KATARAK
Oleh:
201920401011186
K-33
PEMBIMBING :
RS BHAYANGKARA KEDIRI
FAKULTAS KEDOKTERAN
2021
BAB I
RESPONSI KASUS
Identitas :
- Nama : Ny. M
- Usia : 66 tahun
- Suku : Jawa
- Agama : Islam
Keluhan Utama:
Mata kanan dan kiri seperti ada kabut dan merasa silau
Pasien mengeluhkan pandangan seperti ada kabut pada mata kanan dan kiri,
kadang merasa silau. Pandangan kabur dirasakan sejak 1 tahun yang lalu. Terasa
sepeti ada kotoran di mata. Pasien tidak merasakan cenut-cenut atau kemeng.
Tidak ada sekret, tidak perih atau panas, tidak nerocoh/berair, mata kiri ada
sensasi mengganjal saat berkedip. Keluhan dirasakan lebih berat pada mata kiri.
Riwayat Sosial : Tukang masak, tinggal dengan suami dan 2 anak, makan 3x
Riwayat Pengobatan : -
PEMERIKSAAN FISIK
Status generalis
- Vital Sign
o T: 37OC
o Nadi: 88x/menit
o RR: 22x/menit
STATUS OFTALMOLOGIS
No
Pemeriksaan Mata kanan Mata kiri
.
Visus
Visus 2/60 2/60
1.
Koreksi (PH) - -
Distansia pupil -
2. Kedudukan bola mata Eksoftalmus (-) Eksoftalmus (-)
Endoftalmus (-)
Endoftalmus (-)
Deviasi (-)
Deviasi (-)
Gerakan bola
Gerakan bola mata
mata (bebas ke
(bebas ke segala arah)
segala arah)
Warna hitam Warna hitam
3. Suprasilia
Letak simetris Letak simetris
Palpebra Superior
Edema - -
Hiperemi - -
Enteropion - -
4. Ektropion - -
Pseudoptosis/ptosis - -
Benjolan - -
Nyeri tekan - -
Trikiasis - -
Palpebra Inferior
Edema - -
Hiperemi - -
Enteropion - -
Ektropion - -
5.
Pseudoptosis - -
Benjolan - -
Trikiasis - -
6. Konjungtiva Palpebra
Sekret (-) Sekret (-)
Placido dilakukan
Diameter 3 mm 3 mm
tidak langsung
Lensa
TERAPI
Diskusi
• Pasien ini didiagnosis dengan Okuli Dextra et Sinistra Katarak Stadium Imatur
kabut pada mata kanan dan kiri, kadang merasa silau. Keluhan sudah
dirasakan sejak 1 tahun yang lalu. Mata kiri lebih kabur. Pasien tidak
merasakan cenut-cenut atau kemeng. Tidak ada sekret, tidak perih atau panas,
1. Pembedahan:
Pemeriksaan TIO
Visus
Jahitan
Perdarahan
Infeksi
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
a. Transparasi Lensa
Lensa transparan karena memiliki susunan serat lensa yang padat, teratur,
dan bersifat homogen. Lensa harus dijaga untuk tetap jernih dan transparan
karena fungsinya sebagai salah satu media refraksi. Beberapa faktor yang
menjaga transparansi lensa adalah:
a. Avaskuler
Lensa memerlukan suplai energi ATP secara kontinyu untuk aktifitas transpor
air dan elektrolit, sintesis protein, dan GSH. Sebagian besar ATP yang diproduksi
digunakan di sel epitel lensa yang merupakan tempat utama dari semua proses
tersebut. ATP yang dibutuhkan diperoleh dari aktivitas metabolisme karbohidrat
pada sel epitel lensa. Glukosa merupakan sumber energi yang esensial untuk
lensa. Pada lensa 80% glukosa dimetabolisme secara anaerobik melalui jalur
glikolitik dan 15% melalui jalur hexose monophosphate shunt (HMP) serta
sebagian kecil melalui siklus Krebs. Glukosa masuk lewat difusi dari celah –
celah lensa. Glukosa yang masuk 95% akan melalui proses fosforilasi oleh enzim
hexokinase menjadi Glucose – 6 – PO4 melalui glikolisis dan jalur pembentukan
pentosa lewat jalur hexosa monofosfat. Pentosa dibutuhkan untuk sinteis protein.
Sisanya akan lewat jalur sorbitol dimana glukosa akan dirubah menjadi fruktosa
dengan enzim aldose reductase dan polyol dehydrogenase.
Keseimbangan air dan elektrolit lensa mata dipengaruhi oleh osmolaritas lensa
yang diatur oleh kanal ion natrium dan kalium pada permukan sel epitel lensa.
Lensa memiliki mekanisme transport aktif yang manggunakan ATP (Na/K
ATPase) untuk membuka kanal sehingga ion dapat masuk ke dalam lensa. Lensa
membutuhkan deposit kalium yang tinggi sehingga kanal akan terbuka dan
natrium di dalam sel akan keluar dan kalium dari aquoeus humor akan dapat
masuk. Selain itu ion kalium dan natrium dapat masuk melalui difusi pasif
melewati celah pada lensa. Kanal H2O pada sel epitel lensa relatif sedikit yaitu
berkisar antara 60 – 65 %.
Radikal bebas seperti radikal hidroksil (OH -), superoksida (O2-), dan hidrogen
peroksida (H2O2) ini secara terus-menerus hadir di setiap sel hidup dan
dapat menyebabkan stres oksidatif pada sel tersebut. Untuk menghilangkan
stres ini, beberapa mekanisme homeostatis dalam lensa biasanya terlibat.
c. Proses Akomodasi
Lensa sebagai media refraksi memfokuskan berkas cahaya ke retina.
Untuk memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, muskulus siliaris berelaksasi,
menegangkan serat zonula atau suspensory ligaments dan memperkecil diameter
anteroposterior lensa sampai ukuran terkecil; dalam posisi ini daya refraksi lensa
diperkecil sehingga berkas cahaya akan terfokus pada retina. Sementara untuk
cahaya yang datang dari dekat, muskulus.siliaris berkontrasi sehingga tegangan
zonula berkurang, artinya diameter anteroposterior lensa menjadi lebih tebal
diiringi oleh peningkatan daya refraksinya. Kerjasama antara muskulus siliaris,
zonula, dan lensa untuk memfokuskan berkas cahaya ke retina dikenal dengan
akomodasi.
2.4 Katarak
2.3.1 Definisi
2.3.2 Epidemiologi
2.3.3 Etiologi
Katarak dapat terjadi pada bayi dan anak-anak, disebut sebagai katarak
kongenital. Katarak kongenital terjadi akibat adanya peradangan/infeksi ketika
hamil, atau penyebab lainnya. Penyebab tersering dari katarak adalah proses
degenerasi, yang menyebabkan lensa mata menjadi keras dan keruh. Pengeruhan
lensa dapat dipercepat oleh faktor risiko seperti merokok, paparan sinar UV yang
tinggi, alkohol, defisiensi vit E, radang menahun dalam bola mata, dan polusi asap
motor/pabrik yang mengandung timbal. Katarak dapat dikarenakan trauma.
Cedera pada mata seperti pukulan keras, tusukan benda, panas yang tinggi, dan
trauma kimia dapat merusak lensa sehingga menimbulkan gejala seperti katarak.
Katarak juga dapat terjadi sebagai komplikasi penyakit infeksi dan metabolik
lainnya seperti diabetes mellitus.6
Dengan seiring bertambahnya usia, terjadi dua hal perubahan pada lensa.
Pertama, terjadi penurunan fungsi dari mekanisme pompa transpor aktif lensa
yang mengakibatkan rasio pertukaran ion natrium (Na+) dan kalium (K+) terbalik.
Sejumlah besar ion natrium masuk ke dalam lensa, sehingga terjadi deposit
natrium yang tinggi. Dengan rasio yang tidak seimbang, terjadi kegagalan
mekanisme pompa transpor aktif pada sel epitel lensa yang mengakibatkan
sejumlah penambahan cairan (hidrasi) pada lensa. Masuknya air ke lensa dengan
jumlah yang banyak menimbulkan bertambahnya tekanan osmotik yang
menyebabkan kekeruhan lensa. Kedua, peningkatan reaksi oksidatif akibat
bertambahnya umur menyebabkan penurunan kadar asam amino sehingga sintesis
protein didalam lensa juga akan menurun.
2.3.5 Klasifikasi
a) Berdasarkan Usia
1. Katarak kongenital
Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera
setelah bayi lahir atau bayi yang berusia <1 tahun. Katarak kongenital
bersifat autosomal dominan, ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu
yang menderita infeksi seperti rubella, rubeola, chiken pox, cytomegalo
virus, herpes simplek, herpes zoster, poliomyelitis, dan toxoplasmosis saat
kehamilan terutama pada trimester I.
2. Katarak juvenil
Katarak juvenil adalah katarak yang terdapat pada orang muda, mulai
terbentuknya pada usia lebih dari 1 tahun dan kurang dari 50 tahun.
Merupakan katarak yang terjadi pada anak-anak sesudah lahir yaitu
kekeruhan lensa yang terjadi pada saat masih terjadi perkembangan serat-
serat lensa sehingga biasanya konsistensinya lembek sehingga disebut
sebagai soft cataract. Katarak ini dapat terjadi karena trauma tumpul,
trauma tembus, dan trauma kimia. Pada trauma basa yang masuk
mengenai mata menyebabkan peningkatan pH cairan aqueous humor dan
menurunkan kadar glukosa dan askorbat. Trauma tumpul dapat langsung
menyebabkan lensa menjadi opaqe namun bisa juga kekeruhan terjadi
beberapa tahun setelahnya. Selain itu, dapat juga terjadi akibat iridosikiitis,
miopia tinggi, ablasi retina, dan glaukoma. Katarak komplikata dapat
terjadi akibat kelainan sistemik (diabetes mellitus) yang akan mengenai
kedua mata atau kelainan lokal yang akan mengenai satu mata
3. Katarak senilis
Katarak senilis (age-related cataract) merupakan jenis katarak didapat
yang paling sering ditemukan karena proses degeneratif pada laki-laki
maupun perempuan, biasanya berusia di atas 50 tahun. Pada usia sekitar
70 tahun, hampir 90% individu menderita katarak. Kondisi kekeruhan
biasanya bilateral akan tetapi hampir selalu kondisi salah satu mata lebih
berat dari mata lainnya. Secara morfologis katarak senilis dapat dibagi
menjadi 2 jenis, yaitu katarak kortikal dan katarak nuklear. Kedua jenis
katarak ini sering terjadi secara bersamaan.
b) Berdasarkan Lokasi
Terdapat tiga jenis tipe umum dari katarak yaitu nuklear, kortikal, dan
posterior subkapsular. Tabel dibawah merupakan sistem penentuan derajat
katarak.
Nucleus pada
lensa menjadi
kuning dan
sclerosis
*penilaian derajat katarak dapat dilakukan jika dilakukan midriatil pada pasien
Pada katarak nuclear (Gambar 2.9), batas dari kataraknya dapat terlihat
karena indeks biasnya meningkat, meskipun dalam pemeriksaan tidak
memperlihatkan bayangan apapun.
Gambar 2.9 Katarak Nuklear
Pada katarak subkapsular posterior (Gambar 2.11), pada katarak ini dimulai
dari sentral lensa meluas ke daerah perifer. Dan akhirnya mengganggu tajam
penglihatan. Biasanya pasien mengeluhkan silau9.
Menurut tebal tipis nya kekeruhan pada lensa, katarak senilis dibagi menjadi 4
stadium:
1. Katarak insipien
Kekeruhan lensa tampak terutama dibagian perifer korteks berupa
garis-garis yang melebar dan makin ke sentral menyerupai ruji sebuah
roda. Biasanya pada stadium ini tidak menimbulkan gangguan tajam
penglihatan dan masih bisa dikoreksi mencapai 6/6
3. Katarak Matur
Kekeruhan sudah mengenai seluruh lensa, warna menjadi putih
keabu-abuan. Tajam penglihatan menurun tinggal melihat gerakan tangan
atau persepsi cahaya.
Gambar 2.14 Katarak matur
4. Katarak hipermatur
Apabila stadium matur dibiarkan akan terjadi pencairan korteks
dan nukleus tenggelam ke bawah (katarak morgagni) atau lensa akan
terus kehilangan cairan dan keriput (shrunken cataract). Operasi pada
stadium ini kurang menguntungkan karena menimbulkan penyulit.
2.3.7 Diagnosis
a) Anamnesis
Data demografi penderita (contoh: usia, jenis kelamin) harus
dikumpulkan terlebih dahulu sebelum melakukan anamnesis lebih lanjut.
Anamnesis pada pasien harus menunjukkan hilangnya penglihatan secara
mendadak atau bertahap. Biasanya baru dikeluhkan dalam hitungan
tahun, karena penglihatan masih bisa dikompensasi oleh mata satunya
dengan penglihatan yang lebih baik. Bisa juga ditanyakan tentang
gangguan penglihatan lainnya misalnya silau.
Pada anamnesis juga harus ditanyakan riwayat penyakit sebelumnya
meliputi riwayat pada mata dan riwayat kesehatan secara umum. Riwayat
pada mata meliputi riwayat refraksi sebelumnya atau pemakaian
kacamata sebelumnya berapa ukuranya, adanya penyakit mata
sebelumnya, riwayat pembedahan pada mata, dan riwayat trauma.
Riwayat kesehatan secara umum juga ditanyakan, karena dapat menjadi
etiologi, atau menentukan prognosis dan kesesuain terapi bedah yang
akan dipilih. Riwayat terapi yang sudah didapat sebelumnya. Ditanyakan
juga adanya alergi terhadap obat khususnya antibiotik.11
b) Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan tajam penglihatan dengan kartu Snellen. Pada stadium
insipien atau imatur bisa dikoreksi dengan lensa kacamata terbaik.11,12
2) Lampu senter : reflek pupil terhadap cahaya pada katarak masih
normal. Tampak kekeruhan pada lensa terutama bila pupil dilebarkan,
berwarna putih keabu abuan. Diperiksa proyeksi iluminasi dari segala
arah pada katarak matur untuk mengetahui fungsi retina secara garis
besar.12
3) Oftalmoskop, sebelum melakukan pemeriksaan sebaiknya pupil
dilebarkan. Pada stadium insipient dan imatur tampak kekeruhan
kehitam hitaman dengan latar belakang jingga sedangkan pada
stadium matur hanya didapatkan warna kehitaman tanpa latar
belakang jingga atau reflek fundus negatif.11
4) Slit lamp biomikroskopi : dengan alat ini dapat mengevaluasi luas,
tebal dan lokasi kekeruhan pada lensa.11
a. Glaukoma
b. Kesalahan bias
c. Degenerasi macula
d. Retinopati diabetic
e. Distrofi dan degenerasi kornea
f. Atrofi optic
g. Retinitis Pigmentosa
2.3.9 Tatalaksana
1. Tekanan darah tinggi dan tidak terjadi penurunan tekanan darah dengan
pemberian obat anti hipertensi sebelum operasi
2. Tekanan intraokular yang tinggi
3. Infeksi mata
4. Gula darah tinggi (>200mg/dl) sebelum operasi
Jika dipastikan tidak ada kontraindikasi operasi, maka persiapan operasi ialah:
c) Phacoemulsification
Phacoemulsification (phaco) maksudnya membongkar dan
memindahkan kristal lensa. Pada tehnik ini diperlukan irisan yang sangat
kecil (sekitar 2-3mm) di kornea. Getaran ultrasonic akan digunakan
untuk menghancurkan katarak, selanjutnya mesin PHACO akan
menyedot massa katarak yang telah hancur sampai bersih. Sebuah lensa
Intra Okular yang dapat dilipat dimasukkan melalui irisan tersebut.
Karena incisi yang kecil maka tidak diperlukan jahitan, akan pulih
dengan sendirinya, yang memungkinkan pasien dapat dengan cepat
kembali melakukan aktivitas sehari-hari. Tehnik ini bermanfaat pada
katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakan katarak senilis. Tehnik ini
kurang efektif pada katarak senilis padat, dan keuntungan incisi limbus
yang kecil agak kurang kalau akan dimasukkan lensa intraokuler,
meskipun sekarang lebih sering digunakan lensa intra okular fleksibel
yang dapat dimasukkan melalui incisi kecil seperti itu.
sebelum operasi
Pasien diminta untuk tetap berbaring selama 3 jam dan tidak boleh bergerak
berubah arah ataupun mengangkat badan. Untuk mengatasi nyeri ringan sampai
sedang post operasi bisa diberikan injeksi ketorolac. Keesokan harinya perban
dibuka dan dilakukan pemeriksaan mata apakah terdapat komplikasi post operasi.
minggu selanjutnya 3 kali sehari, 2 kali sehari, dan 2 minggu terkahir 1 kali
sehari. Pasien pasca operasi katarak tidak boleh batuk, mengedan, merokok,
mengangkat beban berat lebih dari 5 kg, membungkuk, ketika melakukan sholat
1. Pasien diminta untuk tetap berbaring selama 3 jam dan tidak boleh
bergerak berubah arah ataupun mengangkat badan.
2. Untuk mengatasi nyeri ringan sampai sedang post operasi bisa diberikan
injeksi ketorolac.
3. Keesokan harinya perban dibuka dan dilakukan pemeriksaan mata apakah
terdapat komplikasi post operasi.
4. Obat tetes mata antibiotik-steroid diberikan 4 kali sehari selama 2 minggu,
2 minggu selanjutnya 3 kali sehari, 2 kali sehari, dan 2 minggu terkahir 1
kali sehari.
5. Pasien pasca operasi katarak tidak boleh batuk, mengedan, merokok,
mengangkat beban berat lebih dari 5 kg, membungkuk, ketika melakukan
sholat disarankan dilakukan dengan cara tidur, minimal 1 minggu
Evaluasi pasca operasi:
2.3.10 Komplikasi
kornea (robekan membrane descement), iris, dan lensa; dapat terjadi akibat
instrument operasi yang tajam seperti keratom. Cidera iris dan iridodialisis
pada saat dan setelah operasi komplikasi terjadi tetapi juga pada saat telah
2.2.8. Prognosis
tidak sebaik prognosis untuk pasien katarak senilis. Adanya ambliopia dan
pengelihatan setelah operasi paling buruk pada katarak kongenital unilateral dan
paling baik pada katarak kongenital bilateral inkomplit yang proresif lambat