Anda di halaman 1dari 23

Infeksi Saluran Kemih dengan

Fimosis
Mentari Nur Fadilah (201920401011169)
Pembimbing : dr. Taufik Raffendy, Sp. A

SMF Pediatri RS Bhayangkara Kediri


Pendahuluan

● Infeksi saluran kemih didefinisikan sebagai kolonisasi dari suatu patogen yang
dapat timbul dimana saja pada sepanjang traktus urinarius

● Merupakan infeksi bakteri paling sering pada anak

● Infeksi traktus urinarius mempengaruhi 2,4 -2,8% anak per tahun dan lebih dari
1,1 juta kunjungan poliklinik tiap tahun

● Infeksi saluran kemih dapat disebabkan oleh berbagai agen patogen yang
berkolonisasi di traktus urinarius seperti jamur, parasit, dan virus.
Pendahuluan
• Salah satu faktor resiko terjadinya infeksi saluran kemih pada anak
adalah fimosis
• Fimosis dapat menyebabkan penumpukan smegma dibawah prepusium,
penumpukan smegma tersebut dapat menjadi tempat kolonisasi bakteri.
• Apabila tidak ditangani, fimosis sering menyebabkan komplikasi berupa
infeksi saluran kemih, parafimosis, dan balanitis berulang
Definisi

• Infeksi saluran kemih (ISK) didefinisikan dengan tumbuh dan berkembang biaknya bakteri
atau mikroba dalam saluran kemih dalam jumlah bermakna.
• Fimosis adalah suatu kondisi dimana prepusium tidak dapat diretraksi ke arah glans penis
Epidemiologi
• Pada masa neonatus, ISK lebih banyak pada bayi laki-laki (2,7%)
yang tidak menjalani sirkumsisi dari pada bayi perempuan (0,7%),
sedangkan pada masa anak-anak hal tersebut terbalik
• Prevalensi infeksi saluran kemih bervariasi berdasarkan usia, jenis
kelamin, dan status sirkumsisi
• Di Indonesia, dari 200 anak yang 35% pada anak 1-5 tahun dan
22% anak usia 6-10 tahun menderita ISK atau sekitar 33% pada
laki-laki dan 67% pada perempuan.
Etiologi
Infeksi saluran kemih
disebabkan berbagai jenis
mikroba, seperi bakteri,
virus, dan jamur

Penyebab ISK paling sering


adalah bakteri Escherichia
coli
Faktor Resiko

Usia dan Jenis


Kelamin Kolonisasi Periuretral
• Usia 2 bulan – 2 tahun
  lebih banyak • Belum sirkumsisi
pada anak laki-laki karena belum • Fimosis
sirkumsisi sehingga sisa urine paska • Kebersihan diri kurang
miksi dapat tertinggal di prepusium
• Usia 2-5 tahun lebih sering pada
wanita karena Panjang uretra 3-5
cm sedangkan pada laki-laki 23-25
cm
Faktor Resiko

Abnormalitas
Status kekebalan / saluran
Kesehatan umum genitourinaria

Kelainan structural
atau gangguan Refluks
fungsi BAK vesikouretral
mengakibatkan sisa urin di
bagian manapun dari
saluran kemih, dapat
mempengaruhi persistensi
bakteriuria setelah
terbentuk
Klasifikasi

Berdasarkan lokasi Berdasarkan episode


• Sistitis (saluran kemih  bagian bawah) :
Radang pada mukosa VU
Gejala : disuria, stranuria, frekuensi, urgensi,
urin berbau busuk, inkontinensia, hematuria,
dan nyeri suprapubik
• Pielonefritis (saluran kemih bagian atas) :
infeksi pada pelvis dan parenkim ginjal
Gejala : demam (38) , tidak nafsu makan,
gagal tumbuh, letargi, rewel, muntah, atau
diare
Klasifikasi

Berdasarkan gejala Berdasarkan factor penyulit


• Asimtomatik, menandakan pelemahan • ISK simpleks : suatu infeksi pada
bakteri uropatogen oleh host atau pasien dengan traktus urinarius normal
kolonisasi kandung kemih oleh bakteri secara morfologik dan fungsional, fungsi
nonvirulen sehingga tidak terjadi respon ginjal normal, dan sistem imun yang
gejala. Dapat juga terjadi pada pasien kompeten.
dengan bakteriuria dan leukosituria yang
signifikan • ISK kompleks didapatkan pada bayi
baru lahir, pada pasien dengan bukti
• Simtomatik, terdiri dari gejala iritatif, klinis pielonefritis, dan pada anak
nyeri suprapubik, demam, dan malaise. dengan obstruksi mekanis atau fungsi
atau masalah pada traktus urinarius atas
dan bawah
Patogenesis
Manifestasi Klinis
Anak besar : gejala
Bayi : gejala klinis
lebih ringan, dapat
tidak spesifik
berupa gejala lokal
• Demam
• Polakisuria
• Nafsu makan menurun
• Disuria
• Rewel
• Frekuensi BAK meningkat
• Muntah
• Dapat juga ditemukan:
• Diare
• Sakit perut
• Ikterus
• Sakit pinggang
• Distensi abdomen
• Demam tinggi
• Penurunan BB
Diagnosis

Anamnesis Pmx Fisik Pmx Penunjang


ginjal dan vu teraba atau 1. Darah lengkap
lokasi, episode, gejala, dan nyeri, nyeri tekan 2. Urinalisis
factor yang menyertai. Riw. suprasimfisis, kelainan 3. Kultur urine (Gold
Operasi, kebiasaan minum genitalia eksterna (phimosis, standard)
dan berkemih hipospadia ) 4. USG
Pemeriksaan Penunjang
1. Pengambilan sampel urine

Bayi baru lahir, bayi, dan anak yang tidak terlatih ke toilet (< 2 tahun) :
(1)  Kantong plastik ditempelkan pada genital yang sudah dibersihkan merupakan teknik yang
paling sering digunakan dalam praktek sehari- hari.

(2)  Clean catch urine, kontainer steril diletakkan di bawah genitalia, metode ini memerlukan
banyak waktu dan intruksi yang seksama kepada orang tua. Angka kontaminasi mencapai 26%.
(3)  Kateterisasi dapat menjadi alternatif, meskipun angka kontaminasinya
tinggi. Kateterisasi ini sering digunakan pada anak dengan urosepsis.

(4)  Aspirasi suprapubik merupakan metode paling sensitif untuk


mendapatkan sampel urin yang tidak terkontaminasi. Penggunaan
ultrasonografi untuk menilai vesika urinaria akan mempermudah aspirasi

Pada anak toilet trained, sampel urin midstream memiliki angka akurasi yang
baik. Metode ini memiliki sensitivitas antara 75 – 100% dan spesifitas 57 –
100%. Pembersihan genitalia sebelum pemeriksaan dapat mengurangi angka
kontaminasi.
Pemeriksaan Penunjang
2. Urinalisis

(1) Dipstick : menilai nitrit, leukosit esterase, protein, glukosa, dan darah.


- Tes dipstik yang positif untuk leukosit esterase dan nitrit (bakteri gram (-) mengubah nitrat
menjadi nitrit) sangat sensitif untuk ISK.

(2)  Mikroskopik, mendeteksi pyuria dan bakteriuria.


• Adanya piuria (> 5 leukosit per lapang pandang besar) dan bakteriuria dalam sampel urin
memperkuat diagnosis klinis ISK
• Bakteriuria memiliki sensitifitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan pyuria
Pemeriksaan Penunjang
3. Kultur urin (Gold Standard)

Indikasi : pada pemeriksaan dipstik dan / atau urinalisis positif, konfirmasi ISK dengan kultur urin
wajib dilakukan

Aspirasi suprapubik Kateterisasi VU Urin pancar tengah

Berapapun jumlah bakteri ≥104 cfu dengan gejala


cfu/mL (minimal 10 koloni) ≥1000-50.000 cfu/mL ≥105 cfu tanpa gejala

cfu = colony-stimulating units


Pemeriksaan Penunjang
4. Darah lengkap

• Pemeriksaan serum elektrolit dan darah lengkap harus dilakukan untuk pemantauan pasien
dengan ISK dengan demam
• C-reactive protein memiliki spesifitas yang rendah dalam mengidentifikasi pasien dengan
keterlibatan parenkim ginjal
• prokalsitonin serum (> 0,5 ng / ml) dapat digunakan sebagai marker
Pemeriksaan Penunjang
5. USG

Ultrasonografi ginjal dapat dipertimbangkan pada anak dengan :


• Bakteremia
• Usia kurang dari 3 bulan
• Memiliki kultur urin dengan organisme atipikal (Staphylococcus aureus atau Pseudomonas)
• Respon klinis yang kurang setelah pemberian antibiotika 48 jam
• Gangguan fungsi ginjal dan elektrolit
• Massa pada abdomen
• Aliran urin yang buruk
Tatalaksana
1. Antibiotik
Tatalaksana
Tatalaksana
2. Sirkumsisi
• Merupakan tindakan membuang prepusium penis sehingga glans penis menjadi
terbuka
• Bertujuan untuk menjaga higiene penis dari smegma dan sisa-sisa urin, mencegah
terjadinya infeksi pada glans atau prepusium penis
• Kolonisasi bakteri pada prepusium dapat diturunkan dengan sirkumsisi
Terima kasih!

CREDITS: This presentation template was created by


Slidesgo, including icons by Flaticon, and
infographics & images by Freepik.

Anda mungkin juga menyukai