Anda di halaman 1dari 28

Laporan Kasus

“Kehamilan dengan Kista Ovarium”

DISUSUN OLEH :
Tiaz Dini Utami – 2013730113

Pembimbing :
dr. Riady, Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK SMF OBSTETRI & GYNEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
RSIJ JAKARTA SUKAPURA
2019
Kata Pengantar

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas laporan kasus dalam stase Obstetri dan Ginekologi ini. Shalawat dan
salam senantiasa penulis junjungkan ke hadirat Nabi Muhammad SAW.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pengajar di SMF Obstetri dan
Ginekologi RSIJ Sukapura, atas bimbingan dan perhatian yang telah diberikan selama
berlangsungnya pendidikan di kepaniteraan klinik ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas referat yang berjudul “Kista Ovarium” dengan baik.
Penulis menyadari bahwa presentasi kasus ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Semoga
presentasi kasus ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami yang sedang menempuh pendidikan
dan bagi kelompok-kelompok selanjutnya.
“Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan. Maka bila kamu telah selesai (dari
suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain. Dan hanya kepada
tuhanmulah hendaknya kamu berharap. (Q.S. Al Insyirah:6-7).”

Jakarta, April 2019

Penulis

ii
Daftar Isi
Kata Pengantar ...........................................................................................................................ii

Daftar Isi .................................................................................................................................. iii

BAB I STATUS PASIEN ....................................................................................................... 4

I.1 Identitas ....................................................................................................................... 4

I.2 Anamnesa .................................................................................................................... 4

I.3 Pemeriksaan Fisik ....................................................................................................... 5

I.8 Laporan Post Operasi .................................................................................................. 9

I.9 Follow Up .................................................................................................................. 10

I.10 Prognosis ................................................................................................................... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 11

II.1 Definisi ...................................................................................................................... 11

II.2 Anatomi Sistem Reproduksi Perempuan .................................................................. 11

II.3 Etiologi ...................................................................................................................... 16

II.4 Faktor Risiko ............................................................................................................. 17

II.5 Manifestasi Klinis ..................................................................................................... 18

II.6 Klasifikasi.................................................................................................................. 19

II.7 Patofisiologi .............................................................................................................. 22

II.8 Diagnosis ................................................................................................................... 23

II.9 Komplikasi ................................................................................................................ 25

II.10 Penatalaksanaan ..................................................................................................... 26

Daftar Pustaka .......................................................................................................................... 28

iii
BAB I STATUS PASIEN

I.1 Identitas
 Nama : Ny. SP
 Usia : 33th
 Jenis Kelamin : perempuan
 Alamat : Jl. Pegangsaan Dua, Jakarta Utara
 Agama : Islam
 Status pernikahan : Menikah
 Pekerjaan : IRT
 Tgl Masuk RS : 10 April 2019

I.2 Anamnesa
 Riwayat Penyakit Sekarang
Os datang ke poli kebidanan Rumah Sakit Islam Jakarta Sukapura untuk kontrol rutin
dengan G1P0A0 hamil 38 minggu dengan kista ovarium. Keluhan saat ini yaitu
merasakan mulas yang hilang timbul sejak 2 hari yang lalu, dengan durasi 1 – 2 menit
setiap mulas. Dan pegal terutama disekitar pinggang dan punggung belakang sehingga
pasien sulit untuk bergerak. Pasien mengaku kedua kakinya terasa bengkak sejak 1
minggu yang lalu. Keluhan tidak disertai dengan keluarnya perdarahan, dan tidak ada
rembesan dari air ketuban. Tidak ada keluhan sesak atau pandangan kabur.
Kurang lebih 9 bulan yang lalu, di awal kehamilan pasien datang untuk memastikan
kehamilannya ke bidan di Puskesmas. Setelah dinyatakan positif hamil, pasien rutin
kontrol ke bidan. Pada kehamilan minggu ke-8 pasien mengeluh nyeri yang hilang
timbul di sekitar perut kanan. Pasien kemudian dirujuk untuk dilakukan USG abdomen
oleh dokter kandungan, dengan hasil terdapat kista pada ovarium kanan, berukuran 9,5
cm x 9 cm. Dokter kandungan menyarankan untuk meneruskan kehamilan dan rutin
kontrol.

 Riwayat Penyakit Dahulu


Tidak ada riwayat hipertensi, DM, asma dan penyakit jantung sebelumnya

 Riwayat Penyakit Keluarga

4
Tidak ada keluarga dengan riwayat penyakit seperti pasien. Tidak ada riwayat
keganasan di keluarga.

 Riwayat Pernikahan
Menikah 1 kali, pada usia 28 tahun, lamanya 5 tahun

 Riwayat KB
Tidak ada

 Riwayat Haid
Menarche usia 13 tahun, siklus 28 hari teratur, lama haid 5-7 hari, darah haid normal,
jarang disertai nyeri perut saat haid

 Riwayat Persalinan P1A0


Persalinan ke - Tahun Jenis Persalinan Penyulit Penolong
Saat ini 2019
HPHT : 1 Juli 2018
I.3 Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : composmentis
KU : tampak sakit sedang
TTV 
TD 127/84 mmHg; N 89x/m; RR 20x/m; S 36,8oC
Status gizi : BB 72kg TB 160cm IMT 28 kg/m2

Status Generalisata
Kepala
Bentuk : Normocephali
Mata
Konjungtiva : anemis -/-
Sklera : ikterik -/-
Telinga
Inspeksi : fistel (-), massa (-), serumen (-)
Palpasi : nyeri tekan aurikular dan retroaurikular (-)

5
Hidung
Dorsum nasi : deviasi septum (-), udema (-), krepitasi (-)
Vestibulum nasi : Sekret (-), furunkel (-), krusta (-)
Kavum nasi : Lapang, polip (-)
Konkha inferior : Eutrophi, udema (-)
Mulut
Bibir : lembab
Faring : hiperemis -/-
Tonsil : T1/T1 tenang
Leher
JVP : 5 - 2 cm H2O.
Kelenjar Tiroid : tidak teraba membesar
Kelenjar Getah Bening
Submandibula : tidak teraba membesar
Supraklavikula : tidak teraba membesar
Leher : tidak teraba membesar
Dada
Bentuk : datar, tidak cekung.
Pembuluh darah : pelebaran pembuluh darah -/-
Mammae : simetris, retraksi puting susu -/-
Paru-paru Depan Belakang
Inspeksi Sinistra Simetris saat statis dan dinamis Simetris saat statis dan dinamis
Dextra Simetris saat statis dan dinamis Simetris saat statis dan dinamis
Palpasi Sinistra - Tidak ada benjolan - Tidak ada benjolan
- Fremitus taktil simetris - Fremitus taktil simetris
Dextra - Tidak ada benjolan - Tidak ada benjolan
- Fremitus taktil simetris - Fremitus taktil simetris
Perkusi Sinistra Sonor di seluruh lapang paru Sonor di seluruh lapang paru
Dextra Sonor di seluruh lapang paru Sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi Sinistra - Suara vesikuler - Suara vesikuler
- Wheezing (-), Ronki (-) - Wheezing (-), Ronki (-)
Dextra - Suara vesikuler - Suara vesikuler
- Wheezing (-), Ronki (-) - Wheezing (-),Ronki ( - )

6
Jantung
Inspeksi : Tampak pulsasi iktus cordis 1 jari medial midklavikula kiri ICS V.
Palpasi : Teraba pulsasi iktus cordis 1 jari medial midklavikula kiri ICS V.
Perkusi :
Batas kanan : ICS III-V linea parasternalis kanan.
Batas kiri : ICS V, 1cm sebelah lateral linea midklavikula kiri.
Batas atas : ICS III linea parasternal kiri.
Auskultasi: Bunyi jantung I-II murni reguler, Gallop -/-, Murmur -/-

Abdomen
Inspeksi: Perut tampak cembung, distensi (-)
Auskultasi : Bising usus +, normal
Palpasi : nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani, Shifting dullness (-)

Anggota gerak
Ekstrimitas Atas Kanan Kiri
Tonus Normotonus Normotonus
Massa Normal Normal
Otot Sendi Normal Normal
Gerakan Aktif Aktif
Kekuatan +5 +5
Oedem Tidak ada Tidak ada
Ekstrimitas bawah Kanan Kiri
Tonus Normotonus Normotonus
Massa Normal Normal
Otot Sendi Normal Normal
Gerakan Aktif Aktif
Kekuatan +5 +5
Oedem + +

7
Status ginekologis
 Pemeriksaan luar :
o Wajah : Chloasma gravidarum (-)
o Payudara : pembesaran payudara +/+, hiperpigmentasi aerola mammae
+/+, retraksi puting -/-, ASI -/-
o Abdomen : Linea nigra (+) striae gravidarum (+), skar (-) TFU sesuai usia
kehamilan
 Pemeriksaan dalam : tidak dilakukan

Pemeriksaan Leopold
Leopold 1 : fundus uteri teraba bagian besar lunak
Leopold 2 : bagian punggung teraba pada sisi kiri abdomen dan bagian bagian kecil
teraba pada sisi kanan abdomen
Leopold 3 : bagian terendah teraba kepala sudah masuk pintu atas panggul
Leopold 4 : divergen palpasi perlimaan 5/5

I.4 Pemeriksaan Penunjang


 Darah Rutin
- Hemoglobin 12. 5 gram/dL
- Leukosit 10. 9ribu
- Hematokrit 36,2%
- Trombosit 337 ribu
- Bleeding time 2 menit
- Clothing time 4 menit

 USG abdomen
Kesan : Janin Tunggal Hidup, presentasi kepala, dengan TBJ 3000gr, DJJ (+),
dan terdapat gambaran massa hipoechoic pada ovarium kanan berukuran 9.5 x 9
cm

I.5 Resume
Ny. S, 33 tahun, datang ke poli kebidanan RSI Jakarta Sukapura dengan
G1P0A0 hamil 38 minggu dan kista ovarium kanan yang diketahui pada kehamilan 8

8
minggu dari hasil USG Abdomen oleh dokter kandungan. Keluhan saat ini yaitu
merasakan mulas yang hilang timbul sejak 2 hari yang lalu, dengan durasi 1 – 2 menit
setiap mulas. Dan pegal terutama disekitar pinggang dan punggung belakang sehingga
pasien sulit untuk bergerak. Pasien mengaku kedua kakinya terasa bengkak sejak 1
minggu yang lalu.
HPHT pasien pada tanggal 1 Juli 2018, dan riwayat haid sebelumnya teratur
dengan siklus normal. Dari hasil pemeriksaan fisik dalam batas normal, hasil leopold
fundus uteri teraba besar dan lunak, punggung teraba di sisi kiri abdomen dan bagian
kecil di sisi kanan abdomen, bagian terendah sudah masuk pintu atas panggul, divergen
dengan 5/5. Pemeriksaan laboratorium dalam batas normal. Kesan hasil USG abdomen
Janin Tunggal Hidup, presentasi kepala, dengan TBJ 3000gr, DJJ (+), dan terdapat
gambaran massa hipoechoic pada ovarium kanan berukuran 9.5 x 9 cm.

I.6 Diagnosa Kerja


G1P0A0 hamil 38 minggu dengan kista ovarium kanan

I.7 Tatalaksana
 Medikamentosa
IVFD RL 500 cc/12 jam
inj. ceftriaxon pre-op 2 x 1 gram

 Tindakan
Pro Sc + kistektomi pada tanggal 10 April 2019

I.8 Laporan Post Operasi

Tindakan

1 Asepsis dan antisepsis

2 Insisi pnanenstein 10 cm

3 Bayi lahir pk 14.30 WIB, Pr, BB 3100gr, PB 51 cm

4 Lahirkan plasenta lengkap

5 Terdapat kista pada ovarium kanan, 9,5 x 9 cm

9
6 Dilakukan tindakan kistektomi & kauterisasi

7 Kontrol perdarahan, periksa adnexa DS : dbn

8 Dilakukan penjahitan dinding uterus

9 Dilakukan penjahitan peritoneum

10 Jahit dinding abdomen lapis demi lapis

11 Operasi selesai

I.9 Follow Up
11 April 2019
Pk. 10.00 WIB

S Nyeri pada luka post op +, BAB dan BAK tidak ada keluhan

O KU : baik; Kes : CM
TTV:
TD 110/60 mmHg, N 80 dpm, R 20x/m, S 36,7oC
Status generalisata:
Mata : CA -/-, SI -/-
Thoraks :
Paru : vesikuler +/+, wh-/-, rh-/-
Jantung : BJ I & II reg, murmur -, gallop –
Abdomen : bekas op tertutup verban, BU +, normal
Genitalia : darah +, normal
A P1A0 post SC dan kistektomi

P Cefixime 2 x 1gr
As. Mefenamat 3 x 500 mg
Metronidazole 3 x 500 mg
Edukasi : bed rest, perawatan luka post. Op

I.10 Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam

10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Definisi
Kista ovarium merupakan perbesaran sederhana ovarium normal, folikel de
graff atau korpus luteum atau kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan dari
epithelium ovarium (Dorland,2002).
Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun yang besar, kistik
atau padat, jinak atau ganas yang berada di ovarium. Dalam kehamilan, tumor ovarium
yang dijumpai paling sering ialah kista dermoid, kista coklat atau kista lutein. Tumor
ovarium yang cukup besar dapat menyebabkan kelainan letak janin dalam rahim atau
dapat menghalang – halangi masuknya kepala ke dalam panggul (Wiknjosastro et al,
2009).
Kistoma ovari adalah kista yang permukaannya rata dan halus, biasanya
bertangkai, bilateral dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis berisi cairan serosa
dan berwarna kuning. Pengumpulan cairan tersebut terjadi pada indung telur atau
ovarium (Mansjoer, 2000)
Jadi, dapat disimpulkan kista ovarium adalah kantong abnormal yang berisi
cairan atau neoplasma yang timbul di ovarium yang bersifat jinak juga dapat
menyebabkan keganasan.

II.2 Anatomi Sistem Reproduksi Perempuan


Organ reproduksi wanita diklasifikasikan menjadi eksternal dan internal.
1. Organ Genitalia Eksterna
Organ reproduksi eksterna atau pudenda, yang sering disebut sebagai vulva mencakup
semua organ yang dapat dilihat dari luar, yaitu yang dimulai dari mons pubis, labia
mayora dan labia minora, klitoris, himen, vestibulum, meatus uretra dan berbagai
kelenjar serta pembuluh darah.

Gambar 1. Organ eksterna wanita
( Winkjosastro et al, 2009) )

11
a. Mons Pubis

Mons pubis atau monsveneris adalah bagian yang menonjol berisi lemak yang
terletak di permukaan anterior simfisis pubis. Setelah pubertas, kulit monsveneris
tertutup oleh rambut ikal yang membentuk pola distribusi tertentu yaitu pada wanita
berbentuk segitiga. Mons veneris berfungsi sebagai bantal pada waktu melakukan
hubungan seks.
b. Labia Mayora

Labia mayora berupa dua buah lipatan bulatan jaringan lemak lanjutan mons pubis
ke arah bawah yang ditutupi kulit dan belakang banyak mengandung pleksus vena.
Panjang labia mayora 7 – 8 cm dan agak meruncing pada ujung bawah. Secara
embriologis, labia mayora homolog dengan skrotum pada pria. Labia mayora
berfungsi sebagai pelindung karena kedua bibir ini menutupi lubang vagina
sementara bantalan lemaknya bekerja sebagai bantal.
c. Labia Minora

Labia minora atau nimfe adalah lipatan jaringan tipis dan bila terbuka terihat
lembab dan kemerahan, menyerupai selaput mukosa. Pada labia minora banyak
terdapat pembuluh darah, otot polos dan ujung saraf.
d. Klitoris

Klitoris merupakan organ erektil yang homolog dengan penis dan
terletak dekat ujung superior vulva. Panjang klitoris jarang melebihi 2 cm, bahkan
dalam keadaan ereksi sekalipun (Verkauf dkk.1992) dan posisinya sangat terlipat
karena tarikan labia minora.
e. Vestibulum

Vestibulum adalah daerah berbentuk buah almond yang dibatasi labia minora
sebelah lateral dan memanjang dari klitoris sampai fouschettx, berasal dari sinus
urogenital. Terdapat 6 lubang yaitu orificium uretra eksternum, introitus vagina,
ductus glandula Bartholini kanan dan kiri dan duktus skene kanan dan kiri, antara
fouschettx dan liang vagina disebut fosa navikularis.
f. Ostium Uretra

g. Lubang atau meatus uretra terletak pada garis tengah vestibulum,1 sampai 1,5 cm
di bawah arkus pubis dan dekat bagian atas liang vagina. Meatus uretra terletak di
dua pertiga bagian bawah uretra terletak tepat di atas dinding anterior vagina.
h. Ostium vagina dan Himen

12

Terletak di bagian bawah vestibulum. Pada gadis (virgo) tertutup lapisan tipis
bermukosa yaitu selaput dara / hymen, utuh tanpa robekan. Himen atau selaput dara
adalah lapisan tipis yang menutupi sebagian besar dari liang senggama, di
tengahnya berlubang supaya kotoran menstruasi dapat keluar. Lubang himen
biasanya berbentuk bulan sabit atau sirkular, namun kadang kala berupa banyak
lubang kecil (kribiformis), bercelah (septata) atau berumbai tidak beraturan
(fimbriata). Bentuk serta konsistensi himen sangat bervariasi terutama terdiri atas
jaringan ikat elastin dan kolagen. Himen imperforata, suatu lesi yang jarang, yang
merupakan keadaan ketika liang vagina tertutup sama sekali dan mengakibatkan
retensi cairan menstruasi.
i. Vagina

Vagina atau liang kemaluan merupakan suatu tabung yang dilapisi membran dari
jenis epitelium bergaris khusus, dialiri banyak pembuluh darah dan serabut saraf.
Panjang vagina dari vestibulum sampai uterus adalah 7, 5 cm. Bagian ini merupakan
penghubung antara introitus vagina dan uterus. Pada puncak vagina menonjol leher
rahim yang disebut porsio. Bentuk vagina sebelah dalam berlipat – lipat disebut
rugae. Vagina mempunyai banyak fungsi yaitu sebagai saluran luar dari uterus yang
dilalui sekret uterus dan aliran menstruasi, sebagai organ kopulasi wanita dan
sebagai jalan lahir.
j. Perineum

Perineum terletak diantara vulva dan anus, panjang perineum kurang lebih 4 cm.
Jaringan utama yang menopang perineum adalah diafragma pelvis dan urogenital.

2. Organ Genitalia Interna


Organ genitalia interna adalah suatu alat reproduksi yang berada di dalam tidak dapat
dilihat kecuali dengan jalan pembedahan. Organ genitalia interna terdiri dari uterus,
serviks uteri, korpus uteri, ovarium.

Gambar. 2. Organ Interna Wanita ( Cunningham, 2004 )

13
a. Uterus

Uterus atau rahim merupakan organ muskular yang sebagian tertutup oleh peritoneum
atau serosa. Rongga uterus dilapisi endomentrium. Uterus wanita yang tidak hamil
terletak pada rongga panggul antara kandung kemih di anterior dan rektum di posterior.
Bentuk uterus menyerupai buah pir, uterus terapung di dalam pelvis dengan jaringan
dan ligamentum. Panjang uterus kurang lebih 7,5 cm, lebar 5 cm, tebal 2,5 cm dan berat
uterus 50 gram. Fungsi uterus adalah untuk menahan ovum yang telah dibuahi selama
perkembangan. Uterus terdiri dari :
1) Fundus uteri

Merupakan bagian uterus proksimal, disitu kedua tuba fallopi 
berinserasi ke
uterus. Di dalam klinik penting diketahui sampai dimana fundus uteri berada,
oleh karena tuanya kehamilan dapat diperkirakan dengan perabaan fundus uteri.
2) Korpus uteri

Korpus uteri merupakan bagian uterus yang terbesar pada 
kehamilan.
Dinding korpus uteri terdiri lapisan serosa, muskular dan mukosa. Rongga yang
terdapat dalam korpus uteri disebut kavum uteri atau rongga rahim. Korpus uteri
berfungsi sebagai tempat janin berkembang.
3) Serviks uteri

Serviks merupakan bagian uterus dengan fungsi khusus yang 
terletak di
bawah ismus. Serviks terutama terdiri dari atas jaringan kolagen, ditambah
jaringan elastin serta pembuluh darah, namun masih memiliki serabut otot
polos. Kelenjar ini berfungsi mengeluarkan sekret yang kental dan lengket dari
kanalis servikalis. Jika saluran kelenjar serviks tersumbat dapat berbentuk kista,
retensi berdiameter beberapa milimeter yang disebut sebagai folikel nabothian.
Secara histologik uterus terdiri dari :
. 1) Miometrium(lapisan otot polos) 

. Tersusun sedemikian rupa sehingga dapat mendorong isinya keluar pada waktu
persalinan. Sesudah plasenta lahir akan mengalami pengecilan sampai keukuran normal
sebelumnya.
. 2) Endometrium(epitel,kelenjar,jaringan dan pembuluh darah) 

. Endometrium merupakan lapisan dalam uterus yang mempunyai arti penting dalam
siklus haid. Pada masa kehamilan endometrium akan menebal, pembuluh darah akan
bertambah banyak, hal ini diperlukan untuk memberikan makan pada janin.
14
3) Lapisan serosa(peritoneum viseral) 

Lapisan serosa terdiri dari ligamentum yang menguatkan uterus, yaitu :

a. Ligamentum kardinale sinistra dan dekstra, mencegah 
supaya uterus tidak
turun.

b. Ligamentum sakrouterium sinistra dan dekstra, menahan 
uterus supaya tidak
banyak bergerak.
c. Ligamentum rotondum sinistra dan dekstra, menahan uterus agar dalam
keadaan antefleksi.
d. Ligamentum infundibulo pelvikum, ligamen yang menahan tuba falopii.
4) Ovarium

Ovarium atau indung telur merupakan organ yang berbentukbuah almond,.
Ukuran ovarium cukup bervariasi, selama masa reproduksi panjang ovarium 2,5 cm
sampai 5 cm, lebar 1,5 sampai 3 cm dan tebal 0,6 sampai 1,5 cm. Berat dari ovarium
adalah 5 sampai 6 gram, ovarium terletak di bagian atas rongga panggul dan
bersandar pada lekukan dangkal dinding lateral pelvis diantara pembuluh darah
iliaka eksterna dan interna yang divergen.
Ovarium melekat pada ligamentum latum melalui mesovarium. Ligamentum
utero-ovarika memanjang dari bagian lateral dan posterior uterus, tepat di bawah
insersi tuba, ke uterus atau kutub bawah ovarium. Ovarium ditutupi oleh peritoneum
dan terdiri dari otot serta jaringan ikat yang merupakan sambungan dari uterus.
Ligamentum infundibulopelvikum atau ligamentum suspensorium ovarii
memanjang dari bagian atas kutub tuba ke dinding pelvis yang dilewati pembuluh
ovarika dan saraf.
Ovarium terdiri dari dua bagian, korteks dan medulla. Korteks, atau lapisan luar,
dalam lapisan ini terdapat ovum dan folikel de Graaf. Korteks ovarium berbentuk
kumparan yang diantaranya tersebar folikel primodial dan folikel de Graaf dalam
berbagai tahap perkembangan. Bagian paling terluar dari korteks, yang kusam dan
keputih-putihan, dikenal sebagai tunika albugenia, pada permukaannya terdapat
epitel kuboid yaitu epitel germinal Waldeyer. Medulla, atau bagian tengah dari
ovarium, terdiri dari jaringan ikat longgar yang merupakan kelanjutan dari
mesovarium. Terdapat sejumlah besar arteri dan vena dalam medulla dan sejumlah
kecil serat otot polos yang berkesinambungan dengan yang berasal dari ligamentum
suspensorium.

15
Dua fungsi ovarium ialah menyelenggarakan ovulasi dan memproduksi hormon
yaitu hormon seks steroid (estrogen, progesteron, dan androgen) yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan, perkembangan dan fungsi wanita normal. Hormon estrogen
bertanggung jawab atas pertumbuhan pola rambut aksila serta pubik dan berperan
dalam mempertahankan kalsium dalam tulang. Progesteron dipengaruhi oleh
estrogen sehingga dapat menimbulkan retensi cairan dalam jaringan, juga dapat
menyebabkan penumpukkan lemak.
5) Tuba fallopii

Tuba fallopii atau saluran ovum yang memiliki panjang
yang bervariasi dari 8 sampai 14 cm dengan diameter 3 sampai 8 mm, bagian terlebar
dari ampula antara 5 sampai 8 mm dan ditutupi oleh peritoneum dan lumennya dilapisi
oleh membranmukosa. Saluran ovum berjalan dari lateral kiri dan kanan. Tuba fallopii
berfungsi untuk menghantarkan ovum dari ovarium ke uterus dan untuk perjalanan
ovum yang telah dibuahi. Tuba fallopii terdiri dari :
1) Pars Interstisiallis,bagian yang terdapat di dinding uterus.
2) Pars Ismika atau ismus merupakan bagian dari medial yang 
sempit seluruhnya.
3) Pars. Ampularis, bagian yang terbentuk saluran leher tempat 
konsepsi agak lebar.
4) Infindibulum, bagian ujung tuba yang terbuka ke arah abdomen dan mempunyai
umbai yang disebut fimbria yang berfungsi untuk menangkap telur dan menyalurkan
telur kembali ke tuba. (Cunningham, 2004)

II.3 Etiologi
Etiologi dari kista ovarium belum diketahui secara pasti. Namun, secara umum
dapat digolongkan etiologi terhadap jenis kista yang dialami. Penyebab terjadinya kista
ovarium yaitu terjadinya gangguan pembentukan hormon pada hipotalamus, hipofisis,
atau indung telur itu sendiri. Kista indung telur timbul dari folikel yang tidak berfungsi
selama siklus menstruasi.
Kista ovarium terbentuk oleh bermacam sebab. Penyebab inilah yang nantinya
akan menentukan tipe kista. Diantara beberapa tipe kista ovarium, tipe folikuler
merupakan tipe kista yang peling banyak ditemukan. Kista jenis ini terbentuk oleh
karena pertumbuhan folikel ovarium yang tidak terkontrol. Cairan yang mengisi kista
dsebagian besar berupa darah yang keluar akibat perlukaan yang terjadi pada pembuluh
darah ovarium. Pada beberapa kasus dapat juga diisi oleh jaringan abnormal tubuh
seperti rambut dan gigi yang dinamakan kista dermoid.
16
Folikel adalah suatu rongga cairan yang normal terdapat dalam ovarium. Pada
keadaan normal, folikel yang berisi sel telur ini akan terbuka saat siklus menstruasi
untuk melepaskan sel telur. Namun, pada beberapa kasus, folikel ini tidak terbuka
sehingga menimbulkan bendungan cairan yang nantinya akan menjadi kista.
Kista folikuler secara tipikal kecil dan timbul dari folikel yang tidak sampai saat
menopause, sekresinya akan terlalu banyak mengandung estrogen sebagai respon
terhadap hipersekresi folikel stimulation hormon (FSH) dan luteinizing hormon (LH)
normalnya ditemui saat menopause berdiameter 1 -10 cm (folikel normal berukuran
maksimum 2,5 cm); berasal dari folikel ovarium yang gagal mengalami involusi atau
gagal meresorpsi cairan. Dapat multipel dan bilateral. Biasanya asimtomatik atau tanpa
gejala.
Kista granulosa lutein yang terjadi di dalam korpus luteum indung telur yang
fungsional dan membesar bukan karena tumor, disebabkan oleh penimbunan darah
yang berlebihan saat fase pendarahan dari siklus menstruasi.
Kista teka-lutein biasanya bersifat bilateral dan berisi cairan bening, berwarna
seperti jerami; biasanya berhubungan dengan tipe lain dari tumor indung telur, serta
terapi hormon.

II.4 Faktor Risiko


Ada beberapa faktor risiko yang diduga berperan dalam pembentukan kista
ovarium.(Anurogo, 2009):
a. Pengobatan infertilitas
Pasien yang sedang diobati untuk infertilitas dengan induksi ovulasi dengan
gonadotropin atau bahan lainnya, seperti clomiphene citrate atau letrozole, dapat
membentuk kista ovary sebagai bagian dari ovarian hyperstimulation syndrome.
b. Tamoxifen
Tamoxifen dapat mengakibatkan kista ovari benigna fungsional yang biasanya
timbul setelah penghentian terapi.
c. Kehamilan
Pada wanita hamil, kista ovarium dapat terbentuk pada trimester kedua saat kadar
hCG tertinggi.
d. Hypothyroidism
Karena kemiripan antara subunit alpha thyroid-stimulating hormone (TSH) dan
hCG, hipotirodisme dapat menstimulasi pertumbuhan kista ovarii.
17
e. Gonadotropin maternal
Efek transplasental dari gonadotropin maternal dapat menyebabkan pembentukan
dari kista ovarii neonatal dan fetal.
f. Merokok
Risiko kista ovarii fungsional meningkat dengan merokok; resiko dari merokok
mungkin meningkat lebih jauh dengan penurunan indeks massa tubuh (IMT)
g. Ligasi tuba
kista fungsional telah dihubungkan dengan sterilisasi ligasi tuba

II.5 Manifestasi Klinis


Kebanyakan tumor ovarium tidak menunjukkan gejala dan tanda. Sebagian
besar gejala dan tanda yang ditemukan adalah akibat pertumbuhan, aktivitas hormonal
atau komplikasi tumor tersebut. Gejala dan tanda tersebut berupa benjolan di perut,
mungkin ada keluhan rasa berat, gangguan atau kesulitan defekasi karena desakan,
udem tungkai karena tekanan pada pembuluh balik atau limfa dan rasa sesak karena
desakan diafragma ke kranial. Letak tumor yang tersembunyi dalam rongga perut dan
sangat berbahaya dapat menjadi besar tanpa disadari oleh penderita. Pertumbuhan
primer diikuti oleh infiltrasi kejaringan sekitar yang menyebabkan berbagai keluhan
samar-samar (Sastrawinata et al,2004) :
a. Perasaan sebah
b. Rasa nyeri pada perut bagian bawah dan panggul
c. Makan sedikit terasa cepat kenyang
d. Sering kembung
e. Nyeri senggama
f. Nafsu makan menurun
g. Rasa penuh pada perut bagian bawah
h. Gangguan miksi karena adanya tekanan pada kandung kemih dan juga 
tekanan
pada dubur
i. Gangguan menstruasi.
Pada umumnya tumor ovarium tidak mengubah pola 
haid kecuali tumor itu
sendiri mengeluarakan hormon seperti pada tumor 
sel granulosa yang dapat
menyebabkan hipermenorrea.
j. Akibat Pertumbuhan
Dengan adanya tumor didalam perut bisa 
menyebabkan pembengkakan perut..
18
Tekanan pada alat atau organ sekitar disebabkan oleh besarnya tumor atau posisinya
dalam perut. Misalnya sebuah kista yang tidak seberapa besar tetapi posisinya
terletak didepan uterus sehingga dapat menekan kandung kencing dan
menyebabkan gangguan miksi dan sedang kista besar yang terletak didalam rongga
perut kadang-kadang hanya menimbulkan rasa berat pada perut. Selain gangguan
miksi obstipasi dan oedema pada tungkai dapat terjadi. Dapat timbul komplikasi
berupa asites, atau gejala sindrom perut akut, akibatnya putaran tungkai tumor atau
gangguan peredaran darah karena penyebab lain ( Sjamjuhidajat, 2004 ).

II.6 Klasifikasi
Kista ovarium dilihat menurut klasifikasinya yaitu tumor ovarium nonneoplastik dan
tumor ovarium neoplastik jinak maka pembagiannya adalah sebagai berikut:
1. Tumor Nonneoplastik

Tumor nonneoplastik jinak disebabkan karena ketidakseimbangan hormon
progesteron dan estrogen.
a. Tumor akibat radang
Termasuk disini abses ovarial, abses tubo-ovarial dan kista tuboovarial.

b. Tumor lain
1) Kista Folikel

Kista ini berasal dari folikel de graaf yang tidak sampai berovulasi, namun
tumbuh terus menjadi kista folikel atau dari beberapa folikel primer yang
setelah bertumbuh di bawah pengaruh estrogen tidak mengalami proses
atresia yang lazim melainkan menjadi membesar menjadi kista. Kista ini
berasal dari folikel yang menjadi besar semasa proses atresia folikuli. Setiap
bulan sejumlah besar follikel menjadi mati, disertai kematian ovum, disusul
dengan degenerasi dari epitel follikel. Pada masa ini tampaknya sebagai
kista-kista kecil. Tidak jarang ruangan follikel diisi dengan cairan yang
banyak, sehingga terbentuklah kista yang besar, yang dapat ditemukan pada
pemeriksaan klinis. Biasanya besarnya tidak melebihi sebuah jeruk. Sering
terjadi pada pubertas, climacterium, dan sesudah salpingektomi.
2) Kista Korpus Luteum

Kista ini terjadi akibat perdarahan yang sering terjadi didalam korpus
luteum, berisi cairan yang berwarna merah coklat karena darah tua.
3) Kista Lutein

19
Kista ini biasanya bilateral dan menjadi membesar sebesar tinju.
Tumbuhnya kista ini adalah akibat dari pengaruh hormon
koriogonadotropin yang berlebihan. Kista ini dapat terjadi pada kehamilan,
lebih jarang di luar kehamilan. Kista lutein yang sesungguhnya, umumnya
berasal dari corpus luteum haematoma. Perdarahan ke dalam ruang corpus
selalu terjadi pada masa vaskularisasi. Bila perdarahan ini sangat banyak
jumlahnya, terjadilah corpus luteum haematoma, yang berdinding tipis dan
berwarna kekuning-kuningan. Secara perlahan-lahan terjadi resorpsi dari
unsur-unsur darah, sehingga akhirnya tersisa cairan yang jernih, atau sedikit
bercampur darah. Pada saat yang sama dibentuklah jaringan fibroblast pada
bagian dalam lapisan lutein sehingga pada kista korpus lutein yang tua, sel-
sel lutein terbenam dalam jaringan-jaringan perut.
4) Kista Inklusi Germinal
Kista ini terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian – bagian kecil dari
epitel germinativum pada permukaan ovarium.
5) Kista Endometrium

Belum diketahui penyebabnya dan tidak ada hubungannya dengan
endometroid.
6) Kista Stein-Laventhal

Kista ini dikenal sebagai sindrom Stein-Laventhal dan kiranya disebabkan
oleh ketidakseimbangan hormonal. Biasanya kedua ovarium membesar dan
bersifat polikistik, permukaan rata, berwarna keabu-abuan dan berdinding
tebal. Pada pemeriksaan mikroskopis akan tampak tunika yang tebal dan
fibrotik. Dibawahnya tampak folikel dalam bermacam-macam stadium,
tetapi tidak ditemukan corpus luteum. Secara klinis memberikan gejala yang
disebut Stein-Leventhal Syndrom, yaitu yang terdiri dari hirsutisme,
sterilitas, obesitas dan oligomenorrhoe. Kecenderungan virilisasi mungkin
disebabkan hyperplasi dari tunica interna yang menghasilkan zat
androgenik. Kelainan ini merupakan penyakit herediter yang autosomal
dominan.

2. Tumor Neoplastik Jinak



Tumor neoplastik jinak terdiri dari :
a. Tumor Kistik
20
1) Kistoma ovarii simpleks

Kistoma ovarii simpleks diduga kista ini adalah suatu jenis kistadenoma
serosum yang kehilangan epitel kelenjarnya berhubung dengan tekanan
cairan dalam kista. Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya
bertangkai, seringkali bilateral, dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis
dan cairan di dalam kista jernih, serus, dan berwarna kuning. Pada dinding
kista tampak lapisan epitel kubik. Berhubung dengan adanya tangkai, dapat
terjadi torsi (putaran tangkai) dengan gejala-gejala mendadak. Diduga
bahwa kista ini suatu jenis kistadenoma serosum yang kehilangan epitel
kelenjarnya berhubung dengan tekanan cairan dalam kista.
2) Kistadenoma Ovarii Musinosum

Asal kista ini belum pasti, menurut Mayer, mungkin kista ini berasal dari
suatu teratoma dimana dalam pertumbuhannya satu elemen mengalahkan
elemen lainnya. Ada penulis yang berpendapat bahwa tumor berasal dari
lapisan germinativum, sedang penulis lain menduga tumor ini mempunyai
asal yang sama dengan tumor Brenner.
3) Kistadenoma Ovarii Serosum

Pada umumnya kista ini berasal dari epitel permukaan ovarium (germinal
ephitelium). Kista jenis ini tak mencapai ukuran yang amat besar
dibandingkan dengan kistadenoma musinosum. Permukaan tumor biasanya
licin, akan tetapi dapat pula berrbagala karena kista serosum pun dapat
berbentuk multilokuler, meskipun lazimnya berongga satu. Warna kista
putih keabu-abuan. Ciri khas kista ini adalah potensi pertumbuhan papiler
ke dalam rongga kista sebesar 50%, dan keluar pada permukaan kista
sebesar 5%. Isi kista cair, kuning, dan kadang-kadang coklat karena
campuran darah. Tidak jarang kistanya sendiri kecil, tetapi permukaannya
penuh dengan pertumbuhan papiler (solid papilloma).
4) Kista endometrioid

Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin; pada dinding dalam
terdapat satu lapisan sel-sel, yang menyerupai lapisan epitel endometrium.
Kista ini, yang ditemukan oleh Sartesson dalam tahun 1969, tidak ada
hubungannya dengan endometriosis ovarii.
5) Kista dermoid

Kista dermoid suatu teratoma kistik yang jinak dimana struktur- struktur
21
ektodermal dengan diferensiasi sempurna, seperti epitel kulit, rambut, gigi
dan produk glandula sebasea berwarna putih kuning menyerupai lemak
nampak lebih menonjol daripada elemen – elemen endoderm dan
mesoderm. Bahan yang terdapat dalam rongga kista ini ialah produk dari
kelenjar sebasea berupa massa lembek seperti lemak bercampur dengan
rambut

II.7 Patofisiologi
Banyak tumor tidak menunjukkan gejala dan tanda, terutama tumor ovarium
yang kecil. Sebagian besar gejala dan tanda adalah akibat dari pertumbuhan, aktivitas
endokrin dan kompikasi tumor – tumor tersebut. (Helm, 2008)
1. Akibat pertumbuhan 

Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan pembenjolan perut.
Tekanan terhadap alat–alat disekitarnya disebabkan oleh besarnya tumor atau
posisisnya dalam perut. Apabila tumor mendesak kandung kemih dan dapat
menimbulkan gangguan miksi, sedang suatu kista yang lebih besar tetapi terletak
bebas di rongga perut kadang – kadang hanya menimbulkan rasa berat dalam perut
serta dapat juga mengakibatkan obstipasi, edema pada tungkai.
2. Akibat aktivitas hormonal

Pada umumnya tumor ovarium tidak mengubah pola haid kecuali 
jika tumor itu
sendiri mengeluarkan hormon.
3. Akibat komplikasi
a. Perdarahan ke dalam kista

Biasanya terjadi sedikit – sedikit sehingga berangsur-angsur menyebabkan
pembesaran luka dan hanya menimbulkan gejala-gejala klinik yang minimal.
Akan tetapi kalau perdarahan terjadi dalam jumlah yang banyak akan
menimbulkan nyeri di perut.
b. Putaran tangkai 

Terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm atau lebih. Adanya putaran
tangkai menimbulkan tarikan melalui ligamentum infundibulopelvikum
terhadap peritoneum parietale dan ini menimbulkan rasa sakit.
c. Infeksi pada tumor

Terjadi jika di dekat tumor ada sumber kuman patogen. Kista dermoid

22
cenderung mengalami peradangan disusul pernanahan.
d. Robek dinding kista

Terjadi pada torsi tangkai, akan tetapi dapat pula sebagai akibat trauma, seperti
jatuh atau pukulan pada perut dan lebih sering pada saat persetubuhan. Jika,
robekan kista disertai hemoragi yang timbul secara akut, maka perdarahan
bebas berlangsung ke uterus ke dalam rongga peritoneum dan menimbulkan
rasa nyeri terus menerus disertai tanda – tanda abdomen akut.
e. Perubahan keganasan

Setelah tumor diangkat perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis yang seksama
terhadap kemungkinan perubahan keganasan. Adanya asites dalam hal ini
mencurigakan, adanya anak sebar (metastasis) memperkuat diagnosa
keganasan. 
(Wiknjosastro, 2005).

II.8 Diagnosis
a. Anamnesa
Diagnosis dimulai dari anamnesis berdasarkan keluhan pasien. Banyak tumor
ovarium tidak menunjukkan gejala dan tanda, terutama tumor ovarium yang kecil.
Adanya tumor bisa menyebabkan pembenjolan perut. Rasa sakit atau tidak nyaman
pada perut bagian bawah. Rasa sakit tersebut akan bertambah jika kista tersebut
terpuntir atau terjadi ruptur. Terdapat juga rasa penuh di perut. Tekanan terhadap alat-
alat di sekitarnya dapat menyebabkan rasa tidak nyaman, gangguan miksi dan defekasi.
Dapat terjadi penekanan terhadapat kandung kemih sehingga menyebabkan frekuensi
berkemih menjadi sering. (DeChemey et al,1994)
Kista ovarium dapat menyebabkan obstipasi karena pergerakan usus terganggu
atau dapat juga terjadi penekanan dan menyebabkan defekasi yang sering. Pasien juga
mengeluhkan ketidaknyamanan dalam coitus, yaitu pada penetrasi yang dalam. Pada
tumor yang besar dapat terjadi tidak adanya nafsu makan dan rasa enak dan rasa sesak.
Pada umumnya tumor ovarium tidak mengubah pola haid, kecuali jika tumor tersebut
mengeluarkan hormon. Ireguleritas siklus menstruasi dan pendarahan vagina yang
abnormal dapat terjadi. Pada anak muda, dapat menimbulkan menarche lebih awal.
Polikistik ovari menimbulkan sindroma polistik ovari, terdiri dari hirsutism, inferilitas,
aligomenorrhea, obesitas dan acne. Pada keganasan, dapat ditemukan penurunan berat
badan yang drastis.

23
b. Pemeriksaan Fisik
Kista yang besar dapat teraba dalam palpasi abdomen. Walau pada wanita
premonopause yang kurus dapat teraba ovarium normal tetapi hal ini adalah
abnormal jika terdapat pada wanita postmenopause. Perabaan menjadi sulit pada
pasien yang gemuk. Teraba massa yang kistik, mobile, permukaan massa
umummnya rata. Serviks dan uterus dapat terdorong pada satu sisi. Dapat juga
teraba, massa lain, termasuk fibroid dan nodul pada ligamentum uterosakral, ini
merupakan keganasan atau endometriosis. Pada perkusi mungkin didapatkan ascites
yang pasif.

c. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Tidak ada tes laboratorium diagnostik untuk kista ovarium. Cancer antigen 125
(CA 125) adalah protein yang dihasilkan oleh membran sel ovarium normal dan
karsinoma ovarium. Level serum kurang dari 35 U/ml adalah kadar CA 125
ditemukan meningkat pada 85% pasien dengan karsinoma epitel ovarium.
Terkadang CA 125 ditemukan meningkat pada kasus jinak dan pada 6% pasien
sehat.
b. Laparoskopi
Mengetahui asal tumor dari ovarium atau tidak, dan menentukan sifat- sifat
tumor.
c. Ultrasonografi
Menentukan letak dan batas tumor kistik atau solid, cairan dalam rongga perut
yang bebas dan tidak. USG adalah alat diagnostik imaging yang utama untuk
kista ovarium. Kista simpleks bentuknya unilokular, dindingnya tipis, satu
cavitas yang didalamnya tidak terdapat internal echo. Biasanya jenis kista
seperti ini tidak ganas, dan merupakan kista fungsioal, kista luteal atau mungkln
juga kistadenoma serosa atau kista inklusi.
Kista kompleks multilokular, dindingnya menebal terdapat papul ke dalam
lumen. Kista seperti ini biasanya maligna atau mungkin juga kista neoplasma
benigna. USG sulit membedakan kista ovarium dengan hidrosalfing,
paraovarian dan kista tuba. USG endovaginal dapat memberikan pemeriksaan
morfologi yang jelas dari struktur pelvis. Pemeriksaana ini tidak memerlukan
kandung kemih yang penuh. USG transabdominal lebih baik dari endovaginal
24
untuk mengevaluasi massa yang besar dan organ intrabdomen lain, seperti
ginjal, hati dan ascites. Ini memerlukan kandung kemih yang penuh.
d. MRI
MRI memberikan gambaran jaringan lunak lebih baik dari CT scan, dapat
memberikan gambaran massa ginekologik yang lebih baik. MRI ini biasanya
tidak diperlukan
e. CT Scan
Untuk mengidentifikasi kista ovarium dan massa pelvik, CT Scan kurang baik
bila dibanding dengan MRI. CT Scan dapat dipakai untukmengidentifikasi
organ intraabdomen dan retroperitoneum dalam kasus keganasan ovarium.
f. Foto Rontgen
Menentukan adanya hidrotoraks. Pada kista dermoid kadang dapat terlihat gigi.
g. Parasentesis
Pungsi pada asites berguna untuk menentukan sebab asites.
h. Tes kehamilan
Dan HCG negatif, kecuali bila terjadi kehamilan.
Diagnosis kista ovarium dapat ditegakkan bila ditemukan hal-hal berikut yaitu pada
anamnesa menunjukkan gejala seperti yang disebutkan diatas disertai pada
pemeriksaan fisik
:
1. Ditemukan tumor di rongga perut bagian depan dengan ukuran >5cm

2. Pada pemeriksaan dalam, letak tumor di parametrium kiri atau kanan atau mengisi
kavum douglasi

3. Konsistensi kistik, mobile, permukaan tumor umumnya rata.

II.9 Komplikasi
Perdarahan ke dalam kista, biasanya terjadi sedikit-sedikit, berangsur- angsur
menyebabkan pembesaran kista, dan hanya menimbulkan gejala klinik yang minimal.
Tetapi bila dalam jumlah banyak akan terjadi distensi cepat dan nyeri perut mendadak.
Putaran tangkai menimbulkan rasa sakit yang berat akibat tarikan melalui
ligamentum infundibulopelvikum terhadap peritoneum parietale. Robekan dinding
kista terjadi pada torsi tangkai, tetapi dapat pula akibat trauma yaitu jatuh, pukulan pada
perut dan coitus. Bila kista hanya mengandung cairan serosa, rasa nyeri akbat robekan
akan segera berkurang. Namun bila terjadi hemoragi yang timbul secara akut,

25
perdarahan bebas dapat berlangsung terus menerus dalam rongga peritoneum dan
menimbulkan rasa nyeri terus menerus disertai tanda-tanda abdomen akut.
Infeksi dapat terjadi, jika dekat tumor terdapat sumber kuman patogen, seperti
appendisitis, divertikulitis, atau salpingitis akut. Perubahan keganasan dapat terjadi
pada kista jinak, misalnya pada kista denoma ovarii derosum, kistadenoma ovarii
musinosum dan kista dermoid. Sindroma Meigs ditemukan pada 40% dari kasus
fibroma ovarii yaitu tumor ovarium disertai asites dan hidrotoraks.

II.10 Penatalaksanaan
Dapat dipakai prinsip bahwa tumor ovarium neoplastik memerlukan operasi dan
tumor non neoplastik tidak. Tumor non neoplastik biasanya besarnya tidak melebihi 5
cm. Tidak jarang tumor-tumor tersebut mengalami pengecilan secara spontan dan
menghilang.
Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas adalah
pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang
mengandung tumor. Tetapi jika tumornya besar atau ada komplikasi perlu dilakukan
pengangkatan ovarium, disertai dengan pengangkatan tuba. Seluruh jaringan hasil
pembedahan perlu dikirim ke bagian patologi anatomi untuk diperikasa.
Pasien dengan kista ovarium simpleks biasanya tidak membutuhkan terapi.
Penelitian menunjukkan bahwa pada wanita postmenopause, kista yang berukuran
kurang dari 5 cm dan kadar CA 125 dalam batas normal, aman untuk tidak dilakukan
terapi, namun harus dimonitor dengan pemeriksaan USG serial. Sedangkan untuk
wanita premenopause, kista berukuran kurang dari 8 cm dianggap aman untuk tidak
dilakukan terapi.
Terapi bedah diperlukan pada kista ovarium simpleks persisten yang lebih besar
10 cm dan kista ovarium kompleks. Laparoskopi digunaknan pada pasien dengan kista
benigna, kista fungsional atau simpleks yang memberikan keluhan. Laparotomi harus
dikerjakan pada pasien dengan resiko keganasan dan panda pasien dengan kista benigna
yang tidak dapat diangkat dengan laparaskopi. Eksisi kista dengan konservasi ovarium
dikerjakan pada pasien yang menginginkan ovarium tidak diangkat untuk fertilitas di
masa mendatang.
Pengangkatan ovarium sebelahnya harus dipertimbangkan pada wanita
postmenopause, perimenopause, dan wanita premenopasue yang lebih tua dari 35 tahun

26
yang tidak menginginkan anak lagi serta yang beresiko menyebabkan karsinoma
ovarium. Diperlukan konsultasi dengan ahli endokrin reproduksi dan infertilitas untuk
endometrioma dan sindrom ovarium polikistik. Konsultasi dengan onkologi ginekologi
diperlukan untuk kista ovarium kompleks dengan serum CA 125 lebih dari 35 U/ml dan
pada pasien dengan riwayat karsinoma ovarium pada keluarga.
Jika keadaan meragukan, perlu pada waktu operasi dilakukan pemeriksaan
sediaan yang dibekukan (frozen section) oleh seorang ahli patologi anatomik untuk
mendapat kepastian tumor ganas atau tidak. Untuk tumor ganas ovarium, pembedahan
merupakan pilihan utama. Prosedurnya adalah total abdominal histerektomi, bilateral
salfingo-ooforektomi, dan appendiktomi (optional). Tindakan hanya mengangkat
tumornya saja (ooforektomi atau ooforokistektomi) masih dapat dibenarkan jika
stadiumnya ia masih muda, belum menpunyai anak, derajat keganasan tumor rendah
seperti pada fow potential malignancy (borderline).
Radioterapi hanya efektif untuk jenis tumor yang peka terhadap radisi,
disgerminoma dan tumor sel granulosa. Kemoterapi menggunakan obat sitostatika
seperti agents alkylating (cyclophosphamide, chlorambucyl) dan antimetabolit
(adriamycin). FoIlow up tumor ganas sampai 1 tahun setelah penanganan setiap 2
bulan, kemudian 4 bulan selama 3 tahun setiap 6 bulan sampai 5 tahun dan seterusnya
setiap tahun sekali. (Moeloek et al, 2006)

27
Daftar Pustaka

1. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC, Wenstrom KD.

Obstetri Williams Edisi ke-21 Vol. 2. Jakarta : ECG; 2004. p. 934, 1035-7.
 2.

2. DeChemey AH, Pernoll ML. Current Obstetric and Gynecologic Diagnosis and
Treatment 8th edition. Norwalk : Appleton & Lange; 1994. p. 744-51.
3. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani WI, Setiowulan W. Tumor Ovarium

Neoplastik Jinak. Dalam : Kapita Selekta Kedokteran.
 Jilid I. Jakarta :Media

Aesculapius Fakultas Kedokteran
 Universitas Indonesia; 2016

4. Moeloek FA, Nuranna L, Wibowo N, Purbadi S. Standar Pelayanan Medik Obstetri


dan Ginekologi. Jakarta : Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia; 2006
5. Sastrawinata, Sulaiman. dkk. 2012. Ilmu Kesehatan Reproduksi: Obstetri
Patologi.Edisi 2. Jakarta: EGC
6. Winkjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadi T. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2009
7. Anonim. Ovarian Cyst. (Available at http://en.wikipedia.org/wiki/Ovarian_cyst,
accessed on18 April 2019)
8. Anurogo D. 2009. Kista ovarium. Available from http://www.netsains.com (accessed
on 18 april 2019)
9. Helm, CW. Ovarian Cyst. (Available at : http://.emedicine.com/med/topic1699.htm,

accessed on 18 April 2019)


10. Grabosch, Shannon M. Ovarian Cyst. Available at :


https://emedicine.medscape.com/article/255865-overview, accessed on 18 April 2019

28

Anda mungkin juga menyukai