Anda di halaman 1dari 5

1.

Demam Berdarah Dengue

Masa Inkubasi: 4-10 hari setelah gigitan nyamuk

Demam: Berlangsung 2-7 hari.

Terdapat 3 tahap presentasi klinis dari DB

1. Fase Demam: suhu hingga 400C


2. Fase kritis: demam turun, suhu ,380C  biasa terjadi pada hari ke-tiga: merupakan alarm. 24
jam-48 jam setelah suhu turun merupakan fase kritis
3. Fase pemulihan

Tipe demam bifasic (saddle fever), tipe demam kontinyu

Manifestasi Klinis:

I. Gejala awal termasuk: a. Nafsu makan menurun b. Demam c. Sakit kepala d. Nyeri sendi atau otot e.
Perasaan sakit umum f. Muntah II. Gejala fase akut termasuk kegelisahan diikuti oleh: a. Bercak darah di
bawah kulit b. Bintik-bintik kecil darah di kulit 21 c. Ruam Generalized d. Memburuknya gejala awal III.
Fase akut termasuk seperti shock ditandai dengan: a. Dingin, lengan dan kaki berkeringat b. Berkeringat

Dengue yang parah adalah komplikasi yang berpotensi mematikan karena plasma bocor, akumulasi
cairan, gangguan pernapasan, pendarahan parah, atau gangguan organ. Tanda-tanda peringatan terjadi
3-7 hari setelah gejala pertama dalam hubungannya dengan penurunan suhu (di bawah 38 ° C / 100 ° F)
dan meliputi: sakit parah perut, muntah terus menerus, napas cepat, gusi berdarah, kelelahan,
kegelisahan dan darah di muntah. 24-48 jam berikutnya dari tahap kritis dapat mematikan; perawatan
medis yang tepat diperlukan untuk menghindari komplikasi dan risiko kematian Menurut WHO DHF
dibagi dalam 4 derajat yaitu:

a. Derajat I : Demam disertai gejala klinik khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan dalam uji
tourniquet positif, trombositopenia, himokonsentrasi.

b. Derajat II : Derajat I disertai dengan perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain. 20

c. Derajat III : Ditemukannya kegagalan sirkulasi, ditandai oleh nadi cepat dan lemah, tekanan darah
turun (20 mm Hg) atau hipotensi disertai dengan kulit dingin dan gelisah.

d. Derajat IV : Kegagalan sirkulasi, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak Terukur.

Patofisiologi
2. Influenza
Masa inkubasi: 1-3 hari
Demam: Suhu lebih dari 37,80C. Tipe demam kontinyu (?)
disebutkan pula gejala pertama influenza adalah tubuh terasa dingin namun badan demam
dengan suhu tubuh mencapai 390C . Dalam gejala influenza meliputi badan terasa sakit
terutama tulang sendi dan tenggorokan, batuk dan bersin, demam, pusing, iritasi mata, sakit
perut dan lain sebagainya
Dikenal tiga jenis influenza musiman (seasonal) yakni A, B dan Tipe C. Di antara banyak subtipe
virus influenza A, saat ini subtipe influenza A (H1N1) dan A (H3N2) adalah yang banyak beredar
di antara manusia. Virus influenza bersirkulasi di setiap bagian dunia. Kasus flu akibat virus tipe C
terjadi lebih jarang dari A dan B. Itulah sebabnya hanya virus influenza A dan B termasuk dalam
vaksin influenza musiman. Influenza musiman menyebar dengan mudah Saat seseorang yang
terinfeksi batuk, tetesan yang terinfeksi masuk ke udara dan orang lain bisa tertular. Mekanisme
ini dikenal sebagai air borne transmission. Virus juga dapat menyebar oleh tangan yang
terinfeksi virus. Untuk mencegah penularan, orang harus menutup mulut dan hidung mereka
dengan tisu ketika batuk, dan mencuci tangan mereka secara teratur (WHO, 2009).
Virus influenza A inang alamiahnya adalah unggas akuatik. Virus ini dapat ditularkan pada
spesies lain dan dapat menimbulkan wabah yang berdampak besar pada peternakan unggas
domestik atau menimbulkan suatu wabah influenza manusia. Virus A merupakan patogen
manusia yang paling virulen di antara ketiga tipe infleuenza dan menimbulkan penyakit paling
berat, yang paling terkenal di Indonesia adalah flu babi (H1N1) dan flu burung (H5N1) (Spickler,
2009).
a. Flu babi (h1n1)
Sakit Mirip Influensa (Influenza Like Illness) Yang termasuk ILI ialah jika badan pasien panas
(suhu/temperatur ≥ 100° F [37,8° C]), batuk dan atau nyeri tenggorokan tanpa penyebab lain
selain influensa (influenza).
b. Flu Burung (H5NI)

Manifestasi klinis flu burung bergantung pada subtipe virus. Pasien bisa asimtomatik, atau bisa
mengalami manifestasi berat seperti pneumonia disertai gagal napas dan gagal organ multipel.
Infeksi virus H5N1 dianggap yang paling berbahaya pada manusia, karena berkaitan dengan
mortalitas hingga 60%.

Pasien flu burung umumnya datang dengan flu-like symptoms seperti demam, nyeri tenggorokan,
batuk, pilek, nyeri otot, sakit kepala dan lesu, serta memiliki riwayat kontak dengan unggas atau
berada di daerah endemis flu burung. Pemeriksaan dikonfirmasi dengan pemeriksaan penunjang
berupa laboratorium dan radiologi. WHO membagi diagnosis flu burung menjadi person under
investigation, suspected H5N1 case, probable H5N1 case, dan confirmed H5N1 case

Patofifiologi: Patofisiologi flu burung (avian influenza) berbeda dengan penyakit influenza pada
umumnya, terjadi mutasi genetik baik secara antigenic drift ataupun antigenic shift guna
mempertahankan diri dan meningkatkan sifat patogenitasnya dengan membentuk varian-varian
baru. [2,4] Terdapat 2 glikoprotein pada membran virus flu burung, yakni hemagglutinin (HA)
dan neuraminidase (NA).
Pada fase awal, infeksi virus melibatkan banyak glikoprotein HA yang berikatan dengan reseptor
yang mengandung sialic acid (SA) pada rantai samping karbohidrat dari permukaan glikoprotein
dan glikolipid. [4-6] Setelah terjadi replikasi virus, enzim penghancur reseptor yakni
neuraminidase (NA) akan menghilangkan sialic acid (SA) dari permukaan sel yang terinfeksi
sehingga terbentuk virus baru untuk menginfeksi sel lebih banyak.
Virus flu burung lebih banyak menginfeksi saluran pernapasan bagian bawah karena adanya
perbedaan pada protein hemaglutinin dan jenis residu dari sialic acid (SA) yang mengikat
protein dibandingkan dengan virus influenza pada umumnya. Pada virus flu burung,
terdapat sialic acid alpha(2-3) galactose yang ditemukan di terminal bronkus dan alveoli.
Sedangkan, pada virus influenza terdapat sialic acid alpha (2-6) galactose yang ditemukan pada
sel epitel di saluran pernapasan bagian atas.

3. SARS
Inkubasi: Masa inkubasi SARS secara tipikal adalah 2- 7 hari, meskipun demikian,
beberapa laporan menunjukkan bahwa masa inkubasi ini bisa lebih panjang sampai 10
hari. Setelah periode ini timbullah gejala-gejala.

gejala klinis: gejala klinis Tampilan klinis penyakit ini secara relatif konsisten untuk
semua penderita di semua negara yang terkena. Gejala prodromal berupa demam tinggi
mendadak, yang pada umumnya diikuti oleh sakit otot (mialgia), menggigil, tidak ada
nafsu makan, diare dan batuk kering (batuk nonproduktif). Gejala lain seperti sakit kepala
tidak jarang dijumpai. Pada masa prodromal ini, beberapa penderita menunjukkan gejala
pernapasan yang ringan. Setelah 3-7 hari, suatu fase gangguan saluran pernapasan bagian
bawah mulai tampak dengan adanya batuk kering, non-produktif, dan sesak napas
(dyspnea), yang dapat diikuti dengan keadaan hipoksemia.

Tipe demam: kontinyu (?)

Patofisiologi:  severe acute respiratory syndrome (SARS) diawali dengan interaksi protein


pada severe acute respiratory syndrome coronavirus (SARS-CoV) dengan sel di paru dan di
jantung manusia melalui reseptor angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2). Setelah memasuki
sel manusia, encoding genome akan terjadi untuk memfasilitasi ekspresi gen yang membantu
adaptasi virus dalam tubuh inang dan mengaktivasi jalur inflamasi.
Perlekatan dan Fusi Coronavirus
Perlekatan dan fusi SARS-CoV diawali oleh interaksi protein virus dengan sel manusia melalui
reseptor ACE2 yang diekspresikan di paru dan jantung manusia. Protein spike yang terdapat pada
permukaan SARS-CoV memiliki afinitas ikatan yang kuat dengan ACE2 manusia. Ikatan ini
memungkinkan SARS-CoV masuk ke dalam membran sel inang dan memediasi infeksi SARS-
CoV pada paru
Komplikasi: ARDS
4. MERS
Laporan bahwa rata-rata masa inkubasi MERS-CoV adalah 5,2 hari, tetapi jangka waktu
sampai 12 hari juga telah dilaporkan.8,23 Gejala awal biasanya berupa demam (≥38oC),
batuk, menggigil, rhinorrhea, kelelahan dan mialgia. Gejala gastrointestinal termasuk
anoreksia, mual, diare dan sakit perut juga telah dilaporkan. Gejala pernapasan berupa
sesak napas dan dispnea, dapat menjadi dominan kemudian hari. Pada kasus yang lebih
berat, pasien yang mengalami kegagalan nafas akut mungkin memerlukan ventilasi
mekanis dan extra corporeal membrane oxygenation (ECMO). Beberapa pasien dengan
kondisi yang parah dapat berkembang menjadi gagal ginjal akut (GGA) yang
membutuhkan hemodialisis, limfopenia,
Suhu naik namun tidak terlalu tinggi bahkan normal (demam remiten (?))

Komplikasi: ARDS

DEMAM NYA GAK TINGGI, GAK NORMAL, ada sesek

Anda mungkin juga menyukai