Anda di halaman 1dari 19

Glaukoma Sudut Tertutup

Muhammad Nugra Anggono Prasetya


102014227
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Muhammad.2014fk227@civitas.ukrida.ac.id

Jl. Arjuna Utara No. 06 Jakarta 11510. Telepon: (021)5694-2051.

Abstrak

Glaukoma adalah penyebab kebutaan permanen nomor dua di Indonesia yang sering
tidak disadari oleh penderita. Kelainan mata glaukoma ditandai dengan meningkatnya tekanan
bola mata, atrofi papil saraf optik, dan menciutnya lapang pandang dengan resiko adanya
peningkatan tekanan intra okular (TIO).1 Menurut website World Health Organization (WHO),
diperkirakan jumlah kasus kebutaan akibat glaukoma adalah 4,5 juta, atau sekitar 12% dari
seluruh kebutaan. Glaukoma dapat dikategorikan menjadi glaukoma primer, glaukoma sekunder,
dan glaukoma kongenital. Penelitian prevalensi glaukoma di berbagai negara menunjukkan
bahwa sebagian besar glaukoma merupakan glaukoma primer, meliputi glaukoma sudut terbuka
(primery open angle glaucoma) yang terbanyak, diikuti glaukoma primer sudut tertutup (primary
angle closure glaucoma).1,2
Kata kunci : Glaucoma, glaukoma primer sudut tertutup, terapi
Abstract
Glaucoma is the number two cause of permanent blindness in Indonesia, which sufferers
often don't realize. Glaucoma eye abnormalities are characterized by increased eye pressure,
optic nerve papery atrophy, and reduced visual field with the risk of increased intraocular
pressure (IOP) .1 According to the World Health Organization (WHO) website, an estimated
number of cases of glaucoma blindness is 4.5 million, or about 12% of all blindness. Glaucoma
can be categorized as primary glaucoma, secondary glaucoma, and congenital glaucoma.
Research on the prevalence of glaucoma in various countries shows that most glaucoma is
primary glaucoma, which includes the most open-angle glaucoma (primery open angle
glaucoma), followed by primary angle closure glaucoma. 1,2
Keywords: Glaucoma, closed angle primary glaucoma, therapy
Pendahuluan

Indra penglihatan merupakan salah satu dari panca indra dalam diri manusia yang sangat
penting dalam kehidupan, dimana indra ini digunakan untuk melihat. Indra penglihatan terletak
pada mata terdiri dari organ okuli assesoria (alat bantu mata) dan oculus (bola mata), sara indera
penglihatan saraf optikus (urat saraf kranial kedua). Jika indra penglihatan mengalami gangguan
akan mengganggu kehidupan manusia itu sendiri. Salah satu penyakit mata yang dapat
mengganggu aktifitas dari manusia adalah glaukoma. Glaukoma adalah suatu neuropati optik
kronik yang dapat ditandai oleh pencekungan (cupping) diskus optikus, pengecilan lapangan
pandang biasanya disertai peningkatan tekanan intraokuler. Pada glaukoma akan terdapat
melemahnya fungsi mata dengan terjadinya cacat lapang pandang dan kerusakan anatomi berupa
ekskavasi (penggaungan) serta degenerasi papil saraf optik yang dapat berakhir dengan kebutaan.
Glaukoma adalah penyebab kebutaan permanen nomor dua di Indonesia yang sering tidak
disadari oleh penderita. Dalam pembuatan makalah ini bertujuan untuk membahas tentang
etiologi, epidemiologi, patofisiologi, klasifikasi, manifestasi klinis, komplikasi, faktor resiko,
penatalaksanaan dan pencegahan dari glaucoma primer sudut tertutup.

Anamnesis

Identitas pasien

Berisi nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan yang sering terpapar sinar matahari secara
langsung, tempat tinggal sebagai gambaran kondisi lingkungan dan keluarga, dan keterangan lain
mengenai identitas pasien.

Riwayat penyakit sekarang

Berisi pertanyaan seperti sejak kapan pasien merasakan penglihatannya kabur? terjadi
mendadak atau progresif? Penglihatan kaburnya seperti apa? Apakah merasa silau? Apakah lebih
suka dengan penerangan yang redup? Apakah penglihatannya berbayang? Apakah melihat halo
di sekitar sinar? Apakah ada mengonsumsi obat-obatan tertentu (seperti kortikosteroid)? Apakah
ada riwayat trauma di kepala?
Riwayat penyakit dahulu

Menanyakan adanya riwayat penyakit sistemik yang dimiliki oleh pasien seperti: DM,
hipertensi, pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolic lainnya memicu resiko
katarak. Riwayat terpajan pada radiasi, steroid / toksisitas fenotiazin. Kemudian tanyakan pula
riwayat alergi.

Riwayat Kesehatan Keluarga

Menanyakan adakah dikeluarga mengalami penyakit dengan keluhan yang sama? Apakah
di keluarga ada riwayat penyakit sistemik seperti: DM, hipertensi.

Pada skenario 9

Wanita 42th datang dengan keluhan mendadak kabur dan rasa nyeri yang hebat pada mata kanan.

Anamnesis yg di dapat :

Keluhan beberapa bulan yang lalu, tidak dibawa berobat.

Nyeri kepala dan mual.

Tidak ada nyeri saat melihat cahaya

Ada penurunan penglihatan

Trauma kepala disangkal

Diabetes (x) hipertensi (x) penggunaan kacamata (x)

Pemeriksaan Fisik

Ada beberapa pemeriksaan fisik yang berkaitan dengan kasus glaucoma, antara lain:

Pemeriksaan visus
Lakukan uji penglihatan dalam ruangan yang cukup tenang, tetapi dapat mengendalikan
jumlah cahaya. Gantungkan kartu Snellen atau kartu E yang sejajar mata responden dengan jarak
6 meter, pemeriksaan dimulai dengan mata kanan, mata kiri responden ditutup dengan penutup
mata atau telapak tangan tanpa menekan bola mata. Penderita duduk pada jarak 6m dari
Optotype Snellen. Penderita dipersilahkan untuk membaca huruf/gambar yang terdapat pada
Optotype, dari yang paling besar sampai pada huruf/gambar yang dapat terlihat oleh mata
normal. Apabila penderita tak dapat melihat gambar yang terdapat pada Optotype, maka kita
mempergunakan jari kita. Penderita diminta untuk menghitung jari pemeriksa, pada jarak 1m,2
m, sampai dengan 5m, dalam hal demikian maka visus dari penderita dinyatakan dalam per-60
apabila penderita tak dapat menghitung jari, maka dipergunakan lambaian tangan pemeriksa
pada jarak 1, dalam hal ini, maka visus penderita dinyatakan dalam per 300. Apabila lambaian
tangan tak terlihat oleh penderita, maka kita periksa visusnya dengan cahaya (sinar baterai),
untuk ini maka visus dinyatakan dalam per tak terhingga.3

Pemeriksaan segmen anterior


Pada pemeriksaan ini pasien akan di periksa palbebranya berupa posisinya,kulit palpebra
bulu mata, dan konjungtiva. Selain itu korneanya juga akan di periksa ( edema, keruh ), juga
diperiksa pupil dan refleks cahaya, camera oculli anterior, lensa mata.2,3

Pengukuran tekanan intraokular


Pada glaukoma sudut terbuka primer, 32-50% individu yang terkena akan
memperlihatkan tekanan intraokular yang normal saat pertama kali diperiksa. Sebaliknya,
peningkatan tekanan intraokular semata tidak selalu diartikan bahwa pasien mengedap glaukoma
sudut terbuka primer; untuk menegakkan diagnosis diperlukan bukti-bukti lain seperti adanya
diskus optikus glaukomatosa atau kelainan lapangan pandang. Apabila tekanan intraokular terus-
menerus meninggi sementara diskus optikus dan lapangan pandang normal (hipertensi okular),
pasien dapat diobservasi secara berkala sebagai tersangka glaukoma.
Ada empat macam tonometer yang dikenal yaitu tonometer schiotz, tonometer digital,
tonometer aplanasi dan tonometeri Mackay-Marg. Pengukuran tekanan intraokular yang paling
luas digunakan adalah tonometer aplanasi Goldmann, yang dilekatkan ke slitlamp dan mengukur
gaya yang diperlukan untuk meratakan daerah kornea tertentu.
Tonometer aplanasi merupakan alat yang paling tepat untuk mengukur tekanan bola mata
dan tidak dipengaruhi oleh faktor kekakuan sklera.Tonometer schiotz merupakan alat yang
paling praktis sederhana.Pengukuran tekanan bola mata dinilai secara tidak langsung yaitu
dengan melihat daya tekan alat pada kornea, karna itu dinamakan juga tonometri indentasi
schiotz.Dengan tonometer ini dilakukan penekanan terhadap permukaan kornea menggunakan
sebuah beban tertentu. Makin rendah tekanan bola mata, makin mudah bola mata ditekan, yang
pada skala akan terlihat angka skala yang lebih besar. Tansformasi pembacaan skala tonometer
ke dalam tabel akan menunjukan tekanan bola mata dalam mmHg. Kelemahan alat ini adalah
mengabaikan faktor kekakuan sklera.
Tonometer digital adalah cara yang paling buruk dalam penilaian terhadap tekanan bola
mata oleh karena bersifat subjektif. Dasar pemeriksaannya adalah dengan merasakan reaksi
kelenturan bola mata (balotement) pada saat melakukan penekanan bergantian dengan kedua jari
tangan. Tekanan bola mata dengan cara digital dinyatakan dengan nilai N+1, N+2, N+3,dan
sebaliknya N-1 sampai seterusnya.
Pada penderita tersangka glaukoma, harus dilakukan pemeriksaan serial tonometri.Variasi
diurnal tekanan intraokular pada pada orang normal berkisar 6 mmHg dan pada pasien glaukoma
variasi dapat mencapai 30 mmHg.3,4

Pemeriksaan lapang pandang


Digunakan untuk menegakkan diagnosa maupun untuk meneliti perjalanan penyakitnya,
juga bagi menetukan sikap pengobatan selanjutnya.harus selalu diteliti keadaan lapang
pandangan perifer dan juga sentral.pada glaukoma yang masih dini, lapang pandangan perifer
belum menunjukkan kelainan, tetapi lapang pandangan sentral sudah menunjukkan adanya
bermacam-macam skotoma. Jika glaukomanya sudah lanjut, lapang pandangan perifer juga
memberikan kelainan berupa penyempitan yang dimulai dari bagian nasal atas. Yang kemudian
akan bersatu dengan kelainan yang ada ditengah yang dapat menimbulkan tunnel vision, seolah-
olah melihat melalui teropong untuk kemudian menjadi buta.2

Tes Ketajaman Penglihatan


Tes ketajaman penglihatan atau visual acuity ialah tes untuk menilai kekuatan resolusi
mata.Tes standar yang dilakukan ialah dengan menggunakan kartu Snellen, yang terdiri dari
baris-baris huruf yang ukurannya semakin kecil.Tiap baris diberi nomor dengan jarak dalam
meter.Tajam penglihatan kemudian dicatat sebagai jarak baca (misal 6 meter) pada nomor baris,
dari huruf terkecil yang dapat dibaca. Jika jarak baca ini adalah 6 meter, maka ketajaman
penglihatan sebesar 6/6; jika jarak baca ini adalah garis 60 meter, maka ketajaman penglihatan
ialah 6/60. Penglihatan diperiksa dengan kacamata apabila pasien menggunakan kacamata,
namun tes pinhole dilakukan untuk mengkoreksi kelainan refraksi sedang.3

Pemeriksaan Fisik Glaukoma Primer

Pemeriksaan fisik pada glaukoma primer meliputi pengukuran ketajaman visual, pemeriksaan
segmen anterior, pengukuran IOP (palpasi) maupun tonometri, dan funduskopi. Pemeriksaan
segmen anterior dilakukan dengan menggunakan pen-light maupun slit-lamp biomicroscopy
untuk memeriksa palpebra konjungtiva, kornea, COA, iris, pupil, dan lensa mata. Pengukuran
IOP (intraocular pressure) dilakukan secara digital dengan meminta pasien melihat ke arah
bawah kemudian pemeriksa meraba sklera atas dengan telunjuk jari lalu bandingkan tekanan
bola mata terhadap sklera atau pipi (sedikit digembungkan) pemeriksa; ada juga tonometri alat
seperti tonometri aplanasi. Sementara ketajaman visual meliputi pemeriksaan dengan Snellen
chart dengan atau tanpa pinhole, finger counting, hand movement, dan light projection test.9

Pertama pada bagian segmen anterior mata. Pada pemeriksaan pupil baik pada POAG maupun
PACG didapatkan defek pupil aferen. Pada PACG keaadaan akut didapatkan hiperemia, kornea
yang membengkak, perubahan lensa berupa adanya glaukomflecken (kecil, terlokalisasi, bagian
anterior: kekeruhan lensa subcapsular). Sementara pada PACG progresif biasanya pupil normal,
pemendekan sudut secara bertahap dengan adanya iris bombé membawa iris perifer lebih dekat
ke dinding sudut eksternal lebih anterior, mempersempit celah antara iris dan jaringan
trabekuler.10,11

Pemeriksaan tonometri secara aplanasi. Teknik pemeriksaannya adalah mata yang akan diperiksa
diberi anestesi topikal lalu pada mata tersebut ditempelkan kertas fluoresein. Sinar oblik warna
biru dari slitlamp disinarkan pada dasar telapak prisma tonometer aplanasi Goldmann.4 Pada
pasien POAG biasanya didapatkan tekanan bola mata sedikit meningkat atau berada dari batas
atas rentang normal yaitu 10-21 mmHg; tekanan bola mata pasien POAG bersifat intermiten dan
dapat berubah naik turun sewaktu-waktu (tidak menentu). Tes tonometri dapat dilakukan setiap
2-3 jam sekali untuk mengetahui perubahan tekanan bola mata pasien galukoma dari waktu ke
waktu yang disebut uji variasi diurnal; pada POAG didapatkan perbedaan tekanan 15-20 mmHg.
Perbedaan PAOG dengan PACG; PACG biasanya kurang dari 40 mmHg dan biasanya keluhan
klinis lebih signifikan timbul pada PACG dibandingkan POAG.5

Kemudian, pemeriksaan funduskopi. Pemeriksaan funduskopi untuk mengetahui keadaan


segmen posterior mata. Pemeriksaan dilakukan dengan alat yang disebut oftalmoskop baik secara
langsung maupun tidak langsung. Pada glaukoma primer terdapat: Kelainan papil saraf optik
(papil glaukomatous) pembesaran cup yang konsentrik, saraf optik pucat atau atrofi, saraf
optik/cekungan tergaung, depresi pada bagian nasal, kelainan serabut retina, serat yang pucat
atau atropi akan berwarna hijau. Tanda lainnya seperti perdarahan peripapilar. 10,11,12 berikut hasil
funduskopi pada glaukoma primer.

Gambar 1. Hasil funduskopi glaukoma primer.12


Pemeriksaan ketajaman visual pada glaukoma primer biasanya didapatkan penderita glaukoma
ketajaman penglihatan dapat berkisar antara 20/100 hingga hanya persepsi cahaya.5

Hasil pf pada skenario 9


TTV : 140/80, nadi 104, rr 18, suhu 36,8oC
Visus okuli dextra : 1/300. Visus okuli sinistra : 6/60
Pin hole keduanya tidak maju
Tes konfrontasi OD : -
OS : penyempitan lapang pandang
Segmen anterior OD : palpebra spasme, konjungtiva injeksi silier, kornea keruh, COA sedikit
dangkal, lensa keruh tipis.
Anterior OS : palpebra normal, konjungtiva normal, kornea jernih, COA sedikit dangkal, lensa
jernih.
Tonomoter : OD 55, OS 22 mmhg
Segmen posterior OD : reflek fundus (+), lainnya sulit dinilai.
Segmen posterior OS : papil batas tegas, CDR 0.9, reflek macula baik.
Gerak bola mata ODS baik ke segala arah.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan bersifat tidak definitive, namun ada beberapa
pemeriksaan yang dilakukan untuk mendapatkan data tambahan. Pada apsien glaucoma dapat
dialkukan:

Gonioskopi
Pemeriksaan gonioskopi adalah tindakan untuk melihat sudut bilik mata dengan
goniolens. Gonioskopi adalah suatu cara untuk melihat langsung keadaan patologik sudut bilik
mata, juga untuk melihat hal-hal yang terdapat pada sudut bilik mata seperti benda asing. Dengan
gonioskopi dapat ditentukan klasifikasi glaukoma penderita apakah glaukoma terbuka atau
glaukoma sudut tertutup dan malahan dapat menerangkan penyebab suatu glaukoma sekunder.5

Tes Konfrontasi
Satu mata pasien ditutup dan pemeriksa duduk di seberangnya, menutup matanya pada
sisi yang sama. Satu objek, biasanya kepala jarum berukuran besar, kemudian digerakkan dalam
lapang pandang mulai dari perifer menuju ke pusat. Pasien diminta mengatakan kapan ia
pertama kali melihat objek tersebut. Tiap kuadran diperiksa dan lokasi bintik buta
ditentukan.Selanjutnya, lapang pandang pasien dibandingkan dengan lapang pandang
pemeriksa.Dengan latihan dapat juga diidentifikasi skotoma sentral (skotoma adalah daerah fokal
dalam lapang pandangandengan sensitivitas yang berkurang, dikelilingi oleh area yang lebih
sensitif. Tes lapang pandang kasar dapat dilakukan sebagai berikut:
Mintalah pasien untuk menutup satu matanya. Duduklah di depan pasien dan angkat kedua
tangan Anda di depan mata yang tidak ditutup, dengan telapak tangan menghadap pasien, satu
tangan pada masing-masing sisi. Tanyakan apakah kedua telapak tangan terlihat sama. Ulangi
tes dengan mata satunya. Tes ini dapat berguna dalam mendeteksi hemianopia bitemporal
(pasien mungkin juga tidak dapat melihat huruf temporal pada kartu Snellen ketika dilakukan
pemeriksaan tajam penglihatan)mintalah pasien untuk menghitung jumlah jari yang
diperlihatkan pada tiap kuadran lapang pandang. Tes yang digunakan untuk mengidentifikasi
defek lapang padang neurologis adalah dengan menggunakan objek berwarna merah.lapang
pandang merah merupakan yang paling sensitif terhadap lesi saraf optik. Untuk melakukan tes
konfrontasi digunakan jarum kepala berwarna merah, pasien diminta untuk mengatakan saat ia
pertama kali melihat kepala jarum tersebut berwarna merah (bukan saat ia pertama kali melihat
kepala jarum tersebut).cara yang lebih sederhana, satu objek berwarna merah dapat dipegang di
tiap kuadran atau setengah lapang pandang dan pasien diminta untuk membandingkan kualitas
warna merah di tiap lokasi. pada defek lapang pandang hemianiopik, warna merah akan tampak
lebih buram di lapang pandang yang terkena.5
Pemeriksaan Penunjang Glaukoma Primer

Pemeriksaan penunjang pada glaukoma primer meliputi gonioskopi, uji provokasi dengan air
maupun kopi dan pemeriksaan optic nerve head (ONH) dan retinal nerve fiber layer (RNFL).
Gonioskopi adalah suatu cara untuk memeriksa sudut bilik mata depan dengan menggunakan
lensa kontak khusus yang disebut goniolens. Dalam hal glaukoma, gonioskopi diperlukan untuk
menilai lebar sempitnya sudut bilik mata depan. Gonioskopi dapat membedakan sudut terbuka
dan sudut tertutup. Begitu pula dapat diperiksa apakah ada perlengketan iris di bagian perifer dan
kelainan lainnya. Apabila keseluruhan jalinan trabekula, taji sklera, dan prosessus iris dapat
dilihat, sudut dinyatakan terbuka. Apabila hanya garis schwalbe atau sebagian kecil dari jalinan
trabekula yang dapat terlihat, sudut dikatakan sempit. Apabila garis schwalbe tidak terlihat
dinyatakan sudut tertutup.12 Berikut gambar ilustrasi gonioskopi.
Gambar 2. Ilustrasi pada gonioskopi.12

Uji provokasi dengan air maupun kopi memiliki prinsip meningkatkan tekanan bola mata secara
signifikan. Pada uji kopi, pasien diberi kopi pekat 1-2 mangkok, setelah 20-40 menit bila tekanan
bola mata naik 15-20 mmHg maka dapat dicurigai adanya glaukoma. Pada uji provokasi air
dilakukan setelah pasien makan pagi lalu pasien diberi satu liter air yang dihabiskan dengan
cepat; yang kemudian setiap 15 menit diukur tekanan bola matanya. Bila tekanan bola mata naik
8-15 mmHg dalam 45 menit menunjukkan pasien menderita glaukoma.5

Pemeriksaan optic nerve head (ONH) dan retinal nerve fiber layer (RNFL). Pada glaukoma
pimer (cenderung ke POAG) terdapat penyempitan difus atau fokus, atau bentukan, dari tepi
cakram optik, terutama pada bagian inferior atau kutub superior, yang membentuk dasar untuk
aturan ISNT5 dan pemeriksaan klinis lapisan serat saraf retina/RNFL di bagian pemeriksaan
fisik, penyempitan progresif dari tepi neuroretinal dengan peningkatan cupping yang terkait
cakram optik, kelainan abnormal difus atau terlokalisasi RNFL parapapiler, terutama pada
inferior atau tiang superior, rim diskus, RNFL parapapiler, atau perdarahan lamina kribosa, optik
rim asimetri neural dari kedua mata konsisten dengan hilangnya jaringan saraf, atap parapapiler
dalam jumlah besar.10,11
Working Diagnosis
Glaukoma adalah suatu neuropati optik kronik didapat yang ditandai oleh pencekungan
(cupping) diskus optikus, pengecilan lapangan pandang biasanya disertai peningkatan tekanan
intraokuler.pada glaukoma akan terdapat melemahnya fungsi mata dengan terjadinya cacat
lapang pandang dan kerusakan anatomi berupa ekskavasi (penggaungan) serta degenerasi papil
saraf optik yang dapat berakhir dengan kebutaan.
Tekanan intraokular ditentukan oleh kecepatan pembentukan humor akueus dan tahanan
terhadap aliran keluarnya dari mata. Tekanan intraokular dianggap normal bila kurang dari 20
mmHg pada pemeriksaan dengan tonometer aplanasi yang dinyatakan dengan tekanan air raksa.6

Glaukoma Akut Sudut Tertutup (Acute Angle-Closure Glaucoma)


Glaukoma sudut tertutup primer terjadi pada mata dengan predisposisi anatomis tanpa
disertai kelainan lain. peningkatan tekanan intrakular terjadi karena sumbatan aliran keluar
aqueous akibat adanya oklusi anyaman trabekular oleh iris perifer. Keadaan ini dapat
bermanifestasi sebagai suatu kedaruratan oftalmologik atau dapat tetap asimptomatik sampai
timbul penurunan penglihatan. Diagnosis ditegakan dengan melakukan pemeriksaan segmen
anterior dan gonioskopi yang cermat.istilah glaukoma sudut tertutup primer hanya digunakan
bila penutupan sudut primer telah menimbulkan kerusakan nervus optikus dan kehilangan
lapangan pandang.glaukoma primer ialah jenis glaukoma dengan etiologi tidak pasti, dimana
tidak didapatkan kelainan yang dapat menyebabkan glaukoma. 7
Glaukoma ini didapatkan pada orang yang telah memiliki bakat bawaan glaukoma,
seperti (1) bakat yang berupa gangguan fasilitas pengeluaran cairan mata atau susunan anatomis
bilik mata yang menyempit dan (2)mungkin disebabkan kelainan pertumbuhan pada sudut bilik
mata depan (goniodisgenesis), berupa trubekulodisgenesis,iridodisgenesis, dan
korneodisgenesis,dan yang paling sering berupa trabekulodisgenesis dan
goniodisgenesis.glaukoma primer sudut tertutup ini juga dapat timbul dengan tanda dan gejala
yang cukup dramatis yang dapat berakibat pada kebutaan permanen dalam jangka waktu pendek
apabila tidak dirawat dengan baik.glaukoma sudut tertutup terjadi oleh karena humor akueous
tidak dapat mengalir melalui pupil ke dalam bilik anterior (blokade pupil), yang akan
meningkatkan tekanan di belakang iris dan mendorong iris ke anterior (iris bombe) untuk
mengoklusi ke sudut bilik mata anterior.pada umumnya glaukoma sudut tertutup apabila tidak
berlangsung secara akut, maka akan berlangsung secara kronik, dengan gejalaklinis yang lebih
ringan.6,7

Differential diagnosis/ Diagnosis Banding

Glukoma sudut terbuka primer

Glukoma primer sudut terbuka adalah glaukoma yang disertai peningkatan TIO diatas 21
mmHg, dengan sudut bilik mata depan yang terbuka. Kondisi ini mengenai kedua mata
(bilateral) tanpa disertai dengan kelainan mata lain, dan umumnya terjadi di atas usia 40 tahun
serta terkait erat dengan factor genetic. Bersifat asimtomatik dan bersifat kronif progresif.
Penderita biasanya tidak mengeluhkan sakit, namun ada juga yang mengeluh sakit kepala atau
rasa berat disekitar mata. Adanya Tunnel vision (penglihatan seperti terowongan). Penglihatan
sentral dapat tetap 6/6, tetapi penderita berjalan menabrak-nabrak serta kurang dapat melihat
benda disampingnya. Pada pemeriksaan gonioskopi didapatkan sudut terbuka dan pada tes
lapang pandang ditemukan adanya defek lapang pandang.5

Epidemiologi Glaukoma Primer

Prevalensi POAG (Primary Open Angle Glaucoma) adalah 3-4 kali lebih tinggi pada orang kulit
hitam daripada di Kaukasia; selain itu, orang kulit hitam hingga 6 kali lebih rentan terhadap
kerusakan saraf cakram optik daripada Kaukasia. Glaukoma adalah penyebab paling umum
kebutaan di antara orang-orang keturunan Afrika. Mereka lebih cenderung mengembangkan
glaukoma di awal kehidupan, dan cenderung memiliki bentuk penyakit yang lebih agresif.9

Usia yang lebih tua dari 40 tahun adalah faktor risiko untuk perkembangan POAG, dengan
hingga 15% dari orang yang terkena dampak dekade ketujuh kehidupan. Namun, penyakit itu
sendiri tidak terbatas hanya pada individu paruh baya dan lanjut usia. Laporan tentang
kecenderungan seks juga berbeda. Meskipun beberapa penelitian yang dikontrol usia telah
melaporkan nilai TIO rata-rata yang lebih tinggi secara signifikan pada wanita daripada pada
pria, yang lain telah gagal untuk menemukan perbedaan seperti itu, sementara yang lain bahkan
menunjukkan laki-laki memiliki prevalensi glaukoma yang lebih tinggi.9

Sementara prevalensi keseluruhan PACG (Primary Angle Closure Glaucoma) yang dikumpulkan
di antara orang dewasa Asia adalah 0,75%. Perkiraan prevalensi spesifik berdasarkan etnis
adalah 0,97% pada kelompok Timur Tengah, 0,66% pada kelompok Asia Tenggara, 0,46% pada
kelompok India, dan 1,19% pada kelompok Jepang. Prevalensi PACG tampaknya paling tinggi
di antara orang Cina (1,26% di antara mereka yang ≥40 tahun), menurut tinjauan statistik di
seluruh dunia. Pasien dengan PACG cenderung wanita. Pasien dengan PACG cenderung berusia
lanjut, seringkali dengan katarak yang hidup berdampingan atau setidaknya penebalan lensa.9

Etiologi dan Faktor Risiko pada Glaukoma Primer

Etiologi glaukoma pada umumnya belum diketahui pasti. Bila terkena suatu pajanan atau pasien
merupakan faktor risiko maka menyebabkan aliran humor akuos lemah, tekanan bola mata
meninggi, kerusakan saraf penglihatan yang progresif dan dapat menjadi ireversibel; yang dapat
menyebabkan glaukoma pada jangka waktu yang lama.4
Faktor risiko pada glaukoma sudut terbuka (POAG) meliputi tekanan intraokuler (TIO) lebih
tinggi, usia lebih tua, riwayat keluarga glaukoma, ras Afrika atau etnis Latin / Hispanik, kornea
sentral lebih tipis, tekanan perfusi okular lebih rendah, diabetes mellitus tipe 2, miopia, tekanan
darah sistolik dan diastolik yang lebih rendah, pendarahan diskus, pendarahan disk yang lebih
besar rasio disc, standar deviasi pola yang lebih tinggi pada pengujian bidang visual ambang.5

Faktor risiko pada glaukoma sudut tertutup (PACG) riwayat keluarga dengan sudut tertutup, usia
yang lebih tua, jenis kelamin perempuan, Cina, Vietnam, Pakistan, atau keturunan inuit, fitur
okuler, hiperopia, kedalaman ruang anterior dangkal perangkat, kedalaman ruang anterior tengah
dangkal/tipis, kelengkungan kornea curam, lensa kristalin tebal, panjang aksial pendek,
konfigurasi tubuh siliaris, seperti pada iris dataran tinggi.5

Patofisiologi Glaukoma Primer

Glaukoma merupakan sekelompok penyakit kerusakan saraf optik (neuropati optik) yang
biasanya disebabkan oleh efek peningkatan tekanan okular pada papil saraf optik. Iskemia
tersendiri pada papil saraf optik juga penting. Hilangnya akson menyebabkan defek lapangan
pandang dan hilangnya ketajaman penglihatan jika lapangan pandang sentral terkena. Ada dua
teori utama mengenai mekanisme kerusakan serabut saraf oleh peningkatan tekanan intraokular
yaitu teori mekanik dan teori iskemik:6

 Peningkatan tekanan intraokular menyebabkan kerusakan mekanik pada akson saraf optik
dan penipisan lapisan serat saraf dan inti bagian dalam retina, iris dan korpus siliar juga
menjadi atrofi, dan prosesus siliaris memperlihatkan degenerasi hialin sehingga terjadi
penurunan penglihatan.
 Peningkatan tekanan intraokular menyebabkan iskemia akson saraf akibat berkurangnya
aliran darah pada papil saraf optik. Diskus optikus menjadi atrofi disertai pembesaran
cekungan optikus.

Gambaran patologik utama pada glaukoma sudut terbuka primer adalah proses degeneratif di
jaringan trabekular berupa penebalan lamella trabekula yang mengurangi ukuran pori dan
berkurangnya jumlah sel trabekula pembatas. Juga termasuk pengendapan bahan ekstrasel di
dalam jalinan dan di bawah lapisan endotel kanalis Schlemm. Hal ini berbeda dengan proses
penuaan normal. Akibatnya adalah penurunan drainase humor akueous yang menyebabkan
peningkatan tekanan intraokuler.6

Tekanan intraokuler yang tinggi secara mekanik menekan papil saraf optik yang merupakan
tempat dengan daya tahan paling lemah pada bola mata. Bagian tepi papil saraf optik relatif lebih
kuat daripada bagian tengah sehingga terjadi cekungan pada papil saraf optik.

Tekanan intraokular ditentukan oleh kecepatan terbentuknya cairan mata (akueus humor) bola
mata oleh badan siliar dan hambatan yang terjadi pada jaringan trabekular meshwork. Akueus
humor yang dihasilkan badan siliar masuk ke bilik mata belakang, kemudian melalui pupil
menuju ke bilik mata depan dan terus ke sudut bilik mata depan, tepatnya ke jaringan
trabekulum, mencapai kanal Schlemm dan melalui saluran ini keluar dari bola mata. Pada
glaukoma kronik sudut terbuka, hambatannya terletak pada jaringan trabekulum maka akan
terjadi penimbunan cairan bilik mata di dalam bola mata sehingga tekanan bola mata meninggi.
Pada glaukoma akut hambatan terjadi karena iris perifer menutup sudut bilik depan, hingga
jaringan trabekulum tidak dapat dicapai oleh akueus.6

Gejala Klinis Glaukoma Primer

Gejala klinis pada glaukoma dapat asimptomatis dan biasanya pasien datang karena
penglihatannya buram, melihat cahaya dengan adanya halo (lingkaran disekitar cahaya/objek
terang). Kedua jenis glaukoma primer bersifat bilateral, tidak selalu simetris dengan sudut bilik
mata terbuka ataupun tertutup. Gejala klinis pada glaukoma primer sudut tertutup atau PACG
berupa: penglihatan berkabut dan menurun, mual, muntah, terdapat mata merah dan terasa
bengkak, memiliki ciri-ciri yang akut.4

Gejala klinis pada POAG (Primary Open Angle Glaucoma) umumnya asimtomatis. Bila terdapat
gejala, gejala tersebut berupa: penciutan lapang pandang, bersifat progresif dan lambat, tekanan
bola mata hanya normal sampai tinggi; tidak membuat pasien mengeluh adanya nyeri dan
kemerahan pada mata serta penglihatan pasien gelap dan kabur/samar. Kebanyakan hal klinis
dari POAG baru banyak ditemukan pada pemeriksaan fisik. Berikut klasifikasi menurut Martin
Doyle untuk membedakan glaukoma primer sudut terbuka atau tertutup.4,5

Penatalaksanaan Glaukoma Primer


Pentalaksanaan pada glaukoma primer untuk porsi dokter umum utamanya adalah memberikan
terapi medikamentosa dan edukasi ke pasien. Terapi medika mentosa dapat berupa obat beta
bloker, karbonik anhidrase inhibitor sistemik (mengurangi masuknya humor akueus kedalam
mata), lipid reseptor agonis untuk meningkatkan pengeluaran humor akueus melalui uvea sklera.
Obat beta bloker seperti betaxolol (beta 1), timolol (beta 1 dan 2), levobunolol (beta 1 dan 2)
dalam larutan 0,25-0,50% diberikan selama 1-2 kali dalam sehari. Contoh obat karbonik
anhidrase seperti acetazolamid (tablet 250 mg, 2-4 tablet dalam sehari), dorzolamid (larutan 2%

diberikan 2-3 kali dalam sehari). Terahkir contoh lipid reseptor agonis seperti latanoprost
0,005% diberikan 1 kali sehari. Berikut tabel golongan obat yang dapat digunakan pada
glaukoma berikut dengan indikasi dan kontraindikasi.4

Tabel 3. Medikamentosa pada glaukoma primer.11

Terapi definitif pada glaukoma primer meliputi operasi pada jaringan trabekula, iris. Terapi pada
PACG adalah laser iridotomi maupun insisional iridektomi. Sementara terapi definitif pada
POAG adalah trabekulektomi dan pembuatan aqueus shunts.10,11
Penting untuk mendidik dan melibatkan pasien dalam pengelolaan kondisi mereka. Pasien
seharusnya dididik melalui informasi lisan, tertulis, dan online tentang proses penyakit, alasan
dan tujuan intervensi, status kondisi mereka, dan manfaat relatif dan risiko alternatif intervensi
sehingga mereka dapat berpartisipasi secara bermakna dalam mengembangkan rencana aksi yang
tepat.

Pasien harus didorong untuk memberitahu dokter mata mereka perubahan fisik atau emosional
yang terjadi ketika mereka mengambil agen hipotensi okular topikal. Diagnosis glaukoma itu
sendiri dapat menyebabkan efek negatif terhadap psikologis dan takut akan terjadinya kebutaan
pada pasien. Pasien yang mempertimbangkan operasi keratorefraktif harus diberi tahu tentang
kemungkinan dampak laser koreksi visi memiliki pada pengurangan sensitivitas kontras dan
mengurangi keakuratan TIO pengukuran. Selama prosedur LASIK, TIO sebentar akan
meningkat dari efek cincin hisap untuk membuat mata menjadi kaku selama pembuatan penutup
dangkal. Efek ini dapat menyebabkan kerusakan tambahan pada pasien yang sudah memiliki
saraf optik kerusakan lanjutan.10,11

Jika diagnosis atau manajemen glaukoma dipertanyakan, atau jika kondisinya sulit untuk diobati,
konsultasi dengan atau rujukan ke dokter mata dengan pelatihan atau pengalaman khusus dalam
mengelola glaukoma harus dipertimbangkan. Pasien dengan gangguan penglihatan atau kebutaan
yang substansial dapat dirujuk dan didorong untuk menggunakan rehabilitasi visi dan layanan
sosial yang sesuai.10,11

Prognosis Glaukoma Primer

Prognosis pada glaukoma sangat tergantung pada penemuan dan pengobatan dini. Tindakan
pembedahan tidak sepenuhnya menjamin kesembuhan mata. Prognosisnya menguntungkan
dengan kontrol TIO. Faktor yang terkait dengan perkembangan penyakit pada mata PACG
termasuk fluktuasi TIO besar dan ketebalan kornea sentral yang tipis.5

Prognosis umumnya baik untuk pasien dengan POAG. Dengan perawatan tindak lanjut yang
hati-hati dan kepatuhan terhadap terapi, sebagian besar pasien dengan POAG mempertahankan
penglihatan yang bermanfaat sepanjang hidup mereka.5
Komplikasi Glaukoma Primer

Pada POAG Dengan kontrol IOP yang buruk, terus terjadi perubahan pada saraf optik dan
bidang visual yang dapat menyebabkan kebutaan dan bersifat ireversibel. Sementara pada PACG
dapat menimbulkan risiko terjadinya katarak bila adanya penggunaan steroid dan perawatan laser
karena gangguan permeabilitas kapsul lensa sehingga terjadi kerusakan lensa.5

Apabila terapi ditunda (terutama PACG), iris perifer dapat melekat ke jalinan trabekuler,
sehingga menimbulkan sumbatan irreversible sudut kamera anterior dan menghambat aliran
aqueous humor keluar. 5

Kesimpulan

Peran dokter umum pada glaukoma primer adalah dapat mendiagnosis glaukoma dan
memberikan terapi simptomatis dan pemberian edukasi ke pasien serta merujuk ke dokter
spesialis mata untuk ditangani lebih lanjut.
Daftar Pustaka

1. Smar Patien Diunduh dari


https://www21.ha.org.hk/smartpatient/EM/MediaLibraries/EM/EMMedia/Glaucoma-
Indonesian.pdf?ext=.pdf. Pada tanggal 20 maret 2021.
2. Kemenkes RI. Infodatin pusat data dan informasi kementrian kesehatan RI. Diakses
melalui: file:///C:/Users/USER/Downloads/infodatin-glaukoma.pdf . Pada tanggal 20
Maret 2021.
3. Ismandari Fetty. Kebutaan pada pasien glaukoma primer di rumah sakit umum DR Cipto
Mangunkusumo Jakarta. Jurnal kesehatan masyaraka. 2011;5(4):185.
4. Putu Putri,Sutyawan Wayan, Triningrat Mas. Karakteristik penderita glaucoma di
poliklinik mata Rumah Sakit Umum Umum Pusat Sanglah Denpasar periode 1 januari
2014 hingga 31 desember 2014. E-jurnal medika. 2018;7(1):16-21.
5. Ilyas HS, Yulianti SR. Ilmu penyakit mata. Edisi ke-5. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia: 2018: h. 222-9, 235-41.
6. Biggerstaff KS, Lin AP. Primary glaucoma (angle closure and open angle). Diakses dari
https://emedicine.medscape.com/article/1206147-clinical pada 21 Maret 2021
7. Kooner KS. Primary Open Angle Glaucoma. In: Clinical Pathway of Glaucoma.
NewYork: Thieme; 2007.
8. Tielsch JM, Katz J, Sommer A, et al. Family history and risk of primary open angle
glaucoma. The Baltimore Eye Survey. Arch Ophthalmol 1994;112: p. 69-73.
9. Czudowska MA, Ramdas WD, Wolfs RC, Hofman A, De Jong PT, Vingerling JR, et al.
Incidence of Glaucomatous Visual Field Loss: A Ten-Year Follow-up from the
Rotterdam Study. Ophthalmology. 2010: 117(9):1705-12.
10. American academy of ophthalmology. Primary angle closure. United States of America:
Elsevier Inc; 2015: p. 13-5, 20-2.
11. American academy of ophthalmology. Primary open-angle glaucoma. United States of
America: Elsevier Inc; 2016: p. 49, 56, 59-65, 71.
12. Riordan-eva P, Whitcher JP. Vaughan & Asbury’s general ophthalmology. 17th ed.
United states of America: McGraw-Hill Companies; 2008: 40, 216.

Anda mungkin juga menyukai