Anda di halaman 1dari 35

PEMERIKSAAN VISUS &

REFRAKSI
Disusun oleh:
Afifah Qonita
2013730123
Pembimbing :
dr. Dion Oscar Iskandar, Sp.M

STASE MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
RSIJ CEMPAKA PUTIH
2018
Pemeriksaan Mata

 Dapat dibedakan dalam :


 Pengamatan
 Pemeriksaan
 Gejala penyakit atau kelainan
Pemeriksaan :
Pengamatan :
pemeriksaan tajam
dibimbing keluarga,
penglihatan merupakan
masuk dengan
bagian penting pada
memegang satu sisi
pemeriksaan fungsi
kepala, mata berdarah
mata

Gejala pada kelainan


mata
Alat periksa
 Loupe dengan sentolop
 Tonometer
 Oftalmoskop
 Kampimeter
 Fluoresein
 Anel
 Eksoftalmometer Hertel
 Ishihara atau buta warna
 Kisi-kisi amsler
 Papan placido
 Gonioskopi
 Ultrasonografi
 Elektroretinografi
 Visual evoked response
Gejala pada kelainan mata
 Kedudukan bola mata dapat dalam bentuk :
 Normal
 Eksoftalmos
 Enoftalmos
 Tropia
 Esotropia
 Eksotropia
 Foria
 Esoforia
 Eksoforia

 Pergerakan bola mata


 Normal
 Terganggu kearah tertentu
Kelainan mata objektif

 1. Kelopak mata : kelainan palpebra superior dan


inferior
 2. Pemeriksaan fungsi kelopak :
 Uji Edrofonium : uji ini dilakukan untuk mengetahui
adanya mistenia gravis.
Dosis dewasa tensilon atau edrofonium klorida adalah 10mg
dimana 2 mg disuntikkan terlebih dahulu ke intravena.
Setelah suntikan 2 mg ini pada pasien diperhatikan efek
samping yang mungkin terjadi seperti pucat, pusing,
berkeringat, mata berair, dan kejang perut.
Aparatus lakrimal

 Uji Anel : untuk mengetahui fungsi ekskresi system


lakrimal
 Uji Rasa : untuk fungsi ekresesi lakrimal
 Uji Schirmer I : untuk keratokonjungtiva sika
 Uji Schirmer II : untuk reflex sekresi lakrimal
Konjungtiva

 Konjungtiva tarsal superior


 Konjungtiva tarsal inferior
 Konjungtiva bulbi
Bola mata

 Kelainan kornea
 Pemeriksaan pada kornea
 Uji Fluoresein
 Uji Fistel
 Uji Sensibilitas Kornea
 Papan Placido
Uvea Anterior

 Kelainan iris dan pupil


 Iris
 Pupil
 Pemeriksaan pupil
 Refleks Pupil
 Reaksi pupil tidak ada
 Pupil Argyl Robertson
 Pupiltoni Adie
 Midriasis
 Miosis
 Bilik mata depan
 Sudut bilik mata depan
 Lensa
pemeriksaan lensa :
uji bayangan iris
 Badan kaca
Retina
 Kelainan fundus okuli
 Elektroretinografi
 Visual evoked response

 Pemeriksaan retina dan macula


 Uji proyeksi sinar
 Adaptasi gelap
 Amsler grid
 Uji defek aferen pupil
 Uji diskriminasi 2 sinar
 Uji Maddox rod
 Uji interferometri atau retinometri
Pemeriksaan lapang
pandang
 Uji konfrotasi
 Kampimeter
 Perimeter
 Pemeriksaan tajam penglihatan merupakan
pemeriksaan fungsi mata. Gangguan penglihatan
memerlukan pemeriksaan untuk mengetahui sebab
kelainan mata yang mengakibatkan turunnya tajam
penglihatan. Tajam penglihatan perlu dicatat pada
setiap mata yang memberikan keluhan mata.
 Untuk mengetahui tajam penglihatan seseorang
dapat dilakukan dengan kartu Snellen dan bila
penglihatan kurang tajam penglihatan diukur dengan
menentukan kemampuan melihat jumlah jari (hitung
jari) atau pun proyeksi sinar.
Pemeriksaan Tajam Penglihatan
(VISUS)
 Kamar dengan penerangan cukup
 Pasien tidak boleh menentang arah sinar
 Mata diperiksa satu persatu (tanpa menekan bola mata)
 Pemeriksaan dimulai dengan mata kanan
 Jarak pemeriksaan 6 M atau 3 M (dengan kaca pantul)
 Tahap I Pengamatan:

Pemeriksa memegang senter perhatikan:


- Posisi bolamata: apakah ada juling
- Konjungtiva: ada pterigium atau tidak
- Kornea: ada parut atau tidak
- Lensa: jernih atau keruh/ warna putih
 Tahap II

 Pasien disuruh baca huruf dari kiri-ke kanan. Dimulai baris


teratas atau huruf yang paling besar sampai huruf
terkecil

 Bila dalam baris tersebut pasien dapat membaca huruf


KURANG dari setengah baris maka yang dicatat ialah
baris yang di atasnya.

 Bila dalam baris tersebut pasien dapat membaca huruf


SETENGAH baris atau LEBIH dari setengah baris maka
yang dicatat ialah baris yang tertera angka tersebut.
OPTOTIP SNELLEN
INTERPRETASI
 6/6 : dapat melihat huruf pada jarak 6 m, dimana oleh
orang normal dapat dilihat pada jarak 6 m
 6/30 : dapat melihat huruf pada jarak 6 m, dimana
oleh orang normal dapat dilihat pada jarak 30 m

 Bila tidak dapat melihat huruf terbesar (6/60)


lakukan uji finger test
FINGER TEST

 Dimulai dari 3 meter (3/60)


 Belum bisa terlihat → 2 meter (2/60)
 Belum bisa terlihat → 1 meter (1/60)
INTERPRETASI

 3/60 : dapat menentukan jumlah jari pada jarak 3 m,


yg oleh orang normal dapat terlihat pada jarak 60 m
 1/60 : dapat menghitung jari pada jarak 1 m

 Bila tidak dapat menghitung jari dalam jarak 1 meter,


dilakukan uji waving hand test
WAVING HAND TEST

 Dimulai dari 1 meter (1/300)


 Tanyakan pada pasien apakah gerakan / lambaian
tangan ke arah kanan-kiri atau atas-bawah
INTERPRETASI

 1/300 : melihat gerakan tangan pada jarak 1 m

 Bila tidak dapat melihat gerakan tangan, dilakukan uji


light perception
LIGHT PERCEPTION

 Dimulai dari 1 meter (1/300)


 Tanyakan pada pasien apakah dapat melihat sinar
atau tidak
INTERPRETASI

 Bila hanya dapat melihat adanya sinar → visus = 1/~


orang normal dapat melihat adanya sinar pada
jarak tak terhingga ( ~ )

 Bila tidak mengenal sinar sama sekali → visus = 0 (


buta total )
Pemeriksaan Visus pada
bayi dan anak
 BAYI & anak preverbal

melihat reflek cahaya di kornea → sentral kornea →


fiksasi di fovea

obyek digerakkan → mengikuti dengan baik →


kemampuan dalam fiksasi & mengikuti obyek
 ANAK (umur 2½ – 3 tahun)

 uji gambar-gambar kecil (kartu Allen)


 “E” (“E” games)

si anak diminta menunjukkan arah kaki huruf E tersebut


dengan jarinya
PEMERIKSAAN REFRAKSI

 Obyektif
- 1.Retinoskopi
2.Refraktometri
3.Topografi kornea
4.Keratometri

 Subyektif
1.Trial and Error
2.Pemeriksaan Fogging Technique dengan grafik
Astigmatisme
3.Cross Cylinder Technique Refraksi Objektif
1. Pasang kacamata percobaan pada posisi yang
tepat
2. Pasang penutup (occluder) didepan salah satu
mata yang belum diperiksa
3. Kembali melihat snellen chart
Visus < 6/6

TAMBAHKAN S+ 0,25

TERANG KABUR
Lanjutkan dg lensa (+) Ganti lensa (-)

hipermetropia myopia

ditambah lensa positif lensa negatif dikurangi


sampai maksimal sampai maksimal
 tetap tidak tercapai tajam penglihatan maksimal,
mungkin pasien mempunyai kelainan refraksi
astigmatisme, dilakukan uji pengaburan (fogging
technique).
FOGGING TECHNIQUE

 Pasien diminta melihat kisi-kisi juring astigmatisme

 Ditanya garis mana yang paling jelas terlihat

 Bila garis juring pada 90° yang jelas, maka tegak lurus padanya ditaruh
sumbu lensa silinder atau lensa silinder ditempatkan dengan sumbu 180°

 Perlahan-lahan kekuatan lensa silinder ini dinaikkan sampai garis juring kisi-
kisi astigmatisme vertical sama tegasnya atau kaburnya dengan juring
horizontal atau semua juring sama jelasnya bila dilihat dengan lensa silinder
yang ditambahkan.

 Kemudian penderita diminta melihat kartu Snellen dan perlahan-lahan


ditaruh lensa negatif sampai penderita melihat jelas pada kartu Snellen.
(Vaughan, 1995)
Presbiopia

 Gangguan akomodasi pada usia lanjut akibat:


 Kelemahan otot akomodasi
 Lensa mata tidak kenyal atau berkurang elestisitasnya
akibat sclerosis lensa
UJI PRESBIOPIA

 Usia 40 tahun
 Dirusuh memegang kartu baca dekat atau Jaeger
dalam jarak baca
 Disuruh baca, kemudian lensa sferis + 1,0 D diletakkan
didepannya

Bisa membaca → derajat presbiopia pasien adalah +1,0


Belum dapat membaca → lensa positif dinaikkan +0,25
D sampai tajam penglihatan bertambah baik pada
pembacaan kartu Jaeger

Anda mungkin juga menyukai