Anda di halaman 1dari 19

Case Report Session

Disusun oleh

Ramdhan Prasetyo

12100115011

SMF ILMU KESEHATAN MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM
BANDUNG
RUMAH SAKIT AL-IHSAN
2015
BAB I

PENDAHULUAN

Miopia adalah suatu kelainan refraksi di mana sinar cahaya paralel yang memasuki

mata secara keseluruhan dibawa menuju fokus di depan retina. Miopia, yang umum

disebut sebagai kabur jauh / terang dekat (shortsightedness), merupakan salah satu

dari lima besar penyebab kebutaan di seluruh dunia. Dikatakan bahwa pada

penderita miopia, tekanan intraokular mempunyai keterkaitan yang cenderung

meninggi pada tingkat keparahan miopia.1

Prevalensi miopia bervariasi berdasar negara dan kelompok etnis, hingga

mencapai 70-90% di beberapa negara Asia. Di Jepang diperkirakan lebih dari satu

juta penduduk mengalami gangguan penglihatan yang terkait dengan miopia tinggi.

Berdasar bukti epidemiologis, prevalensi miopia terus meningkat khususnya pada

penduduk Asia. Selain pengaruh gangguan penglihatan, juga membebani secara

ekonomi. Sebagai contoh di Amerika Serikat, biaya terapi miopia mencapai sekitar

$ 250 juta per tahun. Di saat prevalensi miopia simpel meningkat, insidens miopia

patologis turut meningkat. Karena tidak ada terapi yang dapat membalikkan

perubahan struktural pada miopia patologis, pencegahan miopia telah lama menjadi

tujuan dari penelitian para ahli. Pengertian terhadap mekanisme dan faktor-faktor

yang mempengaruhi pertumbuhan mata merupakan prasyarat mengembangkan

strategi terapi tadi.2


BAB II

LAPORAN STATUS PASIEN

2.1 Keterangan Umum

Nama : Nn. K

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 18 Tahun

Alamat : Cimuncang

Pekerjaan : Pelajar

Tanggal pemeriksaan : 10 Oktober 2015

2.2 Anamnesa

Keluhan utama : Penglihatan jauh kurang jelas

Pasien datang ke poliklinik mata RSUD al-ihsan dengan keluhan pasien

merasakan apabila melihat jarak dengan kejauhan pandangannya seakan-akan

kurang jelas sejak kurang lebih 1 bulan yang lalu. Pasien menyangkal adanya

keluhan lainnya, tetapi pasien mengeluhkan untuk memfokuskan melihat jarak jauh

harus menyipitkan kedua matanya untuk melihat sesuatu dengan jarak jauh. Pasien

mengeluhkan semakin hari merasakan burem dan perih keduanya matanya.

terdapat riwayat pasien sering menggunakan soft lens. Keluhan ini sempat di obati

dengan obat tetes mata (insto) tetapi tidak ada perkembangan dari keluhannya,

penderita menyangkal menggunakan kaca mata, menggunakan obat-obatan

beberapa hari yang lalu atau menggunakan obat-obatan sistemik, tidak ada riwayat
operasi, tidak ada riwayat trauma, tidak ada riwayat ambliop saat kanak-kanak,

tidak ada riwayat penyakit DM, hypertensi , dan operasi, tidak ada riwayat alergi

(makanan, cuaca, asap rokok), serta tidak ada riwayat penyakit mata pada keluarga.

2.3 Pemeriksaan

Status Generalis

- Kesadaran : Komposmentis

- Keadaan umum : Sakit ringan

- Tanda vital : Dalam batas normal

Status Ophtalmologi

A. Visus

Okular Dekstra : 0,2 F2 PH 0,5

Okular Sinistra : 0,8 F1 PH 1,0

B. Inspeksi Eksternal
Keterangan OD OS
“Muscle Balance” Orthoporia Orthoporia
Gerakan Bola Mata

Duksi, Versi Baik Duksi, Versi Baik


Silia Trikhiasis (-) Trikhiasis (-)
Palpebra Superior Tenang Tenang
Palpebra Inferior Tenang Tenang
Aparatus Lakrimalis Lakrimasi normal Lakrimasi normal
Konjunctiva tarsalis Tenang Tenang
sup.
Konjunctiva tarsalis Tenang Tenang
inf.
Konjunctiva Bulbi Tenang Tenang
Kornea Tenang Tenang
Bilik Mata Depan Normal Normal
Pupil Bulat, regular, d=5mm Bulat regular, d=5mm
Refleks + Refleks +
Iris Lensa Coklat, jernih Coklat, jernih
Refleks Fundus + +

C. Palpasi
OD OS
Tekanan Intra Okular Normal Normal

2.4 Resume

Telah datang seorang pasien perempuan berusia 18 tahun pasien

mengeluhkan melihat jarak dengan kejauhan pandangannya seakan-akan kurang

jelas sejak 1 bulan yang lalu. Adanya riwayat pasien sering menggunakan soft lens.

Pada pemeriksaan opthalmologi pada pasien, didapat :

Okular Dekstra : 0,2 F2 PH 0,5

Okular Sinistra : 0,8 F1 PH 1,0

2.5 Usulan Pemeriksaan

Pemeriksaan pembiasan  untuk resep kacamata


2.6 Diagnosis Kerja

Miopia Simpleks Okular Dekstra Sinistra

2.7 Tatalaksana

1. Umum

- Selalu membaca dalam pencahayaan yang cukup

- Pertahankan jarak menonton TV sekitar 5 kaki

- Istirahatkan mata ketika menggunakan membaca setiap 30 menit

- Lakukan pemeriksaan refraksi mata kembali 6 bulan kemudian

- Edukasi dan konseling mengenai penyakit pasien

2. Khusus

- Koreksi dengan lensa negatif

2.8 Prognosis

- Quo ad vitam : ad bonam

- Quo ad functionam : ad bonam


BAB III

PEMBAHASAN

Berikut ini adalah mengenai masalah pada kasus pasien tersebut :

Anamnesa menunjukkan :

- Pasien mengalami pandangan kabur atau tidak jelas saat melihat jauh

- Pasien mempunyai riwayat memakai soft lens

Pemeriksaan menunjukkan :

Okular Dekstra : 0,2 F2 PH 0,5

Okular Sinistra : 0,8 F1 PH 1,0

Berdasarkan data-data tersebut, maka pasien ini didiagnosis sebagai Miopia Simpleks

Okuler Dekstra Sinistra.


BAB IV

KAJIAN PUSTAKA

“MIOPIA”

4.1 Definisi

Miopia adalah suatu keadaan mata yang mempunyai kekuatan pembiasan sinar yang

berlebihan atau kerusakan refraksi mata sehingga sinar sejajar yang datang dibiaskan di

depan retina atau bintik kuning, dimana sistem akomodasi berkurang. Pasien dengan

miopia akan menyatakan lebih jelas bila melihat dekat, sedangkan kabur bila melihat jauh

atau rabun jauh. Derajat miopia dapat dikategorikan, yaitu :

- - Miopia ringan (0,25 – 3,00D)

- - Miopia sedang (3,00 – 6,00D)

- - Miopia berat / tinggi (>6,00D)

4.2 Epidemiologi

Miopia memiliki insiden 2,1% di Amerika Serikat dan peringkat ke tujuh yang

menyebabkan kebutaan, serta tampak memiliki predileksi tinggi pada keturunan Cina,

Yahudi, dan Jepang. Angka kejadiannya lebih sering 2 kali lipat pada perempuan dibanding

laki-laki. Keturunan kulit hitam biasanya bebas dari kelainan ini.2

Menurut “National Eye Institute Study”, miopia merupakan penyebab kelima

tersering yang mengganggu penglihatan dan merupakan penyebab kutujuh yang tersering

kebutaan di Amerika Serikat, sedangkan di Inggris merupakan penyebab kebutaan tersering

.2

4.3 Etiologi

Miopia tinggi dapat diturunkan, baik secara autosomal dominan maupun autosomal

resesif. Penurunan secara sex linked sangat jarang terjadi, biasanya terjadi pada miopia
yang berhubungan dengan penyakit mata lain atau penyakit sistemik. Pada ras oriental,

kebanyakan miopia tinggi diturunkan secara autosomal resesif.

4.4 Patogenesis

Terjadinya elongasi sumbu yang berlebihan pada miopia patologi masih belum

diketahui. Sama halnya terhadap hubungan antara elongasi dan komplikasi penyakit ini,

seperti degenerasi chorioretina, ablasio retina dan glaucoma. Columbre dan rekannya,

tentang penilaian perkembangan mata anak ayam yang di dalam pertumbuhan normalnya,

tekanan intraokular meluas ke rongga mata dimana sklera berfungsi sebagai penahannya.

Jika kekuatan yang berlawanan ini merupakan penentu pertumbuhan ocular post natal pada

mata manusia, dan tidak ada bukti yang menentangnya maka dapat pula disimpulkan dua

mekanisme patogenesis terhadap elongasi berlebihan pada miopia.1,2,3

Menurut tahanan sclera

Mesadermal

Abnormalitas mesodermal sklera secara kualitas maupun kuantitas dapat mengakibatkan

elongasi sumbu mata. Percobaan Columbre dapat membuktikan hal ini, dimana

pembuangan sebahagian masenkhim sklera dari perkembangan ayam menyebabkan ektasia

daerah ini, karena perubahan tekanan dinding okular. Dalam keadaan normal sklera

posterior merupakan jaringan terakhir yang berkembang. Keterlambatan pertumbuhan

strategis ini menyebabkan kongenital ektasia pada area ini. Sklera normal terdiri dari pita

luas padat dari bundle serat kolagen, hal ini terintegrasi baik, terjalin bebas, ukuran

bervariasi tergantung pada lokasinya. Bundle serat terkecil terlihat menuju sklera bagian

dalam dan pada zona ora equatorial. Bidang sklera anterior merupakan area crosectional

yang kurang dapat diperluas perunitnya dari pada bidang lain. Pada test bidang ini ditekan

sampai 7,5 g/mm2. Tekanan intraokular equivalen 100 mmHg, pada batas terendah dari
stress ekstensi pada sklera posterior ditemukan 4 x dari pada bidang anterior dan equator.

Pada batas lebih tinggi sklera posterior kirakira 2 x lebih diperluas. Perbedaan tekanan

diantara bidang sklera normal tampak berhubungan dengan hilangnya luasnya bundle serat

sudut jala yang terlihat pada sklera posterior. Struktur serat kolagen abnormal terlihat pada

kulit pasien dengan Ehlers-Danlos yang merupakan penyakit kalogen sistematik yang

berhubungan dengan miopia.1

Ektodermal – Mesodermal

Vogt awalnya memperluasnya konsep bahwa miopia adalah hasil ketidak harmonisan

pertumbuhan jaringan mata dimana pertumbuhan retina yang berlebihan dengan bersamaan

ketinggian perkembangan baik koroid maupun sklera menghasilkan peregangan pasif

jaringan. Meski alasan Vogt pada umumnya tidak dapat diterima, telah diteliti ulang dalam

hubungannya dengan miopia bahwa pertumbuhan koroid dan pembentukan sklera dibawah

pengaruh epitel pigmen retina. Pandangan baru ini menyatakan bahwa epitel pigmen

abnormal menginduksi pembentukan koroid dan sklera subnormal. Hal ini yang mungkin

menimbulkan defek ektodermal – mesodermal umum pada segmen posterior terutama zona

oraequatorial atau satu yang terlokalisir pada daerah tertentu dari pole posterior mata,

dimana dapat dilihat pada miopia patologik (tipe stafiloma posterior).1

Meningkatnya suatu kekuatan yang luas

Tekanan intraokular basal

Contoh klasik miopia sekunder terhadap peningkatan tekanan basal terlihat pada glaucoma

juvenil dimana bahwa peningkatan tekanan berperan besar pada peningkatan pemanjangan

sumbu bola mata.1


Susunan peningkatan tekanan

Secara anatomis dan fisiologis sklera memberikan berbagai respon terhadap induksi

deformasi. Secara konstan sklera mengalami perubahan pada stress. Kedipan kelopak mata

yang sederhana dapat meningkatkan tekanan intraokular 10 mmHg, sama juga seperti

konvergensi kuat dan pandangan ke lateral. Pada valsava manuver dapat meningkatkan

tekanan intraokular 60 mmHg.Juga pada penutupan paksa kelopak mata meningkat sampai

70 mmHg -110 mmHg. Gosokan paksa pada mata merupakan kebiasaan jelek yang sangat

sering diantara mata miopia, sehingga dapat meningkatkan tekanan intraokular.1

4.5 Jenis-jenis Miopia

a. Miopia Axial

Dalam hal ini, terjadinya miopia akibat panjang sumbu bola mata (diameter Antero-

posterior), dengan kelengkungan kornea dan lensa normal, refraktif power normal dan

tipe mata ini lebih besar dari normal.

b. Miopia Kurvatura

Dalam hal ini terjadinya miopia diakibatkan oleh perubahan dari kelengkungan kornea

atau perubahan kelengkungan dari pada lensa seperti yang terjadi pada katarak

intumesen dimana lensa menjadi lebih cembung sehingga pembiasan lebih kuat, dimana

ukuran bola mata normal.

o Perubahan Index Refraksi

Perubahan indeks refraksi atau miopia refraktif, bertambahnya indeks bias media

penglihatan seperti yang terjadi pada penderita Diabetes Melitus sehingga pembiasan

lebih kuat.

o Perubahan Posisi Lensa

Pergerakan lensa yang lebih ke anterior setelah operasi glaukoma berhubungan dengan

terjadinya miopia.
4.6 Gejala

Gejala umum miopia antara lain:

- Mata kabur bila melihat jauh

- Sering sakit kepala

- Menyipitkan mata bila melihat jauh (squinting / narrowing lids)

- Lebih menyukai pekerjaan yang membutuhkan penglihatan dekat disbanding

pekerjaan yang memerlukan penglihatan jauh.

Pada mata didapatkan:

- Kamera Okuli Anterior lebih dalam

- Pupil biasanya lebih besar

- Sklera tipis

- Vitreus lebih cair

- Fundus tigroid

- Miopi crescent pada pemeriksaan funduskopi

4.7 Diagnosis

Gejala-gejala yang dapat ditemukan pada penderita miopia antara lain adalah :

- Penglihatan kabur atau mata berkedip ketika mata mencoba melihat suatu objek

dengan jarak jauh (anak-anak sering tidak dapat membaca tulisan di papan tulis,

tetapi dapat dengan mudah membaca tulisan dalam sebuah buku).

- Kelelahan mata

- Sakit kepala

Pengujian atau test yang dapat dilakukan dengan pemeriksaan mata secara umum atau

standar pemeriksaan mata, terdiri dari : 3,6

o Uji ketajaman penglihatan pada kedua mata dari jarak jauh (Snellen) dan jarak

dekat (Jaeger).
o Uji pembiasan, untuk menentukan benarnya resep dokter dalam pemakaian kaca

mata.

o Uji penglihatan terhadap warna, uji ini untuk meembuktikan kemungkinan ada

atau tidaknya kebutaan.

o Uji gerakan otot-otot mata

o Pemeriksaan celah dan bentuk tepat di retina

o Mengukur tekanan cairan di dalam mata

o Pemeriksaan retina

Gejala-gejala miopia juga terdiri dari gejala subjektif dan objektif. 1,3,6

Gejala subjektif :

- Kabur bila melihat jauh

- Membaca atau melihat benda kecil harus dari jarak dekat

- Mata cepat lelah bila membaca (karena konvergensi yang tidak sesuai dengan

akomodasi)

- Astenovergens

Gejala objektif :

o Miopia simpleks

o Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil yang relatif lebar

o Biasanya ditemukan bola mata yang agak menonjol.

o Pada segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang normal, atau dapat diserta

kresen miopia (miopic cresent) yang ringan di sekitar papil saraf optik.

- Miopia patologik

o Gambaran pada segmen anterior serupa dengan miopia simpleks

o Gambaran yang ditemukan pada semen posterior berupa kelainan-kelainan pada :

a. Badan kaca, dapat ditemukan kekeruhan berupa pendarahan atau

degenerasi yang terlihat sebagai floaters, atau benda-benda yang


mengapung dalam badan kaca. Kadang-kadang ditemukan ablasio badan

kaca yang dianggap belum jelas hubungannya dengan keadaan miopia.

b. Papil saraf optik : terlihat pigmentasi peripapil, cresent miopia, papil

terlihat labih pucat yang meluas terutama ke bagian temporal. Cresent

miopia dapat ke seluruh lingkaran papil sehingga seluruh papil dikelilingi

oleh daerah koroid yang atrofi dan pigmentasi yang tidak teratur.

c. Makula berupa pigmentasi di daerah retina, kadang-kadang ditemukan

perdarahan subretina pada daerah makula.

d. Retina bagian perifer berupa degenerasi kista retina bagian perifer.

4.8 Terapi

Koreksi terhadap miopia dapat dilakukan diantaranya dengan :

- Kacamata

o Kacamata masih merupakan metode paling aman untuk memperbaiki refraksi.

o Lensa kontak

Lensa kontak yang biasanya digunakan ada 2 jenis yaitu, lensa kontak

keras yang terbuat dari bahan plastik polimetilmetacrilat (PMMA) dan lensa

kontak lunak terbuat dari bermacam-macam plastik hidrogen. Lensa kontak keras

secara spesifik diindikasikan untuk koreksi astigmatisma ireguler, sedangkan lensa

kontak lunak digunakan untuk mengobati gangguan permukaan kornea.

Salah satu indikasi penggunaan lensa kontak adalah untuk koreksi miopia

tinggi, dimana lensa ini menghasilkan kualitas bayangan lebih baik dari kacamata.

Namun komplikasi dari penggunaan lensa kontak dapat mengakibatkan iritasi

kornea, pembentukan pembuluh darah kornea atau melengkungkan permukaan

kornea. Oleh karena itu, harus dilakukan pemeriksaan berkala pada pemakai lensa

kontak.
- Bedah keratoretraktif

Bedah keratoretraktifmencakup serangkaian metode untuk mengubah kelengkungan

permukaan anterior bola mata diantaranya adalah keratotomy radial, keratomileusis,

keratofakia, epikeratofakia.

o Lensa intraoculer

o Penanaman lensa intraokuler merupakan metode pilihan untk koreksi kesalahan refraksi

pada afakia.

o Ekstraksi lensa jernih

Ekstraksi lensa bening telah banyak dicobakan oleh ahli bedah di dunia pada pasien dengan

miopia berat karena resiko tindakan yang minimal.

4.9 Pencegahan

Kebanyakan anak-anak miopia hanya dengan miopia tingkat rendah hingga menengah, tapi

beberapa akan tumbuh secara progresif menjadi miopia tinggi. Faktor resiko terjadinya hal

tersebut antara lain faktor etnik, refraksi orangtua, dan tingkat progresi miopia. Pada anak-

anak tersebut, intervensi harus diperhitungkan.

Pengontrolan miopia antara lain dengan:

- Zat Sikloplegik

Berdasarkan laporan penelitian, pemberian harian atropin dan cyclopentolate mengurangi

tingkat progresi miopia pada anak-anak. Meskipun demikian, hal ini tidak sebanding

dengan ketidaknyamanan, toksisitas dan resiko yang berkaitan dengan sikloplegia kronis.

Selain itu, penambahan lensa plus ukuran tinggi (contoh: 2,50 D) diperlukan untuk melihat

dekat karena inaktivasi otot silier. Meskipun progresi melambat selama terapi, efek jangka

panjang tidak lebih dari 1-2 D.

- Lensa plus untuk melihat dekat

Efektivitas pemakaian lensa bifokus untuk mengontrol miopia pada anak-anak masih

kontroversial, beberapa penelitian tidak menunjukkan reduksi progresi miopia yang


bermakna namun ada juga penelitian yang menemukan bahwa pemakaian lensa bifokus

dapat mengontrol miopia. Ukuran adisi dekat yang efektif masih diperdebatkan.

Lensa Kontak Rigid

Lensa kontak Rigid gas-permeable (RGP) dilaporkan efektif memperlambat tingkat

progresi miopia pada anak-anak. Pengontrolan miopia diyakini disebabkan karena perataan

kornea. Selama 3 tahun pemberian lensa kontak, ruang vitreus masih lanjut memanjang,

hingga kontrol miopia dengan RGP tidak mengurangi resiko berkembangnya sekuele

miopia segmen posterior. Bila pemakaian lensa kontak dihentikan muncul efek rebound

seperti curamnya kembali korenea (resteepening of the cornea)

Orthokeratology adalah fitting terprogram dengan sejumlah seri lensa kontak selama

periode beberapa minggu hingga beberapa bulan, guna meratakan kornea dan mengurangi

miopia. Kebanyakan pengurangan ini terjadi dalam 4-6 bulan. Namun, perubahan kelainan

refraksi menuju keadaan awal terjadi bila pasien berhenti memakai lensa kontak.

Mekanisme pasti pemakaian RGP untuk tujuan ini masih belum jelas.

- Bila membaca atau melakukan kerja jarak dekat secara intensif, istirahatlah tiap 30

menit. Selama istirahat, berdirilah dan memandang ke luar jendela.

- Bila membaca, pertahankan jarak baca yang cukup dari buku.

- Pencahayaan yang cukup untuk membaca.

- Batasi waktu bila menonton televisi dan video game. Duduk 5-6 kaki dari televisi.

Jenis-jenis intervensi lain seperti pemakaian vitamin, bedah sklera, obat penurun tekanan

bola mata, teknik relaksasi mata, akupunktur. Namun, efektivitasnya belum teruji dalam

penelitian.

4.10 Komplikasi

Komplikasi miopia adalah :

- Abalasio retina

Resiko untuk terjadinya ablasio retina pada 0D – (- 4,75) D sekitar 1/6662. Sedangkan
pada (- 5)D – (-9,75) D resiko meningkat menjadi 1/1335. Lebih dari (-10) D resiko ini

menjadi 1/148. Dengan kata lain penambahan factor resiko pada miopia rendah tiga

kali sedangkan miopia tinggi meningkat menjadi 300 kali.

o Vitreal Liquefaction dan Detachment

Badan vitreus yang berada di antara lensa dan retina mengandung 98% air dan 2% serat

kolagen yang seiring pertumbuhan usia akan mencair secara perlahan-lahan, namun

proses ini akan meningkat pada penderita miopia tinggi. Hal ini berhubungan denga

hilangnya struktur normal kolagen. Pada tahap awal, penderita akan melihat bayangan-

bayangan kecil (floaters). Pada keadaan lanjut, dapat terjadi kolaps badan viterus

sehingga kehilangan kontak dengan retina. Keadaan ini nantinya akan beresiko untuk

terlepasnya retina dan menyebabkan kerusakan retina. Vitreus detachment pada miopia

tinggi terjadi karena luasnya volume yang harus diisi akibat memanjangnya bola mata.

o Miopic makulopaty

Dapat terjadi penipisan koroid dan retina serta hilangnya pembuluh darah kapiler pada

mata yang berakibat atrofi sel-sel retina sehingga lapanagn pandang berkurang. Dapat

juga terjadi perdarahan retina dan koroid yang bisa menyebabkan kurangnya lapangan

pandang. Miop vaskular koroid/degenerasi makular miopic juga merupakan

konsekuensi dari degenerasi makular normal, dan ini disebabkan oleh pembuluh darah

yang abnormal yang tumbuh di bawah sentral retina.

- Glaukoma

Resiko terjadinya glaukoma pada mata normal adalah 1,2%, pada miopia sedang 4,2%,

dan pada miopia tinggi 4,4%. Glaukoma pada miopia terjadi dikarenakan stress

akomodasi dan konvergensi serta kelainan struktur jaringan ikat penyambung pada

trabekula.

o Katarak

Lensa pada miopia kehilangan transparansi. Dilaporkan bahwa pada orang dengan

miopia onset katarak muncul lebih cepat.


4.11 Prognosis

Diagnosis awal pada penderita miopia adalah sangat penting karena seorang anak yang

sudah positif miopia tidak mungkin dapat melihat dengan baik dalam jarak jauh.
DAFTAR PUSTAKA

1. Sativa Oriza, 2003. Tekanan Intraokular Pada Penderita Myopia Ringan Dan

Sedang. Bagian Ilmu Penyakit Mata Universitas Sumatra Utara. Diakses dari e-

medicine. Maret 2010

2. American Optometric Association. Care of the Patient with Miopia. Diakses dari

http://www.aoa.org. Maret 2010

3. Ilyas Sidarta, 2005. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Fakultas Kedokteran Indonesia

4. Medicastore. Kelainan Refraksi. Diakses dari medicastore.

5. Vaughan, DG. Asbury, T. Neurooftalmogy. Oftalmologi Umum edisi 14. 2000;

389-406

6. Ilyas, HS. 2003.Dasar-dasar Pemeriksaan mata dan penyakit mata, Cetakan I. Balai

Penerbit FKUI, Jakarta.

7. Ilyas, HS. 2002. Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter Umum dan Mahasiswa

Kedokteran Edisi Dua, Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia tahun 2002.

Jakarta : Sagung Seto.

8. Fredrick DR. Miopia. BMJ 2002;324;1195-1199. Diakses dari http :

//bmj.com/cgi/content/full/324/7347/1195 Maret 2010.

Anda mungkin juga menyukai