Anda di halaman 1dari 6

DESKRIPSI KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : N.J
Usia : 68 th
Jenis kelamin : Perempuan
Suku : Jawa
Agama : Islam
Alamat : Jl.Airlangga II, Gg. V / 13, Ngasem
Pekerjaan :
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama: penglihatan kabur
Riwayat Penyakit Sekarang:
Kedua mata terasa kabur sejak 2 tahun yang lalu, 3 bulan yang lalu
pandangan mata kiri seperti tertutup kabut putih. sakit/nyeri mata (-),
kemeng/cekot-cekot (-), nrocoh (-), sekresi mukus berlebih (-), gatal (-),
merah (-), silau (-), perih (-).
Riwayat Penyakit Dahulu:
Tidak pernah seperti ini sebelumnya, belum pernah memakai kacamata
sebelumnya, riwayat hipertensi (+), riwayat Diabetes Mellitus (+), alergi
obat (-), 1 minggu yang lalu ops katarak OS
Riwayat Penyakit Keluarga: (-)
Riwayat Sosial: (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Status generalis
Kesadaran : compos mentis
Status gizi : cukup
BB : 70 Kg
TB : 155 cm
Vital Sign
TD : 130/80 mmHg
Nadi : 87x/menit
RR : 20x/menit
Visus :
VOD : 0,4
VOS : 0,4
Koreksi : OD S -0,25
OS S +1,75

1
Addisi : +3,00
Pergerakan bola mata:

OD OS
bisa semua arah bisa semua arah
Tekanan Intra Okuler :
TOD = Normal
TOS = Normal
Segmen anterior okuli dextra sinistra:
o Palpebra : Edema -/-, hiperemi -/-
o Konjungtiva : CVI -/- , PCVI -/-, subconjunctival bleeding -/-,
sekret -/-
o Kornea : Jernih + / +
o BMD : Dalam + / +, jernih + / +
o Iris : Reguler + / +, iris shadow - / -
o Pupil : Refleks pupil + / +, bulat + / +
o Lensa : Kesan Jernih / Kesan Jernih

OD OS
Segmen posterior okuli dextra sinistra : tidak di evaluasi
III. DIAGNOSIS
Miopia, Hipermetropia, dan Presbiopia
IV. DIAGNOSIS BANDING
-
V. TERAPI
Koreksi miopia dengan lensa sferis negatif terkecil yang
menghasilkan visus terbaik
Koreksi hipermetropia dengan lensa sferis positif terbesar yang
menghasilkan visus terbaik
Koreksi presbiopia dengan kacamata bifokal dengan lensa sferis
positif +3,00
VI. PROGNOSIS
Dubia ad bonam
VII. TINJAUAN PUSTAKA
Mata kanan didiagnosis miopia, miopia merupakan rabun jauh,
akibat ketidakmampuan untuk melihat jauh, akan tetapi dapat melihat
dekat dengan lebih baik. Miopia adalah Kelainan refraksi dimana sinar
sejajar yang masuk ke mata dalam keadaan istirahat (tanpa akomodasi)
akan dibias membentuk bayangan di depan retina.

2
Miopia disebabkan karena pembiasan sinar di dalam mata yang
terlalu kuat untuk panjangnya bola mata akibat :
1. Sumbu aksial mata lebih panjang dari normal (diameter antero-
posterior yang lebih panjang, bola mata yang lebih panjang ) disebut
sebagai miopia aksial
2. Kurvatura kornea atau lensa lebih kuat dari normal (kornea terlalu
cembung atau lensa mempunyai kecembungan yang lebih kuat) disebut
miopia kurvatura/refraktif
3. Indeks bias mata lebih tinggi dari normal, misalnya pada diabetes
mellitus. Kondisi ini disebut miopia indeks
4. Miopi karena perubahan posisi lensa. Misalnya: posisi lensa lebih ke
anterior, misalnya pasca operasi glaukoma
Sementara mata kiri didiagnosis hipermetropia, hal ini sesuai
dengan kepustakaan bahwa hipermetropia merupakan keadaan mata yang
tidak berakomodasi memfokuskan bayangan di belakang retina.
Hipermetropia merupakan gangguan kekuatan pembiasan sehingga titik
fokusnya terletak dibelakang retina. Hipermetropia dapat dibagi menjadi:
1. Hipermetropia manifes adalah hipermetropia yang dapat dikoreksi
dengan kacamata positif maksimal yang dapat memberikan visus
normal.
Hipermetropia absolut, dimana kelainan refraksi tidak diimbangi
dengan akomodasi dan memerlukan kacamata positif untuk
melihat jauh.
Hipermetropia fakultatif, dimana kelainan hipermetropia dapat
diimbangi dengan akomodasi atatupun kacamata positif.
2. Hipermetropia laten, dimana kelainan Hipermetropia tanpa siklopegia
diimbangi seluruhnya dengan akomodasi.
3. Hipermetropia total adalah Hipermetropia yang ukurannya didapatkan
sesudah diberikan sklopegia.
Pasien ini diterapi dengan lensa negatif pada mata kanan dan lensa
positif pada mata kiri. Ukuran lensa yang digunakan adalah untuk mata
kanan menggunakan lensa yang terkecil yang memberikan visus maksimal

3
pada saat dilakukan koreksi. Sementara untuk mata kanan digunakan lensa
yang terbesar yang memberikan visus maksimal pada saat dilakukan
koreksi. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa pada
penderita hipermetropia diberikan lensa sferis positif yang terbesar yang
memberikan visus maksimal. Untuk anisometropia, hipermetropia tinggi.
Lensa kontak dapat mengurangi masalah delam hal koreksi visus penderita
hipermetropia akan tetapi perlu diperhatikan kebersihan dan ketelitian
pemakaiannya.
Diagnosis hipermetropia dan miopia ditegakkan dari anamnesis
dan pemeriksaan refraksi subjektif menggunakan kartu Snellen serta trial-
lens dan trial-frame untuk mengetahui dan mengoreksi kesalahan refraksi
pada mata. Penyebab atau jenis hipermetropia:
1. Hipermetropia sumbu atau aksial merupakan kelainan refraksi akibat
bola mata pendek atau sumbu anteropsterior yang pendek.
2. Hipermetropia kurvatur, dimana kelengkungan kornea atau lensa
kurang sehingga bayangan difokuskan di belakang retina.
3. Hipermetropia indeks refraktif, dimana terdapat indeks bias yang
kurang pada sistem optik mata, misalnya pada usia lanjut lensa
mempunyai indeks refraksi yang berkurang. Hal ini juga dapat terjadi
pada penderita diabetes.
4. Positional hipermetropia sebagai akibat ditempatkannya lensa
kristalina lebih ke posterior. Tidak adanya lensa kristal baik kongenital
maupun didapat (operasi pengangkatan lensa atau dislokasi posterior)
mengarah ke afakia, suatu kondisi hipermetropia tinggi
Kedua mata didiagnosis pula sebagai Presbiopia. Presbiopia adalah
gangguan penglihatan terutama dekat pada orang berusia >40 tahun akibat
gangguan akomodasi. Gangguan akomodasi pada usia lanjut dapat terjadi
akibat :
1. Kelemahan otot akomodasi
2. Lensa mata tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya akibat sklerosis
lensa

4
Akibat gangguan akomodasi ini maka pada pasien berusia lebih dari 40
tahun, akan memberikan keluhan setelah membaca yaitu berupa mata
lelah, berair danserin terasa pedas. Pada pasien presbiopia kacamata atau
adisi diperlukan untuk membaca dekat yang berkekuatan tertentu,
biasanya:
40-45 tahun + 1.0 D
45-50 tahun + 1.5 D
50-55 tahun + 2.0 D
55-60 tahun + 2.5 D
>60 tahun + 3.0 D

5
REFERENSI
1. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FK-UI; 2009. p. 78-80.2.
2. Khurana A. Comprehensif Opthalmologi. New Delhi: New Age InternationalPublisher;
2007. p. 28-32
3. Lang GK. Opthalmology a short textbook. New York: Thieme; 2000. p. 436-40
4. Riordan-Eva P, White OW. Optik & Refraksi. Oftalmologi Umum. Jakarta
:Widya Medika; 1996. p. 401-2.

Anda mungkin juga menyukai