Oleh:
Preseptor:
BAGIAN ILMU
KESEHATAN MATA
RSUP DR. M. DJAMIL
PADANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
ANDALAS PADANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Kelainan refraksi mata adalah suatu keadaan dimana bayangan tidak
dibentuk tepat di retina, melainkan di bagian depan atau belakang bintik kuning dan
tidak terletak pada satu titik yang tajam. Kelainan refraksi secara umum dapat dibagi
menjadi 4 bentuk yaitu miopia, hipermetrofi, astigmatisma, dan presbiopia. Miopia
terjadi apabila cahaya dibiaskan di depan retina; hipermetropia terjadi apabila cahaya
dibiaskan di belakang retina; astigmatisma terjadi apabila sinar yang dibiaskan tidak
terletak pada satu titik fokus; sedangkan presbiopia adalah hilangnya daya
akomodasi yang terjadi bersamaan dengan proses penuaan. 1
Astigmat dial adalah tes menggunakan chart dengan garis – garis yang
tersusun secara radial yang digunakan untuk menentukan aksis dari
astigmatisma.
1) Retinoskopi
Contoh :
Dengan retinoskop didapatkan reflek yang bergerak kearah yang sama
dengan retinoskop, di kedua meridian, tetapi pada meridian yang satu,
bayangannya lebih terang dan geraknya lebih cepat. Ini menunjukkan adanya
astigmatisme. Kemudian ternyata pada meridian vertical memerlukan
koreksi +1 D untuk timbul gerakan yang berlawanan, sedang pada meridian
yang horizontal diperlukan +2 D untuk gerakan ini. Pada kedua hasil
ditambahkan -1 D, maka pada meridian vertikal didapatkan (+1 D) – (-1 D)
= 0, sedang pada meridian horizontal (+2 D) – (-1 D) = +1 D. Jadi
didapatkan astigmatisma hipermetropikus simpleks yang memerlukan lensa
koreksi silindris +1 D dengan aksisnya vertikal.
2) Refraktor
3) Distometer
Alat ini digunakan untuk mengukur jarak vertex, jarak antara garis
mata tertutup dan permukaan belakang lensa refraksi.
Gambar 2.5: Pemeriksaan dengan Distometer
4) Autorefraktometer
40 +1.00 D
45 +1.50 D
50 +2.00 D
55 +2.50 D
60 +3.00 D
3. Pembedahan
Terdapat beberapa pilihan pembedahan untuk menatalaksana kelainan
refkraktif seperti radial keratotomy, laser ablation corneal procedures yang
terdiri dari photorefractive keratectomy (PRK) dan laser in-situ keratomileusis
(LASIK), dan Refractiove lens exchange.8
BAB 3
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas Pasien
Nama : Ny. IP
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 22 tahun
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Jl. Perintis kemerdekaan no.1, Jati
3.2 Anamnesis
Seorang pasien perempuan berumur 22 tahun datang ke Poliklinik Mata
RSUP dr. M. Djamil Padang pada tanggal 8 Juni 2020, dengan:
Keluhan Utama
Pengelihatan yang semakin kabur saat melihat jauh sejak 6 bulan yang lalu.
• Penglihatan kabur yang semakin kabur saat melihat jauh sejak 6 bulan yang
lalu. Keluhan mata kabur dirasakan berangsur-angsur tanpa adanya nyeri.
Keluhan dirasakan saat melihat jauh dan memicingkan mata untuk melihat
jauh.
• Pasien masih mampu melihat dalam jarak dekat. Keluhan tidak disertai
adanya penglihatan yang ditutupi bayangan berawan.
• Pasien menggunakan kacamata sejak 3 tahun yang lalu dengan kekuatan S
-1/2D dan digunakan hanya untuk membaca. Namun sejak 6 bulan terakhir
pasien merasa pandangan semakin kabur menjadi lebih berat. Pasien
merasakan menjadi mudah lelah disertai pusing apabila melihat jarak jauh
dalam waktu yang lama.
• Pasien mempunyai kebiasaan menonton TV dan membaca sambil tidur dalam
keadaan gelap sejak 4 tahun yang lalu.
Riwayat Penyakit dahulu
• Riwayat trauma mata sebelumnya tidak ada.
• Riwayat operasi mata sebelumnya tidak ada.
• Riwayat DM dan hipertensi tidak ada.
• Pasien sudah menggunakan kacamata sebelumnya dengan kekuatan S -1/2D
ODS.
Vital Sign
Pernapasan : 20 x/ menit
Nadi : 84 x/ menit
Suhu : 37oC
Status Optalmikus :
Status ophtalmikus OD OS
Visus tanpa koreksi 20/50 20/50
Visus dengan koreksi ƪ -1,5 20/20 ƪ -0,75 20/20
Refleks fundus (+) (+)
Silis/supersilia Trichiasis (-), Madrosis (-) Trichiasis (-), Madrosis (-)
Palpebra superior Edema (-) Edema (-)
Palpebra inferior Edema (-) Edema (-)
Margo palpebra Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Aparat lakrimalis Lakrimalisasi normal Lakrimalisasi normal
Konjungtiva tarsalis Hiperemis (-), folikel (-), Hiperemis (-), folikel (-),
papil (-) papil (-)
Konjungtiva forniks Hiperemis (-), folikel (-) Hiperemis (-), folikel (-)
Konjungtiva bulbi Hiperemis (-) Hiperemis (-)
BAB 4
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas HS, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. 5th ed. Jakarta: Badan Penerbit
Fakulas Kedokteran Universitas Indonesia;2014.