan dioperasi tidak
boleh batuk
 Persiapan pre-op katarak
Pemeriksaan mata
1. Untuk melihat apakah pasien ada radang atau infeksi pada mata,
2. Bola mata: dalam, kecil/besar
3. Kelopak mata : blepharitis, entropion, ektropion
4. Nasolakrimalis : mucocele
5. Kornea : kekeruhan (jaringan parut, degenerasi, distrofi)
6. Bilik mata depan : kedalaman
7. Pupil : reaksi pupil (direct & indirect), RAPD (+)  kerusakan nervus
optikus  terangkan prognosis visual, irregular, pseudo eksfoliasi (materi
PEX)
8. Iris : neovaskularisasi, atrofi, sinekia, koloboma
9. Lensa : tipe katarak, maturitas, luksasi lensa
9. Pengukuran TIO memastikan tidak ada glaukoma,
10. Anel test, bila duktus tersumbat untuk terapi DCR (operasi katarak
dilakukan 1 bulan kemudian),
11. Biometri, menentukan ukuran IOL
endoftalmitis

Komplikasi
 Tekanan darah tinggi dan tidak terjadi penurunan tekanan darah
dengan pemberian obat anti hipertensi sebelum operasi
 Tekanan intraokular yang tinggi
 Infeksi mata
 Gula darah tinggi (>200mg/dl) sebelum operasi

Kontraindikasi operasi katarak


Jika dipastikan tidak ada kontraindikasi operasi,
maka persiapan operasi ialah:
1. Tandai mata yang akan dioperasi
2. Pasien dipuasakan pada hari operasi,
3. Bulu mata dicukur
4. Diberi tetes midriatikum untuk memperlebar pupil
pada mata yang akan dioperasi interval 15 menit
5. Tetes pantocain mata kanan dan kiri 1 tetes
1. Pasien diminta untuk tetap berbaring selama 3 jam dan tidak boleh bergerak
berubah arah ataupun mengangkat badan.
2. Untuk mengatasi nyeri ringan sampai sedang post operasi bisa diberikan
injeksi ketorolac.
3. Keesokan harinya perban dibuka dan dilakukan pemeriksaan mata apakah
terdapat komplikasi post operasi.
4. Obat tetes mata antibiotik-steroid diberikan 4 kali sehari selama 2 minggu, 2
minggu selanjutnya 3 kali sehari, 2 kali sehari, dan 2 minggu terkahir 1 kali
sehari.
5. Pasien pasca operasi katarak tidak boleh batuk, mengedan, merokok,
mengangkat beban berat lebih dari 5 kg, membungkuk, ketika melakukan
sholat disarankan dilakukan dengan cara tidur, minimal 1 minggu

Edukasi pasca operasi


1. Pasien kontrol pertama pada minggu ke 1, kontrol II minggu ke-2, kontrol III
minggu ke-4, kontrol IV minggu ke-6
2. Dilakukan pemeriksaan: Visus atau tajam penglihatan, dapat menggunakan
pinhole
3. Segmen anterior : adakah perdarahan/hifema, kekeruhan, hipopion, flare cell,
reflek pupil, sinekia posterior
4. Setelah 6-8 minggu pasca operasi benang jahitan korneo-sklera diambil.
5. Pengukuran kacamata

Evaluasi pasca operasi


Penanganan rutin pasca operasi dengan menggunakan tetes mata steroid dan
antibiotik 4 kali sehari selama 2-4 minggu setelah pembedahan. Selama waktu
tersebut penderita dapat membaca, melakukan aktivitas ringan, berbelanja, mandi
dan berkeramas secara hati hati.

Implant yang dimasukkan pada pembedahan secara normal memberikan penderita


penglihatan jelas untuk jarak jauh tetapi perlu menggunakan kacamata baca.
Kacamata dapat diresepkan mulai 8 minggu setelah pembedahan.

Evaluasi pasca operasi


DISKUSI
1. Dx: Okuli Dextra et Sinistra Katarak Stadium Imatur berdasarkan dari anamnesis dan
pemeriksaan fisik.
2. Pada anamnesis dikatakan bahwa pasien mengeluhkan pandangan seperti ada kabut
pada mata kanan dan kiri, kadang merasa silau. Keluhan sudah dirasakan sejak 1
tahun yang lalu. Mata kiri lebih kabur. Pasien tidak merasakan cenut-cenut atau
kemeng. Tidak ada sekret, tidak perih atau panas, tidak nerocoh/berair, mata kiri ada
sensasi mengganjal saat berkedip.
DISKUSI
Terapi yang bisa diberikan

Pembedahan:
ICCE (Intra Capsular Cataract Extraction)  pembedahan dengan
mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul
ECCE (Extra Capsular Cataract Extraction)  ekstraksi lensa utuh dengan,
meninggalkan bagian posterior dari kapsul lensa  dilakukan terapi
pembedahan jika tekanan intraokuli normal.
SICS (Small Incision Cataract Surgery)  ekstraksi lensa dengan insisi yang
lebih kecil
Phakoemulsifikasi  Getaran ultrasonic akan digunakan untuk menghancurkan
katarak  mesin PHACO akan menyedot massa katarak yang telah hancur
sampai bersih.
02
TINJAUAN PUSTAKA
LENSA
EMBRIOLOGI LENSA
TINJAUAN PUSTAKA

Embriologi lensa mata


TINJAUAN PUSTAKA

ANATOMI LENSA

(a) Kapsula
(b) Sel epitel lensa
(c) Korteks lensa
(d) Nukleus lensa
TINJAUAN PUSTAKA

FISIOLOGI LENSA

(a) transparasi lensa


(b) aktivitas metabolime pada lensa
(c) proses akomodasi
TINJAUAN PUSTAKA

Aktivitas metabolisme Aktivitas transpor air dan


karbohidrat elektrolit
TINJAUAN PUSTAKA

Proses akomodasi
KATARAK
DEFINISI
TINJAUAN PUSTAKA

● Katarak merupakan suatu keadaan dimana lensa mata yang biasanya jernih dan
bening menjadi keruh. Hal ini terjadi karena hidrasi (penambahan cairan) lensa,
denaturasi protein, atau keduanya
● Prevalensi katarak di dunia mencapai 47,9 %
● Di Indonesia katarak merupakan penyebab utama kebutaan dengan prevalensi buta
katarak 0,78% dari prevalensi kebutaan 1,5%
● Setiap tahun kasus baru buta katarak akan selalu bertambah sebesar 0,1% dari jumlah
penduduk atau kira-kira 250.000 orang/tahun.

Katarak
● Menurut usia :
ETIOLOGI
TINJAUAN PUSTAKA

○ Katarak Kongenital infeksi* saat kehamilan, terutama trimester 1


*toxoplasmosis, rubella, cytomegalo virus, herpes simplek, herpes zoster, chiken
pox, dan poliomyelitis.

○ Katarak Juvenil  orang muda, ≥1 tahun → trauma, infeksi

○ Katarak Senilis degenerasi >50th


● Menurut Lokasi Kekeruhan

○ Nuklear

○ Kortikal

○ Subcapsular Posterior
● Menurut Etiologi

○ Primer

○ Sekunder : Metabolik, Traumatik, Komplikata, Toksik


TINJAUAN PUSTAKA

PATOFISIOLOGI
KLASIFIKASI
TINJAUAN PUSTAKA

Berdasarkan Lokasi
1. Katarak nuklear → nukleus lensa
2. Katarak kortikal → korteks lensa
3. Katarak subkapsular → kapsula anterior dan posterior

Katarak nuklear

Katarak subkapsular
Katarak kortikal
KLASIFIKASI
TINJAUAN PUSTAKA

Berdasarkan Stadium Pada Katarak Senilis


1. Katarak insipien
2. Katarak imatur
3. Katarak matur
4. Katarak hipermatur

Katarak insipien Katarak imatur Katarak matur Katarak hipermatur


KLASIFIKASI
TINJAUAN PUSTAKA

Berdasarkan Stadium Pada Katarak Senilis

Insipien Imatur Matur Hipermatur

Visus 6/6 ↓ (6/6-1/60) ↓↓(1/300-1/~) ↓↓(1/300-1/~)

Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif

Cairan lensa Normal Meningkat Normal Menurun

Iris Normal Terdorong Normal Tremulans

Posterior
Letak Perifer korteks Seluruh lensa Seluruh lensa
nukleus
TINJAUAN PUSTAKA

GEJALA KLINIS

1. Silau (fotofobia)
2. Noda berkabut (clouded lens) pada lapang pandang
3. Penurunan visus/tajam penglihatan
4. Cincin/halo dari sumber cahaya
5. Gangguan penglihatan warna
6. Objek terlihat ganda
7. Ukuran lensa kacamata sering berubah

Noda berkabut pada lapang Objek terlihat ganda


1. Anamnesis
TINJAUAN PUSTAKA

 Penurunan penglihatan? Kabur?


 Berkabut?
 Mendadak atau bertahap?
 Silau?
 Riwayat kacamata?
 Riwayat penyakit dahulu?
 Riwayat trauma?
 Riwayat pengobatan?
2. Pemeriksaan tajam penglihatan
b. Segmen anterior → kekeruhan lensa, leukocoria
c. Tes iris shadow : bayangan margin iris pada lensa? → positif (imatur)
c. Oftalmoskop : reflek fundus? → reflek negatif (matur)
d. Slit lamp : evaluasi luas, tebal, lokasi kekeruhan lensa

Tes iris shadow Slit lamp px. katarak


DIAGNOSIS BANDING
TINJAUAN PUSTAKA

1. DD Leukokoria (kongenital) → retinoblastoma, ROP


2. Kekeruhan korpus vitreus
3. Ablasio retina

Retinoblastoma Ablasio retina


TATALAKSANA
TINJAUAN PUSTAKA

Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi,


1. Indikasi medis → fungsi penglihatan
2. Indikasi kosmetik
KONTRAINDIKASI OPERASI
TINJAUAN PUSTAKA

1. Tekanan intraokular yang tinggi


2. Infeksi mata
3. Gula darah tinggi (>200mg/dl) sebelum operasi
PRE OP
TINJAUAN PUSTAKA

Evaluasi
1. Pemeriksaan laboratorium (darah lengkap, BT/CT, HbsAg, HIV, GDA)
2. Pemeriksaan TIO
3. Konsul jantung → kontraindikasi?
4. Adanya infeksi pada mata?
5. Tes anel → curiga dakriosistitis?
6. Adanya entropion atau trikiasis
PRE OP
TINJAUAN PUSTAKA

Persiapan operasi

1. Tandai mata yang akan dioperasi


2. Pasien dipuasakan pada hari operasi
3. Bulu mata dicukur
4. Diberi tetes midriatikum untuk memperlebar pupil pada mata yang akan
dioperasi interval 15 menit
5. Tetes pantocain mata kanan dan kiri 1 tetes
TEKNIK OPERASI
TINJAUAN PUSTAKA

Intracapsuler Cataract Extraction (ICCE)


TEKNIK OPERASI
TINJAUAN PUSTAKA

Extracapsuler Cataract Extraction (ECCE)


TEKNIK OPERASI
TINJAUAN PUSTAKA

Small Incision Cataract Surgery (SICS)


TEKNIK OPERASI
TINJAUAN PUSTAKA

Phacoemulsification
POST OP
TINJAUAN PUSTAKA

Edukasi

1. Pasien diminta untuk tetap berbaring selama 3 jam dan tidak boleh bergerak
berubah arah ataupun mengangkat badan
2. Untuk mengatasi nyeri ringan sampai sedang post operasi bisa diberikan
injeksi ketorolac
3. Keesokan harinya perban dibuka dan dilakukan pemeriksaan mata apakah
terdapat komplikasi post operasi
4. Obat tetes mata antibiotik-steroid diberikan 4 kali sehari selama 2 minggu, 2
minggu selanjutnya 3 kali sehari, 2 kali sehari, dan 2 minggu terkahir 1 kali
sehari
5. Pasien pasca operasi katarak tidak boleh batuk, mengedan, merokok,
mengangkat beban berat lebih dari 5 kg, membungkuk, ketika melakukan
sholat disarankan dilakukan dengan cara tidur, minimal 1 minggu
POST OP
TINJAUAN PUSTAKA

Evaluasi

1. Pasien kontrol pertama pada minggu ke 1, kontrol II minggu ke-2, kontrol III
minggu ke-4, kontrol IV minggu ke-6
2. Dilakukan pemeriksaan visus atau tajam penglihatan, dapat menggunakan
pinhole
3. Segmen anterior: adakah perdarahan/hifema, kekeruhan, hipopion, flare cell,
reflek pupil, sinekia posterior
4. Setelah 6-8 minggu pasca operasi benang jahitan korneo-sklera diambil.
5. Pengukuran kacamata
KOMPLIKASI
TINJAUAN PUSTAKA

Intra operatif

1. Trauma pada kornea, iris, dan lensa → instrumen tajam


2. Ruptur kapsula posterior → prolaps vitreus
3. Perforasi kornea → prolaps iris
4. Perdarahan
KOMPLIKASI
TINJAUAN PUSTAKA

Pasca operatif/lambat

1. Glaukoma sekunder
2. Dislokasi lensa
3. Uvueitis fakotoksik
4. Ablasio retina
5. Oftalmia simpatika
PROGNOSIS
TINJAUAN PUSTAKA

Prosedur operasi px. katarak senilis → 90% kasus, memperbaiki ketajaman


penglihatan
TERIMAKASIH
DAFTAR PUSTAKA

1. American Academy of Ophtalmology. 2018-2019. Lens and Cataract. San


Fransisco : AAO
2. Alamri M, Alsammahi A, Alharbi M, Alshammari H, Alshehri M, Saeedi I, et al.
Pathophysiology of cataracts. Int J Community Med Public Health
2018;5:3668-72.
3. Shock JP. Lensa. Dalam: Vaughan & Asbury’s Oftalmologi Umum. Editor: Paul
Riordan, Jhon P Whitcher. EGC. Jakarta: 2009.
4. Zorab, A. R, Straus H, Dondrea L. C, Arturo C, Mordic R, Tanaka S, et all.
(2010-2011). Lens and Cataract. Chapter 5 Pathology. Section 11. Dalam
American Academy of Oftalmology : San Francisco.Hal 45-69
5. American Academy of Opthalmology . Pediatric and Strabismus, Basic and
Clinical Science Course, Section 6. The Foundation of The AAO . San Francisco.
2004 : 21-32, 96-37, 153-154 , 282
6. Budiono S. Djiwatno. Katarak Senilis Dalam: Pedoman Diagnosis Dan Terapi
Bag/SMF Ilmu Penyakit Mata. Edisi III. Rumah Sakit Umum Dokter Soetomo.
2006. Hal 47-50
7. Datiles DM. Methods Used For Cataract Evaluation: Documentation Of Cataract
And Its Effect On Vision in Clinical Evaluation Of Cataract Volume I Chapter
DAFTAR PUSTAKA

8. Murril A.C, Stanfield L.D, Vanbrocklin D.M, Bailey L.I, Denbeste P.B, Dilomo
C.R, et all. .2014. Care of The Adult Patient With Cataract. In Optometric
Clinical Practice Guideline.. American optometric association: U.S.A
9. Harper RA dan John PS, 2011, Lensa dalam Oftlmologi Umum, EGC: Jakarta,
hal 169 – 177.
10. Ilyas, S., Yulianti, S. R., 2014, Ilmu Penyakit Mata, edisi 5, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
11. Murril A.C, Stanfield L.D, Vanbrocklin D.M, Bailey L.I, Denbeste P.B, Dilomo
C.R, et all. .2014. Care of The Adult Patient With Cataract. In Optometric
Clinical Practice Guideline.. American optometric association: U.S.A
12. Shock JP. Lensa. Dalam: Vaughan & Asbury’s Oftalmologi Umum. Editor: Paul
Riordan, Jhon P Whitcher. EGC. Jakarta: 2009.
13. Sreelakshmi V, Abraham A. 2016. Age Related or Senile Cataract: Pathology,
Mechanism, and Management. Department of Biochemistry, University of
Kerala, Kariavattom, India.
14. Zorab, A. R, Straus H, Dondrea L. C, Arturo C, Mordic R, Tanaka S, et all.
(2010-2011). Lens and Cataract. Chapter 5 Pathology. Section 11. Dalam
American Academy of Oftalmology : San Francisco.Hal 45-69

Anda mungkin juga menyukai