LAPORAN KASUS
No. RM : 187590
Tanggal Presentasi :
OBJEKTIF PRESENTASI
Deskripsi:
Ny. MR usia38 tahun datang ke IGD RS Siti Khodijah dengan keluhan nyeri
perut. Keluhan ini dirasakan di seluruh bagian perut sejak tadi pagi (+/- 10 jam
SMRS) dan dirasakan semakin memberat sejak 2 jam SMRS. Nyeri dirasakan
seperti di tusuk-tusuk dan terus menerus. Pasien juga mengeluhkan keluar darah
dari kemaluan sejak 3 jam SMRS berupa flek. Lemas, pusing, mual dan muntah 1
kali di rumah. Pasien saat ini sedang hamil anak ke tiga dengan usia kehamilan 8
minggu HPHT 24 November 2018. Sebelumnya pasien belum pernah merasakan
keluhan seperti ini.
Tujuan:
Bahan bahasan:
Cara Membahas:
Nama: Ny. MR
Usia: 38 tahun
HASIL PEMBELAJARAN:
SUBJEKTIF
A. Keluhan Utama
B. Keluhan Penyerta
Ny. MR usia 38 tahun datang ke IGD RS Siti Khodijah pada tanggal 21 januari
2019 pukul 18.10 WIB dengan keluhan nyeri perut. Nyeri dirasakan di seluruh
perut bagian bawah, mendadak, dirasakan seperti tertusuk dan terjadi terus
menerus sejak tadi pagi (+/- 10 jam SMRS) dan dirasakan semakin memberat
sejak 2 jam SMRS. Pasien juga mengeluhkan keluar darah dari kemaluan sejak 3
jam SMRS sedikit-sedikit, berwarna kecoklatan, dan keluar terus menerus.
Keluhanlemas, pusing, mual dan muntah sebanyak 1 kali dirasakan pasien sejak 4
jam SMRS.Sebelumnya pasien belum pernah merasakan keluhan seperti
ini.Pasien saat inisedang hamil anak ke tiga dengan usia kehamilan 8 minggu
HPHT : 24 November 2018.
TP : 31 Agustus 2019
Riwayat Menstruasi :
Menarche : 14 tahun
Siklus haid : 28 hari
Lama : 5 hari
ANC : Bidan, USG (-)
PPT (+) : 3 -1 - 2019
1. Riwayat kehamilan :
1. tahun 2000. Aterm. Spontan. Bidan. Laki-laki. BB 2200 gr. Hidup
2. Tahun 2007. Aterm. Spontan. Bidan. Laki-laki. BB 3600 gr. Hidup
3. Hamil ini
Riwayat kontrasepsi : -
Riwayat pernikahan : 2 kali, selama 5 tahun
G. PEMERIKSAAN FISIK
Status Present :
Kondisi Umum : Lemah
Tekanan Darah : 100/70 mmHg
Nadi : 158 x/menit
Respirasi : 22 x/menit
Temperatur rektal : 36 oC
Status General :
Kepala
Thoraks
Paru
Inspeksi : distensi
Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan
epigastrium (+), nyeri tekan perut bawah (+)
Perkusi : timpani di seluruh lapangan abdomen
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ekstremitas
Status obstetri
Inspeksi : distensi
Palpasi : tinggi fundus uteri (TFU) sulit dievaluasi
DJJ :-
Status Ginekologi
Vagina :
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
21 Januari 2019 ( pkl 18.30)
a. Laboratorium
LABORATORIUM DARAH
21 Januari 2019
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Darah Rutin
Hemoglobin 8,0 (L) g/dl 14-16
Leukosit 29.610 sel/uL 4.800-10.800
(H)
Trombosit 450.000 sel/uL 150.000-450.000
Eritrosit 2,94 juta sel/uL 4,7 juta – 6,1 juta
(L)
Hematokrit 24 % 42-52
Indeks Eritrosit
MCH 27,2 Pg 27-31
MCV 83,0 fL 79-99
MCHC 32,8(L) % 33-37
Hitung Jenis
Eosinofil 0,0 (L) % 2-4
Basofil 0,0 % 1-2
Neutrofil batang 2 % 2-6
Neutrofil segmen 91,8(H) % 50-70
Limfosit 5,5(L) % 25-40
Monosit 2,7 % 2-8
Golongan Darah
Golongan Darah A
Rhesus Positif
Hemostasis
PT 9,6 Detik 9,3 – 11,4
APTT 20,30 (L) Detik 24,5 – 32,8
Kimia Klinik
Glukosa sewaktu 175 (H) mg/dl 75-150
Imunoserologi
HBSAG Rapid Non Non Reaktif
Reaktif
Anti HIV (Rapid) Non Non Reaktif
Reaktif
URINE
Tes kehamilan Positif
Ultrasonografi (USG):
GS intrauterin (-)
Tanda cairan bebas (+) di cavum abdomen
Kesan: Kehamilan ektopik terganggu
I. DIAGNOSIS KERJA
G3P2A0 uk 7-8 minggu + Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
J. DIAGNOSIS BANDING
Appendisitis perforasi
Abortus imminens
K. PENATALAKSANAAN
Terapi. :
Infus RL loading 500 cc selanjutnya30 tetes/menit
Laparatomi cito
Persiapan darah
Monitoring : Keluhan
Vital Sign
KIE : Os dan suami tentang kondisi pasien termasuk diagnosa,
tentang rencana tindakan segera beserta manfaat dan resiko
dari tindakan yang akan dilakukan.
Laporan Operasi
Laporan operasi
Asepsis dan antisepsis lapangan operasi
Gambar 6. Hasil
konsepsi tampak di
saluran tuba uterin
dextra
Gambar 7. Hasil konsepsi dan stolsel yang sudah di angkat
L. PERJALANAN PENYAKIT
Follow up di ruangan
Tgl S O A P
21-1- Nyeri St present Pasca Tx:
2019 perut (+), TD : 110/70 salfingektomi Transfusi PRC 2 kolf
23.00 DI bekas N : 80 x/mnt dextra ec/ Puasa 6 jam
operasi RR : 20 x/mnt ruptur tuba IVFD NaCl 20tpm ~
Ma/mi -/- Tax : 36,8°C pars ismika anestesi
, BAB (-) dextra hari-0 Inj Cefotaxim 2 x 1g iv
BAK (+) St general: dbn Inj ketorolac 3 x 1 amp
kateter iv
Flatus (-), St ginekologi Inj asam traneksamat 3 x
Abdomen : 1 amp iv
Distensi (-), BU Cek HB post transfuse
(+) N, Nyeri tekan
(+), Luka operasi Mx: Obs Keluhan, Vital
terawat sign
Vagina: taa
KIE
Cek HB : Pk.
09.10
Hb : 7,4
St ginekologi KIE
Abdomen : BPL
Distensi (-), BU Kontrol poli obgyn
(+) N, Nyeri tekan
(+) berkurang,
Luka operasi
terawat
Vagina: taa
DL: Pk. 08.00
Hb : 9,3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pendahuluan
2.3 Epidemiologi
Kehamilan ektopik belum terganggu sulit diketahui, karena biasanya
penderita tidak menyampaikan keluhan yang khas, kehamilan ektopik baru
memberikan gejala bila kehamilan tersebut terganggu. Sehingga insidens
kehamilan ektopik yang sesungguhnya sulit ditetapkan. Meskipun secara
kuantitatif mortalitas akibat KET berhasil ditekan, persentase insidens dan
prevalensi KET cenderung meningkat dalam dua dekade ini. Dengan
berkembangnya alat diagnostik canggih, semakin banyak kehamilan ektopik yang
terdiagnosis sehingga semakin tinggi pula insidens dan prevalensinya.1
a. Tuba fallopi. 95% kehamilan ektopik terjadi pada tuba fallopi.3 Pada kasus
kehamilan tuba, 65% terjadi kehamilan ektopik pada tuba uterina kanan,
dan 35% kasus pada tuba uterina kiri.7 Lokasi-lokasi tuba yang bisa
terjadi kehamilan ektopik:
1. Pars interstisialis
2. Isthmus
3. Ampulla
4. Infudibulum
5. Fimbria
b. Uterus
1. Kanalis servikalis
2. Divertikulum
3. Kornua
4. Tanduk rudimeter
c. Ovarium
d. Intraligamenter
e. Abdominal
1. Primer
2. Sekunder
f. Kombinasi kehamilan dalam dan luar uterus. 5
Pada ruptur ke rongga perut, seluruh janin dapat keluar dari tuba,
tetapi bila robekan tuba kecil, perdarahan terjadi tanpa hasil konsepsi
dikeluarkan dari tuba. Nasib janin bergantung pada tuanya kehamilan dan
kerusakan yang diderita. Bila janin mati dan masih kecil, dapat diresorpsi
seluruhnya dan bila besar dapat diubah menjadi litopedion. 3
3. Kehamilan Ovarial
Kehamilan ovarial primer sangat jarang terjadi. Diagnosis kehamilan
tersebut ditegakkan atas dasar 4 kriteria dari Spiegelberg yaitu :
4. Kehamilan servikal
Kehamilan servikal juga sangat jarang terjadi. Bila ovum berimplantasi
dalam kavum servikalis, maka akan terjadi perdarahan tanpa nyeri pada
kehamilan muda. Jika kehamilan berlangsung terus, serviks membesar
dengan ostium uteri eksternum terbuka sebagian. Kehamilan servikal
jarang melampaui 12 minggu dan biasanya diakhiri secara operatif oleh
karena perdarahan. Pengeluaran konsepsi pervaginam yang menyebabkan
banyak perdarahan, sehingga untuk menghentikan perdarahan diperlukan
histerektomi totalis.3
Amenorea atau gangguan haid merupakan tanda yang penting pada kehamilan
ektopik. Lamanya amenorea tergantung pada kehidupan janin, sehingga dapat
bervariasi. Sebagian penderita tidak mengalami amenorea karena kematian janin
terjadi sebelum haid berikutnya.1
Bercak darah (spotting) atau perdarahan vaginal merupakan juga tanda yang
penting pada kehamilan ektopik terganggu. Hal ini menunjukkan kematian janin,
dan berasal dari uteri karena pelepasan desidua. Perdarahan biasanya sedikit,
berwarna coklat tua, dan dapat intermiten atau terus menerus.1
Terjadi amenorea, yaitu haid terlambat mulai beberapa hari sampai beberapa
bulan atau hanya haid yang tidak teratur. Kadang-kadang dijumpai keluhan hamil
muda dan gejala hamil lainnya. Nyeri perut bagian bawah, nyeri bahu, tenesmus
dan perdarahan pervaginam terjadi setelah nyeri perut bagian bawah.1 Kehamilan
ektopik harus dipikirkan pada semua pasien dengan test kehamilan positif, nyeri
pada pelvis, dan perdarahan uterus abnormal.8
b) Pemeriksaan fisik
Penderita tampak kesakitan dan pucat, pada perdarahan dalam rongga perut dapat
ditemukan tanda-tanda syok.1
c) Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Kadar Hb, jumlah sel darah merah dan leukosit
b. Tes kehamilan
Apabila test positif, dapat membantu diagnosis khusunya terhadap tumor-
tumor adneksa, yang tidak ada hubungannya dengan kehamilan. Tes kehamilan
yang negatif tidak banyak artinya, umunya tes ini menjadi negatif beberapa hari
setelah meninggalnya mudigah.5
d. Laparoskopi
Laparoskopi merupakan cara pemeriksaan yang sangat penting untuk
diagnosis kehamilan ektopik pada umumnya dan kehamilan ektopik yang tidak
terganggu.5
e. Ultrasonografi
Keunggulan, bahwa tidak invasif atau tidak perlu memasukkan alat dalam
rongga perut. Dapat dinilai kavum uteri, kosong atau berisi, tebal endometrium,
adanya massa di kanan atau kiri uterus dan apakah kavum Douglas berisi cairan.5
2.10Diagnosis Deferensial
Diagnosis banding kehamilan ektopik terganggu ialah infeksi pelvis, abortus
iminens, kista folikel, korpus luteum yang pecah, kista ovarium dengan putaran
tangkai, serta apendisitis. Penyakit-penyakit ini dapat memberikan gambaran
klinis yang hampir sama dengan KET. Perbedaan dari masing-masing penyakit
tersebut adalah sebagai berikut:4,5,6,7,8,10
1. Infeksi pelvis
Gejala yang menyertai infeksi pelvis biasanya timbul waktu haid dan jarang
setelah amenore. Gejala tersebut berupa nyeri perut bawah dan tahanan yang
dapat diraba pada pemeriksaan vagina, yang pada umumnya bilateral. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan perbedaan suhu rektal dan aksila melebihi 0,5 0C,
sedangkan pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukositosis yang lebih
tinggi daripada KET serta tes kehamilan negatif.
2. Abortus iminens atau insipiens
Pada abortus iminens maupun insipiens, perdarahan umumnya lebih banyak
dan lebih merah sesudah amenore. Rasa nyeri yang muncul berlokasi di daerah
median. Sedangkan pada pemeriksaan fisik tidak dapat diraba tahanan di samping
atau di belakang uterus serta gerakan servik uteri tidak menimbulkan nyeri.
3. Ruptur korpus luteum
Terjadi pada pertengahan siklus haid dan biasanya tanpa disertai perdarahan
pervaginam, serta tes kehamilan (-).
4. Torsi kista ovarium dan apendisitis
Umumnya tidak ada gejala dan tanda kehamilan muda, amenore dan
perdarahan pervaginam. Torsi kista ovarii biasanya lebih besar dan lebih bulat
daripada kehamilan ektopik. Pada apendisitis tidak ditemukan tumor dan nyeri
pada gerakan serviks kurang nyata, serta lokasi nyeri perutnya di titik McBurney.
2.11 Penalaksanaan
Prinsip umum penatalaksanaan kehamilan ektopik terganggu ialah 1,2,4,5,6,8:
1. Segera dibawa ke rumah sakit
2. Transfusi darah dan pemberian cairan untuk mengoreksi anemia dan
hipovolemia.
3. Operasi segera dilakukan setelah diagnosis ditegakkan. Jenis operasi yang
dikerjakan antara lain berupa salpingektomi yang dilakukan pada kehamilan
tuba dan oovorektomi atau salpingoovorektomi pada kehamilan di kornu.
Pada kehamilan di kornu jika pasien berumur >35 tahun sebaiknya dilakukan
histerektomi, bila masih muda sebaiknya dilakukan fundektomi. Pada
kehamilan abdominal, bila kantong gestasi dan plasenta mudah diangkat
sebaiknya diangkat saja tetapi bila besar dan susah diangkat maka anak
dilahirkan dan tali pusat dipotong dekat plasenta, plasenta ditinggalkan dan
dinding perut ditutup.
GS (+)
Intra Uteri
GS (-) GS (+)
/ PPT Extra
(-) Uteri
GS (-) /
PPT (+)
Laparotomi/Proof
Bukan KE
Laparotomi
Methotrexate sistemik
Methotreate (MTX) adalah analog asam folat yang banyak digunakan pada
pengobatan terhadap penyakit neoplasma, psoriasis berat, dan arthritis rematoid
pada orang dewasa. MTX secara kompetitif mengikat enzim dihidrofolic acid
reduktase, sebuah enzim yang mengubah dihidrofolat menjadi tetrahidrofolat
(bentuk aktif). Tetrahisdrofolat berfungsi untuk transport 1 grup karbon selama
sintetis nukleotid purin dan thymidilate. Tanpa tetrahidrofolat sintetis DNA dan
perbaikannya, dan replikasi seluler mengalami gangguan. Proliferasi sel yang
aktif seperti pada sel ganas, sel pada sumsum tulang, sel fetal, demikian juga pada
sel mukosa mulut, usus, dan kandung kencing adalah yang paling sensitive
terhadap efek dari MTX.5
Perdarahan aktif intraabdomen adalah kontraindikasi kemoterapi. Ukuran dari
masa ektopik juga penting, Pisarska dkk (1998) merekomendasi MTX untuk tidak
digunakan jika kehamilan lebih dari 4 cm. Kesuksesan terbaik jika kehamilan
kurang dari 6 minggu, diameter massa tuba tidak lebih dari 3,5 cm, fetus telah
mati, dan beta-hCG tidak lebih dari 15.000 mIU/mL (Lipscomb and colleagues,
1999a, Stoval, 1995). Menurut American College of Obstetrician and
Gynecologists (1998), kontraindikasi termasuk menyusui, imunodefisiensi,
alcohol, penyakit hati dan ginjal, penyakit paru aktif, dan ulkus peptikum.4
Pasien yang dapat diterapi dengan MTX harus stabil secara hemodinamik, yaitu
sesuai dengan hal-hal berikut :4
1. Terapi medis gagal pada 5-10 % kasus, dan lebih sering terjadi pada
kehamilan lebih dari 6 minggu atau massa tuba lebih dari 4 cm.
2. Kegagalan terapi medis memerlukan terapi lebih lanjut, baik secara
medis atau pembedahan.
3. Pada pasien rawat jalan, transportasi yang cepat harus tersedia.
4. Tanda dan gejala rupture tuba seperti perdarahan vagina, nyeri abdomen
dan pleura, lemah, pusing, atau sinkop harus dilaporkan dengan cermat.
5. Hingga kehamilan ektopik sembuh, tidak diperbolehkan melakukan
hubungan seksual, minum alcohol, atau mengkonsumsi asam folat,
termasuk vitamin prenatal.
Dosis MTX :4
1. Dosis tunggal : MTX 50 mg/m2 IM. Hitung kadar beta-hCG pada hari
ke 4 dan 7
Bila penurunan > 15 %, diulang tiap minggu hingga tidak terdeteksi.
Bila penurunan < 15 %, ulangi pemberian MTX dan hitung sebagai
hari pertama.
Jika aktivitas jantung masih ada pada hari 7, ulangi pemberian MTX
dan hitung sebagai hari pertama.
Pembedahan bila kadar beta-hCG tidak turun atau aktivitas jantung
persisten setelah 3 dosis MTX.
2. Dosis variable :
MTX 1 mg/kgBB IM, hari 1, 3, 5, 7
Leukovorin 0,1 mg/KgBB IM, hari 2, 4, 6, 8
Injeksi yang kontinyu diberikan hingga kadar beta-hCG berkurang 15 % dalam 48
jam, atau 4 dosis MTX diberikan, kemudian perminggu hingga beta-hCG tidak
terdeteksi.
Kool dan Kock (1992) mempelajari 16 penelitian yang melaporkan tentang efek
samping. Semua gejala hilang dalam 3-4 hari setelah MTX dihentikan. Efek
samping yang paling sering adalah gangguan hati (12 %), stomatitis (6 %) dan
gastroenteritis (1 %). Seorang wanita mengalami depresi sumsum tulang. Laporan
kasus juga menggambarkan netropenia dan demam yang mengancam jiwa,
pneumonitis akibat induce obat, dan alopesia (Buster dan Pisarska, 1999).4
Setelah linear salfingostomi, kadar beta hCG menurun hingga masa resolusi 20
hari. Pada kasus langka, setelah dosis tunggal MTX, kadar serum beta hCG
meningkat pada 4 hari pertama, kemudian menurun secara bertahap, dengan
waktu resolusi 27 hari. Lipscomb dkk (1998) mengobati 287 wanita dengan MTX
dengan kesembuhan rata-rata, yaitu level beta hCG kurang dari 15 mIU/mL,
adalah 34 hari. Waktu terlama adalah 109 hari. 4
2.12 Komplikasi
Komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh kehamilan ektopik terganggu antara
1,4,5,6,8,10
lain berupa syok yang irreversibel, perlekatan dan obstruksi usus .
Komplikasi yang lain berupa jaringan trofoblastik persisten dan kehamilan
ektopik persisten . Namun kedua hal tersebut biasanya terjadi pada kehamilan
ektopik yang belum pecah dan menjalani terapi bedah konservatif
(salpingostomi), sehingga diperlukan pemantauan yang ketat pasca terapi.4,5,6,8
Risiko kehamilan ektopik persisten dengan pembedahan konservatif melalui
laparotomi sebesar 5 %. Laparoskopi salpingostomi dihubungkan dengan
tingginya angka jaringan tropoblas persisten; kira-kira 15 % pasien memerlukan
pengobatan lanjutan. Risiko jaringan trofoblastik persisten sangat bermakna
dengan hematosalping berdiameter lebih besar dari 6 cm, titer HCG lebih besar
dari 20.000 IU/L dan hemoperitonium lebih dari 2000 ml. Meskipun reoperasi
merupakan pengobatan pilihan, tetapi methotrexate lebih disukai. Pengobatan
profilaksis dapat diberikan dengan memberikan dosis multipel methotrexate (1
mg/kg) atau dosis tunggal methotrexate (15 mg/m2) dapat diberikan setelah
diagnosis ditegakkan.4,6,8
2.13 Prognosis
Kematian karena kehamilan ektopik terganggu cenderung turun dengan diagnosis
dini dan persediaan darah yang cukup. Pada umumnya, kelainan yang
menyebabkan kehamilan ektopik bersifat bilateral. Sebagian wanita menjadi steril
setelah mengalami kehamilan ektopik atau dapat mengalami kehamilan ektopik
lagi pada tuba yang lain. Selain itu, kemungkinan untuk hamil akan menurun.
Hanya 60% wanita yang pernah mengalami kehamilan ektopik terganggu dapat
hamil lagi, walaupun angka kemandulannya akan jadi lebih tinggi. Angka
kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan berkisar antara 0 – 14,6%. Untuk
wanita dengan anak yang sudah cukup, sebaiknya pada operasi dilakukan
salpingektomi bilateralis.4,5,6,8
Setelah mengalami kehamilan ektopik, kemungkinan untuk mengandung dan
melahirkan anak sebesar 85% pada kehamilan berikutnya. Setelah 2 kali
mengalami kehamilan ektopik, risiko kehamilan ektopik berikutnya meningkat
menjadi 10 kali lipat, dan harus dipertimbangkan dalam memberikan IVF.6
DAFTAR PUSTAKA