I. IDENTITAS
Nama
: Ny. M
Umur
: 48 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Suku
: Jawa
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Karyawan
Alamat
: 007234
II. ANAMNESIS
A. Keluhan utama
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
- Riwayat alergi
: disangkal
: disangkal
: disangkal
E. Kesimpulan Anamnesis
OD
OS
Proses
Degeneratif
Degeneratif
Lokalisasi
Media refrakta
Media refrakta
Sebab
Tidak diketahui
Tidak diketahui
Perjalanan
Komplikasi
: 110/80 mmHg
Rr
: 20x/menit
: 78x/menit
suhu : 36,8 C
B. Pemeriksaan subyektif
Visus Sentralis Jauh
OD
OS
1.0
1.0
Pinhole
tidak dilakukan
tidak dilakukan
Koreksi
Plano
plano
Autorefraktometer
tidak dilakukan
tidak dilakukan
Add +2,00
Add +2,00
-Konfrontasi test
-Proyeksi sinar
tidak dilakukan
tidak dilakukan
-Persepsi warna
Merah
tidak dilakukan
tidak dilakukan
Hijau
tidak dilakukan
tidak dilakukan
C. Pemeriksaan Obyektif
1.
2.
3.
4.
Sekitar mata
Tanda radang
tidak ada
tidak ada
Luka
tidak ada
tidak ada
Parut
tidak ada
tidak ada
Kelainan warna
tidak ada
tidak ada
Kelainan bentuk
tidak ada
tidak ada
Warna
hitam
hitam
Tumbuhnya
normal
normal
Kulit
sawo matang
sawo matang
Pasangannya
Geraknya
Supercilium
tidak ada
tidak ada
Strabismus
tidak ada
tidak ada
Pseudostrabismus
tidak ada
tidak ada
Exophthalmus
tidak ada
tidak ada
Enophthalmus
tidak ada
tidak ada
Anophthalmus
tidak ada
tidak ada
Mikrophthalmus
tidak ada
tidak ada
Makrophthalmus
tidak ada
tidak ada
Ptosis bulbi
tidak ada
tidak ada
Atrofi bulbi
tidak ada
tidak ada
Bufthalmus
tidak ada
tidak ada
Megalokornea
tidak ada
tidak ada
Mikrokornea
tidak ada
tidak ada
5.
6.
Temporal Inferior
Temporal
Nasal Superior
Nasal Inferior
Nasal
Gerakan
Oedem
tidak ada
tidak ada
Hiperemis
tidak ada
tidak ada
Lebar Rima
10 mm
10 mm
Oedem
tidak ada
tidak ada
Hiperemi
tidak ada
tidak ada
Entropion
tidak ada
tidak ada
Ekstropion
tidak ada
tidak ada
Kelopak Mata
7.
tidak ada
tidak ada
Hiperemi
tidak ada
tidak ada
8.
9.
10.
tidak ada
tidak ada
Hiperemis
tidak ada
tidak ada
kesan normal
kesan normal
Tonometer Schiotz
tidak dilakukan
tidak dilakukan
Konjungtiva
Konjungtiva palpebra superior
Oedem
tidak ada
tidak ada
Hiperemis
tidak ada
tidak ada
Sekret
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
Hiperemis
tidak ada
tidak ada
Sikatrik
tidak ada
tidak ada
Oedem
tidak ada
tidak ada
Hiperemis
tidak ada
tidak ada
Sekret
tidak ada
tidak ada
Oedem
tidak ada
tidak ada
Hiperemis
tidak ada
tidak ada
Sekret
tidak ada
tidak ada
Injeksi Konjungtiva
tidak ada
tidak ada
Injeksi Siliar
tidak ada
tidak ada
Konjungtiva Fornix
Konjungtiva Bulbi
Subkonjungtiva
Hematom
11.
12.
tidak ada
tidak ada
Warna
putih
putih
Penonjolan
tidak ada
tidak ada
Sklera
Kornea
Ukuran
13.
14.
15.
12 mm
12 mm
Limbus
normal
normal
Permukaan
rata
rata
Sensibilitas
normal
normal
Keratoskop
tidak dilakukan
tidak dlakukan
Flourescin Test
tidak dilakukan
tidak dlakukan
Arcus Senilis
ada
ada
jernih
jernih
Kedalaman
dalam
dalam
Warna
cokelat
cokelat
Bentuk
bulat
bulat
Sinekia anterior
tidak ada
tidak ada
Sinekia posterior
tidak ada
tidak ada
Iris
Pupil
Ukuran
3 mm
3 mm
Letak
sentral
sentral
Bentuk
bulat
bulat
Reaksi terhadap
Cahaya langsung
16.
17.
(+)
(+)
(+)
(+)
Konvergensi
(+)
(+)
Ada/tidak
ada
ada
Kejernihan
jernih
jernih
Letak
sentral
sentral
Shadow test
tidak didapat
tidak didapat
tidak dilakukan
tidak dilakukan
Lensa
Corpus vitreum
Kejernihan
OD
OS
6/6
6/6
Pinhole
tidak dilakukan
tidak dilakukan
Koreksi
E (Add +2,00)
E (Add +2,00)
Autorefraktometer
tidak dilakukan
tidak dilakukan
Sekitar mata
Supercilium
Kelopak mata
Tekanan intraokuler
kesan normal
kesan normal
Konjungtiva bulbi
Konjungtiva palpebra
dalam orbita
Konjungtiva forniks
Sub konjungtiva
Sklera
putih
putih
Kornea
arcus senilis
arcus senilis
kesan normal
kesan normal
Iris
bulat cokelat
bulat cokelat
Pupil
bulat sentral 3 mm
bulat sentral 3 mm
Lensa
jernih
jernih
Corpus vitreum
tidak dievaluasi
tidak dievaluasi
V. DIAGNOSIS BANDING
- Hipermetropi
- Astigmatisme
- Miopi
VI. DIAGNOSIS
ODS Presbiopi
VII. TERAPI
1. Preventif
Hindari membaca terlalu dekat dan di ruang yang kurang pencahayaan.
2. Promotif
- Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit ini akan terus berlanjut dan
dikarenakan proses degeneratif.
- Menganjurkan agar pasien memeriksakan mata ke dokter spesialis mata.
3. Kuratif
Koreksi kacamata untuk membaca menggunakan lensa S +2,00
KANAN
KIRI
Vitrum Vitrim
Axis
Prisma
Vitrum
Vitrim
basis
spheris
cylind
Axis
Prisma
Distand
basis
vitror
spheris
cylind
jauh
Plano
Plano
65
dekat
+2,00
+2,00
63
4. Rehabilitatif
Mengistirahatkan mata setelah membaca atau menonton TV selama 1-2 jam.
VIII. PROGNOSIS
OD
OS
Ad vitam
ad Bonam
ad Bonam
Ad sanam
ad Bonam
ad Bonam
Ad fungsionam
ad Bonam
ad Bonam
Ad cosmeticum
ad Bonam
ad Bonam
10
Bab I
Pendahuluan
Seseorang mungkin memiliki penglihatan normal, mendekati normal, dan
ada yang mengalami penurunan penglihatan yang sedang hingga berat. Semua
pasien berpenglihatan kurang memiliki penglihatan yang berfungsi hingga derajat
tertentu walaupun penurunan penglihatannya mungkin bermakna. Di Amerika
serikat, lebih dari 6 juta orang mengalami gangguan penglihatan. Lebih dari 75%
pasien yang berobat berusia 65 tahun atau lebih.1
Presbiopia merupakan hasil dari penurunan bertahap yang merupakan
penyesuaian diri terhadap usia dan dapat mempunyai beberapa efek pada kualitas
penglihatan dan kualitas hidup. Satu kasus presbiopi tanpa koreksi optik
menghasilkan ketidakmampuan untuk melakukan sekali usaha melihat dekat pada
suatu jarak tanpa mengalami gejala-gejala penglihatan. Presbiopi diartikan
menjadi Kegagalan penglihatan yang tidak dapat diubah, serta merupakan
perubahan yang tidak dapat dijelaskan dan menjadi syok psikologis.2
Ketika amplitudo akomodasi berkurang, jangkauan pandangan yang jelas
mungkin menjadi tidak cukup untuk melakukan tugas yang biasa dilakuan pasien.
Efek dari proses ini berbeda beda pada setiap orang. Mereka yang sering
menuntut untuk melakukan penglihatan dekat kemungkinan untuk memiliki
banyak kesulitan. Karena kebutuhan untuk membaca di jarak dekat dan jarak
menengah sangat penting di semua masyarakat.2
11
Bab II
Tinjauan Pustaka
2.1 Anatomi Bola Mata
Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bola mata
dibungkus oleh 3 lapis jaringan, yaitu:3
a. Sklera merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada
mata, merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata.
b. Jaringan uvea merupakan jaringan vascular. Terdiri atas iris, badan siliar, dan
koroid. Pada iris didapatkan pupil yang oleh 3 susunan otot dapat mengatur
jumlah sinar masuk kedalam bola mata. Otot siliar yang terletak di badan siliar
mengatur bentuk lensa untuk kebutuhan akomodasi. Badan siliar yang terletak
dibelakang iris menghasilkan cairan bilik mata (akuos humor), yang
dikeluarkan melalui trabekulum yang terletak pada pangkal iris di batas
kornea dan sklera.
c. Lapis ketiga bola mata adalah retina yang terletak paling dalam dan
mempunyai susunan lapis sebanyak 10 lapis yang merupakan lapis membran
neurosensoris yang akan merubah sinar menjadi rangsangan pada saraf optik
dan diteruskan ke otak.
Badan kaca mengisi rongga di dalam bola mata dan bersifat gelatin yang
hanya menempel papil saraf optik, macula dan pars plana.
Lensa terletak di belakang pupil yang dipegang di daerah ekuatornya
pada badan siliar melalui Zonula Zinn. Lensa mata mempunyai peranan pada
akomodasi atau melihat dekat sehingga sinar dapat difokuskan didaerah makula
lutea.
Terdapat 6 otot penggerak bola mata yaitu : otot oblik inferior, otot oblik
superior, otot rektus inferior, otot rektus lateral, otot rektus medius, otot rektus
superior.3
12
13
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf
siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V saraf siliar longus berjalan suprakorois,
masuk kedalam stroma kornea, menembus membran Bowman melepasan
selubung schwannya. Seluruh lapis epitel dipersarafi sampai pada kedua lapis
terdepan tanpa ada akhir saraf.3
2. Uvea
Lapis vaskular didalam bola mata yang terdiri atas iris, badan siliar dan
koroid. Perdarahan uvea dibedakan antar bagian anterior yang diperdarahi oleh 2
buah arteri siliar posterior longus dan 7 buah arteri siliar anterior. Uvea posterior
mendapat perdarahan dari 15-20 buah arteri siliar posterior brevis yang menembus
sklera disekitar tempat masuk saraf optik.3
Persarafan uvea didapatkan dari ganglion siliar yang terletak antara bola
mata dengan otot rektus lateral, 1 cm di depan foramen optik, yang menerima 3
akar saraf dibagian posterior yaitu :3
a. Saraf sensoris, yang berasal dari saraf nasosiliar yang mengandung serabut
sensoris untuk kornea, iris dan badan siliar.
b. Saraf simpatis
simpatis yang melingkari arteri karotis, mempersarafi uvea dan untuk dilatasi
pupil.
c. Akar saraf motor yang akan memberikan saraf parasimpatis untuk
mengecilkan pupil.
Iris mempunyai kemampuan mengatur secara otomatis masuknya sinar
kedalam bola mata. Reaksi pupil ini merupakan juga indikator untuk fungsi
simpatis (midriasis) dan parasimpatis (miosis) pupil. Badan siliar merupakan
susunan otot melingkar dan mempunyai system ekskresi di belakang limbus.3
Otot melingkar badan siliar bila berkontraksi pada akomodasi akan
mengakibatkan mengendornya zonula Zinn sehingga terjadi pencembungan lensa.
3. Pupil
Pupil anak berukuran kecil akibat belum berkembangnya saraf simpatis.
Orang dewasa ukuran pupil adalah sedang, dan orang tua pupil mengecil akibat
14
rasa silau yang dibangkitkan oleh lensa yang sklerosis. Pupil waktu tidur kecil, hal
ini diakibatkan oleh:
-
akomodasi dan untuk memperdalam fokus seperti pada kamera foto yang
difragmanya dikecilkan.3
15
ekuatornya pada badan siliar. Secara fisiologik lensa mempunyai sifat tertentu,
yaitu :3
-
Terletak ditempatnya.
6. Badan Kaca
Merupakan suatu jaringan seperti kaca bening yang terletak antara lensa
dengan retina. Badan kaca memiliki fungsi mempertahankan bola mata agar tetap
bulat. Peranannya mengisi ruang untuk meneruskan sinar dari lensa ke retina.
Melekat pada bagian tertentu jaringan bola mata. Perlekatan itu terdapat pada
bagian yang disebut ora serata, pars plana, dan papil saraf optik. Kebeningan
badan kaca disebabkan tidak terdapatnya pembuluh darah dan sel.3
7. Retina
Mengandung reseptor yang menerima rangsangan cahaya. Berbatasan
dengan koroid dan sel pigmen epitel retina, terdiri atas lapisan:3
a. Lapisan fotoreseptorm, merupakan lapis terluar retina terdiri atas sel batang
yang mempunyai bentuk ramping, dan sel kerucut.
b. Membran limitan eksterna yang merupakan membran ilusi.
c. Lapis nucleus luar, merupakan susunan lapis nukleus sel kerucut dan batang.
d. Lapis pleksiform luar, merupakan lapis aselular dan merupakan tempat
sinapsis sel fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal.
e. Lapis nukleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal dan sel
muller.
f. Lapis pleksiform dalam, merupakan lapis aselular dan tempat sinaps sel
bipolar, sel amakrin dengan sel ganglion.
16
g. Lapis sel ganglion yang merupakan lapis badan sel daripada neuron kedua.
h. Lapis serabut saraf, merupakan lapis akson sel ganglion menuju ke arah saraf
optik.
i. Membran limitan interna, merupakan membrane hialin antara retina dan badan
kaca.
Warna retina biasanya jingga. Pembuluh darah di dalam retina
merupakan cabang arteri oftalmika, arteri retina sentral masuk retina melalui papil
saraf yang akan memberikan nutrisi pada retina dalam. Lapisan luar retina atau sel
kerucut dan batang mendapat nutrisi dari koroid.
8. Saraf Optik
Saraf optik yang keluar dari polus posterior bola mata membawa 2 jenis
serabut saraf, yaitu ; saraf penglihatan dan serabut pupilmotor.3
9. Sklera
Bagian putih bola mata yang bersama sama dengan kornea merupakan
pembungkus dan pelindung isi bola mata. Sklera berjalan dari papil saraf optik
sampai kornea.
Sklera anterior ditutupi oleh 3 lapis jaringan ikat vaskular. Sklera
mempunyai kekakuan tertentu sehingga mempengaruhi pengukuran tekanan bola
mata. Walaupun sklera kaku dan tipisnya 1 mm ia masih tahan terhadap kontusi
trauma tumpul.3
Presbiopia
1. Definisi Presbiopia
Presbiopia merupakan gangguan penglihatan yang berkaitan dengan
usia. Hilangnya daya akomodasi yang terjadi bersamaan dengan proses penuaan
pada semua orang disebut presbiopia. Seseorang dengan mata emetrop (tanpa
17
terjadi pada usia 42 hingga 44 tahun. Studi di Amerika pada tahun 2006
menunjukkan 112 juta orang di Amerika mempunyai kelainan presbiopia.2
3. Etiologi Presbiopia
Etiologi dari presbiopia adalah kelemahan otot akomodasi dan lensa
mata tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya akibat sklerosis lensa.2,4
4. Patofisiologi Presbiopia
Cahaya masuk ke mata dan dibelokkan ( refraksi ) ketika melalui kornea
dan struktur-struktur lain dari mata ( kornea, humor aqueus, lensa, humor
vitreus ) yang mempunyai kepadatan berbeda-beda untuk difokuskan di retina.2
Mata mengatur ( akomodasi ) sedemikian rupa ketika melihat objek yang
jaraknya bervariasi dengan menipiskan dan menebalkan lensa. Penglihatan dekat
memerlukan kontraksi dari cilliary body, yang bisa memendekkan jarak antara
kedua sisi cilliary body yang diikuti relaksasi ligament pada lensa. Lensa menjadi
lebih cembung agar cahaya dapat terfokuskan pada retina.2
Pada mata presbiopia yang dapat terjadi karena kelemahan otot
akomodasi atau lensa mata tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya,
menyebabkan kurang bisa mengubah bentuk lensa untuk memfokuskan mata saat
melihat. Akibat gangguan tersebut bayangan jatuh di belakang retina. Karena daya
akomodasi berkurang, maka titik dekat mata makin menjauh.2
18
19
Presbiopia insipient merupakan tahap awal di mana gejala atau temuan klinis
menunjukkan beberapa kondisi efek penglihatan dekat. Pada presbiopia
insipient dibutuhkan usaha ekstra untuk membaca cetakan kecil. Biasanya,
pasien membutuhkan tambahan kacamata atau adisi, tetapi tidak tampak
kelainan bila dilakukan tes dan pasien lebih memilih untuk menolak diberikan
kacamata baca.
b. Presbiopia Fungsional
Ketika dihadapkan dengan amplitude akomodasi yang berangsur angsur
menurun, pasien dewasa akhirnya melaporkan adanya kesulitan melihat dan
akan didapatkan kelainan ketika diperiksa.
c. Presbiopia Absolut
Sebagai akibat dari penurunan akomodasi yang bertahap dan terus menerus,
dimana presbiopi fungsional berkembang menjadi presbiopia absolut.
Presbiopia absolut adalah kondisi di mana sesungguhnya tidak ada sisa
kemampuan akomodatif.
d. Presbiopia Prematur
Pada presbiopia prematur, kemampuan akomodasi penglihatan dekat menjadi
berkurang lebih cepat dari yang diharapkan. Presbiopia ini terjadi dini pada
usia sebelum 40 tahun. Berhubungan dengan lingkungan, gizi, penyakit atau
obat obatan, hipermetropia yang tidak terkoreksi, premature sklerosis dari
cristaline lensa, glaukoma simple kronik.
e. Presbiopia nocturnal
20
menjadi penyebab
sakit kepala
21
membaca dalam waktu singkat, merasa cetakan huruf yang dibaca kabur atau
ganda, kesulitan membaca tulisan huruf dengan cetakan kualitas rendah, saat
membaca membutuhkan cahaya yang lebih terang atau jarak yang lebih jauh,
saat membaca merasa sakit kepala dan mengantuk.
b. Pemeriksaan Oftamologi
-
Pasien duduk dengan jarak 6 m dari kartu snellen dengan satu mata
ditutup.
Pasien diminta membaca huruf yang tertulis di kartu, mulai dari baris
paling atas ke bawah, dan ditentukan baris terakhir yang masih dapat
dibaca seluruhnya dengan benar.
Bila pasien tidak dapat membaca baris paling atas ( terbesar ), maka
dilakukan uji hitung jari dari jarak 6 m.
Jika pasien tidak dapat menghitung jari pada jarak 6 m, maka jarak
dapat dikurangi satu meter, sampai maksimal jarak penguji dengan
pasien satu meter.
Jika pasien tidak dapat melihat, dilakukan uji lambaian tangan dari
jarak satu meter.
Jika pasien tetap tidak bisa melihat lambaian tangan, dilakukan uji
dengan arah sinar.
22
Bila dalam uji hitung jari, pasien hanya dapat melihat atau menentukan
jumlah jari yang diperlihatkan pada jarak 3 m, maka dinyatakan tajam
penglihatan 3/60. Jari terpisah dapat dilihat orang normal pada jarak 60
m.
Orang normal dapat melihat gerakan atau lambaian tangan pada jarak
300 m. Bila mata hanya dapat melihat lambaian tangan pada jarak 1
meter, berarti tajam penglihatan adalah 1/300.
Bila mata hanya mengenal adanya sinar saja, tidak dapat melihat
lambaian tangan, maka dikatakan sebagai 1/~. Orang normal dapat
melihat adanya sinar pada jarak tidak berhingga.
-
Pemeriksaan Presbiopia
Untuk usia lanjut dengan keluhan dalam membaca, dilanjutkan dengan
pemeriksaan presbiopia.
Cara :
Pasien diminta membaca kartu baca pada jarak 30-40 cm ( jarak baca)
9. Penatalaksanaan Presbiopia
Presbiopia dikoreksi dengan ,menggunakan lensa plus untuk mengatasi
daya fokus otomatis lensa yang hilang. Pada pasien presbiopia kacamata atau
adisi diperlukan untuk membaca dekat yang berkekuaan tertentu:2,4-6
23
positif terkuat yang dapat diberikan pada seseorang. Pemeriksaan adisi untuk
membaca perlu disesuaikan dengan kebutuhan jarak kerja pasien pada waktu
membaca. Pemeriksaan sangat subjektif sehingga angka angka di atas tidak
merupakan angka yang tetap.2,4
Kacamata baca memiliki koreksi-dekat di seluruh aperture kacamata
sehingga kacamata tersebut baik untuk membaca, tetapi membuat benda-benda
jauh menjadi kabur. Untuk mengatasi gangguan ini, dapat digunakan kacamata
yang bagian atasnya terbuka dan tidak terkoreksi untuk penglihatan jauh.
Kacamata bifokus melakukan hal serupa tetapi memungkinkan untuk koreksi
kalainan refraksi yang lain. Kacamata trifokus mengoreksi penglihatan jauh
disegmen atas, penglihatan sedang di segmen tengah, dan penglihatan dekat di
segmen bawah. Lensa progresif juga mengoreksi penglihatan dekat, sedang, dan
jauh tetapi dengan perubahan daya lensa yang progresif dan bukan bertingkat.1
10. Prognosis Presbiopia
Hampir semua pasien presbiopia dapat berhasil dalam menggunakan
salah satu pilihan penatalaksanaan. Dalam beberapa kasus (misalnya, pasien
presbiopia yang baru menggunakan kacamata, pemakai lensa kontak, pasien yang
memiliki riwayat kesulitan beradaptasi dengan koreksi visual), tambahan
kunjungan untuk tindak lanjut mungkin diperlukan. Selama kunjungan tersebut,
dokter mata dapat memberikan anjuran kepada pasien, verifikasi resep lensa dan
penyesuaian bingkai. Kadang-kadang, perubahan dalam desain lensa diperlukan.2
Kesimpulan
24
Daftar Pustaka
1. Whitcher JP, Paul RE. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum. Jakarta: EGC.
2009; 20:392-393.
2. American Optometric Association. Care of the patient with presbyopia. USA:
AOA, 2010.p.3-37.
3. Hartono, Hernowo AT, Sasongko MB, Nugroho A. Anatomi mata dan fisiologi
penglihatan. Dalam: Suhardjo, Hartono. Ilmu kesehatan mata. Yogyakarta:
Bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada,
2012.h.1-16.
4. Hartono, Yudono HR, Indrawati SG. Refraksi. Dalam: Suhardjo, Hartono.
Ilmu kesehatan mata. Yogyakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah Mada, 2012.h.145, 153-5.
5. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2010. 1: 3-74.
6. Khurana AK. Opthalmologi. New Delhi: New Age International Publishers.
2005. 3: 60-65.
25