Anda di halaman 1dari 25

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS
Nama

: Ny. M

Umur

: 48 tahun

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Suku

: Jawa

Kewarganegaraan : Indonesia
Agama

: Islam

Pekerjaan

: Karyawan

Alamat

: PLADEN , JEKULO , KUDUS

Tgl pemeriksaan : 11 Januari 2017


No. RM

: 007234

II. ANAMNESIS
A. Keluhan utama

: Pandangan kabur saat membaca dekat

B. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien merasa pandangan mata kabur saat membaca dekat.
Keluhan dirasakan sejak + 2 bulan yang lalu. Pada awalnya pasien merasa
kedua matanya hanya sedikit kabur sejak 6 bulan yang lalu. Namun, akhirakhir ini terasa semakin kabur, terlebih saat membaca huruf yang kecil
seperti di buku maupun koran. Bila membaca, pasien merasa lebih nyaman
saat buku atau koran dijauhkan.
Pada saat awal membaca, keluhan yang dirasakan hanya kabur.
Namun bila membaca dalam waktu agak lama, pasien merasa matanya
cepat lelah dan nrocos. Setelah selesai membaca, pasien sering merasa
pusing. Bila setelah membaca mata diistirahatkan, keluhan mata lelah,
nrocos, dan pusing menghilang. Namun, keluhan-keluhan tersebut muncul
lagi bila pasien membaca dalam waktu yang agak lama. Mata cepat lelah,
nrocos, dan pusing setelah membaca lebih dirasakan memberat jika

penerangan saat membaca kurang. Jika cahaya saat membaca cukup


terang, pasien merasa keluhan lebih ringan.
Pasein mengaku matanya tidak pernah terkena benturan, tidak
pernah tertusuk, tidak kelilipan, tidak terkena bahan kimia, dan tidak
sering dikucek. Pasien belum pernah memeriksakan diri ke dokter. Pasien
mengaku tidak merasa silau, tidak melihat lingkaran pelangi di sekitar bola
lampu yang menyala. Pasien tidak merasakan gatal di mata, tidak
mblobok, tidak ada rasa mengganjal dan perih di mata. Tidak didapatkan
mata merah. Pasien tidak ada keluhan mual dan muntah. Pandangan mata
saat melihat jauh tidak ada keluhan.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
-

Riwayat darah tinggi

: disangkal

Riwayat kencing manis

: disangkal

Riwayat alergi obat dan makanan

: disangkal

Riwayat pakai kacamata

: disangkal

Riwayat pakai lensa kontak

: disangkal

Riwayat trauma mata

: disangkal

Riwayat pemakaian obat-obat mata : disangkal

Riwayat operasi mata

: disangkal

D. Riwayat Penyakit Keluarga


- Riwayat darah tinggi

: disangkal

- Riwayat kencing manis

: disangkal

- Riwayat alergi

: disangkal

- Riwayat penyakit serupa

: disangkal

- Riwayat memakai kacamata

: disangkal

E. Kesimpulan Anamnesis
OD

OS

Proses

Degeneratif

Degeneratif

Lokalisasi

Media refrakta

Media refrakta

Sebab

Tidak diketahui

Tidak diketahui

Perjalanan

Komplikasi

III. PEMERIKSAAN FISIK


A. Kesan umum
Keadaan umum baik, compos mentis, gizi kesan cukup
T

: 110/80 mmHg

Rr

: 20x/menit

: 78x/menit

suhu : 36,8 C

B. Pemeriksaan subyektif
Visus Sentralis Jauh

OD

OS

1.0

1.0

Pinhole

tidak dilakukan

tidak dilakukan

Koreksi

Plano

plano

Autorefraktometer

tidak dilakukan

tidak dilakukan

Add +2,00

Add +2,00

-Konfrontasi test

dalam batas normal

dalam batas normal

-Proyeksi sinar

tidak dilakukan

tidak dilakukan

-Persepsi warna

Visus Sentralis Dekat


Koreksi
Visus Perifer

Merah

tidak dilakukan

tidak dilakukan

Hijau

tidak dilakukan

tidak dilakukan

C. Pemeriksaan Obyektif
1.

2.

3.

4.

Sekitar mata
Tanda radang

tidak ada

tidak ada

Luka

tidak ada

tidak ada

Parut

tidak ada

tidak ada

Kelainan warna

tidak ada

tidak ada

Kelainan bentuk

tidak ada

tidak ada

Warna

hitam

hitam

Tumbuhnya

normal

normal

Kulit

sawo matang

sawo matang

Pasangannya

dalam batas normal

dalam batas normal

Geraknya

dalam batas normal

dalam batas normal

Supercilium

Pasangan Bola Mata dalam Orbita


Heteroforia

tidak ada

tidak ada

Strabismus

tidak ada

tidak ada

Pseudostrabismus

tidak ada

tidak ada

Exophthalmus

tidak ada

tidak ada

Enophthalmus

tidak ada

tidak ada

Anophthalmus

tidak ada

tidak ada

Mikrophthalmus

tidak ada

tidak ada

Makrophthalmus

tidak ada

tidak ada

Ptosis bulbi

tidak ada

tidak ada

Atrofi bulbi

tidak ada

tidak ada

Bufthalmus

tidak ada

tidak ada

Megalokornea

tidak ada

tidak ada

Mikrokornea

tidak ada

tidak ada

Ukuran bola mata

5.

6.

Gerakan Bola Mata


Temporal Superior

dalam batas normal

dalam batas normal

Temporal Inferior

dalam batas normal

dalam batas normal

Temporal

dalam batas normal

dalam batas normal

Nasal Superior

dalam batas normal

dalam batas normal

Nasal Inferior

dalam batas normal

dalam batas normal

Nasal

dalam batas normal

dalam batas normal

Gerakan

dalam batas normal

dalam batas normal

Oedem

tidak ada

tidak ada

Hiperemis

tidak ada

tidak ada

Lebar Rima

10 mm

10 mm

Oedem

tidak ada

tidak ada

Hiperemi

tidak ada

tidak ada

Entropion

tidak ada

tidak ada

Ekstropion

tidak ada

tidak ada

Kelopak Mata

Tepi Kelopak Mata

7.

Sekitar saccus lakrimalis


Oedem

tidak ada

tidak ada

Hiperemi

tidak ada

tidak ada

8.

9.

10.

Sekitar Glandula lakrimalis


Oedem

tidak ada

tidak ada

Hiperemis

tidak ada

tidak ada

Tekanan Intra Okuler


Palpasi

kesan normal

kesan normal

Tonometer Schiotz

tidak dilakukan

tidak dilakukan

Konjungtiva
Konjungtiva palpebra superior
Oedem

tidak ada

tidak ada

Hiperemis

tidak ada

tidak ada

Sekret

tidak ada

tidak ada

Konjungtiva palpebra inferior


Oedem

tidak ada

tidak ada

Hiperemis

tidak ada

tidak ada

Sikatrik

tidak ada

tidak ada

Oedem

tidak ada

tidak ada

Hiperemis

tidak ada

tidak ada

Sekret

tidak ada

tidak ada

Oedem

tidak ada

tidak ada

Hiperemis

tidak ada

tidak ada

Sekret

tidak ada

tidak ada

Injeksi Konjungtiva

tidak ada

tidak ada

Injeksi Siliar

tidak ada

tidak ada

Konjungtiva Fornix

Konjungtiva Bulbi

Subkonjungtiva
Hematom
11.

12.

tidak ada

tidak ada

Warna

putih

putih

Penonjolan

tidak ada

tidak ada

Sklera

Kornea
Ukuran

13.

14.

15.

12 mm

12 mm

Limbus

normal

normal

Permukaan

rata

rata

Sensibilitas

normal

normal

Keratoskop

tidak dilakukan

tidak dlakukan

Flourescin Test

tidak dilakukan

tidak dlakukan

Arcus Senilis

ada

ada

Kamera Okuli Anterior


Isi

jernih

jernih

Kedalaman

dalam

dalam

Warna

cokelat

cokelat

Bentuk

bulat

bulat

Sinekia anterior

tidak ada

tidak ada

Sinekia posterior

tidak ada

tidak ada

Iris

Pupil
Ukuran

3 mm

3 mm

Letak

sentral

sentral

Bentuk

bulat

bulat

Reaksi terhadap

Cahaya langsung

16.

17.

(+)

(+)

Cahaya tak langsung :

(+)

(+)

Konvergensi

(+)

(+)

Ada/tidak

ada

ada

Kejernihan

jernih

jernih

Letak

sentral

sentral

Shadow test

tidak didapat

tidak didapat

tidak dilakukan

tidak dilakukan

Lensa

Corpus vitreum
Kejernihan

IV. KESIMPULAN PEMERIKSAAN


Visus sentralis jauh

OD

OS

6/6

6/6

Pinhole

tidak dilakukan

tidak dilakukan

Koreksi

E (Add +2,00)

E (Add +2,00)

Autorefraktometer

tidak dilakukan

tidak dilakukan

Sekitar mata

dalam batas normal

dalam batas normal

Supercilium

dalam batas normal

dalam batas normal

Pasangan bola mata

dalam batas normal

dalam batas normal

Ukuran bola mata

dalam batas normal

dalam batas normal

Gerakan bola mata

dalam batas normal

dalam batas normal

Kelopak mata

dalam batas normal

dalam batas normal

Sekitar saccus lakrimalis

dalam batas normal

dalam batas normal

Sekitar glandula lakrimalis

dalam batas normal

dalam batas normal

Tekanan intraokuler

kesan normal

kesan normal

Konjungtiva bulbi

dalam batas normal

dalam batas normal

Konjungtiva palpebra

dalam batas normal

dalam batas normal

dalam orbita

Konjungtiva forniks

dalam batas normal

dalam batas normal

Sub konjungtiva

dalam batas normal

dalam batas normal

Sklera

putih

putih

Kornea

arcus senilis

arcus senilis

Camera oculi anterior

kesan normal

kesan normal

Iris

bulat cokelat

bulat cokelat

Pupil

bulat sentral 3 mm

bulat sentral 3 mm

Lensa

jernih

jernih

Corpus vitreum

tidak dievaluasi

tidak dievaluasi

V. DIAGNOSIS BANDING
- Hipermetropi
- Astigmatisme
- Miopi
VI. DIAGNOSIS
ODS Presbiopi
VII. TERAPI
1. Preventif
Hindari membaca terlalu dekat dan di ruang yang kurang pencahayaan.
2. Promotif
- Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit ini akan terus berlanjut dan
dikarenakan proses degeneratif.
- Menganjurkan agar pasien memeriksakan mata ke dokter spesialis mata.

3. Kuratif
Koreksi kacamata untuk membaca menggunakan lensa S +2,00
KANAN

KIRI

Vitrum Vitrim

Axis

Prisma

Vitrum

Vitrim

basis

spheris

cylind

Axis

Prisma

Distand

basis

vitror

spheris

cylind

jauh

Plano

Plano

65

dekat

+2,00

+2,00

63

4. Rehabilitatif
Mengistirahatkan mata setelah membaca atau menonton TV selama 1-2 jam.

VIII. PROGNOSIS
OD

OS

Ad vitam

ad Bonam

ad Bonam

Ad sanam

ad Bonam

ad Bonam

Ad fungsionam

ad Bonam

ad Bonam

Ad cosmeticum

ad Bonam

ad Bonam

10

Bab I
Pendahuluan
Seseorang mungkin memiliki penglihatan normal, mendekati normal, dan
ada yang mengalami penurunan penglihatan yang sedang hingga berat. Semua
pasien berpenglihatan kurang memiliki penglihatan yang berfungsi hingga derajat
tertentu walaupun penurunan penglihatannya mungkin bermakna. Di Amerika
serikat, lebih dari 6 juta orang mengalami gangguan penglihatan. Lebih dari 75%
pasien yang berobat berusia 65 tahun atau lebih.1
Presbiopia merupakan hasil dari penurunan bertahap yang merupakan
penyesuaian diri terhadap usia dan dapat mempunyai beberapa efek pada kualitas
penglihatan dan kualitas hidup. Satu kasus presbiopi tanpa koreksi optik
menghasilkan ketidakmampuan untuk melakukan sekali usaha melihat dekat pada
suatu jarak tanpa mengalami gejala-gejala penglihatan. Presbiopi diartikan
menjadi Kegagalan penglihatan yang tidak dapat diubah, serta merupakan
perubahan yang tidak dapat dijelaskan dan menjadi syok psikologis.2
Ketika amplitudo akomodasi berkurang, jangkauan pandangan yang jelas
mungkin menjadi tidak cukup untuk melakukan tugas yang biasa dilakuan pasien.
Efek dari proses ini berbeda beda pada setiap orang. Mereka yang sering
menuntut untuk melakukan penglihatan dekat kemungkinan untuk memiliki
banyak kesulitan. Karena kebutuhan untuk membaca di jarak dekat dan jarak
menengah sangat penting di semua masyarakat.2

11

Bab II
Tinjauan Pustaka
2.1 Anatomi Bola Mata
Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bola mata
dibungkus oleh 3 lapis jaringan, yaitu:3
a. Sklera merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada
mata, merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata.
b. Jaringan uvea merupakan jaringan vascular. Terdiri atas iris, badan siliar, dan
koroid. Pada iris didapatkan pupil yang oleh 3 susunan otot dapat mengatur
jumlah sinar masuk kedalam bola mata. Otot siliar yang terletak di badan siliar
mengatur bentuk lensa untuk kebutuhan akomodasi. Badan siliar yang terletak
dibelakang iris menghasilkan cairan bilik mata (akuos humor), yang
dikeluarkan melalui trabekulum yang terletak pada pangkal iris di batas
kornea dan sklera.
c. Lapis ketiga bola mata adalah retina yang terletak paling dalam dan
mempunyai susunan lapis sebanyak 10 lapis yang merupakan lapis membran
neurosensoris yang akan merubah sinar menjadi rangsangan pada saraf optik
dan diteruskan ke otak.
Badan kaca mengisi rongga di dalam bola mata dan bersifat gelatin yang
hanya menempel papil saraf optik, macula dan pars plana.
Lensa terletak di belakang pupil yang dipegang di daerah ekuatornya
pada badan siliar melalui Zonula Zinn. Lensa mata mempunyai peranan pada
akomodasi atau melihat dekat sehingga sinar dapat difokuskan didaerah makula
lutea.
Terdapat 6 otot penggerak bola mata yaitu : otot oblik inferior, otot oblik
superior, otot rektus inferior, otot rektus lateral, otot rektus medius, otot rektus
superior.3

12

Gambar 1. Anatomi Bola Mata


1. Kornea
Kornea (Latin cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening mata,
bagian selaput mata yang tembus cahaya, merupakan lapisan jaringan yang
menutup bola mata sebelah depan dan terdiri atas lapis :3,4
a. Epitel
b. Membran bowman
c. Stroma
d. Membran descement
e. Endotel

13

Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf
siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V saraf siliar longus berjalan suprakorois,
masuk kedalam stroma kornea, menembus membran Bowman melepasan
selubung schwannya. Seluruh lapis epitel dipersarafi sampai pada kedua lapis
terdepan tanpa ada akhir saraf.3
2. Uvea
Lapis vaskular didalam bola mata yang terdiri atas iris, badan siliar dan
koroid. Perdarahan uvea dibedakan antar bagian anterior yang diperdarahi oleh 2
buah arteri siliar posterior longus dan 7 buah arteri siliar anterior. Uvea posterior
mendapat perdarahan dari 15-20 buah arteri siliar posterior brevis yang menembus
sklera disekitar tempat masuk saraf optik.3
Persarafan uvea didapatkan dari ganglion siliar yang terletak antara bola
mata dengan otot rektus lateral, 1 cm di depan foramen optik, yang menerima 3
akar saraf dibagian posterior yaitu :3
a. Saraf sensoris, yang berasal dari saraf nasosiliar yang mengandung serabut
sensoris untuk kornea, iris dan badan siliar.
b. Saraf simpatis

yang membuat pupil berdilatasi, yang berasal dari saraf

simpatis yang melingkari arteri karotis, mempersarafi uvea dan untuk dilatasi
pupil.
c. Akar saraf motor yang akan memberikan saraf parasimpatis untuk
mengecilkan pupil.
Iris mempunyai kemampuan mengatur secara otomatis masuknya sinar
kedalam bola mata. Reaksi pupil ini merupakan juga indikator untuk fungsi
simpatis (midriasis) dan parasimpatis (miosis) pupil. Badan siliar merupakan
susunan otot melingkar dan mempunyai system ekskresi di belakang limbus.3
Otot melingkar badan siliar bila berkontraksi pada akomodasi akan
mengakibatkan mengendornya zonula Zinn sehingga terjadi pencembungan lensa.
3. Pupil
Pupil anak berukuran kecil akibat belum berkembangnya saraf simpatis.
Orang dewasa ukuran pupil adalah sedang, dan orang tua pupil mengecil akibat

14

rasa silau yang dibangkitkan oleh lensa yang sklerosis. Pupil waktu tidur kecil, hal
ini diakibatkan oleh:
-

Berkurangnya rangsangan simpatis

Kurang rangsangan hambatan miosis


Fungsi mengecilnya pupil untuk mencagah aberasi kromatis pada

akomodasi dan untuk memperdalam fokus seperti pada kamera foto yang
difragmanya dikecilkan.3

4. Sudut Bilik Mata Depan


Sudut bilik mata yang dibentuk jaringan korneosklera dangen pangkal
iris. Pada bagian ini terjadi pengaliran keluar cairan bilik mata. Bila terdapat
hambatan pengaliran keluar cairan mata akan terjadi penimbunan cairan bilik
mata di dalam bola mata sehingga tekanan bola mata meninggi atau glaukoma.3
5. Lensa Mata
Jaringan ini berasal dari ektoderm permukaan yang berbentuk lensa di
dalam mata dan bersifat bening. Terletak dibelakang iris yang terdiri dari zat
tembus cahaya berbentuk seperti cakram, yang dapat menebal dan menipis pada
saat terjadinya akomodasi. Berbentuk lempeng cakram bikonveks dan terletak di
dalam bilik mata belakang.3
Epitel lensa akan membentuk serat lensa terus menerus sehingga
mengakibatkan memadatnya serat lensa di bagian sentral lensa sehingga
membentuk nukleus lensa. Di bagian luar nukleus ini terdapat serat lensa yang
lebih muda dan disebut sebagai korteks lensa. Nukleus lensa mempunyai
konsistensi lebih keras di banding korteks lensa yang lebih muda. Di bagian
perifer kapsul lensa terdapat zonula Zinn yang ,menggantungkan lensa di seluruh

15

ekuatornya pada badan siliar. Secara fisiologik lensa mempunyai sifat tertentu,
yaitu :3
-

Kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi


untuk menjadi cembung.

Jernih atau transparan karena diperluka sebagai media penglihatan.

Terletak ditempatnya.

6. Badan Kaca
Merupakan suatu jaringan seperti kaca bening yang terletak antara lensa
dengan retina. Badan kaca memiliki fungsi mempertahankan bola mata agar tetap
bulat. Peranannya mengisi ruang untuk meneruskan sinar dari lensa ke retina.
Melekat pada bagian tertentu jaringan bola mata. Perlekatan itu terdapat pada
bagian yang disebut ora serata, pars plana, dan papil saraf optik. Kebeningan
badan kaca disebabkan tidak terdapatnya pembuluh darah dan sel.3
7. Retina
Mengandung reseptor yang menerima rangsangan cahaya. Berbatasan
dengan koroid dan sel pigmen epitel retina, terdiri atas lapisan:3
a. Lapisan fotoreseptorm, merupakan lapis terluar retina terdiri atas sel batang
yang mempunyai bentuk ramping, dan sel kerucut.
b. Membran limitan eksterna yang merupakan membran ilusi.
c. Lapis nucleus luar, merupakan susunan lapis nukleus sel kerucut dan batang.
d. Lapis pleksiform luar, merupakan lapis aselular dan merupakan tempat
sinapsis sel fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal.
e. Lapis nukleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal dan sel
muller.
f. Lapis pleksiform dalam, merupakan lapis aselular dan tempat sinaps sel
bipolar, sel amakrin dengan sel ganglion.

16

g. Lapis sel ganglion yang merupakan lapis badan sel daripada neuron kedua.
h. Lapis serabut saraf, merupakan lapis akson sel ganglion menuju ke arah saraf
optik.
i. Membran limitan interna, merupakan membrane hialin antara retina dan badan
kaca.
Warna retina biasanya jingga. Pembuluh darah di dalam retina
merupakan cabang arteri oftalmika, arteri retina sentral masuk retina melalui papil
saraf yang akan memberikan nutrisi pada retina dalam. Lapisan luar retina atau sel
kerucut dan batang mendapat nutrisi dari koroid.

8. Saraf Optik
Saraf optik yang keluar dari polus posterior bola mata membawa 2 jenis
serabut saraf, yaitu ; saraf penglihatan dan serabut pupilmotor.3
9. Sklera
Bagian putih bola mata yang bersama sama dengan kornea merupakan
pembungkus dan pelindung isi bola mata. Sklera berjalan dari papil saraf optik
sampai kornea.
Sklera anterior ditutupi oleh 3 lapis jaringan ikat vaskular. Sklera
mempunyai kekakuan tertentu sehingga mempengaruhi pengukuran tekanan bola
mata. Walaupun sklera kaku dan tipisnya 1 mm ia masih tahan terhadap kontusi
trauma tumpul.3
Presbiopia
1. Definisi Presbiopia
Presbiopia merupakan gangguan penglihatan yang berkaitan dengan
usia. Hilangnya daya akomodasi yang terjadi bersamaan dengan proses penuaan
pada semua orang disebut presbiopia. Seseorang dengan mata emetrop (tanpa

17

kesalahan refraksi) akan mulai merasakan ketidakmampuan membaca huruf kecil


atau membedakan benda-benda kecil yang terletak berdekatan pada usia sekitar
44-46 tahun.1 Gagal penglihatan dekat akibat usia, berhubungan dengan
penurunan amplitudo akomodasi atau peningkatan punctum proximum.2,4,5
2. Epidemiologi Presbiopia
Prevalensi presbiopi lebih tinggi pada populasi dengan usia harapan
hidup yang tinggi. Karena presbiopi berhubungan dengan usia, prevalensinya
berhubungan langsung dengan orang-orang lanjut usia dalam populasinya.
Walaupun sulit untuk melakukan perkiraan insiden presbiopia karena
onsetnya

yang lambat, tetapi bisa dilihat bahwa insiden tertinggi presbiopia

terjadi pada usia 42 hingga 44 tahun. Studi di Amerika pada tahun 2006
menunjukkan 112 juta orang di Amerika mempunyai kelainan presbiopia.2
3. Etiologi Presbiopia
Etiologi dari presbiopia adalah kelemahan otot akomodasi dan lensa
mata tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya akibat sklerosis lensa.2,4
4. Patofisiologi Presbiopia
Cahaya masuk ke mata dan dibelokkan ( refraksi ) ketika melalui kornea
dan struktur-struktur lain dari mata ( kornea, humor aqueus, lensa, humor
vitreus ) yang mempunyai kepadatan berbeda-beda untuk difokuskan di retina.2
Mata mengatur ( akomodasi ) sedemikian rupa ketika melihat objek yang
jaraknya bervariasi dengan menipiskan dan menebalkan lensa. Penglihatan dekat
memerlukan kontraksi dari cilliary body, yang bisa memendekkan jarak antara
kedua sisi cilliary body yang diikuti relaksasi ligament pada lensa. Lensa menjadi
lebih cembung agar cahaya dapat terfokuskan pada retina.2
Pada mata presbiopia yang dapat terjadi karena kelemahan otot
akomodasi atau lensa mata tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya,
menyebabkan kurang bisa mengubah bentuk lensa untuk memfokuskan mata saat
melihat. Akibat gangguan tersebut bayangan jatuh di belakang retina. Karena daya
akomodasi berkurang, maka titik dekat mata makin menjauh.2

18

Akomodasi suatu proses aktif yang memerlukan usaha otot, sehingga


dapat lelah. Jelas musculus cilliary salah satu otot yang terlazim digunakan dalam
tubuh. Derajat kelengkungan lens yang dapat ditingkatkan jelas terbatas dan sinar
cahaya dari suatu objek yang sangat dekat individu tak dapat dibawa ke suatu
focus di atas retina, bahkan dengan usaha terbesar. Titik terdekat dengan mata,
tempat suatu objek dapat dibawa ke fokus jelas dengan akomodasi dinamai titik
dekat penglihatan. Titik dekat berkurang selama hidup, mula-mula pelan-pelan
dan kemudian secara cepat dengan bertambanya usia, dari sekitar 9 cm pada usia
10 tahun sampai sekitar 83 cm pada usia 60 tahun. Pengurangan ini terutama
karena peningkatan kekerasan lens, dengan akibat kehilangan akomodasi karena
penurunan terus-menerus dalam derajat kelengkungan lens yang dapat
ditingkatkan. Dengan berlalunya waktu, individu normal mencapai usia 40-45
tahun, biasanya kehilangan akomodasi, telah cukup menyulitkan individu
membaca dan pekerjaan dekat.2,4
5. Faktor Resiko Presbiopia
Usia merupakan faktor resiko utama penyebab presbiopia. Namun pada
kondisi tertentu dapat terjadi presbiopia prematur sebagai hasil dari faktor-faktor
seperti trauma, penyakit sistemik, penyakit jantung, atau efek samping obat.2
a. Usia, terjadi pada atau setelah usia 40 tahun.
b. Penyakit atau trauma pada mata, kerusakan pada lensa, zonula, atau otot siliar.
c. Penyakit sistemik : diabetes mellitus, multiple sklerosis, kejadian
kardiovaskular, anemia, Influenza, campak.
d. Obat-obatan, penurunan akomodasi adalah efeksamping dari obat
nonprescription dan prescription (contoh : alkohol, klorprozamin,
hidroklorotiazid, antidepresan, antipsikotik, antihistamin, diuretik).
e. Lain-lain : Kurang gizi, penyakit dekompresi.
6. Klasifikasi Presbiopia2
a. Presbiopia insipient

19

Presbiopia insipient merupakan tahap awal di mana gejala atau temuan klinis
menunjukkan beberapa kondisi efek penglihatan dekat. Pada presbiopia
insipient dibutuhkan usaha ekstra untuk membaca cetakan kecil. Biasanya,
pasien membutuhkan tambahan kacamata atau adisi, tetapi tidak tampak
kelainan bila dilakukan tes dan pasien lebih memilih untuk menolak diberikan
kacamata baca.
b. Presbiopia Fungsional
Ketika dihadapkan dengan amplitude akomodasi yang berangsur angsur
menurun, pasien dewasa akhirnya melaporkan adanya kesulitan melihat dan
akan didapatkan kelainan ketika diperiksa.

c. Presbiopia Absolut
Sebagai akibat dari penurunan akomodasi yang bertahap dan terus menerus,
dimana presbiopi fungsional berkembang menjadi presbiopia absolut.
Presbiopia absolut adalah kondisi di mana sesungguhnya tidak ada sisa
kemampuan akomodatif.
d. Presbiopia Prematur
Pada presbiopia prematur, kemampuan akomodasi penglihatan dekat menjadi
berkurang lebih cepat dari yang diharapkan. Presbiopia ini terjadi dini pada
usia sebelum 40 tahun. Berhubungan dengan lingkungan, gizi, penyakit atau
obat obatan, hipermetropia yang tidak terkoreksi, premature sklerosis dari
cristaline lensa, glaukoma simple kronik.
e. Presbiopia nocturnal

20

Presbiopia nokturnal adalah kondisi dimana terjadi kesulitan untuk melihat


dekat disebabkan oleh penurunan amplitudo akomodasi di cahaya redup.
Peningkatan ukuran pupil, dan penurunan kedalaman

menjadi penyebab

berkurangnya jarak penglihatan dekat dalam cahaya redup.


7. Gejala Presbiopia
Presbiopia terjadi secara bertahap. Penglihatan yang kabur, dan ketidak
mampuan melihat benda benda yang biasanya dapat dilihat pada jarak dekat
merupakan gejala dari presbiopia. Gejala lain yang umumnya terjadi pada
presbiopia adalah:2,4,5
-

keterlambatan saat memfokuskan pada jarak dekat

mata terasa tidak nyaman, berair, dan sering terasa pedas

sakit kepala

astenopia karena kelelahan pada otot siliar

menyipitkan mata saat membaca

kelelahan atau mengantuk saat membaca dekat

membutuhkan cahaya yang lebih terang untuk membaca.


Kesulitan melihat pada jarak dekat yang biasa dilakukan dan mengubah

atau mempertahankan fokus disebabkan oleh penurunan amplitudo akomodasi.


Penggunaan cahaya terang untuk membaca pada pasien menyebabkan
penyempitan pupil, sehingga peningkatan kedalaman fokus. Kelelahan dan sakit
kepala berhubungan dengan kontraksi otot orbicularis atau bagian dari otot
occipitofrontalis, dan diduga berhubungan dengan ketegangan dan frustrasi atas
ketidakmampuan untuk mempertahankan
jelas penglihatan dekat. Mengantuk dikaitkan dengan upaya fisik dikeluarkan
untuk akomodasi selama beberapa waktu.2,4,5
8. Diagnosa Presbiopia2,4,6
a. Anamnesa
Anamnesa gejala gejala dan tanda presbiopi. Keluhan pasien terkait
presbiopi dapat bermacam-macam, misalnya pasien merasa hanya mampu

21

membaca dalam waktu singkat, merasa cetakan huruf yang dibaca kabur atau
ganda, kesulitan membaca tulisan huruf dengan cetakan kualitas rendah, saat
membaca membutuhkan cahaya yang lebih terang atau jarak yang lebih jauh,
saat membaca merasa sakit kepala dan mengantuk.
b. Pemeriksaan Oftamologi
-

Pemeriksaan Tajam Penglihatan


Dilakukan di kamar yang tidak terlalu terang dengan Kartu Snellen.
Cara :

Pasien duduk dengan jarak 6 m dari kartu snellen dengan satu mata
ditutup.

Pasien diminta membaca huruf yang tertulis di kartu, mulai dari baris
paling atas ke bawah, dan ditentukan baris terakhir yang masih dapat
dibaca seluruhnya dengan benar.

Bila pasien tidak dapat membaca baris paling atas ( terbesar ), maka
dilakukan uji hitung jari dari jarak 6 m.

Jika pasien tidak dapat menghitung jari pada jarak 6 m, maka jarak
dapat dikurangi satu meter, sampai maksimal jarak penguji dengan
pasien satu meter.

Jika pasien tidak dapat melihat, dilakukan uji lambaian tangan dari
jarak satu meter.

Jika pasien tetap tidak bisa melihat lambaian tangan, dilakukan uji
dengan arah sinar.

Jika penglihatan sama sekali tidak mengenal adanya sinar, maka


dikatakan penglihatannya adalah nol (0) atau buta total.
Penilaian :
Tajam penglihatan normal adalah 6/6. Berarti pasien dapat membaca
seluruh huruf dalam kartu snellen dengan benar.
Bila baris yang dapat dibaca seluruhnya bertanda 30, maka dikatakan
tajam penglihatan 6/30. Berarti ia hanya dapat melihat pada jarak 6 m
yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 30 m.

22

Bila dalam uji hitung jari, pasien hanya dapat melihat atau menentukan
jumlah jari yang diperlihatkan pada jarak 3 m, maka dinyatakan tajam
penglihatan 3/60. Jari terpisah dapat dilihat orang normal pada jarak 60
m.
Orang normal dapat melihat gerakan atau lambaian tangan pada jarak
300 m. Bila mata hanya dapat melihat lambaian tangan pada jarak 1
meter, berarti tajam penglihatan adalah 1/300.
Bila mata hanya mengenal adanya sinar saja, tidak dapat melihat
lambaian tangan, maka dikatakan sebagai 1/~. Orang normal dapat
melihat adanya sinar pada jarak tidak berhingga.
-

Pemeriksaan Presbiopia
Untuk usia lanjut dengan keluhan dalam membaca, dilanjutkan dengan
pemeriksaan presbiopia.

Cara :

Dilakukan penilaian tajam penglihatan dan koreksi kelainan refraksi


bila terdapat myopia, hipermetropia, atau astigmatisma, sesuai
prosedur di atas.

Pasien diminta membaca kartu baca pada jarak 30-40 cm ( jarak baca)

Diberikan lensa mulai +1 dinaikkan perlahan-lahan sampai terbaca


huruf terkecil pada kartu baca dekat dan kekuatan lensa ini ditentukan.

Dilakukan pemeriksaan mata satu per satu.

9. Penatalaksanaan Presbiopia
Presbiopia dikoreksi dengan ,menggunakan lensa plus untuk mengatasi
daya fokus otomatis lensa yang hilang. Pada pasien presbiopia kacamata atau
adisi diperlukan untuk membaca dekat yang berkekuaan tertentu:2,4-6

+ 1.0 D untuk usia 40 tahun

23

+ 1.5 D untuk usia 45 tahun

+ 2.0 D untuk usia 50 tahun

+ 2.5 D untuk usia 55 tahun

+ 3.0 D untuk usia 60 tahun


Karena jarak baca biasanya 33 cm, maka adisi + 3.0 dioptri adalah lensa

positif terkuat yang dapat diberikan pada seseorang. Pemeriksaan adisi untuk
membaca perlu disesuaikan dengan kebutuhan jarak kerja pasien pada waktu
membaca. Pemeriksaan sangat subjektif sehingga angka angka di atas tidak
merupakan angka yang tetap.2,4
Kacamata baca memiliki koreksi-dekat di seluruh aperture kacamata
sehingga kacamata tersebut baik untuk membaca, tetapi membuat benda-benda
jauh menjadi kabur. Untuk mengatasi gangguan ini, dapat digunakan kacamata
yang bagian atasnya terbuka dan tidak terkoreksi untuk penglihatan jauh.
Kacamata bifokus melakukan hal serupa tetapi memungkinkan untuk koreksi
kalainan refraksi yang lain. Kacamata trifokus mengoreksi penglihatan jauh
disegmen atas, penglihatan sedang di segmen tengah, dan penglihatan dekat di
segmen bawah. Lensa progresif juga mengoreksi penglihatan dekat, sedang, dan
jauh tetapi dengan perubahan daya lensa yang progresif dan bukan bertingkat.1
10. Prognosis Presbiopia
Hampir semua pasien presbiopia dapat berhasil dalam menggunakan
salah satu pilihan penatalaksanaan. Dalam beberapa kasus (misalnya, pasien
presbiopia yang baru menggunakan kacamata, pemakai lensa kontak, pasien yang
memiliki riwayat kesulitan beradaptasi dengan koreksi visual), tambahan
kunjungan untuk tindak lanjut mungkin diperlukan. Selama kunjungan tersebut,
dokter mata dapat memberikan anjuran kepada pasien, verifikasi resep lensa dan
penyesuaian bingkai. Kadang-kadang, perubahan dalam desain lensa diperlukan.2

Kesimpulan

24

Presbiopia merupakan gangguan akomodasi yang berhubungan dengan


proses penuaan. Akibat gangguan akomodasi ini maka pada pasien berusia lebih
dari 40 tahun akan memberikan keluhan setelah membaca yaitu berupa mata lelah,
berair, dan sering terasa pedas.
Gangguan akomodasi pada usia lanjut dapat terjadi akibat kelemahan otot
akomodasi dan lensa mata tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya akibat
sklerosis lensa
Penatalaksanaan pada pasien presbiopi dapat diberikan kacamata yang
berkekuatan :
+ 1.0 D untuk usia 40 tahun
+ 1.5 D untuk usia 45 tahun
+ 2.0 D untuk usia 50 tahun
+ 2.5 D untuk usia 55 tahun
+ 3.0 D untuk usia 60 tahun
Selain itu pada penderita presbiopia dapat juga dilakukan pembedahan,
namun keselamatan, keberhasilan dan kepuasan pasien masih belum bisa
ditetapkan.

Daftar Pustaka
1. Whitcher JP, Paul RE. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum. Jakarta: EGC.
2009; 20:392-393.
2. American Optometric Association. Care of the patient with presbyopia. USA:
AOA, 2010.p.3-37.
3. Hartono, Hernowo AT, Sasongko MB, Nugroho A. Anatomi mata dan fisiologi
penglihatan. Dalam: Suhardjo, Hartono. Ilmu kesehatan mata. Yogyakarta:
Bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada,
2012.h.1-16.
4. Hartono, Yudono HR, Indrawati SG. Refraksi. Dalam: Suhardjo, Hartono.
Ilmu kesehatan mata. Yogyakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah Mada, 2012.h.145, 153-5.
5. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2010. 1: 3-74.
6. Khurana AK. Opthalmologi. New Delhi: New Age International Publishers.
2005. 3: 60-65.

25

Anda mungkin juga menyukai