Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN KASUS

“DEMAM DENGUE”

Oleh :
Afifah Qonita
2013730123

Pembimbing:
Dr. Achmad Fahron, Sp.PD

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam


Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2019
IDENTITAS
 Nama : Tn. R
 Usia : 19 tahun
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 TTL : Pekalongan, 12 Febuari 2000
 Alamat : Jawa Tengah
 Pekerjaan : Pegawai Swasta
 Tanggal masuk : 27 Oktober 2019
 No. RM : 0101****
 Ruang Perawatan : Melati

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam


Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2019
ANAMNESIS

KELUHAN UTAMA

Demam naik turun sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit.

KELUHAN TAMBAHAN

Mual dan muntah, nafsu makan menurun, nyeri kepala, nyeri pada
perut, lemas, keringat dingin, muncul kemerahan pada tangan dan kaki
sejak hari ini.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam


Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2019
ANAMNESIS
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Tn. R datang ke IGD Rumah Sakit Islam dengan keluhan demam


sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit, demam dirasa naik turun tidak
menentu waktunya. Keluhan demam disertai dengan keringat dingin.
Pasien juga mengeluh mual dan muntah sejak 2 hari sebelum masuk
rumah sakit, muntah lebih dari 3x disertai dengan keluhan nafsu makan
menurun. Setiap pasien makan, pasien selalu merasa mual lalu pasien
muntah. Pasien mengeluhkan terasa nyeri pada perut terutama bagian
ulu hati. Pasien juga mengeluh merasa nyeri pada kepalanya serta
pasien juga mengeluh lemas. Pasien juga mengatakan sejak hari ini
mulai keluar bintik bintik kemerahan pada tangan dan kaki pasien.
Keluhan seperti perdarahan hidung maupun gusi di sangkal. BAB dan
BAK pasien dalam batas normal.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam


Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2019
ANAMNESIS

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Pasien belum pernah mengalami keluhan yang sama


sebelumnya. Riwayat hipertensi (-), Riwayat DM (-), Riwayat
penyakit jantung, ginjal, dan asma (-), Riwayat TBC paru (-).

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Di keluarga pasien tidak ada yang sakit seperti ini. Riwayat


DM, HT, Asma, TB serta jantung maupun ginjal disangkal

KKepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam


Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2019
ANAMNESIS

RIWAYAT PENGOBATAN

Pasien mengatakan belum minum obat untuk gejala yang pasien


rasakan sekarang.

RIWAYAT ALERGI

Tidak ada alergi obat, makanan, cuaca maupun debu

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam


Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2019
ANAMNESIS

RIWAYAT PSIKOSOSIAL

Pasien merokok dan tidak meminum minuman beralkohol. Pasien tidak


mengetahui apakah di sekitar lingkungan rumah dan pekerjaannya, ada yang
mengalami demam atau tidak. Pasien mengatakan bahwa pasien sering
bepergian keluar kota akhir-akhir ini.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam


Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2019
PEMERIKSAAN FISIK
KEADAAN UMUM

Tampak sakit sedang

KESADARAN

Composmentis

TANDA VITAL

Tekanan darah : 120/70 mmHg


Nadi : 82 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 37,6o C
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam
Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2019
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GIZI

BB : 65 kg
TB : 168 cm
IMT : 24,02 (Normoweight)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam


Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2019
STATUS GENERALIS
Kepala : Normocephal, rambut tidak mudah rontok
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor
Hidung : bentuk normal, sekret (-/-), epistaksis (-/-),Tanda inflamasi (-)
Telinga : bentuk normal, secret (-/-), tanda inflamasi (-)
Mulut : Mukosa bibir lembab, sianosis(-), tidak ada perdarahan pada
gusi
Leher : Pembesaran KGB (-), Pembesaran tiroid (-)

Thoraks
Paru-paru
Inspeksi : Dinding dada simetris
Palpasi : Vokal fremitus
Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+), Wheezing (-/-), Ronkhi (-/-)
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam
Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2019
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak di ICS V sinistra
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V sinistra
Perkusi : Batas atas → ICS II linea parasternalis sinistra
Batas kanan → ICS IV linea parasternalis dextra
Batas kiri → ICS V linea midclavicularis sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II murni, reguler, Murmur(-), Gallop(-)

Abdomen
Inspeksi : Cembung, distensi Abdomen (-), luka operasi (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (+), Hepatomegali (-)
Splenomegali (-)
Perkusi : Timpani di seluruh kuadran abdomen , asites (-)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam


Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2019
Ekstremitas atas
Akral : Hangat (+/+)
Edema : -/-
Sianosis : -/-
RCT : <2 detik
Ptekie : (+)

Ekstremitas bawah
Akral : Hangat (+/+)
Edema : -/-
Sianosis : -/-
RCT : <2 detik
Ptekie : (+)

Rumple Leed Test (+)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam


Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2019
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai
Rujukan
27 Oktober 2019
Hematologi
Hematologi Rutin Hemoglobin 16.1 g/dL 13.2-17.3
Jumlah Leukosit 3.61 (L) 103/µL 3.80-10.60

Hematokrit 44 % 40-52
Trombosit 72 (L) 103/µL 140-392
Eritrosit 5.70 106/µL 4.40-5.90
MCV/VER 77 (L) fL 80-100
MCH/HER 28 pg 26-34
MCHC/KHER 37 (H) g/dL 32-36
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Imunoerology
Widal
Salmonella typhi O Negative

Salmonella typhi H Negative

Salmonella paratyphi AO Negative

Salmonella paratyphi AH Negative

Salmonella paratyphi BO Negative

Salmonella paratyphi BH Negative

Salmonella paratyphi CO Negative

Salmonella paratyphi CH Negative


PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Diambil pada Trombosit Leukosit


tanggal (140-392 103/µL) (3.80-10.60 103/µL)

28 Oktober 2019
70.103/ul 6.04
(08:26)

28 Oktober 2019 8.72


80.103/ul
(17:59)

29 Oktober 2019 11.98


85.103/ul
(08:41)

29 Oktober 2019
98.103/ul 10.77
(16:58)

30 Oktober 2019
146.103/ul 11.72
(09:07)
RESUME

Tn. R umur 19 tahun datang ke Rumah Sakit Islam dengan keluhan demam sejak 4 hari
sebelum masuk rumah sakit, demam naik turun disertai dengan keringat dingin. Pasien
juga mengeluh mual dan muntah, disertai dengan keluhan nafsu makan menurun. Pasien
mengeluhkan terasa nyeri pada ulu hati. Pasien juga mengeluh merasa nyeri pada
kepalanya serta pasien juga mengeluh lemas. Pasien juga mengatakan sejak hari ini mulai
keluar bintik bintik kemerahan pada tangan dan kaki pasien.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum : tampak sakit sedang, kesadaran
: composmentis, tekanan darah 120/70 mmHg, nadi : 82 x/menit, respirasi : 20 x/menit, suhu
: 37,6o C. Nyeri tekan epigastrium (+), ptekie pada ekstremitas atas bawah (+), uji tourniket
(+). Pada pemeriksaan laboratorium hari pertama (27/10/19) ditemukan trombosit yang
menurun 72.103/ul (trombositopenia). Pemeriksaan laboratorium hari kedua pada pagi hari
ditemukan trombosit 70.103/ul (trombositopenia), pada sore hari ditemukan trombosit
80.103/ul (trombositopenia), hari ketiga pada pagi hari trombosit 85.103/ul
(trombositopenia) dan pada sore hari trombosit 98.103/ul, hari keempat trombosit
146.103/ul (trombositopenia).

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam


Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2019
DAFTAR MASALAH

Febris
Vomitus
Nausea
Cephalgia
Nyeri Epigastrium
Malaise

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam


Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2019
ASSESMENT

S :
Demam 4 hari, keringat dingin, mual disertai muntah, tidak nafsu makan, nyeri kepala,
nyeri epigastrium, lemas, keluar bintik kemerahan pada tangan dan kaki.
O :
KU: Sakit sedang
Kesadaran: Compos mentis
TTV : TD = 120/70 mmHg, nadi= 82x/menit, nafas= 20x/menit, suhu= 37,6oC.
Status gizi: Normoweight
Pemeriksaan fisik lain dalam batas normal
Uji tourniquet : (+)
Pemeriksaan laboratorium trombositopenia
A :
Susp. Demam Dengue dd/ Demam Tifoid
P :
Cek Hematologi Rutin
Bed rest
Observasi keluhan dan TTV
Pasang IV line, Kristaloid IV 2400/24jam
Ondansentron IV 1 amp
PCT 3x1
Omeprazole 2x1
Sucralfat syr. 3x1
FOLLOW UP

Tanggal S O A P

28/10/2019 Mual (+) Tekanan darah 119/62 Demam Cek HR l


Nyeri perut (+) mmHg, Dengue Observasi keluhan,
Nyeri Kepala (+) Nadi: 74x/menit, tanda-tanda
Respirasi: 22x/menit, perdarahan dan
Suhu : 36,9oC TTV
Nyeri tekan epigastrium Kristaloid IV
2400/24jam
Ondansentron IV 1
amp 3x1
Omeprazole 2x1
Sucralfat syr. 3x1
FOLLOW UP

Tanggal S O A P

29/10/2019 Nyeri perut (+) Tekanan darah 118/79 Demam Cek HR l


Nyeri kepala (+)
mmHg, Dengue Observasi keluhan,
Nadi: 65x/menit, tanda-tanda
Respirasi: 20x/menit, perdarahan dan
Suhu : 36,7oC TTV
Nyeri tekan epigastrium Kristaloid IV
2400/24jam
Ondansentron IV 1
amp 3x1
Omeprazole 2x1
Sucralfat syr. 3x1
FOLLOW UP

Tanggal S O A P

30/10/2019 Tidak ada Tekanan darah 110/70 Demam Cek HR l


keluhan mmHg
Nadi: 80x/menit, Dengue Observasi keluhan,
Respirasi: 22x/menit, tanda-tanda
Suhu : 36,8oC
perdarahan dan
TTV
Pasien sudah bisa
pulang
Obat pulang :
PCT 300x1
Ondansentrone
3x1
Sucralfat syr. 3x1
TINJAUAN PUSTAKA
“Demam Dengue”
APA ITU DEMAM
DENGUE?
 Demam Berdarah Dengue (DBD) atau
Demam Dengue (DD) adalah suatu
penyakit infeksi yang disebabkan oleh
virus dengue dengan manifestasi klinis
demam, nyeri otot/ atau nyeri sendi yang
disertai leukopenia, ruam, limfadenopati,
trombositopenia dan diatesis hemoragik.
Pada DBD terjadi perembesan plasma
yang ditandai oleh hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit) atau
penumpukan cairan di rongga tubuh.
Epidemiologi

DBD disebabkan oleh virus


dengue anggota genus Dari keempat serotipe
Flavivirus, yang diketahui tersebut, serotipe DEN-3
memiliki empat serotipe merupakan serotipe
yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 terbanyak.
dan DEN-4.

Secara morfologi, Flavivirus


merupakan virus dengan
diameter 30 nm terdiri dari
asam ribonukleat rantai
tunggal dengan berat
molekul 4x106.
Epidemiologi

Nyamuk penular disebut


vektor, yaitu nyamuk Aedes Vektor DD dan DBD di
dari subgenus Stegomya. Indonesia adalah nyamuk
Vektor adalah hewan Aedes aegypti sebagai vektor
arthropoda yang dapat utama dan Aedes albopictus
berperan sebagai penular sebagai vektor sekunder.
penyakit.

Spesies tersebut merupakan


nyamuk pemukiman, stadium
pradewasanya mempunyai
habitat perkembangbiakan di
tempat penampungan air
atau wadah yang berada di
permukiman dengan air yang
relatif jernih.
Perjalanan penyakit
DBD

Fase febris
Pasien akan mengeluh demam yang mendadak tinggi, tidak membaik
dengan obat penurun panas. Fase ini biasanya akan bertahan selama
2-7 hari dan diikuti dengan muka kemerahan, eritema, nyeri seluruh
tubuh, mialgia, artralgia, dan nyeri kepala. Beberapa pasien mungkin
juga mengeluhkan nyeri tenggorokan atau mata merah (injeksi
konjungtiva). Hasil uji torniquet positif pada fase ini meningkatkan
kemungkinan adanya infeksi dengue. Manifestasi perdarahan ringan
seperti petekie dan perdarahan membran mukosa (hidung dan gusi)
dapat terjadi. Petekie dapat muncul pada hari- hari pertama demam,
namun dapat juga dijumpai pada hari ke-3 hingga hari ke-5 demam.
Penemuan laboratorium yang paling awal ditemui adalah penurunan
progresif trombosit, yangndapat meningkatkan kecurigaan ke arah
dengue.
Perjalanan penyakit
DBD

Fase kritis
Akhir fase demam merupakan fase kritis pada DBD. Pada saat demam mulai
cenderung turun yang biasanya terjadi pada hari ke 3- 7, peningkatan
permeabilitas kapiler akan terjadi dan keadaan ini berbanding lurus
dengan peningkatan hematokrit. Periode kebocoran plasma yang signifikan
secara klinis biasanya terjadi selama 24-48 jam.
Keadaan syok akan timbul saat volume plasma mencapai angka kritis akibat
kebocoran plasma. Terdapat tanda kegagalan sirkulasi seperti kulit teraba dingin
dan lembab terutama pada ujung jari dan kaki, sianosis di sekitar mulut, pasien
menjadi gelisah, nadi cepat, lemah, kecil sampai tak teraba. Saat terjadi syok
berkepanjangan,organ yang mengalami hipoperfusi akan mengalami
gangguan fungsi, asidosis metabolik, dan koagulasi intravaskula diseminata
(KID). Hal ini menyebabkan perdarahan hebat sehingga nilai hematokrit akan
sangat menurun pada keadaan syok hebat.
Perjalanan penyakit
DBD

Fase penyembuhan
Jika pasien dapat bertahan selama 24-48 jam saat fase kritis, reabsorpsi gradual
cairan ekstravaskular akan terjadi dalam 48-72 jam. Keadaan umum pasien
membaik, nafsu makan kembali, gejala gastrointestinal berkurang, status
hemodinamik meningkat, dan diuresis normal. Hematokrit akan stabil atau lebih
rendah karena efek dilusi yang disebabkan reabsorpsi cairan. Jumlah leukosit
biasanya akan meningkat segera setelah demam turun, namun trombosit akan
meningkat kemudian. Pemberian cairan pada fase ini perlu diperhatikan
karena bila berlebihan akan menimbulkan edema paru atau gagal jantung
kongestif.
Manifestasi klinis
• Demam tinggi mendadak pola bifasik (saddle back fever)

Demam
• nyeri belakang bola mata
• nyeri otot, tulang, sendi
• mual, muntah

dengue • Ruam makulopapular (1 - 2 hari) dan timbul ruam merah halus (hari ke 6
atau 7) terutama di daerah kaki, telapak kaki dan tangan.
• Lemas

Demam •Gejala klasik dari demam berdarah dengue ditandai dengan 4

berdarah manifestasi klinis utama yaitu demam tinggi, perdarahan,


terutama perdarahan kulit dan seringkali disertai pembesaran
hati (hepatomegali) dan kegagalan peredaran darah
dengue

Dengue shock
•Syok biasanya terjadi saat atau segera setelah demam turun,
yaitu antara hari ke 3 - 7. Penderita awalnya nampak letargi
atau gelisah, kemudian jatuh dalam keadaan syok yang
syndrome ditandai dengan kulit dingin, lembab, sianosis sekitar mulut, nadi
cepat lemah, dan hipotensi
Diagnosis
Diagnosis DBD berdasarkan WHO 1997 ditegakkan bila semua hal di
bawah ini terpenuhi :

1.Terdapat minimal satu dari manifestasi


perdarahan yang ditandai dengan :
• Uji bendung positif
Demam atau riwayat demam • Ptekie, ekimosis, purpura
akut, antara 2-7 hari, biasanya • Perdarahan mukosa (epistaksis, perdarahan
bifasik. gusi) atau perdarahan tempat lain
• Hematemesis atau melena

1.Terdapat minimal satu tanda kebocoran


plasma sebagai berikut :
• Peningkatan hematokrit > 20% dibandingkan
standar sesuai dengan umur dan jenis kelamin
1.Trombositopenia (jumlah • Penurunan hematokrit > 20% setelah
trombosit <100.000/µl) mendapat terapi cairan, dibandingkan
dengan nilai hematokrit sebelumnya.
• Tanda kebocoran plasma seperti : efusi
pleura, asites, hipoproteinemia.
 Dua kriteria klinis pertama ditambah trombositopenia atau peningkatan
hematokrit, cukup untuk menegakkan diagnosis klinis demam berdarah
dengue. Efusi pleura dan atau hipoalbumin, dapat memperkuat diagnosis
terutama pada pasien anemia dan atau terjadi perdarahan. Pada kasus
syok, peningkatan hematokrit dan adanya trombositopenia, mendukung
diagnosa demam berdarah dengue.
WHO (2004) membagi demam berdarah dengue menjadi 4 derajat
berdasarkan tingkat keparahan, yaitu

Derajat I Demam disertai gejala umum non spesifik, satu-satunya


manifestasi perdarahan ditunjukkan melalui uji tourniket
positif.

Manifestasi pada derajat I disertai perdarahan spontan


Derajat II yang bisa terjadi dalam bentuk perdarahan kulit atau
dalam bentuk lain.

Kegagalan sirkulasi ditandai dengan denyut yang melemah


Derajat III dan cepat, penurunan tekanan denyut (20 mmHg atau
kurang) atau hipotensi, disertai kulit lembab dan dingin serta
gelisah.

Derajat Syok yang sangat berat dengan tekanan darah yang tidak
IV terdeteksi.
tatalaksana

•Seseorang yang tersangka menderita DBD di ruang Gawat Darurat


dilakukan pemeriksaan Hemoglobin (Hb), hematoktrit dan trombosit
apabila didapatkan :
•Hb, Ht dan trombosit normal atau trombosit antara 100.000 –
150.000, pasien dapat dipulangkan dengan anjuran kontrol atau
berobat jalan ke Poliklinik dalam waktu 24 jam berikutnya
(dilakukan pemeriksaan Hb, Ht, Leukosit dan trombosit tiap 24 jam)
Protokol 1. Penanganan atau bila keaadaan penderita memburuk segera kembali ke
Tersangka DBD dewasa tanpa Instansi Gawat Darurat)
syok •Hb, Ht normal tetapi trombosit <100.000 dianjurkan untuk dirawat.
(IGD) •Hb, Ht meningkat dan trombosit normal atau turun juga dianjurkan
untuk dirawat.
• Pasien yang tersangka DBD tanpa perdarahan spontan dan
masif dan tampak syok maka di ruang rawat diberikan cairan
infus kristaloid dengan jumlah seperti rumus berikut ini:
• Volume cairan kristaloid per hari yang diperlukan Sesuai rumus
berikut 1500 + 20 x (BB dalam kg – 20)
• Setelah pemberian cairan dilakukan pemeriksaan HB, Ht tiap 24
jam :
• Bila Hb, HT meningkat 10 – 20% dan trombosit <100.000 jumlah
Protokol 2. Pemberian pemberian cairan tetap seperti rumus diatas tetapi
pemantauan Hb, Ht dan trombosit dilakukan tian 12 jam.
cairan pada tersangka • Bila Hb, Ht meningkat >20% dan trombosit <100.000 maka
DBD dewasa di ruang pemberian cairan sesuai dengan protokol penatalaksanaan
DBD dangan peningkatan Ht > 20 %.
rawat
•infus cairan kristaloid sebnayal 6-7 ml/kgBB/jam. Pasien
kemudian dipantau setelah 3-4 jam pemberian cairan.
• Bila terjadi perbaikan yang ditandai dengan tanda-tanda
Ht turun, frekuensi nadi turun, tekanan darah stabil, produksi
urin meningkat maka jumlah cairan harus dikurangi menjadi
5 ml/kgBB/jam. 2 jam kemudian dilakukan pemantauan
keadaan tetap membaik maka pemberian cairan dapat
Protokol 3. dihentikan 24-48 jam kemudian.
Penatalaksanaan DBD •Ht dan nadi meningkat, tekanan nadi menurun <20 mmHg,
produksi urin menurun, maka kita harus menaikkan jumlah
dengan Peningkatan cairan infus menjadi 10 ml/kgBB/jam.
Ht >20%
• FFP diberikan bila didapatkan defisiensi
faktor-faktor pembekuan (PT dan aPTT yang
memanjang)
• PRC diberikan bila nilai Hb kurang dari 10g%.
Protokol 4. • Transfusi trombosit hanya diberikan pada
Penatalaksanaan pasien DBD dengan perdarahan spontan
dan masif dengan jumlah trombosit
Perdarahan spontan <100.000/ul disertai atau tanpa KID.
pada DBD deawasa
Protokol 5.
Tatalaksana Sindrom
Syok Dengue pada
dewasa
Prognosis
 Prognosis demam dengue dapat beragam, dipengaruhi oleh adanya
antibodi yang didapat secara pasif atau infeksi sebelumnya. Pada DBD,
kematian telah terjadi pada 40-50% pasien dengan syok, tetapi dengan
penanganan intensif yang adekuat kematian dapat ditekan <1% kasus.
Keselamatan secara langsung berhubungan dengan penatalaksanaan
awal dan intensif. Pada kasus yang jarang, terdapat kerusakan otak yang
disebabkan syok berkepanjangan atau perdarahan intracranial.

Anda mungkin juga menyukai