Anda di halaman 1dari 12

Pria 42 Tahun dengan Miopi Mata Kanan dan Oklusi Vena Retina Mata Kiri

Monica Djiuardi
102012176
monica.dj21@gmail.com
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara no. 6 Jakarta 11510
Pendahuluan
Mata adalah bagian dari panca indera yang mempunyai peranan penting
dalam melakukan kegiatan fungsional dari tubuh manusia. Gangguan dari indera ini
akan mengganggu kelancaran aktivitas manusia. Kelainan dapat berupa kelainan
refraksi seperti mata miopi, hipermetropi dan presbyopia, selain itu terdapat juga
kelainan media yang dapat disebabkan oleh trauma, penyakit sistemik, dan faktor
predisposisi lainnya.
Oklusi vena retina merupakan salah satu penyebab penurunan ketajaman
penglihatan pada orangtua yang umum terjadi dan merupakan penyebab tersering
kedua dari penyakit vaskuler retina, setelah retinopati diabetik
Pada umumnya oklusi pembuluh darah retina terjadi pada salah satu mata dan
dapat menyebabkan berbagai gangguan penglihatan termasuk penglihatan kabur
secara mendadak kabur atau distorsi. Keadaan ini merupakan keadaan emergensi
opthalmologi yang dapat menyebabkan kebutaan. Namun penyakit ini bukan suatu
penyakit yang berdiri sendiri. Terdapat banyak faktor yang mencetuskan terjadinya
oklusi tersebut, misalnya penyakit sistemik ataupun penyakit pembuluh darah.
Anamnesis
Keluhan utama digolongkan menurut lama, frekuensi, hilang timbul, dan
cepat timbulnya gejala. Lokasi, berat, dan keadaan lingkungan saat timbulnya
keluhan harus diperhatikan, demikian pula setiap gejala yang berkaitan.
Gejala dan keluhan harus selalu dirinici lengkap. Apakah onsetnya
(munculnya gejala) perlahan, cepat, atau asimptomatik? (apakah penglihatan kabur di
satu mata tidak diketahui sampai mata sebelahnya tanpa sengaja ditutup?).
Apakah durasinya singkat, atau gejala menetap sampai kunjungan ke dokter?
Jika gejala hilang timbul, bagaimana frekuensinya? Apakah lokasinya setempat
1

(fokal) atau difus, unilateral atau bilateral? Akhirnya, bagaimana derajat gejalanya
menurut pasien ringan, sedang atau berat?1
Perlu juga diketahui tindakan pengobatan yang pernah dijalani dan seberapa
besar efeknya, apakah membaik atau malah memburuk. Riwayat kesehatan terdahulu
berpusat pada kondisi kesehatan pasien secara umum dan bila ada penyakit sistemik
yang penting. Gangguan vascular biasanya menyertai manifestasi mata, seperti
diabetes dan hipertensi, harus ditanyakan secara spesifik. Selain itu perlu diketahui
obat-obat mata dan obat-obat sistemik pasien. Hal ini menunjukkan keadaan umum
dan dapat diketahui obat-obat yang mempengaruhi kesehatan mata, seperti
kortikosteroid. Setiap obat alergi juga harus dicatat.
Riwayat keluarga berhubungan denang sejumlah gangguan mata, seperti
strabismus, amblyopia, glaucoma, atau katarak, serta kelainan retina, seperti ablation
retina atau degenerasi macula. Penyakit medis seperti diabetes yang mungkin juga
relevan.
Pada anamnesis, pasien didapatkan mata tidak merah, penglihatan bisa normal
(dengan visus 6/6) hingga menurun mendadak sampai dengan menghitung jari. Pada
Central Retina Vena Oclusion defek lapang pandang umumnya sentral, sementara
pada Branch Retina Vena Oclusion dapat tidak disertai gangguan lapang pandang.
Tidak nyeri dan sering kali hanya melibatkan satu mata.2
Pemeriksaan Fisik
Pada oklusi vena sentral tajam penglihatan dari 6/60 hingga hanya dapat
melihat gerakan lambaian tangan, Relative afferent papillary defect (RAPD) tampak
nyata pada kasus-kasus CRVO. Funduskopoi pada CRVO dapat ditemukan tampak
vena yang mengalami dilatasi dan berkelok-kelok, perdarahan dot/blot, tampak pada
seluruh kuadran dan paling banyak di perifer. Cotton woll spots, edema macula dan
edema diskus pada umumnya.
Penglihatan dapat dibagai menjadi penglihatan sentral dan perifer. Uji
penglihatan sentral dilakukan dengan memperlihatkan objek dalam berbagai ukuran
yang diletakkan pada jarak standar dari mata. Misalnya, kartu Snellen yang sudah
dikenal, yang terdiri atas deretan huruf acak yang terusun mengecil untuk menguji
penglihatan jauh.
Jika pasien memerlukan kacamata atau jika kacamatanya tidak tersedia,
ketajaman penglihatan terkoreksi dapat diperkirakan dengan uji penglihatan melalui
2

pinhole.

Penglihatan

kabur

akibat

refraksi

(missal

myopia,

hyperopia,

astigmatisme) disebabkan oleh banyakanya berkas isinar tak terfokus yang masuk ke
pupil dan mencapai retina. Ini mengakibatkan terbentuknya bayangan yang tidak
terfokus tajam.
Melihat kartu Snellen melalui sebuah plakat dengan banyak lubang kecil
mencegah sebagian besar berkas tak terfokus memasuki mata. Hanya sejumlah kecil
berkas sejajar-sentral yang bisa mencapai retina sehingga dihasilkan bayangan yang
lebih tajam. Dengan demikian, pasien dapat membaca huruf pada satu atau dua baris
dari dicatat sebagai angka pertama.
Mata yang tidak bisa membaca satu huruf pun, diuji dengan cara menghitung
jari, jika tidak bisa menghitung jari dapat dilakukan uji dengan pergerakkan tangan ke
arah vertical dan horizontal. Tingkat penglihatan yang lebih rendah lagi adalah
kesanggupan mempersepi cahaya.1
Pemeriksaan dasar pupil dilakukan dengan cara mengamati ukuran, bentuk,
dan reaksinya terhadap cahaya dan akomodasi. Kelainan dapat disebabkan oleh
penyakit saraf, radang intraocular yang menimbulkan spasme sfingter pupil ataupun
perlekatan iris ke lensa (sinekia posterior), sangat tingginya tekanan intraocular yang
menimbulkan atonia sfingter pupil, tindakan bedah sebelumnya, pengaruh obat mata
atau sistemik.
Respons langsung terhadap cahya ditujukan dengan konstriksi pupil yang
disinari. Reaksi itu dapat digolongkan sebagai cepat atau lambat (kurang responsive).
Respons konsensual yaitu respons normal berupa konstriksi serentak pupil mata yang
lain.
Uji konfrontasi, mata kiri pasien dan mata kanan pemeriksa dibebat. Penderita
diperiksa dengan duduk berhadapn terhadap pemeriksa pada jarak kira-kira 1 meter.
Mata kanan pasien dengan mata kiri pemeriksa saling berhadapan. Sebuah benda
dengan jarak yang sama digeser perlahan-lahan dari perifer lapang pandan ke tengah.
Bila pasien sudah melihatnyah ia diminta untuk memberi tahu. Pada keadaan ini bila
pasien melihat pada saat yang bersamaan dengan pemeriksa berarti lapang pandang
pasien adalah normal.3
Uji senter berayun untuk pupil Marcus Gunn. Merupakan uji untuk
mengetahui apakah serabut aferen penglihatan berfungsi baik dengan melihat reaksi
pupil langsung dan tidak langsung pada kedua mata. Pemeriksaan dilakukan di kamar
gelap.
3

Dilakukan penyinaran pada mata dan kemudian senter dipindahkan ke mata


yang lain dengan cepat. Pada keadaan normal keuda pupil akan mengecil bila
disinari. Kemudian satu mata yang disinari akna memberikan refleks miosis langsung
dan konsensual pada mata lainnya. Sinar diarahkan pada mata sebelahnya.
Terdapat tiga kemungkinan pada keadaan ini, yaitu; pupil ukuran tidask
berubah, yang berarti fungsi penglihatan kedua mata sama baik atau saraf optic dan
macula normal; pupil yang disinari terakhir miosis yang beraarti fungsi makual dan
saraf potik mata pertama kurang dibanding terakhir. Pada keadaan ini terjadi pula
midriasis pada mata pertama; pupil yang disinari terakhir midriasis atau membesar,
yang berarti fungsi mata terakhir kurang dibandingkan mata pertama atau sebelahnya.
Pada keadaan ini terjadi pula midriasis mata pertama.
Amsler Grid merupakan kartu pemeriksaan untuk mengetahui fungsi
penglihatan sentral macula. Penderita disuruh melihat kartu Amsler yang mempunyai
gari garis sejajar berjarat satu derajat bilah dilihat pada jarak baca 30 cm. apabila
pasien melihat bentuk lain dari kartu Amsler berrati terjadi kelainan macula yang
akan mengganggu fungsi penglihatan macula sentral. Uji ini berguna untuk dengan
cepat melihat adanya skotaoma lapang pandang dan dokumentasi metamorphia.3
Dilakukan pula funduskopi untuk melihat refleks fundus, keadaan vitreus,
papil, CD ratio, rasio arteri vena, macula lutea dan retina. Pasien diminta duduk
tenang, pandangan difiksasi padaa satu titik jauh. Lalu ditempatkan oftalmoskop
mulaijarak 15-30cm di depan mata penderita. Cahaya oftamolskop diarahkan ke
dalam pupil pasien sambil pemeriksa terus mendekat ke arah pasien.1,2
Pada pasien myopia dari gambaran funduskopi dapat ditemukan miopik
kresen yaitu gambaran bulan sabit yang terlihat pada polus posterior fundus mata
myopia, sclera oleh koroid. Pada mata dengan myopia tinggi akan terdapat pula
kelainan pada fundus okuli seperti degenerasi macula dan degenerasi retina bagian
perifer.
Eksoftalmometri adalah tindakan mengukur penonjolan bola mata dengan alat
Hertel. Bila terdapat tanda penonjolan bola mata ata masuknya bola mata, maka
dilakukan pemeriksaa ini. Dengan alat ini dapat diketahui derajat penonjlan bola
mata. Penderita disuruh melihat ke depan dan melihat mata pmeriksa. Diletakkan alat
hertel

yang

bersandar

pada

tepi

orbita

lateral

kedua

mata.

Pemeriksa

mengintippermukaan depan kornea melalui cermin berskala pada alat Hertel. Tinggi
penonjolan bolamata ditentuka oleh derajat skala dalam mm alat Hertel tersebut.
4

Nilai penonjolan mata normal 12-20 mm danbeda penonjolan lebih dari 2mm
antara kedua mata dinyatakan sebagai mata menonjol patologis. Kurang 20 mm
dinyatakan mata normal, 21-23 mm ringan, 23-27 mm sedang, lebih dari 28 mm
berat.
CRVO dibagi dua berdasarkan jenis respon pada angiografi fluorescein; tipe
non iskemik (Mild),icirikan oleh ketajaman penglihatan yang masih baik, defek pupil
aferen ringan, dan perubahan lapangan pandang yang ringan. Pada pemeriksaan
funduskopi ditemukan adanya dilatasi ringan dan cabang vena retina sentral yang
berkelok-kelok, serta dot-and-flame hemorrhages pada seluruh kuadran retina.
Edema macula dengan penurunan ketajaman penglihatan dan pembengkakan optic
disk dapat ada atau tidak.
Tipe iskemik, biasanya dihubungkan dengan penglihatan yang buruk, defek
pupil aferen, dan skotoma sentral. Terlihat dilatasi vena, perdarahan pada empat
kuadran yang lebih luas, edema retina, dan ditemukan cotton wool spot. Visual
prognosis pada tipe ini jelek, dengan rata-rata hanya kurang dari 10% CRVO tipe
iskemik memiliki ketajaman penglihatan kurang dari 20/200.4,5
Pemeriksaan Penunjang
Oklusi vena centralis retina adalah penyebab penting morbiditas penglihatan
pada lansia, terutama mereka yang mengidap hipertensi atau glaucoma. Pemeriksaan
fundus memperlihatkan vena-vena yang melebar dan berkelok-kelok serta edema
macula dan retina, perdarahan di seluruh polus posterior, dan bercak-bercak cotton
wool.

Arteriol

biasanya

menipis,

mengisyaratkan

penyakit

mikrovaskular

generalisata.
Angiografi fluorescein memperlihatakn dua jenis respons yakni tipe
noniskemik,

dengan dilatasi dan edema pembuluh-pembuluh retina; dan tipe

iskemik, dengan daerah-daerah nonperfusi kapiler yang luas atau petunjuk adanya
neovaskularisasi segmen anterior atau retina. Kurang dari 10% oklusi vena sentralis
retina tipe iskemik dan lebih dari 80% yang non iskemik memiliki ketajaman
penglihatan akhir lebih baik dari 20/200.
Faktor risiko terutama pada pasien menderita hipertensi, hiperkoagulitas dan
penyakit-penyakit sistemik tertentu, maka diperlukan pemeriksaan yang mencakup
pengukuran lemak serum, protein plasma, glukosa plasma, dan penilaian kekentalan
darah dengan perkiraan hemoglobin, hematocrit, dan fibrinogen. Pada pasien usia
5

muda perlu disingkirkan adanya sindrom antibody antifosfolipid, kadar protein C,


protein S, faktor V Leiden, homosistein, dan antitrombin III untuk menyingkirkan
kelainan sistem trombolitik. Bila terdapat hipertensi, diindikasikan pemeriksaan uji
fungsi ginjal sederhana termasuk ureum dan elektrolit, perkiraan bersihan kreatinin,
pemeriksaan mikroskopik urin dan ultrasonografi ginjal.1,4
Working Diagnosis
Oklusi vena retina adalah gangguan vaskular retina yang sering terjadi dan
mudah didiagnosis, serta berpotensi menimbulkan kebutaan. Pasien datang dengan
penurunan penglihatan mendadak tanpa nyeri. Gambaran klinisnya bervariasi dari
perdarahan retina kecil-kecil yang tersebar dan bercak cotton wool sampai gambaran
perdarahan hebat dengan perdarah retina superficial dan dalam, yang dapat pecah ke
dalam rongga vitreus. Pasien biasanya berusia lebih dari 50 tahun, dan lebih dari
separuhnya mengidap penyakit yang berhubungan dengan kardiovaskular.
Pada mata kanan pasien miopia yang berarti panjang bola mata pasien
anteroposterior dapat terlalu besar atau kekuatan pembiasan medai refraksi terlalu
kuat. Beberapa bentuk miopia yakni refraktif, aksial; menurut derajatnya aterbagi
dalam miopia ringan dengan 1-3 Dioptri, miopia sedang antara 3-6 D, miopia berat
lebih dari 6 D. 3
Menurut perjalanan miopia dikenal menjadi miopia stasioner, miopia yang
menetap setelah dewasa; miopia progresif, miopia yang bertambah terus pada usia
dewasa akibat bertambah panjangnya bola mata; miopia maligna, mioppia yang
berjalan progresif, yang dapat mengakibatkan ablasi retina dan kebutaan atau sama
dengan Miopia Pernisiosa, lebih dari 6 dioptri disertai kelainan pada fundus okuli dan
pada panjangnya bola mata sampai terbentuk stafioloma postikum.2
Diagnosis Banding Oklusi Arteri Sentral
Oklusi arteri retina sentral terdapat pada usia tua atau usia pertengahan,
dengan keluhan penglihatan kabur yang hilang timbul (amaurosis fugaks) tidak
disertai rasa sakit dan gelap menetap.
Penurunan visus yang mendadak biasanya disebabkan oleh penyakit-penyakit
emboli. Penyumbatan arteri retina sentral akan menyebabkan keluhan penglihatan
tiba-tiba gelap tanpa terlihatanya kelainan pada mata luar. Reaksi pupil lemah dengan
pupil anisokoria. Pada pemeriksaan funduskopi akan terlihat seluruh retina berwarna
6

pucat akibat edem dan gangguan nutrisi pada retina. Terdapat bentuk gambaran sosis
pada arteri retina akibat pengisisan arteri yang tidak merata. Sesudah beberapa jam
retina akan tampak puacat, keruh keabu-abuan yang disebabkan edema lapisan dalam
retina dan lapisan sel ganglion. Pada keadaan ini akan terlihat gambaran merah atau
cherry red spot pada makula lutea. Hal ini disebabkan karena tidak adanya lapisan
ganglion di makula sehingga makula mempertahankan warna aslinya. Lama
kelamaan papil menjadi pucat dan batasnya kabur.1,2
Penyumbatan arteri retina sentral dapat disebabkan oleh radang arteri,
trombus dan embolus pada arteri, spasme pembuluh darah, akibat terlambatnya
pengaliran darah, giant cell artritis, penyakit kolagen, kelainan hiperkoagulasi, sifilis
dan trauma. Penurunan tekanan intraokular mendadak yang menyebabkan perfusi
retiana dapat dicapai dengan parasentesis bilik mata depan dan pemberian
acetasolamid intravena. Inhalasi campuran oksigen-karbon dioksida akan meginduksi
vasodilatasi retina dan meningkatkan PO2.
Diagnosis Banding Ablatio Retina
Ablasi retina adalah suatu keadaan terpisahnya sel kerucut dan batang retina
dari sel epitel pigmen retina. Pada keadaan ini sel epitel pigmen masih melekat erat
dengan membrane Brunch. Sesungguhnya antara sel kerucut dan sel batang retina
tidak terdapat suatu perlekatan structural dengan koroid atau pigmen epitel, sehingga
merupakan titi lemah yang potensial untuk lepas secara embriologis.1,2,5
Ablatio Retina terbagi atas ablasi retina regmatogenosa, yang di mana ablasi
terjadi akibat adanya robekan retina sehingga cairan masuk ke belakang antara sel
pigmen epitel dengan mata. Terjadi pendorongan retina oleh badan kaca cair (fluid
vitreous) yang masuk melalui robekan atau lubang pada retina ke rongga subretina
sehingga mengapungkan retina dan terlepas dari lapis epitel pigmen koroid. Faktor
predisposes berupa trauma, mata dengan myopia tinggi, pasca retinitis, dan retina
yang memperlihatkan degenerasi di bagian perifer. Terdapat riwayat adanya pijaran
api (fotopsia) pada lapangan penglihatan.
Ablasi retina eksudatif adalah ablasi yang terjadi akibat tertimbunnya eksudat
di bawah retina dan mengangkat retina. Ablation retina akibat traksi adalah jenis
tersering pada retinopati diabetic proliferative, kelainan lain juga dapat menyertai
vitreretinopati proliferative, retinopati prematuritas, atau trauma mata. Traksi ini
disebabkan oleh pembentukan
7

Diagnosis Banding Neuritis Retrobulbar


Neuritis retrobulbar adalah radang saraf optik dibalakang bola mata, biasanya
vberjalan akut yang mengenai satu atau kedua mata. Neuritis retrobulbar dapat
disebabkan sklerosis multipel, penyakit mielin saraf, anemia pernisiosa, diabetes
mellitus, dan intoksikasi.
Bola mata bila digerakkan akan terasa berat di bagian belakang bola mata.
Rasa sakit akan bertambah bila bola mata ditekan yang disertai sakit kepala. Neuritis
retrobulbar mempunyai gejala neuritis akan tetapi dengan gambaran fundus yang
sama sekali normal. Pada keadaan lanjut didapatkan reaksi pupil lambat. Gambaran
fundus pasien normal dan diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan lapang pandang
dan turunnya tajam penglihatan yang berat.1,3
Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan lapang pandang dan turunnya
tajam penglihatan yang berat. Pada pemeriksaan lapang pandang ditemukan skotoma
sentral, parasentral dan cincin.
Diagnosis Banding Kekeruhan dan Perdarahan Badan Kaca
Kekeruhan badan kaca kadang-kadang terjadi akibat penuaan disertai
degenerasi berupa terjadinya koagulasi protein badan kaca. Hal ini biasanya disertai
dengan pencairan badan kaca bagian belakang. Akibat bagian depan masih melekat
erat maka akan terjadi gerakan-gerakan bergelombang seperti hujan (synchiasis
scintilans). Keadaan ini tidak banyak mengganggu penglihatan
Perdarahan dalam badan kaca adalah suatu keadaan yang cukp gawat karena
dapat memberikan penyulit yang mengakibatkan kebuataan pada mata. Perdarahan
dapat terjadi spontan pada diabetes melitus, ruptur retina, ablasi badan kaca posterior,
oklusi vena retina dan pecahnya pembuluh darah neovaskular. Perdarahan dalam
badan kaca dapat disebabkan oleh trauma, setiap keadaan yang menaikkan tekanan
darah arteri dan vena, robekan, bedah intraokular, dan trauma intraokular.3
Diabetes melitus, hipertenis dan trauma merupakan penyebab utama
perdarahan badan kaca. Kemudian, akan menyebabkan turunnya penglihatan
mendakak lapang pandan ditutup oleh sesuatu sehingga mengganggu penglihatan
tanpa rasa sakit.
Pada pemeriksaan fundus tidak terlihat adanya refleks fundus yang berwana
merah dan sering memberikan bayangan hitam yang menutup retina. Pada pasien

dengan DM perdarahan ini dapat terjadi berulang. Bila sedang minum obat maka
hentikan obat seperti aspirin, anti radang nonsteroid, kecuali bila sangat dibutuhkan.
Manifestasi Klinis
Oklusi vena retina biasanya terjadi mendadak, unilateral, disertai penurunan
visus tanpa rasa nyeri. Tingkatan kehilangan tajam penglihatan bergangtung pada
luasnya keterlibatan retina dan status perfusi macula.
Pemeriksaan angiografi dilakukan untuk menilai tingkat keparahan edema
macula dan status perfusi. Pemeriksaan tomografi retina merupakan pemeriksaan non
invasive yang digunakan untuk menilai kuantitas edema macula dan evaluasi terapi.
Untuk menegakkan diagnosis oklusi vena retina harus dilakukan anamnesis
mendalam, pemeriksaan oftalomologis dan pemeriksaan laboratorium untuk menilai
faktor yang mempengaruhi kondisi kardiovaskuler. 3
Pasien dengan miopia mempunyai keluhan sakit kepala, sering disertai
dengan juling atau celah kelopak yang sempit. Seseoriang miopia mempunyai
kebiasaan mengernyitkan mataa untuk mencegah aberasi sferis atau untuk
mendapatkan efek pinhole.
Faktor Risiko
Usia, sebanyak lebih dari 50% kasus terjadi pada usia di atas
65 tahun. Insiden oklusi vena sentralis retina meningkat pada kondisi-kondisi
sistemik tertentu, seperti hipertensi, hyperlipidemia, diabetes mellitus, penyakit
kolagen-vaskular, gagal ginjal kronik, dan sindrom hiperviskositas. Merokok juga
merupakan suatu faktor risiko. Oklusi vena centralis retina berkaitan dengan
peningkatan mortalitas penyakit jantung iskemik termasuk infark miokardium.
Faktor predisposisi selanjutnya bersifat tidak umum namun menjadi penting
bagi pasien dengan usia di bawah 50 tahun, yakni gangguan mieloproliferatif
(polisetima, myeloma, dsb); kedaaan hiperkoagulasi didapat atau kongenital;
penyakit inflamasi yang berhubungan dengan preflebilits oklusif; penyakit lain
seperti gagal ginjal kronis; dan penyakit orbita.
Etiologi dan Patofisiologi
Oklusi vena retina adalah penyumbatan vena retina yang mengakibatkan
gangguan perdarahan di dalam bola mata, ditemukan pada usia pertengahan.

Biasanya penyumbatan terletak di mana saja pada reina, akan tetapi lebih sering di
depan lamina kribosa. Penyumbatan vena retina dapat terjadi pada suatu cabang kecil
ataupun pembuluh vena utama, sehingga daerah yang terlibat memberi gejala sesuai
dengan daerah yang dipengaruhi. Suatu penyumbatan cabang vena retina lebih sering
terdapat di daerah temporal atas atau temporal bawah
Penyumbatan vena retina sentral mudah terjdi pada pasien dengan glaucoma,
diabetes mellitus, hipertensi, kelainan darah, arteriosclerosis, papilledema, retinopatai
radiasi dan penyakit pembuluh darah.
Sebab-sebab terjadinya penyumbatan vena retina sentral adalah; akibat
kompresi dari luar terhadap vena tersebut seperti yang terdapat pada proses
erteriosklerosis atau jaringan pada lamina kribrosa; akibat peyakit pada pembuluh
darah vena sendiri seperti fibrosklerosis atau endoflebitis; dan akibat hambatan aliran
darah dalam pembuluh vena tersebut seperti yang terdapat pada keliann viskositas
darah, diskrasia darah atau spaseme arteri retina yang berhubungan.
Pembuluh darah retina terdiri atas arteri dan vena. Pembuluh darah arteri
sentral retina merupakan cabang pertama arteri oftalmika dan bercabang empat, yang
masing-masing memasok ke empat kuadran retina. Selain itu terdapat arteri
silioretina yang berasal dari arteri siliaris yang memasok sirkulasi lapisan dalam
retina diantara nervus optikus dan macula sentral.4,5
Pada tingkat jaringan, retina di pasok oleh dua lapis kapiler, yang pertama
berada pada bagian superfisial sel ganglion dan lapisan serat saraf nerve fiber layer
NFL da nada cabang yang masuk ke lapisan nuclear. Pasokan darah pada tingkat
jaringan akan disokong oleh koriokapiler. Setelah mencapai koriokapiler, darah
dikumpulkan ke dalam venula,yang kemudian menuju ke vena korteks. Jumlah vena
korteks tiap mata bervariasi antar empat atau lima vena, yang akan meninggalkan
mata pada daerah ekuator, lalu masuk ke vena oftalmika superior.5
Faktor predisposisi utama dari keadaan ini adalah arteriosclerosis atau
aterosklerosis. Hal tersebut dikarenakan baik vena maupun arteri berbagi selubung
adventitia yang sama sehingga perubahan pada arteriol ataupun arteri sentral dapat
mengakibatkan kompresi pada vena-vena kecil (mengakibatkan peningkatan tekanan
vena dan kapiler, yang berujung pada stagnansi aliran darah dan dapat mengkibatkan
hipoksia pada bagian retian yang drainasenya bergantung pada vena tersebut
Penatalaksanaan Farmakologi
10

Tata laksana yang dapat dikerjakan adalah kontrol faktor risiko seperti
diabetes mellitus, hiperlipidemia, dan sebagainya. Terapi spesifik dikerjakan oleh
dokter spesialis mata, diantaranya : fotokoagulasi, injeksi anti-VGEF (vascular
epithelial growth factor) atau kortikosteroid intravitreal dan vitrektomi.2
Pengobatan terutama ditujukan kepada mencari penyebab dan mengobatinya,
antikoagulasia dan fotokoagulasi daerah retina yang mengalami hipoksia. Streoid
diberi bila penyumbatan disebabkan oleh flebitis.
Akibat penyumbatan ini akan terjadi gangguan fungsi penglihatan sehingga
tajam penglihatan menjadi berkurang. Pada keadaan ini dapat dipertimbangkan untuk
melakukan fotokoagulasi. Pengobatan dengan menurunkan tekanan bola mata dan
mengatasi penyebabnya. Edema dan perdarahan retina akan diserap kembali dan hal
ini dapat memberikan perbaikan visus. Bila terjadi neovaskularisasi iris sebagai
komplikasinya, dapat dilakukan fotokoagulasi dan dapat dikontrol dengan anti VEGF
intravitreal.3
Pengobatan pasien dengan miopia adalah dengan memberikan kacamata sferis
negatif terkecil yang memberikan ketajaman penglihatan maksimal.
Komplikasi
Dua komplikasi utama yang berkaitan dengan oklusi vena retina adalah
penurunan penglihatan akibat edema macula dan glaucoma neovaskular akibat
noevaskularisasi iris.
Penyulit oklusi vena retina sentral berupa perdarahan massif ke dalam retina
terutama pada lapis serabut saraf retina dan tanda iskemia retina. Pada penyumbatan
vena retina sentral perdarahan juga dapat terjadi di depanpaila dan ini dapat
memasuki badan kaca menjadi perdarahan badan kaca. Oklusi vena retina sentral
dapat menimbulkan terjadinya pembuluh darah baru yang dapat ditemukan di sekitar
papil, iris dan di retina (rubeosis iridis). Rubeosis idris dapat mengakibatkan
terjadinya glaucoma sekunder, dan hal ini dapat terjadi dalam waktu 1-3 bulan.3
Penyulit yang dapat timbul pada pasien dengan myopia adalah ablasi retina
dan juling. Juling biasanya esotropia atu juling ke dalam akibat mata berkonvergensi
terus menerus. Bila terdapat juling keluar dapat dimungkinkan fungsi sau mata telah
berkurang atau terdapat amblyopia.
,Prognosis

11

Pada central retina vena oklusi prognosis lebih buruk, iskemi macula
mengakibatkan munculnya rubeosis iridis pada 50% kasus, yang berujung pada
glaucoma neovaskular.2
Kesimpulan
Sesuai dengan pemeriksaan fisik didapatkan pasien menderita mata kanan
oklusi vena sentral dan mata kiri miopi.

Daftar Pustaka
1. Vaughan, Asbury. Oftalmologi umum.Ed 17.Jakarta: EGC; 2011.h. 28-35, 193-8,
313-5.
2. Tim Kapita Selekta Kedokteran. Kapita selekta kedokteran.Ed 4.Jakarta: Media
Aesculapius;2014.h.383-4.
3. Ilyas SH, Yulianti SR. Ilmu penyakit mata.Ed 4.Jakarta : Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Indonesia; 2013.h.15-8, 183-93.
4. Diagnosis oklusi pembuluh darah retina. Diunduh dari :
http://www.majalahfk.uki.ac.id/assets/majalahfile/artikel/2012-04-artikel-063.pdf.
2015Maret20.
5. Central
retinal

vein

occlusion.

Diunduh

dari

:http://eyewiki.aao.org/Central_Retinal_Vein_Occlusion#Pathophysiology

12

Anda mungkin juga menyukai