SKENARIO 5
“Penglihatan Kabur”
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON
2020
Skenario 5
Penglihatan Kabur
STEP 1
STEP 2
STEP 4
Pembiasan media refraksi terlalu kuat. Dimana lensa menjadi lebih cembung
hingga pembiasan lebih kuat. Aksial miopia akibat panjang sumbu bola mata
dengan kelengkungan lensa yang normal.
Indeks bias di perlebar atau cahaya jatuh tepat di depan retina, maka pada
penglihatan jarah jauh menjadi kabur. Pasien miopia dapat melihat jelas dgn jarak
dekat. Pasien akan memberikan keluhan sakit kepala, celah kelopak yang sempit.
Pasien sering memincingkan mata untuk memberikan efek pin hole. Pada
pemeriksaan funduskopi, terdapat miopic cressent seperti bulan sabit. Pada mata
miopia tinggi, terdapat kelainan funduskopi.
Jarak yang terlalu dekat ketika membaca buku, menonton tv. Yang dapat
meruskan mata itu sendiri. Jika terlalu lama di depan monitor juga dapat
menyebabkan penurunan, dan juga kebiasaan yang buruk seperti membaca sambil
berbaring, atau di tempat gelap. Genetik dari mutasi genetik, atau matriks
ekstraseluler. Faktor environmental kebiasaan buruk seperti membaca buku
sambil tiduran, atau melihat monitor dekat, yang menyebabkan kelemahan otot
siliaris namun bisa terjadi hiperoptik defokus.
Bedah :
Presbiopia : mata tua. Terjadi akibat kelemahan otot akomodasi. Lensa mata
menjadi tidka kenyal akibat adanya sklerosis lensa. Biasanya gangguan ini terjadi
pada orang-orang 40 tahun keatas. Keluhannya mata cepat lelah ketika membaca,
berair, sering terasa sangat pedas pada mata. Kacamata yang dibutuhkan adalah
kamacata baca. 1 dioptri diberikan 40 tahun, 45 tahun 1,5 dioptri, 50 tahun 2
dioptri, 55 tahun 2,5 dioptri, 60 tahun 3 dioptri. 3 dioptri merupakan lensa terkuat.
MIND MAP
STEP 5
STEP 6
Belajar Mandiri
STEP 7
Merupakan kelainan refraksi mata, dimana sinar sejajar yang datang dari jarak tak
terhingga difokuskan di depan retina oleh mata dalam keadaan tanpa akomodasi,
sehingga pada retina didapatkan lingkaran difus dan bayangan kabur. Menurut
sebabnya, miopia dibedakan menjadi dua, yaitu :
ii. Patofisiologi
Miopia dapat terjadi karena ukuran sumbu bola mata yang relatif panjang dan
disebut sebagai miopia aksial. Dapat juga karena indeks bias media refraktif yang
tinggi atau akibat dari indeks refraksi kornea dan lensa yang terlalu kuat.
iv. Diagnosa
Miopia bisa dikoreksi dengan kacamata spheris negatif atau lensa kontak sehingga
cahaya yang sebelumnya difokuskan di depan retina
- Terapi bedah
Sering dengan semakin berkembangnya teknik operasi dibandinkan dengan
memakai kaca mata ataupun lensa kontak. Sekarang telah dilakukan banyak
prosedur operasi untuk mengkoreksi kelainan refraksi seperti miopia secara
permanen. Setelah operasi penderita miopia akan mendapatkan tajam penglihatan
sampai 20/40 bahkan sampai 20/20. Beberapa teknik operasi yang telah digunakan
untuk mengatasi kelainan refraktif miopia ini, diantaranya :
o Epikeratophakia.
o Radial keratotomy.
o Photo-refractif keratotomy (PRK).
o Clear lens extraction in unilateral high myopia.
o Phakic IOL.
Hipermetropi
i. Pengertian
ii. Gejala
Pada usia lanjut atau lebih dari 40 tahun dimana daya akomodasi berkurang
akan memperlihatkan kesukaran membaca dekat dan menjauhkan kertas yang
dibaca, keadaan ini disebut sebagai presbiopia. Mata dengan hipermetropia sering
akan memperlihatkan ambliopia akibat mata tanpa akomodasi tidak pernah
melihat obyek dengan baik dan jelas. Bila terdapat perbedaan kekuatan
hipermetropia antara kedua mata maka akan terjadi ambliopia pada salah satu
mata. Mata ambliopia sering menggulir ke arah temporal.
iii. Tatalaksana
Diberikan koreksi hipermetropia manifes dimana tanpa sikloplegia didapatkan
ukuran lensa positif maksimal yang memberikan tajaman penglihatan normal
(6/6). Bila terdapat juling ke dalam atau esotropia diberikan kacamata koreksi
hipermetropia total. Bila terdapat tanda atau bakat juling keluar (eksoforia) maka
diberikan kacamata koreksi positif kurang.
Pada pasien dengan hipermetropia sebaiknya diberikan kacamata sferis
positif terkuat atau lensa positif terbesar yang masih memberikan tajam
penglihatan maksimal. Bila pasien dengan + 3.0 ataupun dengan +3.25
memberikan ketajaman penglihatan 6/6, maka diberikan kacamata +3.25. Hal ini
untuk memberikan istirahat pada mata. Pada pasien di mena akomodasi masih
sangat kuat atau pada anak-anak, maka sebaiknya pemeriksaan dilakukan dengan
memberikan sikloplegik atau melumpuhkan otot akomodasi. Dengan
melumpuhkan otot akomodasi, maka pasien akan mendapatkan koreksi
kacamatanya dengan mata yang istirahat.
Astigmatisma
i. Pengertian
Merupakanan kelainan refraksi mata, dimana didapat bermacam derajat refraksi
pada bermacam-macam meridian sehingga sinar sejajar yang datang pada mata
akan difokuskan pada macam fokus. Astigmatisma dibedakan menjadi 2 yaitu
reguler dan irreguler.
- Astigmatisma Regular
Berdasarkan axis dan sudut yang dibentuk antara dua principal meridian, regular
astigmatisma dapat dibagi dalam 3 bentuk, yaitu :
1. Horizontal-vertikal astigmatisma Astigmatisma ini merupakan dua
meridian yang membentuk sudut satu sama lain secara horizontal
(1800±200) atau vertical (900 ±200)
a. With-in-the-rule astigmatism. Dimana meridian vertical
mempunyai kurvatura yang lebih kuat (melengkung) dari meridian
horizontal. Disebut with the rule karena mempunyai kesamaan
dengan kondisi normal mata mempunyai kurvatura vertical lebih
besar oleh karena penekanan oleh kelopak mata. Astigmatisma ini
dapat dikoreksi –axis 1800 atau +axis 900)
b. Against-the rule astigmatism. Suatu kondisi dimana meridian
horizontal mempunyai kurvatura yang lebih kuat (melengkung)
dari meridian vertical. Astigmatisma jenis ini dapat dikoreksi
dengan +axis 1800 atau -axis 900
2. Oblique astigmatism, merupakan suatu astigmatisma regular dimana kedua
principle meridian tidak pada meridian horizontal atau vertical. Principal
meridian terletak lebih dari 200 dari meridian vertical atau horizontal
3. Biobligue astigmatism, suatu kondisi dimana kedua principle meridian
tidak membentuk sudut satu sama lain
- Astigmatisma irregular
ii. Patofisiologi
Pada nilai koreksi astigmatisma kecil, hanya terasa pandangan kabur. Tapi
terkadang pada astigmatisma yang tidak dikoreksi, menyebabkan sakit kepala atau
kelelahan mata, dan mengaburkan pandangan ke segala arah. Pada anak-anak,
keadaan ini sebagian besar tidak diketahui, oleh karena mereka tidak menyadari
dan tidak mau mengeluh tentang kaburnya pandangan mereka.
Presbiopi
i. Pengertian
Presbiopia merupakan gangguan refraksi akibat berkurangnya daya akomodasi
lensa mata. Presbiopia biasanya akan memberikan gejala pada dekade keempat.
Akibat adanya gangguan akomodasi, maka pasien akan memberikan kleuhan
setelah membaca yaitu berupa mata lelah, berair dan sering terasa pedas.
Gangguan akomoadasi ini terjadi akibat kelemahan otot akomodasi, dan lensa
mata yang tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya akibat sklerosis lensa.
Presbiopia ini menyebabkan lensa sukar mengubah bentuk pada penglihatan dekat
untuk menambah daya biasnya karena lensa tidak kenyal lagi.
ii. Patofisiologi
Patofisiologi presbiopia sendiri masuk belum diketahui. Ada beberapa teori yang
diajukan sebagai patofisiologi presbiopia. Pada teori helmholtz, menyatakan
bahwa berkurangnya daya akomodasi lensa terjadi karena perubahan biomekanis
di lensa. Daya kontraksi otot siliaris tidak berkurang, meski umur bertambah.
Kontraksi otot siliaris akan menyebabkan relaksasi di seluruh zonula aparatus dan
menyebabkan diameter ekuator lensa akan berkurang, dan terjadi akomodasi.
Keluhan akan timbul pada penglihatan dekat. Jika tidak di koreksi, maka akan
menimbulkan tanda astenopia, mata sakit, lebih sering lelah, lakrimasi, dan sulit
melihat dalam jarak yang dekat.
iv. Penatalaksanaan
Untuk penatalaksanaan presbiopia, memerulukan kacamata sferis positif yang
besarnya, bergantung pada umur pasien :
Ambliopia
i. Definisi
Istilah ambliopia berasal dari bahasa yunani yaitu amblys (tumpul) dan ops
(mata). Ambliopia adalah keadaan turunnya visus unilateral atau bilateral
walaupun dengan koreksi terbaik, tanpa kelainan struktur yang tampak pada mata
atau lintasan visus bagian belakang. Kelainan ini dianggap sebagai akibat
gangguan perangsangan terhadap perkembangan fungsi visual pada tahap-tahap
awal kehidupan. Dengan kata lain ambliopia adalah buruknya penglihatan akibat
kelainan perkembangan visual akibat perangsangan visual abnormal.
ii. Klasifikasi
Faktor risiko katarak, dapat dibedakan menjadi faktor individu, lingkungan, dan
faktor protektif. Faktor individu terdiri atas usia, jenis kelamin, ras, dan faktor
genetik. Faktor lingkungan seperti kebiasaan merokok, paparan sinar ultraviolet,
status sosioekonomi, tingkat pendidikan, diabetes mellitus, hipertensi,
penggunaan steroid, dan obat penyakit gout. Faktor protektif sendiri meliputi
penggunaan aspirin dan terapi pengganti hormon pada wanita.
33% kasus katarak kongenital adalah idiopatik dan bisa unilateral ataupun
bilateral. Kemudian, 33% lainnya diwariskan dan yang diwariskan ini biasanya
bilateral. Sedangkan 33% lagi, dikaitkan dengan penyakit sistemik dan biasanya
sifatnya bilateral. Separuh dari keseluruhan katarak kongenital disertai anomali
pada mata lainnya, seperti PHPV (Primary Hyperplastic Posterior Vitreous),
aniridia, koloboma, mikroftalmos, dan buftalmos.
- Katarak Senilis
Seiring bertambah usia, lensa akan mengalami kekeruhan, penebalan dan
penurunan daya akomodasi. Kondisi ini, dinamakan katarak senilis. Katarak
senilis sendiri merupaak 90% dari semua jenis katarak. Terdapat tiga jenis katarak
senilis berdasarkan lokasi kekeruhan, antara lain adalah :
Katarak nuklearis
Ditandai dengan adanya keruhan sentral dan perubahan warna lensa yang menjadi
kuning, atau cokelat secara progresif perlahan yang mengakibatkan turunnya
tajam penglihatan. Derajat kekeruhan lensa bisa dinilai menggunakan slitlamp.
Jenis ini biasanya bilateral tapi bisa juga asimetris. Perubahan warna
mengakibatkan penderita akan kesulitan untuk membedakan corak warna. Katarak
jenis ini lebih menggangu penglihatan jauh daripada dekat. Nukleus lensa
mengalami pengerasan progresif yang menyebabkan naiknya indeks refraksi
(miopisasi).
Katarak kortikal
Jenis ini, berhubugnand engan proses oksidasi dan presipitasi protein pada sel
serat lensa. Jenis ini biasanya bilateral, asimetris, dan meninmbulkan silau jika
melihat ke arah sumber cahaya. Penurunan penglihatan bervariasi dari lambat
hingga cepat. Pemeriksaan slitlamp berfungsi untuk melihat apakah ada tidaknya
vakuola degenerasi hidropik yang merupakan degenerasi epitel posterior, dan
akan menyebabkan lensa mengalami elongasi ke anterior dengan gambaran mirip
embun.
Katarak subkapsuler
nukleus lensa dan selanjutnya pecahan nukleus dan korteks lensa diaspirasi
kelebihan seperti penyembuhan luka yang cepat, perbaikan penglihatan lebih baik,
pelindung terhadap tekanan positif vitreus dan perdarahan koroid. Teknik operasi
c. Retinoblastoma
i. Pendahuluan
adalah keganasan intraokular yang paling sering dialami oleh neonatus dan anak-
anak, insidens terjadinya yaitu 1 per 15.000-20.000 kelahiran dan sekitar 3% dari
total keganasan yang terjadi pada anak.
ii. Patogenesis
Retinoblastoma merupakan neoplasma yang berasal dari sel retina embrionik yang
berhubungan dengan mutasi gen RB1. Gen RB1 terletak pada kromosom 13q14.
Gen ini berperan dalam mengkode protein retinoblastoma yang berfungsi sebagai
supresor tumor yang akan mengontrol siklus sel. Retinoblastoma dapat bersifat
herediter atau sporadik. Istilah herediter atau germinal digunakan pada pasien
mutasi gen RB 1 pada sel diluar mata. Kasus herediter terdiagnosis pada anak
dengan usia yang lebih muda dan retinoblastoma bilateral. Istilah sporadik
digunakan pada pasien tanpa riwayat keluarga retinoblastoma sehingga mutasi sel
germinal yang terjadi merupakan kasus baru, dan tidak ada mutasi gen RB1 pada
sel diluar mata. Kasus sporadik terdiagnosis pada anak dengan usia lebih tua dan
retinoblastoma unilateral. Mutasi gen RB1 pada retinoblastoma sporadik dapat
diwariskan.
Ablasi retina merupakan kelainan retina dimana lapisan sel kerucut dan batang
terpisah dari lapisan sel epitel pigmen. Sebenarnya di antara laipsan ini tidak
terdapat perlengketan, melainkan didapatkan suatu celah potensial. Secara
embriologis keduanya juga berasal dari lapisan yang berbeda sehingga merupakan
titik lemah. Ablasi retina dapat terjadi karena penimbunan cairan subretina akibat
keluarnya cairan dari pembuluh darah retina atau koroid seperti pada tumor dan
hipertensi maligna. Selain itu ablasi juga bisa terjadi karena adanya robekan pada
retina sehingga cairan vitreus masuk ke dalam celah potensial melalui robekan
retina. Terkahir ablasi bisa terjadi karena tarikan dari badan kaca retina sehingga
melepas lapisan sel batang dan konus dari RPE. Ablasi retina ada tiga tipe
berdasarkan mekanisme kejadiannya, yaitu rhegmatogen, traksional, dan
eksudatif.
Ablasi Retina Rhegmatogen Ini merupakan tipe yang paling sering ditemukan,
yangdisebabkan karena robekan pada retina. Melalui robekan ini humor vitreus
dapat masuk ke dalam celah potensial dan melepas retina dari dalam. Hal yang
berhubungan dengan ablasi retina tipe ini adalah miopia, afakia, degenerasi
anyaman (lattice), dan trauma okular. Pada usia tua, proses sklerosis
menyebabkan retina menjadi degeneratif sehingga menimbulkan ablasi retina
sedangakan pada miopia tinggi sering timbul degenerasi lattice pada retina.
Ablasi jenis ini disebabkan oleh tarikan retina ke dalam badan kaca. Keadaan ini
ditemukan pada retinopati diabetik proliferatif, vitreoretinopati proliferatif,
retinopati prematuritas (retinopathy of prematurity/ROP).