Anda di halaman 1dari 23

1

Tinjauan Pustaka

Katarak Senilis
Arista Juliani Walay/102010274
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara no. 6 Jakarta Barat 11470
No. Telp. 021-56942061.
Email: arista_walay@hotmail.com
Pendahuluan
Katarak merupakan setiap kekeruhan yang terjadi pada lensa karena hidrasi lensa,
denaturasi protein lensa, ataupun kedua-duanya. Penyakit ini biasanya mengenai kedua mata
dan berjalan progresif ataupun tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama. Katarak
merupakan penyakit pada usia lanjut/senilis (sesudah usia 50 tahun) namun dapat juga
congenital (terjadi sebelum usia 1 tahun) atau juvenile (terjadi sesudah usia 1 tahun), maupun
penyulit penyakit mata lokal menahun, dan dapat berhubungan dengan penyakit intraocular
lainnya.1 Pasien dapat datang dengan keluhan penglihatan kabur, silau, adanya halo hingga
adanya bintik hitam. Penyakit ini dapat ditangani melalui pengenalan yang tepat baik melalui
anamnesis, pemeriksaan ketajaman penglihatan dengan menggunakan Snellen chart dan
penunjang lainnya. Penatalaksanaan terbaik dengan bedah fakoemulsifikasi. Bila ditangani
dengan tepat maka komplikasi termasuk kebutaan dapat dihindari. Dengan teknik
pembedahan terbaik sekalipun, tetap ada komplikasi baik saat operasi maupun sesudah
operasi.
Dalam scenario ini membahas mengenai seorang pasien laki-laki berusia 65 tahun yang
datang dengan keluhan kabur pada kedua mata, tidak disertai mata merah. Dalam makalah ini
akan dibahas mengenai penyakit katarak yang diduga diderita oleh pasien tersebut,baik dari
segi anamnesis,etiologi (penyebab), sampai pada komplikasi. Pada akhir makalah akan
diberikan kesimpulan mengenai pembahasan dan scenario yang ada.
2

Anamnesis
Untuk mengetahui apa yang terjadi pada seorang pasien,langkah anamnesis sangatlah
dibutuhkan sebagai langkah awal untuk dapat membuat perkiraan awal mengenai apa yang
sebenarnya terjadi dan yang sedang dialami oleh pasien. Dalam melakukan anamnesis, sangat
perlu dilakukan dengan baik dan benar karena bagi seorang dokter dari anamnesis apabila
dilakukan dengan baik dan benar akan dapat menegakkan diagnosis hingga mencapai kurang
lebih 70% penyakit yang dialami oleh pasien tersebut. Dalam melakukan anamnesis perlu
dilakukan sesuai dengan gejala yang dialami oleh pasien, sehingga dengan kata lain
pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan haruslah berhubungan dengan apa yang dirasakan
oleh pasien. Dalam melakukan langkah ini, disarankan dokter harus mempunyai kompetensi
yang baik dalam mengerti gejala-gejala yang timbul dari setiap penyakit.
Yang perlu ditanyakan pada pasien yang mengalami pertusis seperti pada scenario ini,
contohnya sebagai berikut :
1. Identitas pasien
Berisi nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan yang sering terpapar sinar matahari secara
langsung, tempat tinggal sebagai gambaran kondisi lingkungan dan keluarga, dan keterangan
lain mengenai identitas pasien.
1,2
2. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan utama pasien katarak biasanya antara lain:
Penurunan ketajaman penglihatan secara progresif (gejala utama katarak).
Mata tidak merasa sakit, gatal atau merah.
Berkabut, berasap, penglihatan tertutup film.
Perubahan daya lihat warna.
Gangguan mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar sangat menyilaukan
mata.
Lampu dan matahari sangat mengganggu.
Sering meminta ganti resep kaca mata.
Penglihatan ganda.
Baik melihat dekat pada pasien rabun dekat ( hipermetropia)
3. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit sistemik yang dimiliki oleh pasien seperti:
2
Diabetes Melitus
3

Hipertensi
Pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolik lainnya memicu resiko
katarak.
Kaji gangguan vasomotor seperti peningkatan tekanan vena
Ketidakseimbangan endokrin dan diabetes, serta riwayat terpajan pada radiasi,
steroid / toksisitas fenotiazin.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada riwayat katarak dalam keluarga.
Pemeriksaan Fisik
- Tanda Tanda Vital (terutama tekanan darah untuk megetahui apakah pasien hipertensi atau
tidak).
- Pemeriksaan mata dasar
Pada pasien katarak mata tidak mengalami iritasi. Sehingga secara umum pada
pemeriksaan fisik mata dari luar tidak ditemukan kelainan. Yang lebih dikeluhan pasien ialah
berkurangannya kemampuan akomodasi. Hilangnya transparansi lensa ini dapat
menyebabkan penglihatan menjadi kabur, baik penglihatan jauh maupun dekat namun tidak
disertai dengan rasa nyeri. Pada pasien katarak tidak ditemukan adanya tanda peradangan
baik pembengkakan, eritema, panas dan nyeri tekan. Karena didapati penurunan ketajaman
penglihatan pada katarak, maka pemeriksaan visus dengan menggunakan uji ketajaman
penglihatan Snellen diperlukan. Secara umum didapatkan korelasi antara penurunan
ketajaman penglihatan dengan tingkat kepadatan katarak.
3
Pemeriksaan mata dasar tersebut ialah:
1. Mata eksternal :
Pemeriksaan mata eksternal tidak jauh berbeda dari pemeriksaan fisik umumnya.
Untuk melihat kamera okuli anterior, serta batas-batasnya seperti kornea, iris, lensa
maka kita memakai senter. Kedalaman diukur dengan shallow chamber dari arah
temporal.
a. Palpebra
b. Conjungtiva
c. Kornea
d. Kamera anterior
e. Iris/pupil
4

f. Lensa
2. Ketajaman visus /VA
Pada pemeriksaan visus atau VA kita menilai ketajaman penglihatan, manusia
normal memiliki ketajaman penglihatan 1,0, atau 20/20, atau 6/6 yang berarti pasien
dapat melihat dalam jarak 6 meter (numerator) dan secara normal seseorang dapat
melihat dalam jarak 6 meter (denominator). Pemeriksaan visus dilakukan pertama kali
sebelum pemeriksaan lain kecuali pada suatu trauma yang emergensi misalnya trauma
kimia. Pemeriksaan dengan memakai Snellen chart (umumnya, dan pada orang
normal yang tidak buta huruf). Pemeriksaan dilakukan dalam jarak 6 meter, pasien
duduk tenang dan mencoba melihat dan membaca huruf yang kita tunjuk. Perlu
diingat bahwa pemeriksaan dilakukan kepada 1 mata secara bergantian, dan dimulai
dengan mata kanan. Baris terakhir yang bisa dibaca itulah visus pasien. Jika pasien
tidak dapat melihat huruf terbesar artinya visus kurang dari 6/60 atau 20/200 maka
kita memakai cara finger counting.
3
Tes finger counting dilakukan pertama dalam jarak 1 meter, dilakukan
maksimal sampai 5 meter. Misalnya pasien dapat menghitung jari dalam sampai jarak
3 meter maka laporannya ialah visus 3/60. Jika pasien tidak dapat menghitung jari,
maka kita melakukan tes hand movement. Uji ini dilakukan hanya 1 kali pada jarak 1
meter. Jika pasien mampu melihat gerakan (lambaian) tangan maka laporannya visus
1/300. Jika visus sudah sangat buruk sehingga tes hand movementpun gagal, maka
kita lakukan uji persepsi cahaya. Uji ini sebaiknya dilakukan di dalam dark room.
Pada uji light perception ini dapat dilihat dari arah mana proyeksi cahayanya. Jika
pasien tidak dapat membedakan lagi maka artinya no light perception atau visus 0.
Suatu penurunan visus kita asumsikan menjadi kelainan pada media refraksi, maka
dapat dikoreksi dengan lensa. Kita bisa memberi lensa pin hole agar membantu
memfokuskan cahaya yang masuk tepat di macula.3 Tujuan tes ini adalah untuk
membedakan antara kelainan refraksi dan kelainan media refraksi. Bila ada kelainan
refraksi, maka dengan melakukan uji pinhole didapatkan perbaikan pada ketajaman
penglihatan. Hal ini dikarenakan fungsi dari pinhole yang dapat memfokuskan cahaya
yang masuk sehingga jatuh tepat pada makula lutea. Pada katarak terjadi kelainan
pada media refraksi sehingga uji pinhole tidak memperbaiki ketajaman penglihatan
penderita.

5

3. Lapang pandang
Pemeriksaan lapang pandang terdiri dari tes konfrontasi, perimetri atau
kampimetri. Uji ini dilakukan untuk menilai lapang pandang pasien. Kelainan lapang
pandang dapat terjadi pada gangguan di jalur lintasan visual.
Perimetri adalah penggunaan alat untuk memeriksa lapangan pandang dengan
mata terfiksasi sentral. Penilaian lapangan pandang merupakan hal yang penting
dilakukan pada keadaan penyakit yang mempunyai potensi terjadinya kebutaan. Pada
glaukoma pemeriksaan ini berguna dalam pengobatan penyakit dan pencegahan
kebutaan. Perimeter adalah setengah lingkaran yang dapat diubah-ubah letaknya pada
bidang meridiannya. Cara pemakaiannya serta cara melaporkan keadaan sewaktu
pemeriksaan sama dengan kampimeter. Pemeriksaan lapang pandangan dilakukan
dengan Perimeter, merupakan alat yang dipergunakan untuk menentukan luas lapang
pandangan. Alat ini berbentuk setengah bola dengan jari- jari 30 cm, dan pada pusat
parabola ini penderita diletakkan untuk diperiksa. Batas lapang pandangan perifer
adalah 90 temporal, 75 inferior, 60 nasal, dan 60 superior. Dapat dilakukan
pemeriksaan statik ataupun kinetik.
2
Dikenal 2 cara pemeriksaan perimetri, yaitu :
a. Perimetri kinetik yang disebut juga perimeter isotropik dan topografik, dimana
pemeriksaan dilakukan dengan objek digerakkan dari daerah tidak terlihat menjadi
terlihat oleh pasien.
b. Perimetri statik atau perimeter profil dan perimeter curve differential threshold,
dimana pemeriksaan dengan tidak menggerakkan objek akan tetapi dengan
menaikkan intensitas objek sehingga terlihat oleh pasien.
Pemeriksaan lapangan pandang (visual field) yang sederhana dapat dilakukan
dengan jalan membandingkan lapang pandang pasien dengan pemeriksa (yang
dianggap normal) yaitu dengan metode konfrontasi dari Donder. Teknik pemeriksaan
tes konfrontasi adalah dengan cara Pasien duduk atau berdiri berhadapan dengan
pemeriksa dengan jarak kira-kira 1 meter. Bila mata kanan yang hendak diperiksa
lebih dahulu, maka mata kiri pasien harus ditutup, misalnya dengan tangannya atau
kertas, sedangkan pemeriksa harus menutup mata kanannya. Pasien diminta untuk
memfiksasi pandangannya pada mata kiri pemeriksa. Kemudian pemeriksa
menggerakkan jari tangannya di bidang pertengahan antar pemeriksa dan pasien.
Gerakan dilakukan dari arah luar ke dalam. Jika pasien sudah melihat gerakan jari-jari
6

pemeriksa, ia harus memberi tanda dan dibandingkan dengan lapang pandang
pemeriksa.
2,3
Bila terjadi gangguan lapang pandang, maka pemeriksa akan lebih dahulu
melihat gerakan tersebut. Gerakan jari tangan ini dilakukan dari semua arah (atas,
bawah, nasal, temporal). Pemeriksaan dilakukan pada masing-masing mata. Bila
pasien tidak dapat melihat jari pemeriksa sedangkan pemeriksa sudah dapat
melihatnya, maka hal ini berarti bahwa lapang pandang pasien menyempit. Kedua
mata diperiksa secara tersendiri dan lapang pandang tiap mata dapat memperlihatkan
bentuk yang khas untuk tipe lesi pada susunan nervus optikus.

Uji konfrontasi merupakan uji pemeriksaan lapang pandangan yang paling
sederhana karena tidak memerlukan alat tambahan. Lapang pandangan pasien
dibandingkan dengan lapang pandangan pemeriksa.
Tes yang digunakan untuk mengidentifikasi defek lapang pandang neurologis adalah
dengan menggunakan objek berwarna merah. Lapang pandang merah merupakan
yang paling sensitif terhadap lesi saraf optik. Untuk melakukan tes konfrontasi
digunakan jarum dengan kepala berwarna merah. Pasien diminta untuk mengatakan
saat ia pertama kali melihat kepala jarum tersebut berwarna merah (bukan saat ia
pertama kali melihat kepala jarum tersebut). Cara yang lebih sederhana, satu objek
berwarna merah dapat dipegang di tiap kuadran atau setengah lapang pandang dan
pasien diminta untuk membandingkan kualitas warna merah di tiap lokasi. Pada defek
lapang pandang hemianopik, warna merah akan tampak lebih buram di lapang
pandang yang terkena.
4. TIO palpasi
Pada katarak komplikasi yang mungkin terjadi ialah glaukoma. Maka sangat
penting memeriksa tekanan intra okuler. Tonometri ialah cara memeriksanya, yang
paling sederhana tentunya tonometri perpalpasi, kita bisa membandingkan TIO kiri
dan kanan maupun TIO pasien dengan kita sebagai pemeriksa (dianggap normal).
4
5. Funduskopi
Pemeriksaan oftalmoskopi direk dapat digunakan untuk memeriksa segmen
anterior (termasuk lensa) maupun fundus. Kekeruhan yang ada pada lensa akibat
katarak juga dapat diperlihatkan pada pemeriksaan oftalmoskopi direk. Indikator
lainnya pada oftalmoskopi direk untuk penderita katarak adalah berkurangnya reflex
merah. Refleks ini merupakan perubahan warna pupil menjadi jingga kemerahan yang
7

lebih terang dan homogen jika cahaya pemeriksa tepat sejajar dengan sumbu visual
yaitu saat pasien melihat ke arah cahaya oftalmoskop.
Adanya kekeruhan pada lensa dapat menghalangi seluruh atau sebagian reflex cahaya
dan menyebabkan tampaknya bintik atau bayangan gelap. Bila hal ini terjadi pasien
dapat disuruh melihat ke tempat lain sejenak kemudian kembali melihat cahaya, bila
kekeruhan ini bergerak maka kemungkinan letaknya ada dalam vitreus. Sedangkan
bila tidak bergerak kemungkinan kekeruhan ini berasal dari lensa. Pada stadium
inpisien dan imatur tampak kekaburan yang kehitaman dengan latar belakang merah
jambu. Pada stadium matur haya didapat warana putih atau kehitaman tanpa latar
belakang merah jambu, lensa sudah keruh.
4

6. Pemeriksaan Shadow Test.
Tujuan tes bayangan adalah untuk mengetahui derajat kekeruhan lensa. Dasar
pemeriksaan adalah makin sedikit lensa keruh pada bagian posterior maka makin
besar bayangan iris pada lensa yang keruh tersebut, sedang makin tebal kekeruhan
lensa makin kecil bayangan iris pada lensa. Alat yang digunakan adalah lampu
sentolop dan loup. Tehniknya adalah sentolop disinarkan pada pupil dengan membuat
sudut 45 dengan dataran iris, dengan loup dilihat bayangan iris pada; lensa yang
keruh.
Penilaiannya :
a. Bila bayangan iris pada lensa terlihat besar dan letaknya jauh terhadap pupil
berarti lensa belum keruh seluruhnya (belum sampai ke depan); ini terjadi
pada katarak immatur, keadaan ini disebut shadow test (+).
b. Apabila bayangan iris pada lensa kecil dan dekat terhadap pupil berarti lensa
sudah keruh seluruhnya (sampai pada kapsul anterior) terdapat pada katarak
matur, keadaan ini disebut shadow tes(-).
c. Bila katarak hipermatur, lensa sudah keruh seluruhnya, mengecil serta terletak
jauh di belakang pupil, sehingga bayangan iris pada lensa besar dan keadaan
ini disebut pseudopositif
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan fundus dengan oftalmoskop dapat membantu menyingkirkan diagnosis
banding adanya suatu retinopati yang timbul 20 tahun setelah pasien menderita diabetes
8

mellitus. Umumnya oftalmoskopi direk tidak cukup untuk mengentahui hal ini karena adanya
kekeruhan pada lensa yang mempersulit pemeriksa melihat fundus mata. Oleh karena itu
dapat digunakan pemeriksaan penunjang berupa angiografi fundus untuk mengetahui
adanya suatu mikroaneurisma pada pembuluh darah yang memperdarahi retina. Prinsip
pemeriksaan ini adalah melihat gambaran pembuluh darah dengan bantuan media flouresein
yang disuntikan melalui vena lengan. Pada saat pemeriksaan ini dapat terlihat gambaran
pembuluh darah retina. Normalnya terlihat gambaran ground glass. Bila ada suatu
mikroaneurisma seperti pada penderita retinopati diabetes, maka pemeriksaan ini dapat
menegakkan diagnosis tersebut.
5
Pemeriksaan penunjang selain yang dilakukan untuk mata ialah pemeriksaan laboratorium
darah. Hal ini penting mengingat pasien juga memiliki riwayat diabetes mellitus. Pertama
tentu darah rutin diperiksa sebagai parameter darah dasar. Pemeriksaan darah yang kita dapat
lakukan
ialah memeriksa kadar glukosa darah. Misalnya gula darah sewaktu Bukan DM <110 mg/dL,
belum pasti DM 110-199 mg/dL, DM 200 mg/dL.5 Pemeriksaan GDS penting karena kita
perlu mengontrol kadar glukosa darah pasien. Selain itu pasien dengan diabetes memberi
kontribusi untuk perjalanan penyakit kataraknya. DM juga memiliki pengaruh besar terhadap
berbagai kelainan di mata. Berbagai kelainan pada mata itu jika kita ternyata menemukan
kadar glukosa darah yang tinggi maka kita harus mengontrol kadar gula darahnya.
Artinya tatalaksana yang dilakukan ialah control gula darah terlebih dahulu, karena
pemulihan pada mata akan terjadi ketika kadar blood glucose terkontrol dengan baik (jika
kasus reversible) selain itu akan sangat berbahaya jika gula darah menjulang tinggi dengan
dibiarkan begitu saja. Untuk memantau diabetes parameter yang sekarang popular diperiksa
ialah HbA1c. HbA1c merupakan ikatan antara glukosa dengan hb, dengan demikian
pengukuran yang kita lakukan melambangkan kondisi gula darah selama kurang lebih 3
bulan. Dengan demikian pemeriksaan ini lebih akurat dalam memonitor DM, tidak seperti
GDS yang nilainya bisa bervariasi dipengaruhi intake karbohidrat beberapa waktu pada
waktu tersebut. Kadar HbA1c hendaknya dikontrol sampai dibawah 6,5 pada DM.
5
Selain itu,
kita bisa memeriksa kadar kolesterol darah, untuk mengetahui apakah kadar kolesterolnya
tinggi, sebagai salah satu faktor resiko penyakit retinopasti diabetic.
Pemeriksaan penunjang juga dilakukan jika akan dilakukan operasi terhadap kataraknya,
seperti biasa persiapan operasi akan diperiksa darah lengkap, selain itu tentunya bleeding
time, serta waktu pembekuan dan gula darah. Selain itu orang yang meminum pengencer
9

darah karena agregasi trombosit meningkat misalnya bisa menghentikan konsumsi obat
tersebut sementara.
Diagnosis Kerja
Katarak Senil ODS
Katarak senilis ini adalah kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia
diatas 50 tahun. Katarak senile ini jenis katarak yang sering ditemukan dengan gejala pada
umumnya berupa:
distorsi penglihatan yang semakin kabur pada stadium insipiens pembentukkan
katarak, disertai penglihatan jauh makin kabur.
Penglihatan dekat mungkin sedikit membaik, sehingga pasien dapat membaca lebih
baik tanpa kaca mata (second sight).
Miopia artificial ini disebabkan oleh peningkatan indeks rafraksi lensa pada stadium
insipient.
Terdapat banyak jenis klasifikasi katarak. Antaranya adalah:
1. Klasifikasi katarak berdasarkan tingkat kematangan:
Katarak insipien
Merupakan stadium katarak yang paling dini. Dengan koreksi visus masih bisa
5/5-5/6. Kekeruhan terutama terdapat pada bagian perifer berupa bercak-bercak
seperti jari-jari roda (spokes of a wheel) sedangkan aksis masih relatif jernih.
5
Katarak immatur
Kekeruhan terjadi terutama di bagian posterior, belum mengenai seluruh lapisan
lensa. Pada pemeriksaan, sinar yang mengenai bagian yang keruh ini akan
dipantulkan kembali sehingga tampak sebagai daerah terang dan tampak bayangan
iris sebagai daerah gelap-shadow test (+).3 Pada stadium yang lebih lanjut, akan
terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak atau belum mengenai seluruh lensa
sehingga masih terdapat bagian-bagian yang jernih pada lensa. Pada stadium ini
terjadi hidrasi kortek yang mengakibatkan lensa menjadi bertambah cembung.
Pencembungan lensa akan memberikan perubahan indeks refraksi dimana mata
akan menjadi mioptik. Kecembungan ini akan mengakibatkan pendorongan iris
kedepan sehingga bilik mata depan akan lebih sempit.
6


10

Katarak Intumesen
Terjadi kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa degeneratif
yang menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa disertai pembengkakan
lensa menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata
menjadi dangkal dibanding dengan keadaan normal. Pada pemeriksaan slitlamp
terlihat vakuol pada lensa disertai peregangan jarak lamel serat lensa.
6
Katarak matur
Pada stadium ini lensa telah keruh seluruhnya dan terjadi pengeluaran air sehingga
lensa akan berukuran normal kembali. Tidak tampak lagi bayangan iris sebab
semua sinar dipantulkan kembali-shadow test (-).3 Kadang pada stadium ini
terlihat lensa berwarna sangat putih akibat perkapuran menyeluruh karena deposit
kalsium.
3,7
Katarak hipermatur
Korteks lensa mencair sehingga nukleus lensa turun ke bawah. Melalui pupil,
nukleus ini akan tampak sebagai setengah lingkaran berwarna kecoklatan di
bagian bawah.
3,5
Katarak Morgagnian
Pada stadium hipermatur dapat terjadi kerusakan kapsul lensa sehingga isi korteks
yang telah mencair dapat keluar dan lensa menjadi kempis, yang di bawahnya
terdapat nukleus lensa.

Tabel 1. perbedaan stadium katarak
Insipien imatur matur Hipermatur
Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan lensa Normal Bertambah (air
masuk)
Normal Berkurang (air
keluar)
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik mata
depan
Normal Dangkal Normal Dalam
Sudut bilik
mata
Normal Sempit Normal Terbuka
Shadow tes Negatif positif negatif Pseudopos
penyulit - glaukoma - Uveitis dan
glaukoma
Sumber : Ilmu Penyakit Mata, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

2. Klasifikasi katarak berdasarkan lokasi:
11

Katarak nuklear
Inti lensa dewasa selama hidup bertambah besar dan menjadi sklerotik. Lama
kelamaan inti lensa yang mulanya menjadi putih kekuning-kuningan menjadi
coklat dan kemudian menjadi kehitam-hitaman . Keadaan ini disebut katarak
Brunesen atau Nigra. Jenis katarak nigra ( Brunesen ) ini terjadi pada pasien
diabet dan miopia tinggi di mana tajam penglihatan lebih baik dari sebelumnya ,
dan biasanya pada usia lebih dari 65 tahun.
3,6,7

Katarak kortikal (anterior atau posterior)
Terjadi penyerapan air sehingga lensa menjadi cembung dan terjadi miopisasi
akibat perubahan indeks refraksi lensa . Dapat menyebabkan silau terutama bila
menyetir pada malam hari.
3,6,7

Katarak subkapsular (anterior atau posterior)
Pada katarak subkapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat di anterior
subkapsular posterior. Celah terbentuk antara serat lensa dan dan korteks berisi
jaringan degeneratif (benda morgagni) pada katarak insipien. Kekeruhan ini dapat
menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua
bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu yang lama.
3,6,7

Diagnosis Banding
Katarak Komplikata
Katarak komplikata merupakan katarak akibat penyakit mata lain seperti radang, dan
proses degenerasi seperti ablasi retina, retinitis pigmentosa, glaucoma, tumor intraocular,
iskemia ocular, nekrosis anterior segmen, buftalmos,akibat suatu trauma dan pasca bedah
mata. Katarak komplikata dapat juga disebabkan oleh penyakit sistemik endokrin (diabetes
melitus, hipoparatiroid,galaktosemia,dan miotonia distrofi) dan keracunan obat (tiotepa
intravena, steroid local lama, steroid sistemik, oral kontraseptik dan miotika
antikolinesterase). Katarak komplikata memberikan tanda khusus dimana mulai katarak
selamanya didaerah bawah kapsul atau pada lapis korteks, kekeruhan dapat difus, pungtata,
linear, rosete, reticulum dan biasanya terlihat vakuol. Dikenal 2 bentuk yaitu bentuk yang
disebabkan kelainan pada:


12

polus posterior mata
terjadi akibat penyakit koroiditis, retinitis pigmentosa, ablasi retina, kontusio
retina dan myopia tinggi yang mengakibatkan kelainan badan kaca. Biasanya
kelainan ini berjalan aksial dan tidak berjalan cepat didalam nucleus, sehingga
sering terlihat nucleus lensa tetap jernih. Katarak akibat miopia tinggi dan ablasi
retina memberikan gambaran agak berlainan.
3
polus anterior bola mata.
Katarak akibat kelainan polus anterior bola mata biasanya diakibatkan oleh
kelainan kornea berat, iridoksiklitis, kelainan neoplasma dan glaukoma. Pada
iridoksiklitis akan mengakibatkan katarak subkapsularis anterior. Pada katarak
akibat glaucoma akan terlihat katarak disiminata pungtata subkapsular anterior
(katarak Vogt).
3
Katarak komplikata akibat hipokalsemia berkaitan dengan tetani infantile,
hipoparatiroidisma. Pada lensa terlihat kekeruhan titik subkapsular yang sewaktu waktu
menjadi katrak lamellar. Pada pemeriksaan darah terlihat kadar kalsium turun.
3

Katarak Sekunder
Terjadi akibat terbentuknya jaringan fibrosa pada sisi lensa yang tertinggal . Lebih
cepat terlihat setelah 2 hari EKEK . Bentuk lainnya adalah profilerasi epitel lensa berupa :
- mutiara elsching
adalah epitel subscapular yang berproliferasi dan membesar sehingga tampak sebagai
busa atau telur kodok
- cincing soemering
dapat bertambah besar karena daya regenarasi epitel didalamnya , dimana cincin ini
terjadi akibat kapsul anterior yang pecah dan traksi kearah pingir pingir melekat
pada kapsula posterior menimbulkan daerah yang jernih ditengah.
3
Katarak Diabetes
Katarak diabetes merupakan katarak yang terjadi akibat adanya penyakit diabetes
mellitus dan biasanya bilateral. Katarak pada pasien diabetes mellitus dapat terjadi dalam 3
bentuk:
1. Pasien dengan dehidrasi berat, asidosis dan hiperglikemia nyata, pada lensa akan
terlihat kekeruhan berupa garis akibat kapsul lensa berkerut. Bila dehidrasi lama akan
13

terjadi kekeruhan lensa, kekeruhan akan hilang bila tejadi rehidrasi dan kadar gula
normal kembali.
2. Pasien diabetes juvenile dan tua tidak terkontrol, dimana terjadi katarak serentak pada
kedua mata dalam 48 jam, bentuk dapat snow flake atau bentuk piring subkapsular.
3. Katarak pada pasien diabetes dewasa dimana gambaran secara histopatologi dan
biokimia sama dengan katarak pasien nondiabetik.
Beberapa pendapat menyatakan bahwa pada keaaan hiperglikemia terdapat penimbunan
sorbitol dan fruktosa di dalam lensa. Pada mata terlihat peningkatkan insidens maturasi
katarak yang lebih pada pasien diabetes. Jarang ditemukan true diabetic katarak. Pada lensa
akan terlihat kekeruhan tebaran salju subkapsular yang sebagian jernih dengan pengobatan.
Diperlukan pemeriksaan tes urine dan pengukuran darah gula puasa.
3
Etiologi
Penyebab katarak masih belum diketahui pasti, namun terdapat beberapa teori yang
menyatakan beberapa factor yang mungkin menyebabkan berlakunya katarak:
Imunologis
dengan bertambahnya usia akan bertambah cacat imunologik yang mengakibatkan
kerusakan sel
Teori a free radical
Free radical terbentuk bila terjadi reaksi intermediate reaktif kuat
Free radical dengan molekul normal mengakibatkan degenerasi
Free redical dapat dinetralisasi oleh antioksidan dan vit. E
Teori a cross-link
Ahli biokimia mengatakan terjadi pengikatan bersilang asam nukleat dan molekul
protein sehingga mengganggu fungsi.
3

Epidemiologi
Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), katarak merupakan
kelainan mata yang menyebabkan kebutaan dan gangguan penglihatan yang paling sering
ditemukan. Katarak memiliki derajat kepadatan yang sangat bervariasi dan dapat disebabkan
oleh berbagai hal, biasanya akibat proses degenatif. Pada penelitian yang dilakukan di
Amerika Serikat didapatkan adanya 10% orang menderita katarak, dan prevalensi ini
meningkat sampai 50% pada mereka yang berusia 65-75 tahun dan meningkat lagi sekitar
14

70% pada usia 75 tahun. Katarak congenital, katarak traumatic dan katarak jenis jenis lain
lebih jarang ditemukan.
8
Diketahui bahwa prevalensi kebutaan di Indonesia berkisar 1,2 % dari jumlah penduduk dan
katarak menduduki peringkat pertama dengan persentase terbanyak yaitu 0,7 %. Berdasarkan
beberapa penelitian katarak lebih sering terjadi pada wanita dibanding pria dengan ras kulit
hitam paling banyak. Sampai saat ini katarak senilis merupakan jenis katarak yang paling
banyak ditemukan, sampai 90% dari seluruh kasus katarak.
8
Faktor resiko katarak senilis :
7,8
Diabetes mellitus
Hipertensi
Paparan sinar ultra violet
Obesitas
Merokok
Diet
Peningkatan asam urat
Miopi
Warna iris yang gelap
Genetik
Patofisiologi
Patofisiologi katarak senilis sangat kompleks dan belum sepenuhnya diketahui.
Diduga adanya interaksi antara berbagai proses fisiologis berperan dalam terjadinya katarak
senilis dan belum sepenuhnya diketahui. Semakin bertambah usia lensa, maka akan semakin
tebal dan berat sementara daya akomodasinya semakin melemah.
5,8
1.Penumpukan protein di lensa mata
Komposisi terbanyak pada lensa mata adalah air dan protein. Penumpukan protein
pada lensa mata dapat menyebabkan kekeruhan pada lensa mata dan mengurangi jumlah
cahaya yang masuk ke retina. Proses penumpukan protein ini berlangsung secara bertahap,
sehingga pada tahap awal seseorang tidak merasakan keluhan atau gangguan penglihatan.
Pada proses selanjutnya penumpukan protein ini akan semakin meluas sehingga gangguan
penglihatan akan semakin meluas dan bisa sampai pada kebutaan. Proses ini merupakan
penyebab tersering yang menyebabkan katarak yang terjadi pada usia lanjut.
3
2.Perubahan warna pada lensa mata yang terjadi perlahan-lahan
15

Pada keadaan normal lensa mata bersifat bening. Seiring dengan pertambahan usia,
lensa mata dapat mengalami perubahan warna menjadi kuning keruh atau coklat keruh.
Proses ini dapat menyebabkan gangguan penglihatan (pandangan buram/kabur) pada
seseorang, tetapi tidak menghambat penghantaran cahaya ke retina. Kekeruhan lensa
mengakibatkan lensa tidak transparan sehingga pupil berwarna putih dan abu-abu. Kekeruhan
ini juga dapat ditemukan pada berbagai lokalisasi di lensa seperti korteks dan nukleus.
Fundus okuli menjadi semakin sulit dilihat seiring dengan semakin padatnya kekeruhan lensa
bahkan reaksi fundus bisa hilang sama sekali. Miopia tinggi, merokok, konsumsi alkohol dan
paparan sinar UV yang tinggi menjadi faktor risiko perkembangan katarak senilis.
2
Perubahan lensa pada usia lanjut:
- Kapsul
Menebal dan kurang elastis (1/4 dibanding anak)
Mulai presbiopia
Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur
Terlihat bahan granular
- Epitel makin tipis

Sel epitel (germinatif) pada ekuator bertambah besar dan berat

- Serat lensa
Lebih irregular.
Pada korteks jelas kerusakan serat sel.
Brown sclerotic nucleus, sinar ultraviolet lama kelamaan merubah protein
nucleus (histidin, triptofan, metionin, sistein, dan tirosin) lensa, sedang warna
coklat protein lensa nukleus mengandung histidin dan triptofan dibanding
normal.
Korteks tidak berwarna karena:
- Kadar asam askorbat tinggi dan menghalangi fotooksidasi.
- Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda.




16

Manifestasi Klinis
Gejala pada katarak senilis berupa distorsi penglihatan dan penglihatan yang semakin
kabur.
3,8
Pada stadium insipien, pembentukan katarak penderita mengeluh penglihatan jauh
yang kabur dan penglihatan dekat mungkin sedikit membaik, sehingga pasien dapat
membaca lebih baik tanpa kacamata (second sight). Terjadinya miopia ini
disebabkan oleh peningkatan indeks refraksi lensa pada stadium insipient.
Tingkat ringan dari katarak subkapsular posterior dapat menyebabkan penurunan
yang berat ketajaman penglihatan dengan efek pada penglihatan dekat lebih berat dari
efek pada gangguan penglihatan jauh yang diperkirakan oleh karena akomadasi
miosis.
Katarak sklerosis nuklear sering disertai dengan penurunan penglihatan jauh dan
penglihatan dekat yang bagus.
Katarak kortikal umumnya tidak memberi gejala sampai tingkat progresifitas lanjut
ketika jari-jari korteks membahayakan axis penglihatan.
Keluhan yang membawa pasien datang antara lain:
8
1. Pandangan kabur
Kekeruhan lensa mengakibatkan penurunan pengelihatan yang progresif atau
berangsur-angsur dan tanpa nyeri, serta tidak mengalami kemajuan dengan pin-hole.
2. Penglihatan silau
Penderita katarak sering kali mengeluhkan penglihatan yang silau, dimana tigkat
kesilauannya berbeda-beda mulai dari sensitifitas kontras yang menurun dengan latar
belakang yang terang hingga merasa silau di siang hari atau merasa silau terhadap lampu
mobil yang berlawanan arah atau sumber cahaya lain yang mirip pada malam hari. Keluhan
ini sering kali muncul pada penderita katarak kortikal.
3. Sensitifitas terhadap kontras
Sensitifitas terhadap kontras menentukan kemampuan pasien dalam mengetahui
perbedaan-perbedaan tipis dari gambar-gambar yang berbeda warna, penerangan dan tempat.
Cara ini akan lebih menjelaskan fungsi mata sebagai optik dan uji ini diketahui lebih bagus
daripada menggunakan bagan Snellen untuk mengetahui kepastuian fungsi penglihatan;
namun uji ini bukanlah indikator spesifik hilangnya penglihatan yang disebabkan oleh adanya
katarak.
17

4. Miopisasi
Perkembangan katarak pada awalnya dapat meningkatkan kekuatan dioptri lensa,
biasanya menyebabkan derajat miopia yang ringan hingga sedang. Ketergantungan pasien
presbiopia pada kacamata bacanya akan berkurang karena pasien ini mengalami penglihatan
kedua. Namun setelah sekian waktu bersamaan dengan memburuknya kualitas lensa,rasa
nyaman ini berangsur menghilang dan diikuti dengan terjadinya katarak sklerotik nuklear.
Perkembangan miopisasi yang asimetris pada kedua mata bisa menyebabkan anisometropia
yang tidak dapat dikoreksi lagi, dan cenderung untuk diatasi dengan ekstraksi katarak.
5. Variasi Diurnal Penglihatan
Pada katarak sentral, kadang-kadang penderita mengeluhkan penglihatan menurun
pada siang hari atau keadaan terang dan membaik pada senja hari, sebaliknya paenderita
katarak kortikal perifer kadang-kadang mengeluhkan pengelihatan lebih baik pada sinar
terang dibanding pada sinar redup.
6. Distorsi
Katarak dapat menimbulkan keluhan benda bersudut tajam menjadi tampak tumpul
atau bergelombang.
7. Halo
Penderita dapat mengeluh adanya lingkaran berwarna pelangi yang terlihat
disekeliling sumber cahaya terang, yang harus dibedakan dengan halo pada penderita
glaucoma.
8. Diplopia monokuler
Gambaran ganda dapat terbentuk pada retina akibat refraksi ireguler dari lensa yang
keruh, menimbulkan diplopia monocular, yang dibedakan dengan diplopia binocular dengan
cover test dan pin hole.
9. Perubahan persepsi warna
Perubahan warna inti nucleus menjadi kekuningan menyebabkan perubahan persepsi
warna, yang akan digambarkan menjadi lebih kekuningan atau kecoklatan dibanding warna
sebenarnya.


18

10. Bintik hitam
Penderita dapat mengeluhkan timbulnya bintik hitam yang tidak bergerak-gerak pada
lapang pandangnya. Dibedakan dengan keluhan pada retina atau badan vitreous yang sering
bergerak-gerak.
3,8

Penatalaksanaan
Penanganan non bedah meliput penanganan kelainan refraksi atau penggunaan kaca
mata, penggunaan lampu baca khusus dan penggunaan midriatikum pada katarak
subkapsularis posterior. Sampai saat ini belum ada obat antikatarak yang memiliki bukti kuat
mampu menghambat atau meniadakan pembentukan katarak, namun d pasaran ada beberapa
bahan dan suplemen yang mungkin sebagai anti katarak misalnya obat-obat penurun sorbitol,
obat-obat yang menaikkan glutation dan antioksidan khusus vitamin C dan vitamin E.
7
Pembedahan dilakukan jika penderita tidak dapat melihat dengan baik dengan bantuan
kacamata untuk melakukan kegitannya sehari-hari. Beberapa penderita mungkin merasa
penglihatannya lebih baik hanya dengan mengganti kaca matanya, menggunakan kacamata
bifokus yang lebih kuat atau menggunakan lensa pembesar. Jika katarak tidak mengganggu
biasanya tidak perlu dilakukan pembedahan.
8
Pembedahan
Ada 2 macam pembedahan yang bisa digunakan untuk mengangkat lensa:
1. ICCE (Intra Capsular Cataract Extraction) atau EKIK
Ekstrasi intrakapsular merupakan teknik bedah katarak yang digunakan sebelum adanya
bedah katarak ekstrakapsular. Ekstraksi jenis ini merupakan tindakan bedah yang umum
dilakukan pada katarak senil. Dengan teknik tersebut dilakukan pengeluaran lensa dengan
kapsul lensa secara keseluruhan. Indikasi EKIK terutama bermamfaat pada luksasio lensa dan
katarak hipermatur. Bila zonula zinii tidak cukup adekwat untuk dilalukan EKEK maka lebih
baik dilakukan EKIK. Kontra indikasi absolut meliputi katarak pada anak anak dan dewasa
muda serta rupture kapsular traumatik.1 Kontra indikasi relatif meliputi miopi tinggi, sindrom
Marfan, katarak Morgagni, dan adanya korpus vitreus di kamera Okuli anterior. Pada saat ini
pembedahan intrakapsuler sudah jarang dilakukan.
2. Ekstrasi katarak Ekstrakapsular (EKEK)
Ekstrasi katarak Ekstrakapsular (EKEK) merupakan teknik operasi katak dengan melakukan
pengangkatan nucleus lensa dan korteks lensa melalui pembukaan kapsul anterior dan
meninggalkan kapsul posterior. EKEK merupakan kontra indikasi pada katarak dengan
19

Zonula zinii yang tidak adekwat. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda,
pasien dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa intra okular,
kemungkinan akan dilakukan bedah glaukoma, mata dengan presdiposisi untuk terjadinya
prolaps badan kaca, sebelumnya mata mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid makular
edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan
katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu
dapat terjadinya katarak sekunder.
Kapsul posterior yang yang masih intak pada EKEK mempunyaai kelebihan antara lain:
1.Mengurangi risiko CV prolaps
2.Untuk mendapatkan posisi anatomi yang lebih baik untuk fiksasi IOL
3.Mengurangi mobilitas iris dan vitreus yang terjadi pada gerakan saccadic
(endophthalmiodonesis)
4.Sebagai barier yang membatasi pertukaran molekul antara vitreus dan humour akuos.
5.Mengurangi kemungkinan masuknya bakteri ke vitreus yang dapat
menyebabkanendoftalmitis.
6.Mengurangi komplikasi yang berhubungan dengan menempelnya dengan vitreus dengan
iris, kornea dan luka incise.
Fakoemulsifikasi
Merupakan modifikasi dari metode ekstrakapsular karena sama-sama menyisakan
kapsul bagian posterior. Insisi yang diperlukan sangat kecil yaitu 5 mm yang berguna untuk
mempercepat kesembuhan paska operasi. Kemudian kapsul anterior lensa dibuka. Dari
lubang insisi yang kecil tersebut dimasukan alat yang mampu mengeluarkan getaran
ultrasonik yang mampu memecah lensa menjadi kepingan-kepingan kecil, kemudian
dilakukan aspirasi. Teknik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik dan kebanyakan
katarak senilis. Namun kurang efektif untuk katarak senilis yang padat.
Keuntungan dari metode ini antara lain:
(Insisi yang dilakukan kecil, dan tidak diperlukan benang untuk menjadhit karena
akan menutup sendiri. Hal ini akan mengurangi resiko terjadinya astigmatisma, dan
rasa adanya benda asing yang menempel setelah operasi. Hal ini juga akan mencegah
peningkatan tekanan intraokuli selama pembedahan, yang juga mengurangi resiko
perdarahan.
Cepat menyembuh.
20

Struktur mata tetap intak, karena insisi yang kecil tidak mempengaruhi struktur
mata.
8,9



Intraokular Lens (IOL)
Setelah pembedahan, pasien akan mengalami hipermetropi karena kahilangan
kemampuan akomodasi. Maka dari itu dilakukan penggantian dengan lensa buatan (berupa
lensa yang ditanam dalam mata, lensa kontak maupun kacamata). IOL dapat terbuat dari
bahan plastik, silikon maupun akrilik.Untuk metode fakoemulsifikasi digunakan bahan yang
elastis sehingga dapat dilipat ketika akan dimasukan melalui lubang insisi yang kecil.
Komplikasi
1. Glukoma
Glaukoma dikatakan sebagai komplikasi katarak. Glaukoma ini dapat timbul akibat
intumesenensi atau pembengkakan lensa. Jika katarak ini muncul dengan komplikasi
glaukoma maka diindikasikan ekstraksi lensa secara bedah. Selain itu Uveitis kronik yang
terjadi setelah adanya operasi katarak telah banyak dilaporkan. Hal ini berhubungan dengan
terdapatnya bakteri patogen termasuk Propionibacterium acnes dan Staphylococcus
epidermidis.
Komplikasi katarak yang tersering adalah glaukoma yang dapat terjadi karena proses
fakolitik, fakotopik, fakotoksik.
Fakolitik
- Pada lensa yang keruh terdapat lerusakan maka substansi lensa akan keluar
yang akan menumpuk di sudut kamera okuli anterior terutama bagian kapsul
lensa.
- Dengan keluarnya substansi lensa maka pada kamera okuli anterior akan
bertumpuk pula serbukan fagosit atau makrofag yang berfungsi merabsorbsi
substansi lensa tersebut.
- Tumpukan akan menutup sudut kamera okuli anterior sehingga timbul
glaukoma.
-
Fakotopik
- Berdasarkan posisi lensa
21

- Oleh karena proses intumesensi, iris, terdorong ke depan sudut kamera okuli
anterior menjadi sempit sehingga aliran humor aqueaous tidak lancar
sedangkan produksi berjalan terus, akibatnya tekanan intraokuler akan
meningkat dan timbul glaukoma
Fakotoksik
- Substansi lensa di kamera okuli anterior merupakan zat toksik bagi mata
sendiri (auto toksik)
Terjadi reaksi antigen-antibodi sehingga timbul uveitis, yang kemudian akan
menjadi glaukoma.
3
2. Hifema
Perdarahan bisa terjadi dari insisi korneoskleral, korpus siliaris atau vaskularisasi iris
abnormal. Bila perdarahan berasal dari luka harus dilakukan kauterisasi. Perdarahan dari iris
yang normal jarang terjadi, biasanya timbul bila terdapat rubeosis iridis, uveitis heterocromik
dan iridosiklitis.
Komplikasi utama akibat hifema yang berlangsung lama adalah peningkatan TIO dan corneal
blood staining.
3. Edema kornea
Edema kornea merupakan komplikasi katarak yang serius, bisa terjadi pada epitel atau
stroma yang diakibatkan trauma mekanik, aspirasi irigasi yang cukup lama, inflamasi dan
peningkatan TIO. Biasanya akan teresobsi 4-6 minggu setelah operasi. Jika masih ditemukan
edema kornea sentral setelah 3 bulan pasca operasi, perlu dipertimbangkan keratoplasti.
3

4. Prolaps Iris
5. Astigmatisme
6. Endoftalmitis
Pencegahan
Umumnya katarak terjadi bersamaan dengan bertambahnya umur yang tidak dapat
dicegah. Pemeriksaan mata secara teratur sangat perlu untuk mengetahui adanya katarak. Bila
telah berusia 60 tahun sebaiknya mata diperiksa setiap tahun. Pada saat ini dapat dijaga
kecepatan berkembangnya katarak dengan:
Tidak merokok, karena merokok mengakibatkan meningkatkan radikal bebas dalam
tubuh, sehingga risiko katarak akan bertambah.
8

22

Pola makan yang sehat, memperbanyak konsumsi buah dan sayur.
Lindungi mata dari sinar matahari, karena sinar UV mengakibatkan katarak pada
mata.
3

Prognosis
Apabila pada proses pematangan katarak dilakukan penanganan yang tepat sehingga
tidak menimbulkan komplikasi serta dilakukan tindakan pembedahan pada saat yang tepat
maka prognosis pada katarak senilis umumnya baik.
3,8
Kesimpulan
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat kedua-duanya.
Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif atau dapat juga tidak terjadi
perubahan pada masa yang lama.
2
Katarak memiliki derajat kepadatan yang sangat bervariasi
dan dapat disebabkan oleh berbagai hal, tetapi biasanya berkaitan dengan proses penuaan.
Pasien dengan katarak mengeluh penglihatan seperti berasap dan tajam penglihatan menurun.
Secara umum, penurunan tajam penglihatan berhubungan langsung dengan kepadatan
katarak.
Prognosis katarak senilis baik. Walaupun tidak dapat sembuh sempurna tetapi
kebutaan dapat dicegah dengan tindakan operasi yang segera.
Katarak senilis biasanya berkembang lambat selama beberapa tahun, dan pasien
mungkin meninggal sebelum timbul indikasi pembedahan.
Apabila diindikasikan pembedahan, maka ekstraksi lensa akan secara definitive
memperbaiki ketajaman pengelihatan pada lebih dari 90% kasus. Sisanya (10% pasien)
mungkin telah mengalami keerusakan retina atau mengalami penyulit pasca bedah serius
misalnya glaucoma, ablasio retina, perdarahan corpus vitreum, infeksi, atau pertumbuhan
epitel ke bawah ke kamera anterioryang menghambat pemulihan visual. Lensa intraocular
dan lensa kontak kornea menyebabkan penyesuaian setelah operasi katarak menjadi lebih
mudah dibandingkan sewaktu hanya tersedia kacamata katarak yang tebal.





23

Daftar Pustaka

1. Ilyas S. Ilmu penyakit mata. Edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2010.h.200-11;
218-20.
2. Sibuea WH, Frenkel M. Pedoman dasar anamnesis dan pemeriksaan jasmani. Jakarta:
Sagung Seto; 2008.h.7-15.
3. Vaughan GD, Asbury T, Eva RP. Oftalmologi umum. Edisi ke-14. Jakarta: Widya
Medika; 2000.h.401-406.
4. Riordan P, Whitcher JP. Oftalmologi umum. Edisi ke-17. Jakarta: ECG; 2010.h.30-
58.
5. Halim SL, Iskandar I, Edward H. Patologi klinik kimia klinik. Jakarta: Bagian
Patologi Klinik FK UKRIDA; 2011.h. 51-9.
6. Morosidi SA, Paliyama MF. Ilmu penyakit mata. Jakarta: FK UKRIDA; 2011.h.9; 59-
66.
7. Ilyas S. Katarak, lensa mata keruh. Edisi ke-2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;
2006.h.4-8.
8. Mansjoer A, Suprohaita, Setiowulan W, dkk. Kapita selekta kedokteran. Edisi 3 (I).
Jakarta: Media Aesculapius FKUI.2004.h.6.

Anda mungkin juga menyukai