Anda di halaman 1dari 29

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


Kampus II Ukrida Jl. Terusan Arjuna No.6 Jakarta 11510
Thirumurugan a/l Nyanasegram
102009334 C4
thiru5000omega@hotmail.com

Katarak Senile

Abstrak
Abstrak: Katarak merupakan kelainan mata yang ditandai dengan kekeruhan lensa, terutama
disebabkan oleh proses degenerasi yang berkaitan dengan usia. Namun katarak dpat disebabkan
oleh proses radang intraokuler, trauma, infeksi dalam kandungan dan faktor keturunan. Selain
itu, katarak dapat dipermudah timbulnya pada situasi dan kondisi tertentu misalnya penyakit
diabetes mellitus, merokok, hipertensi, peningkatan asam urat serum, radiasi sinar ultra violet
B, miop tinggi, dan kekurangan anti oksidan. Akibat kekeruhan lensa mata, sinar yang masuk ke
selaput jala akan terganggu, sehingga terjadi gangguan ketajaman penglihatan, gangguan ini
dapat terjadi ringan dengan keluhan silau, terutama bila kena sinar terang, namun bila
kekeruhan lensa meluas akan menimbulkan gangguan ketajaman penglihatan sampai kebutaan.
Kriteria kebutaan menurut WHO tahun 1985, apabila tajam penglihatannya kurang atau sama
dengan 3/60 artinya orang itu tidak mampu menghitung jari pada jarak 6 meter. Seseorang
dengan tajam penglihatannya 3/60-6/60 disebut gangguan kelihatan berat.1
Kata kunci: katarak, kekeruhan lensa, degenerasi, diabetes mellitus

1|Page

Pendahuluan
Katarak berasal dari Yunani Katarrhakies, Inggeris Cataract, dan Latin cataracta yang berarti air
terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan seperti tertutup air terjun
akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi
akibat hidrasi ( penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa terjadi akibat kedua-duanya.
Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat juga akibat kelainan
kongenital, atau penyulit penyakit mata local menahun. Bermacam-macam penyakit mata dapat
mengakibatkan katarak seperti glaucoma, ablasi, uveitis dan retinitis pigmentosa. Katarak dapat
berhubungan proses penyakit intraocular lainnya. Katarak dapat disebabkan bahan toksik khusus
(kimia dan fisik).2 Oleh itu, menurut kasus yang diberikan, kita dapat ketahui bahwa pasien
mendapat katarak senile dan akan diperbahaskan secara lebih terperinci yang lagi dalam makalah
ini.

2|Page

Skenario
Seorang laki-laki 57 tahun datang ke poli umum dengan keluhan penglihatan mata kanan
bertambah kabur seperti berasap sejak 6 bulan yang lalu, tidak disertai mata merah dan nyeri.
Pasien mempunyai riwayat diabetes mellitus sejak 10 tahun yang lalu. Pada pemeriksaan fisik:
compos mentis, tanda vital dalam batas normal. Status oftalmologi: Visus OD 1/300 pin hole
tetap, OS 20/40 pin hole 20/30. Pada OD didapatkan pupil keruh dan tampak ada bayangan
coklat. Dan pada OS didapatkan bayangan keruh pada sebagian lensa. Kornea jernih, tekanan
bola mata (N)/palpasi, funduskopi OD sulit dinilai, OS samar kesan normal.

Hipotesis
Laki-laki 57 tahun datang dengan keluhan penglihatan mata kanan bertambah kabur sejak 6
bulan yang lalu, tidak disertai mata merah dan mempunyai riwayat Diabetes Mellitus sejak 10
tahun yang lalu menderita Katarak Senile Stase Brunesen Oculi Dextra dan Katarak Senile Stase
Immature Oculi Sinistra.

Anamnesis
Anamnesis adalah cara pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara, baik langsung kepada
pasien (autoanamnesis) maupun kepada orang tua atau sumber lain (alloanamnesis) misalnya ibu
bapa atau pengantar. Anamnesis merupakan bagian terpenting untuk menentukan diagnosisi dan
pemeriksaan klinis. Dengan anamnesis ini didapatkan data subjektif, pihak pasien diberi
kesempatan untuk mengingat kembali dan menceritakan secara rinci masalah kesehatan yang
dihidapi anak termasuk keluhan utama, keluhan tambahan, tanda-tanda timbul, riwayat
terjadinya keluhan dan tanda sampai anak dibawa berobat.
I. Identitas
Identitas pasien diperlukan untuk memastikan bahwa benar-benar anak tersebut yang
dimaksudkan dan tidak keliru. Bermula dengan nama anak, sebaiknya dicantumkan dengan
nama orang tua. Seterusnya umur, jenis kelamin, nama orang tua, alamat, pekerjaan orang
tua, agama dan suku.
3|Page

II. Keluhan utama atau riwayat penyakit sekarang


Biasanya ditanyakan keluhan utama yaitu keluhan yang menyebabkan pasien datang
berobat. Riwayat perjalanan penyakit harus diketahui dengan jelas. Umumnya, mencakup
lamanya keluhan, bagaimana terjadinya keluhan; mendadak, perlahan-lahan, terus-menerus,
hilang timbul atau berhubungan dengan waktu. Selain itu, sifat keluhan; keluhan bersifat
menetap atau menjalar, berat ringannya keluhan dan perkembangannya dan riwayat penyakit
terdahulu. Riwayat keluarga boleh ditanyakan sama ada, ada atau tidak saudara sedarah yang
mengalami keluhan yang sama dan apakah upaya yang telah dilakukan dan bagaimana
hasilnya.
III. Riwayat penyakit terdahulu
Perlu juga ditanyakan riwayat kesehatan mata sebelum terjadi trauma, apabila terjadi
pengurangan penglihatan ditanyakan apakah pengurangan penglihatan itu terjadi sebelum
atau setelah kecelakaan tersebut, ambliopia, penyakit kornea atau glaukoma, riwayat
pembekuan darah atau penggunaan antikoagulan sistemik seperti aspirin atau warfarin.
IV. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
Status pertumbuhan anak dapat diambil dari kurva berat badan terhadap umur dan
panjang badan terhadap umur. Data ini dapat diperolrh dari Kartu Menuju Sehat atau karta
pemeriksaan lain. Status perkembangan pasien perlu untuk mengetahui tahapan
perkembangan anak. Pada anak usia persekolahan, bisa dilihat perkembangannya sewaktu
persekolahan dan prestasi belajarnya.
V. Riwayat imunisasi dan pemakanan
VI. Riwayat social
Pemeriksa boleh menanyakan pada pasien mengenai aktivitas sehariannya.

VII.

Riwayat keluarga

Untuk riwayat keluarga, biasanya boleh diambil data keluarga sama ada pernah tidak
menghidap penyakit glaucoma, diabetes mellitus, katarak atau pigmentosa retinitis. Selain
itu, boleh ditanya corak reproduksi ibu dan lingkungan perumahan.3

4|Page

Pemeriksaan
Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik bisa dilakukan dengan pengukuran tanda vital yaitu; frekuensi nadi, tekanan
darah, frekuensi pernafasan dan suhu tubuh. Data antropometrik juga boleh diambil dengan
mengukur tinggi badan, berat badan, lingkaran kepala (anak), lingkaran perut dan lingkaran
lengan atas atau tebal lipatan kulit untuk mengetahui status gizi. Pemeriksaan umum yaitu
inspeksi pupil, bola mata dan kelopak mata dan palpasi contohnya pada bagian yang bengkak
pada kelopak mata perlu untuk pasien yang trauma tumpul sehingga menimbulkan hifema.

Pemeriksaan Mata
Pengamatan atau pemeriksaan terhadap pasien dilakukan sejak pasien mulai masuk ke dalam
kamar pemeriksaan dokter. Pemeriksaan dapat dibedakan dalam pengamatan, pemeriksaan atau
gejala penyakit dan kelainan. Pengamatan dapat dilakukan pada saat pasien masuk ruang
pemeriksaan yaitu dilihat apakah pasien dibimbing keluarga, masuk dengan memegang satu sisi
kepala atau mata berdarah. Bagi pasien yang dibimbing keluarga, biasanya mengalami gangguan
penglihatan, lapang pandang sempit yang mana disebabkan oleh glaukoma, retinitis pigmentosa
dan penyakit kelainan saraf sentral. Bagi pasien yang masuk dengan memegang satu sisi kepala
bisa dipikirkan mungkin pasien mengalami glaukoma kongestif akut. Mata yang berdarah
mengalami cedera sehingga terjadinya luka.3

Pemeriksaan ketajaman penglihatan (visus)


Ketajaman penglihatan perlu dinilai terutama pada anak usia sekolah dengan menggunakan
karta-mata yang menampilkan huruf Snellen, huruf Bailey-Lovie, huruf HOTV atau
pengenalan gambar Allan. Bagi anak usia 7 tahun, visus sama seperti orang dewasa yaitu
20/20.rudolf Ketajaman penglihatan diperiksa dengan menutup salah satu mata dan memastikan
apakah pasien dapat membaca huruf dengan ukuran yang bervariasi dengan mata yang tidak
tertutup. Lebih formal, kartu Snellen dengan jarak 6 meter dapat digunakan untuk pemeriksaan
pada tiap-tiap mata secara bergantian. Jika pasien hanya dapat membaca huruf pada kartu
5|Page

Snellen dengan jarak 6 meter, yang pada orang normal dapat terbaca pada jarak 60 meter,
visusnya 6/60.

Pemeriksaan lapang pandang


Uji konfrontasi dilakukan untuk menguji lapang pandang mata pasien. Salah satu mata pasien
dan pemeriksa yang berlawanan ditutup atau dihalangi sesuatu. Mata pemeriksa seharusnya
berada sekitar 2 kaki dari pasien sehingga lapang pandang pemeriksa normal sesuai lapang
pandang pasien. Pasien dan pemeriksan saling bertatapan mata secaralangsung pada mata yang
tidak ditutup agar lapang pandang dapat dibandingkan. Pemeriksa kemudian menggerakkan
jarum pentul secara perlahan ke atas dan ke samping dari mata yang diperiksa, di antara mata
pasien dan pemeriksa.Bila pasien sudah melihat saat bersamaan dengan pemeriksa berarti lapang
pandang pasien normal, syaratnya lapang pandang pemeriksa adalah normal.

Pemeriksaan tekanan intraokular


Pengukuran tekanan intraokular membutuhkan sebuah tonometer. Apabila seorang bayi dan anak
kecil dicurigai glaukoma, pemeriksaan tonometri aplanasi, gonioskopi dan pemeriksaan diskus
optikus sebaiknya dilakukan dalam keadaan anestesi umum. Tekanan intraokular sebaiknya
diukur pada saat induksi anestesi. Karena pada saat itu tekanan intraokular akan turun karena
anestesi umum. Tonometer aplanasi merupakan alat yang paling tepat untuk mengukur tekanan
intra okular dan tidak dipengaruhi faktor kekakuan sklera.

Pemeriksaan Slit Lamp


Slit Lamp akan memungkinkan pemeriksaan yang lebih detail yang dapat menunjukkan camera
oculi anterior yang lebih dangkal dibandingkan dengan mata kontralateral untuk melihat adanya
trauma tembus anterior. Selain itu, pemeriksaan ini dapat menilai hifema mikroskopik di mana
terdapat sel darah merah dalam camera oculi anterior, adanya sel darah putih dalam ruang
anterior akibat uveitis traumatik, resesi sudut iridokornea dilihat dengan lensa kontak gonioskopi
yang mana didapatkan pada trauma tumpul dan membantu untuk mengukur peningkatan tekanan
intraokular dengan tonometri aplanasi.
6|Page

Pemeriksaan pemulasan fluorescen


Pemeriksaan ini adalah untuk irigasi pada mata. Hanya epitel kornea yg rusak yang bersifat
menyerap fluorescen. Caranya adalah tetes ke mata. Jika terdapat hasil warna hijau akan
menunjukkan adanya kerusakan epitel kornea. Indikasi untuk tes fluorescen adalah adanya gejala
trias yaitu fotofobia, lakrimasi, dan blefarospasme. Selain itu, ada riwayat trauma mata, mata
merah dan ada kekeruhan kornea.4

Pemeriksaan Penunjang
Computerized Tomography Scan Orbita (CT Scan)
CT Scan untuk mata menggunakan sinar x untuk melihat imej orbita dan bola mata. Kontras
dimasukkan secara intravena untuk melihat imej yang jelas. CT Scan boleh diguna untuk
mendiagnosis kelainan pada pembuluh darah, otot mata, bola mata, nervus optic dan sinus. CT
Scan juga dapat mendeteksi infeksi, fraktur orbita dan benda asing pada orbita. Jika ada
perdarahan, lesi dan tumor akan dideteksi oleh CT Scan.5

7|Page

Diagnosis
Working Diagnosis

Berikut merupakan data- data pemeriksaan mata pada pasien tersebut.

Jadual 1 menunjukkan simplifikasi hasil pemeriksaan dari kasus


Mata

Oculi Dextra

Oculi Sinistra

Visus

1/300

20/40

Pin Hole

Tetap

20/30

Inspeksi

Pupil keruh dan ada bayangan Bayangan

keruh

coklat

sebagian lensa

Kornea

Jernih

Jernih

Tekanan bola mata( Palpasi)

Normal

Normal

Funduskopi

Sulit dinilai

Samar kesan normal

pada

Berdasarkan data-data hasil pemeriksaan di atas, didapati bahawa pasien yang berumur 57 tahun
itu menderita Katarak Senile Stase Brunesen Oculi Dextra dan Katarak Senile Stase Immature
Oculi Sinistra.

Katarak Senile Stase Brunesen Oculi Dextra


Katarak stase ini mempunyai ciri-ciri yang khas iaitu katarak yang berwarna coklat sampai hitam
(katarak nigra) terutama pada nucleus lensa, juga dapat terjadi pada katarak pasien diabetes
mellitus dan myopia tinggi. Sering tajam penglihatan lebih baik daripada dugaan sebelumnya
dan biasanya ini terdapat pada orang berusia lebih dari 65 tahun yang belum memperlihatkan
adanya katarak kortikal posterior.

8|Page

Katarak Senile Stase Immature Oculi Sinistra

Katarak imatur, sebagian lensa keruh atau katarak. Katarak yang belum mengenai seluruh lapis
lensa. Pada katak imatur akan dapat bertambah volume lensa akibat meningkatnya tekanan
osmotic bahan lensa yang degenerative. Pada keadaan lensa mencembung akan dapat
menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi glaucoma sekunder.6

Differential Diagnosis

Setelah working diagnosis ditentukan, perkara ini akan dibandingkan dengan diagnosis yang lain
iaitu Differential Diagnosis. Differential Diagnosis yang diambil adalah Retinopati Diabetikum
dan Age Related Macular Degeneration (ARMD).

Retinopati Diabetikum
Retinopati diabetes adalah kelainan retina yang ditemukan pada penderita diabetes mellitus
seperti pasien di atas yang mengalami DM selama 10 tahun. Retinopati merupakan gejala
diabetes mellitus pada mata dimana ditemukan pada retina:
1. Mikroaneurismata, ,merupakan penonjolan dinding kapiler, terutama daerah vena dengan
bentuk berupa bintik merah kecil yang terletak dekat pembuluh darah terutama polus
posterior dan gejala ini merupakan kelainan diabetes mellitus dini pada mata.
2. Pendarahan dapat dalam bentuk titik, garis dan bercak yang biasanya terletak dekat
mikroaneurismata di polus posterior.
3. Dilatasi pembuluh darah balik dengan lumennya irregular dan berkelok-kelok, bentuk ini
seakan akan dapat memberikan pendarahan tapi hal ini tidaklah demikian.
4. Hard exudate merupakan infiltrasi lipid ke dalam retina dengan gambarannya khusus
yaitu irregular dan kekuning-kuningan.
5. Soft exudate atau disebut cotton wool patches merupakan iskemia retina.
6. Pembuluh darah baru pada retina biasanya terletak dipermukaan jaringan.
7. Edema retina dengan tanda hilangnya gambaran retina terutama daerah macula sehingga
sangat mengganggu tajam penglihatan pasien.
8. Hiperlipidemia suatu keadaan yang sangat jarang.6
9|Page

Age Related Macular Degeneration (ARMD)


Degenerasi makula yang berkaitan dengan umur atau Age-related macular degeneration (AMD)
adalah suatu penyait yang dihubungkan dengan penuaan (menjadi tua) yang secara berangsurangsur merusak penglihatan tengah yang tajam. Penglihatan tengah diperlukan untuk melihat
obyek-obyek secara jelas dan untuk pekerjaan-pekejaan setiap hari yang umum seperti membaca
dan mengemudi mobil.
AMD terjadi dalam dua bentuk: basah dan kering. AMD basah terjadi ketika pembuluhpembuluh darah abnormal dibelakang retina mulai tumbuh dibawah makula. Pembuuh-pembuluh
darah baru ini cenderung menjadi sangat mudah pecah dan seringkali membocorkan darah dan
cairan. Darah dan cairan mengangkat atau menaikkan makula dari tempat normalnya dibelakang
mata. Kerusakkan pada makula terjadi secara cepat. Pada AMD kering, sel-sel yang peka sinar
dalam makula pecah secara perlahan. Dengan kurang berfungsinya makula, penglihatan tengah
berkurang. AMD kering seringkali terjadi pada hanya satu mata pada awalnya. Belakangan, mata
yang lainnya dapat dipengaruhi. Dokter-dokter tidak ada jalan untuk mengetahui apakah atau
kapan kedua mata mungkin menjadi terlibat. Penyebab AMD kering tidak diketahui
Dua-duanya AMD kering dan basah tidak menyebabkan sakit/nyeri.
Untuk AMD Kering: tanda awal yang paling umum adalah penglihatan yang kabur. Ketika lebih
sedikit sel-sel di makula yang mampu berfungsi, orang-orang akan melihat detil-detil didepan
mereka kurang jelas, seperti muka-muka atau kata-kata dalam sebuah buku. Seringkali
penglihatan kabur ini akan hilang pada cahaya yang lebih terang. Jika kehilangan sel-sel perasa
sinar menjadi besar, orang-orang mungkin melihat suatu titik buta yang kecil namun tumbuh
ditengah bidang penglihatan mereka.
Untuk AMD Basah: gejala dini yang klasik adalah bahwa garis-garis lurus nampak bengkok. Ini
berakibat ketika cairan dari pembuluh-pembuluh darah yang bocor berkumpul dan mengangkat
makula, mendistorsi penglihatan. Suatu titik buta (blind spot) mungkin juga nampak pada AMD
basah, berakibat pada kehilangan penglihatan tengah seseorang.7

10 | P a g e

Etiologi
Katarak dapat ditemukan dalam keadaan tanapa adanya kelainan mata atau sistemik (katarak
senil, juvenile, herediter) atau kelainan kongenital mata. Katarak disebabkan oleh berbagai faktor
seperti:
Penyebab sistemik:
-

Faktor keturunan

Masalah kesehatan, misalnya diabetes.

Penggunaan obat tertentu, khususnya steroid dan klorpromazin.

Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup lama.

Operasi mata sebelumnya.

Sindrome sistemik (down, lowe)

Dermatitis atopic

Trauma (kecelakaan) pada mata

Kadar kalsium yang rendah

Penyebab terjadinya kekeruhan lensa ini dapat:


1. Primer, berdasarkan gangguan perkembangan dan metabolism dars lensa
2. Sekunder, akibat tindakan pembedahan lensa.
3. Komplikasi penyakit local atau pun umum.8

Epidemiologi
Katarak

senilis

terus

menjadi penyebab

utama gangguan

penglihatan dan

kebutaan di

dunia. Dalam studi terbaru yang dilakukan di Cina, Kanada, Jepang, Denmark, Argentina, dan
India, katarak diidentifikasi sebagai

penyebab

utama

gangguan

penglihatan dan

kebutaan , dengan statistik mulai dari 33,3% (Denmark) sampai setinggi 82,6% (India). Data
yang

diterbitkan

memperkirakan

adalah buta, dengankatarak menyebabkan


dilakukan di

kabupaten di

bahwa 1,2%
36%

dari seluruh

dari kebutaan ini. Dalam

dataran Punjab,

penduduk Afrika
survei

yang

tingkat keseluruhan terjadinya katarak

senilis adalah15,3% di antara 1269 orang diperiksa yang masih berusia 30 tahun dan lebih tuadan
11 | P a g e

4,3% untuk segala usia. Ini meningkat tajam menjadi 67% untuk usia 70 tahun dan lebih
tua. Analisis formulir pendaftaran buta di barat Skotlandia menunjukkan katarak senilis sebagai
1 dari 4 penyebab utama kebutaan.9

Anatomi Mata
Mata adalah suatu struktur sferis berisi cairan yang dibungkus oleh tiga lapisan. Dari luar
ke dalam, lapisanlapisan tersebut adalah : (1) sklera/kornea, (2) koroid/badan siliaris/iris, dan
(3) retina. Sebagian besar mata dilapisi oleh jaringan ikat yang protektif dan kuat di sebelah luar,
sklera, yang membentuk bagian putih mata. Di anterior (ke arah depan), lapisan luar terdiri atas
kornea transparan tempat lewatnya berkasberkas cahaya ke interior mata. Lapisan tengah
dibawah sklera adalah koroid yang sangat berpigmen dan mengandung pembuluh-pembuluh
darah untuk memberi makan retina. Lapisan paling dalam dibawah koroid adalah retina, yang
terdiri atas lapisan yang sangat berpigmen di sebelah luar dan sebuah lapisan syaraf di dalam.
Retina mengandung sel batang dan sel kerucut, fotoreseptor yang mengubah energi cahaya
menjadi impuls syaraf.
Struktur mata manusia berfungsi utama untuk memfokuskan cahaya ke retina. Semua
komponenkomponen yang dilewati cahaya sebelum sampai ke retina mayoritas berwarna gelap
untuk meminimalisir pembentukan bayangan gelap dari cahaya. Kornea dan lensa berguna untuk
mengumpulkan cahaya yang akan difokuskan ke retina, cahaya ini akan menyebabkan perubahan
kimiawi pada sel fotosensitif di retina. Hal ini akan merangsang impulsimpuls syaraf ini dan
menjalarkannya ke otak.

12 | P a g e

Gambar 1 menunjukkan struktur anatomi mata.10


Cahaya masuk ke mata dari media ekstenal seperti, udara, air, melewati kornea dan
masuk ke dalam aqueous humor. Refraksi cahaya kebanyakan terjadi di kornea dimana terdapat
pembentukan bayangan yang tepat. Aqueous humor tersebut merupakan massa yang jernih yang
menghubungkan kornea dengan lensa mata, membantu untuk mempertahankan bentuk konveks
dari kornea (penting untuk konvergensi cahaya di lensa) dan menyediakan nutrisi untuk
endothelium kornea. Iris yang berada antara lensa dan aqueous humor, merupakan cincin
berwarna dari serabut otot. Cahaya pertama kali harus melewati pusat dari iris yaitu pupil.
Ukuran pupil itu secara aktif dikendalikan oleh otot radial dan sirkular untuk mempertahankan
level yang tetap secara relatif dari cahaya yang masuk ke mata. Terlalu banyaknya cahaya yang
masuk dapat merusak retina. Namun bila terlalu sedikit dapat menyebabkan kesulitan dalam
melihat. Lensa yang berada di belakang iris berbentuk lempeng konveks yang memfokuskan
cahaya melewati humour kedua untuk menuju ke retina.
Untuk dapat melihat dengan jelas objek yang jauh, susunan otot siliare yang teratur
secara sirkular akan akan mendorong lensa dan membuatnya lebih pipih. Tanpa otot tersebut,
lensa akan tetap menjadi lebih tebal, dan berbentuk lebih konveks. Manusia secara perlahan akan
kehilangan fleksibilitas karena usia, yang dapat mengakibatkan kesulitan untuk memfokuskan
13 | P a g e

objek yang dekat yang disebut juga presbiopi. Ada beberapa gangguan refraksi lainnya yang
mempengaruhi bantuk kornea dan lensa atau bola mata, yaitu miopi, hipermetropi dan
astigmatisma.
Selain lensa, terdapat humor kedua yaitu vitreous humor yang semua bagiannya
dikelilingi oleh lensa, badan siliar, ligamentum suspensorium dan retina. Dia membiarkan cahaya
lewat tanpa refraksi dan membantu mempertahankan bentuk mata.
Bola mata terbenam dalam corpus adiposum orbitae, namun terpisah darinya oleh
selubung fascia bola mata. Bola mata terdiri atas tiga lapisan dari luar ke dalam, yaitu :
1. Tunica Fibrosa
Tunica fibrosa terdiri atas bagian posterior yang opaque atau sklera dan bagian
anterior yang transparan atau kornea. Sklera merupakan jaringan ikat padat fibrosa dan
tampak putih. Daerah ini relatif lemah dan dapat menonjol ke dalam bola mata oleh
perbesaran cavum subarachnoidea yang mengelilingi nervus opticus. Jika tekanan
intraokular meningkat, lamina fibrosa akan menonjol ke luar yang menyebabkan discus
menjadi cekung bila dilihat melalui oftalmoskop.
Sklera juga ditembus oleh n. ciliaris dan pembuluh balik yang terkait yaitu
vv.vorticosae. Sklera langsung tersambung dengan kornea di depannya pada batas
limbus. Kornea yang transparan, mempunyai fungsi utama merefraksikan cahaya yang
masuk ke mata. Tersusun atas lapisan-lapisan berikut ini dari luar ke dalam sama dengan:
(1) epitel kornea (epithelium anterius) yang bersambung dengan epitel konjungtiva. (2)
substansia propria, terdiri atas jaringan ikat transparan. (3) lamina limitans posterior dan
(4) endothel (epithelium posterius) yang berhubungan dengan aqueous humour.
2. Lamina vasculosa
Dari belakang ke depan disusun oleh sama dengan : (1) choroidea (terdiri atas lapis
luar berpigmen dan lapis dalam yang sangat vaskular) (2) corpus ciliare (ke belakang
bersambung dengan choroidea dan ke anterior terletak di belakang tepi perifer iris) terdiri
atas corona ciliaris, procesus ciliaris dan musculus ciliaris (3) iris (adalah diafragma
berpigmen yang tipis dan kontraktil dengan lubang di pusatnya yaitu pupil) iris membagi
ruang diantara lensa dan kornea menjadi camera anterior dan posterior, serat-serat otot
iris bersifat involunter dan terdiri atas serat-serat sirkuler dan radier.

14 | P a g e

3. Tunica sensoria (retina)


Retina terdiri atas pars pigmentosa luar dan pars nervosa di dalamnya. Permukaan
luarnya melekat pada choroidea dan permukaan dalamnya berkontak dengan corpus
vitreum. Tiga perempat posterior retina merupakan organ reseptornya. Ujung anterior
membentuk cincin berombak, yaitu ora serrata, di tempat inilah jaringan syaraf berakhir.
Bagian anterior retina bersifat non-reseptif dan hanya terdiri atas sel-sel pigmen dengan
lapisan epitel silindris di bawahnya. Bagian anterior retina ini menutupi procesus ciliaris
dan bagian belakang iris.
Di pusat bagian posterior retina terdapat daerah lonjong kekuningan, macula lutea,
merupakan daerah retina untuk penglihatan paling jelas. Bagian tengahnya berlekuk
disebut fovea sentralis.
Nervus opticus meninggalkan retina lebih kurang 3 mm medial dari macula lutea
melalui discus nervus optici. Discus nervus optici agak berlekuk di pusatnya yaitu tempat
dimana ditembus oleh a. centralis retinae. Pada discus ini sama sekali tidak ditemui coni
dan bacili, sehingga tidak peka terhadap cahaya dan disebut sebagai bintik buta. Pada
pengamatan dengan oftalmoskop, bintik buta ini tampak berwarna merah muda pucat,
jauh lebih pucat dari retina di sekitarnya.10

Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya katarak senilis cukup rumit dan belum sepenuhnya dipahami. Namun
kemungkinan, patogenesis penyakit ini melibatkan banyak faktor. Semakin bertambah usia
lensa,maka akan semakin tebal dan berat sementara daya akomodasinya semakin melemah.
Ketika lapisan kortikal bertambah dalam pola yang konsentris, nukleus sentral tertekan dan
mengeras,disebut nuklear sclerosis.
Ada banyak mekanisme yang memberi kontribusi dalam progresifitas kekeruhan lensa. Epitel
lensa berubah seiring bertambahnya usia, terutama dalam hal penurunan densitas (kepadatan)
selepitelial dan penyimpangan diferensiasi sel serat lensa (lens fiber cells). Walaupun epitel lensa
yang mengalami katarak menunjukkan angka kematian apoptotik yang rendah, akumulasiakumulasi dari serpihan-serpihan kecil epitelial dapat menyebabkan gangguan pembentukanserat
lensa dan homeostasis dan akhirnya mengakibatkan hilangnya kejernihan lensa. Lebih jauh lagi,
15 | P a g e

dengan bertambahnya usia lensa, penurunan rasio air dan mungkin metabolit larut air dengan
berat molekul rendah dapat memasuki sel pada nukleus lensa melalui epitelium dan korteks yang
terjadi dengan penurunan transport air, nutrien dan antioksidan. Kemudian,kerusakan oksidatif
pada lensa akibat pertambahan usia mengarahkan pada terjadinya katarak senilis. Mekanisme
lainnya yang terlibat adalah konversi sitoplasmik lensa dengan berat molekul rendah yang larut
air menjadi agregat berat molekul tinggi larut air, fase tak larut air dan matriks protein membran
tak larut air. Hasil perubahan protein menyebabkan fluktuasi yang tiba-tiba pada indeks refraksi
lensa, menyebarkan jaras-jaras cahaya dan menurunkan kejernihan. Area lain yang sedang
diteliti meliputi peran dari nutrisi pada perkembangan katarak secara khusus keterlibatan dari
glukosa dan mineral serta vitamin.11
Jadual 2 menunjukkan Klasifikasi Katarak Senil11
Klasifikasi

Keterangan

Nuclear cataract

Excessive nuclear sclerosis and yellowing,


with consequent formation of a central
lenticular opacity. Nucleus can become very
opaque and brown, termed a brunescent
nuclear cataract.

Cortical Cataract

Changes in the ionic composition of the lens


cortex and the eventual change in hydration of
the lens fibers

Subscapular Cataract

Formation of granular and plaquelike opacities


in the posterior subcapsular cortex

Stadium Katarak Senil


Katarak insipient
Pada stadium ini akan terlihat kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks
anterior dan posterior ( katarak kortikal). Vakuol mulai terlihat di dalam korteks. Katarak
subscapular posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior subscapular posterior, celah terbentuk
anatara serat lensa dan korteks berisi jaringan degenerative (benda Morgagni) pada katarak
16 | P a g e

insipient. Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks refaksi yang tidak sama
pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk yang lama.

Katarak intumesen
Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang degenerative menyerap air.
Masuknya air ke dalam celah lensa mengakibatkan lensa menjadi bengkak dan besar yang akan
mendorong iris sehingga bilik mata menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong iris
sehingga bilik mata menjadi dangkal disbanding dengan keadaan normal. Pencembungan lensa
ini akan dapat memberikan penyulit glaucoma. Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak
yang berjalan cepat dan mengakibatkan myopia lenticular. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi
korteks hingga lensa akan mencembung dan daya biasnya akan bertambah, yang memberikan
miopisasi. Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa disertai peregangan jarak lamel
serat lensa.

Gambar 2 menunjukkan katarak stase katarak intumesen13


Katarak imatur
Sebagian lensa keruh atau katarak. Katarak yang belum mengenai seluruh lapis lensa. Pada
katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa akibat meningkatnya tekanan osmotic bahan
lensa yang degenerative. Pada keadaan lensa mencembung akan dapat menimbulkan hambatan
pupil, sehingga terjadi glaucoma sekunder.

17 | P a g e

Gambar 3 menunjukkan katarak stase imatur13


Katarak matur
Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh masa lensa. Kekeruhan ini bisa terjadi
akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur atau intumesen tidak dikeluarkan
maka cairan lensa akan keluar, sehingga lensa kembali pada ukuran yang normal. Akan terjadi
kekeruhan seluruh lensa yang bila lama akan mengakibatkan kalsifikasi lensa. Bilik mata depan
akan berukuran kedalaman normal kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh,
sehingga uji bayangan iris negative.

Gambar 4 menunjukkan katarak stase matur13

Katarak hipermatur
Katarak hipermatur, katarak yang mengalami proses degenarasi lanjut, dapat menjadi keras atau
lembek dan mencair. Masa lensa yang berdegenarasi keluar dari kapsul lensa sehingga lensa
menjadi mengecil, berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan
lipatan kapsul lensa. Kadang-kadang pengkerutan berjalan terus sehingga hubungan dengan
zonula Zinn menjadi kendor. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai dengan kapsul yang
18 | P a g e

tebal maka korteks yang berdegenarasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan
memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan nucleus yang terbenam di dalam
korteks lensa karena lebih berat dan ini disebut katarak Morgagni.

Gambar 5 menunjukkan katarak stase hipermatur13


Katarak Brunesen
Katarak yang berwarna coklat sampai hitam (katarak nigra) terutama pada nucleus lensa, juga
dapat terjadi pada katarak pasien diabetes mellitus dan myopia tinggi. Sering tajam penglihatan
lebih baik daripada dugaan sebelumnya dan biasanya ini terdapat pada orang berusia lebih dari
65 tahun yang belum memperlihatkan adanya katarak kortikal posterior.12

Gambar 6 menunjukkan katarak stase Brunesen13

19 | P a g e

Jadual 3 menunjukkan ringkasan stase katarak senile12


Insipien

Imatur

Matur

Hipermatur

Kekeruhan

Ringan

Sebagian

Seluruh

Masif

Cairan lensa

Normal

Bertambah

(air Normal

masuk)

Berkurang
(air+masa

lensa

keluar)
Normal

Terdorong

Normal

Tremulans

mata Normal

Dangkal

Normal

Dalam

bilik Normal

Sempit

Normal

Terbuka

Shadow test

Negatif

Positif

Negatif

Pseudopos

Penyulit

Glaukoma

Uveitis+Glaukoma

Iris
Bilik
depan
Sudut
mata

Gejala Klinis
1. Penglihatan seperti berasap dan tajam penglihatan yang menurun secara
progresif.
2. Visus mudur yang derajatnya tergantung lokalisasi dan tebal tipisnya kekeruhan,
Bila:Kekeruhan

tipis,kemunduran

visus

sedikit

atau

sebaliknya.

dan

kekeruhan

terletak diequator, tak ada keluhan apa-apa.


3. Penderita mengeluh adanya bercak-bercak putih yang tak bergerak.
4. Diplopia monocular yaitu penderita melihat 2 bayangan yang disebabkan oleh
karenarefraksi dari lensa sehingga benda-benda yang dilihat penderita akan menyebabkan silau.
5. Pada stadium permulaan penderita mengeluh miopi, hal ini terjadi karena
proses pembentukan katarak sehingga lensa menjadi cembung dan refraksi power mata
meningkat, akibatnya bayangan jatuh dimuka retina.13

20 | P a g e

Penatalaksanaan
Medika-Mentosa
Jadual 4 menunjukkan medika mentosa bagi katarak senile14
Medicine
Phenylephrine

Class
ophthalmic Mydriatics

(Neo Synephrine)

Function
- ensure

maximal

pupillary

dilation preoperatively, which


is essential for a successful
lens extraction.
-

Acts

locally

as

potent

vasoconstrictor and mydriatic


by

constricting

blood

ophthalmic

vessels

and

radial

muscles of the iris


Prednisolone acetate 1% (AK- Corticosteroids

Glucocorticoids inhibit edema,

Pred, Pred Forte)

fibrin

deposition,

dilation,

and

migration

capillary
phagocytic

of

acute

inflammatory response as well


as

capillary

proliferation,

deposition of collagen, and


scar formation.
Dexamethasone

ophthalmic Corticosteroids

(Ocu-Dex)

Decreases inflammation by
suppressing

migration

of

polymorphonuclear leukocytes
and

reducing

capillary

permeability.
Ciprofloxacin

ophthalmic Antibiotic

(Ciloxan)-Post operative

- Active against a broad


spectrum of gram-positive and
gram-negative

organisms.
21 | P a g e

Bactericidal

action

results

from interference with enzyme


DNA

gyrase

needed

for

bacterial DNA synthesis.


Erythromycin ophthalmic (E- Antibiotic

Indicated

for

infections

Mycin)- Post operative

caused by susceptible strains


of microorganisms and for
prevention of corneal and
conjunctival infections.

Nepafenac

ophthalmic NSAIDs

- Indicated for treatment of

(Nevanac)

pain

and

associated

inflammation
with

cataract

surgery.
- converted by ocular tissue
hydrolases to amfenac, an
NSAID. Inhibits prostaglandin
H synthase (cyclooxygenase),
an

enzyme

required

for

prostaglandin production.

Non Medika-Mentosa
Pembedahan katarak terdiri dari pengangkatan lensa dan menggantinya dengan lensa buatan.
1. Pengangkatan lensa
Ada 2 macam pembedahan yang bisa digunakan untuk mengangkat lensa:
A.) ECCE (Extra Capsular Cataract Extraction) atau EKEK
Lensa diangkat dengan meninggalkan kapsulnya. Untuk memperlunak lensa sehingga
mempermudah pengambilan lensa melalui sayatan yangkecil, digunakan gelombang
suara berfrekuensi tinggi (fakoemulsifikasi). Termasuk kedalamgolongan ini ekstraksi
linear, aspirasi dan irigasi. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien
dengan

kelainan

endotel,

bersama-sama

keratoplasti,

implantasi

lensa

intra

22 | P a g e

okular,kemungkinan akan dilakukan bedah gloukoma, mata dengan presdiposisi untuk


terjadinya prolaps badan kaca, sebelumnya mata mengalami ablasi retina, mata dengan
sitoid makular edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan
pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada
pembedahan ini yaitu dapatterjadinya katarak sekunder.

B) ICCE (Intra Capsular Cataract Extraction) atau EKIK: ekstraksi jenis ini merupakan
tindakan bedah yang umum dilakukan pada katarak senil. lensa beserta kapsulnya
dikeluarkan denganmemutus zonula Zinn yang telah mengalami degenerasi. Pada saat ini
pembedahan intrakapsuler sudah jarang dilakukan.
Phacoemulsification
Untuk mencegah astigmatisme pasca bedah EKE, maka luka dapat diperkecil dengan
tindakan bedah fakoemulsifikasi. Pada tindakan ini lensa yang katarak di fragmentasi dan
diaspirasi.Tindakan operasi katarak dengan Teknik Fakoemulsifikasi memiliki banyak
keunggulan diantaranya :
1.Luka operasi sangat pendek(3 ml).
2.Dengan alat fako seluruh lensa dapat dihancurkan dan kemudian disedot/dihisap
keluar.
3.Penggunaan lensa tanam hanya cukup ditutup dengan 1 atau 2 jahitan, atau pada
kondisi tertentu tidak memerlukan jahitan sama sekali.
4.Masa penyembuhan lebih singkat.15

23 | P a g e

Komplikasi
1. Komplikasi Intra Operatif

Edema kornea, COA dangkal, ruptur kapsul posterior, pendarahan atau efusi suprakoroid,
pendarahan suprakoroid ekspulsif, disrupsi vitreus, incacerata kedalam luka serta retinal light
toxicity.

2. Komplikasi dini pasca operatif


- COA dangkal karena kebocoran luka dan tidak seimbangnya antara cairan yang keluar dan
masuk, adanya pelepasan koroid, block pupil dan siliar, edema stroma dan epitel, hipotonus,
brown-McLean syndrome (edema kornea perifer dengan daerah sentral yang bersih paling
sering)
- Ruptur kapsul posterior, yang mengakibatkan prolaps vitreus
- Prolaps iris, umumnya disebabkan karena penjahitan luka insisi yang tidak adekuat yang dapat
menimbulkan komplikasi seperti penyembuhan luka yang tidak sempurna, astigmatismus, uveitis
anterior kronik dan endoftalmitis.
- Pendarahan, yang biasa terjadi bila iris robek saat melakukan insisi

3. Komplikasi lambat pasca operatif


- Ablasio retina
- Endoftalmitis kronik yang timbul karena organissme dengan virulensi rendah yang
terperangkap dalam kantong kapsuler
- Post kapsul kapacity, yang terjadi karena kapsul posterior lemah Malformasi lensa intraokuler,
jarang terjadi.15

24 | P a g e

Pencegahan
80 persen kebutaan atau gangguan penglihatan mata dapat dicegah atau dihindari. Edukasi dan
promosi tentang masalah mata dan cara mencegah gangguan kesehatan mata. sebagai sesuatu
yang tidak bisa ditinggalkan. Usaha itu melipatkan berbagai pihak, termasuk media massa, kerja
sama pemerintah, LSM, dan Perdami. Katarak dapat dicegah, di antaranya dengan menjaga kadar
gula darah selalu normal pada penderita diabetes mellitus, senantiasa menjaga kesehatan mata,
mengonsumsi makanan yang dapat melindungi kelainan degeneratif pada mata dan antioksidan
seperti buah-buahan banyak yang mengandung vitamin C, minyak sayuran, sayuran hijau,
kacang-kacangan, kecambah, buncis, telur, hati dan susu yang merupakan makanan dengan
kandungan vitamin E, selenium, dan tembaga tinggi. Vitamin C dan E dapat memperjelas
penglihatan. Vitamin C dan E merupakan antioksidan yang dapat meminimalisasi kerusakan
oksidatif pada mata, sebagai salah satu penyebab katarak. Hasil penelitian yang dilakukan
terhadap 3.000 orang dewasa selama lima tahun menunjukkan, orang dewasa yang mengonsumsi
multivitamin atau suplemen lain yang mengandung vitamin C dan E selama lebih dari 10 tahun,
ternyata risiko terkena katarak 60% lebih kecil.Seseorang dengan konsentrasi plasma darah yang
tinggi oleh dua atau tiga jenis antioksidan ( vit C, vit E, dan karotenoid) memiliki risiko
terserang katarak lebih rendah dibandingkan orang yang konsentrasi salah satu atau lebih
antioksidannya lebih rendah. Hasil penelitian lainnya yang dilakukan Farida (1998-1999)
menunjukkan, masyarakat yang pola makannya kurang riboflavin (vitamin B2) berisiko lebih
tinggi terserang katarak. Menurut Farida, ribovlafin memengaruhi aktivitas enzim glutation
reduktase. Enzim ini berfungsi mendaur ulang glutation teroksidasi menjadi glutation tereduksi,
agar tetap menetralkan radikal bebas atau oksigen.16

25 | P a g e

Prognosis
Dengan tehnik bedah yang mutakhir, komplikasi atau penyulit menjadi sangat jarang. Hasil
pembedahan yang baik dapat mencapai 95%. Pada bedah katarak resiko ini kecil dan jarang
terjadi. Keberhasilan tanpa komplikasi pada pembedahan dengan ECCE atau fakoemulsifikasi
menjanjikan prognosis dalam penglihatan dapat meningkat hingga 2 garis pada pemeriksaan
dengan menggunakan snellen chart. Prognosisnya adalah dubia ad bonam.17

Kesimpulan
Menurut hasil anamnesis dan pemeriksaan di atas, didapati bahawa pasien laki-laki yang
berumur 57 tahun dengan keluhan penglihatan mata kanan bertambah kabur sejak 6 bulan yang
lalu, tidak disertai mata merah dan mempunyai riwayat Diabetes Mellitus sejak 10 tahun yang
lalu menderita Katarak Senile Stase Brunesen Oculi Dextra dan Katarak Senile Stase Immature
Oculi Sinistra.

26 | P a g e

Daftar Pustaka
1. Dr.Saptoyo Argo Morosidi dan Dr. Margrette Franciscus Paliyama. Ilmu Penyakit Mata.
Katarak Senile, 2011; Fakultas Kedokteran Ukrida: 59
2. Prof.dr.H.Sidarta Ilyas. Ilmu Penyakit Mata. Katarak, 2009; Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia: 200
3. Paul Riordan-Eva and John P.Whitcher. Vaughan and Asburys General Ophthalmology.
Ophthalmologic Examination, 2007; McGraw Hill: 70
4. Lynn S. Bickley. Bates Guide to Physical Examination and History Taking. Eye
examination, 2008; Lippincott: 134
5. Vicente Victor D Ocompo Jr et al. Senile Cataract Workup. Imaging Studies. Medscape
Reference.

2012.

Diunduh

dari

http://emedicine.medscape.com/article/1210914-

workup#a0720. Diunduh pada 12 Maret 2012.


6. Prof.dr.H.Sidarta Ilyas. Ilmu Penyakit Mata. Katarak, 2009; Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia: 207-219
7. F Ryan Prall et al. Exudative ARMD. Presentation. Medscape Reference. 2012. Diunduh
dari http://emedicine.medscape.com/article/1226030-overview. Diunduh pada 12 Maret
2012.
8. Vicente Victor D Ocompo Jr et al. Senile Cataract Clinical Presentation. Causes.
Medscape

Reference.

2012.

Diunduh

dari

http://emedicine.medscape.com/article/1210914-clinical#a0218. Diunduh pada 12 Maret


2012.
9. Murthy GV, Vashist P, John N, Pokharel G, Ellwein LB. Prevelence and causes of visual
impairment and blindness in older adults in an area of India with a high cataract surgical
rate. Ophthalmic Epidemiol. Aug 2010;17(4):185-95
10. Dr.Saptoyo Argo Morosidi dan Dr. Margrette Franciscus Paliyama. Ilmu Penyakit Mata.
Anatomi Mata, 2011; Fakultas Kedokteran Ukrida: 3-16
27 | P a g e

11. Vicente Victor D Ocompo Jr et al. Senile Cataract Overview. Pathophysiology.


Medscape

Reference.

2012.

Diunduh

http://emedicine.medscape.com/article/1210914-overview#a0104.

Diunduh

dari
pada

12

Maret 2012.
12. Prof.dr.H.Sidarta Ilyas. Ilmu Penyakit Mata. Katarak, 2009; Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia: 206-207
13. Ronald Pitts Crick et al. A Textbook of Clinical Ophthalmology. Painless Impairment of
Vision (in the White Eye). Cataract, 2003; Crick and Shaw: 94
14. Hirneiss C, Neubauer AS, Kampik A, Schnfeld CL. Comparison of prednisolone 1%,
rimexolone 1% and ketorolac tromethamine 0.5% after cataract extraction: a prospective,
randomized,

double-masked

study.Graefes

Arch

Clin

Exp

Ophthalmol.

Aug

2005;243(8):768-73.
15. Ronald Pitts Crick et al. A Textbook of Clinical Ophthalmology. Lens. Principles and
complications of cataract surgery, 2003; Crick and Shaw: 495
16. Robertson JM, Donner AP, Trevithick JR. A possible role for vitamins C and E in
cataract prevention. Am J Clin Nutr. Jan 1991;53(1 Suppl):346S-351S.
17. Vicente Victor D Ocompo Jr et al. Senile Cataract Follow-Up. Prognosis. Medscape
Reference.

2012.

Diunduh

dari

http://emedicine.medscape.com/article/1210914-

followup#a2650. Diunduh pada 12 Maret 2012.

28 | P a g e

29 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai