Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
Hernia inguinalis adalah salah satu masalah yang paling sering di jumpai oleh ahli bedah
umum. Sebagian besar hernia timbul dalam regio inguinalis dengan sekitar 50 persen dari ini
merupakan hernia inguinalis indirek dan 25 persen sebagai hernia inguinalis direk (Sabiston).
Pada saat ini hampir semua hernia dikoreksi dengan pembedahan, kecuali bila ada kontraindikasi
bermakna yang menolaknya. Hernia timbul dalam sekitar 1,5 % populasi umum di Amerika
Serikat, dan 537.000 hernia diperbaiki dengan pembedahan pada tahun 1980 .
Dalam kehidupan masyarakat, anggapan terhadap hernia adalah merupakan kelainan
yang biasa, karena pada awal terjadinya tidak merasa sakit dan tidak mengganggu aktifitas atau
pekerjaan sehari- hari, sehingga dalam perjalanan penyakitnya penderita memerlukan waktu
yang cukup untuk periksa atau konsultasi ke dokter, setelah konsultasi pun masih cukup waktu
untuk menunda tindakan yang dianjurkan. Sebagian penderita menerima tindakan operasi apabila
sudah terjadi keadaan inkarserata atau strangulate. Adanya keadaan ini penderita atau keluarga
baru menyadari resiko dan bahayanya, yang dapat menyebabkan morbiditas meningkat serta
biaya perawatan yang lebih tinggi.

BAB II
Laporan Kasus
Biodata Pasien :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Nama
Umur
Suku/Bangsa
Agama
Status Perkawinan
Alamat
Pendidikan Terakahir
No. RM

: Asep
: 70 tahun
: Sunda / Indonesia
: Islam
: Kawin
:: SD / sederajat
: 13. 83. 79

Anamnesis
a. Keluhan Utama
Adanya benjolan di lipatan paha yang hilang timbul sejak 15 hari yang lalu.
b. Riwayat Perjalanan Penyakit
Os datang ke poli bedah RSUD oku timur dengan keluhan adanya benjolan yang hilang timbul
sejak 10 tahun yang lalu, os mengatakan bahwa benjolan tersebut pertama kali muncul ketika os
selesai membantu anaknya bekerja di kebun belakang rumahnya, benjolan yang muncul pada
waktu itu di rasakan os tidak nyeri dan dan dapat hilang dengan sendirinya ketika di gunakan
untuk beristirahat. Selama ini os tidak pernah menghiraukan adanya benjolan tersebut karena
menurutnya tidak terlalu menggangu karena dapat hilang dengan sendirinya. Namun kurang
lebih 15 hari sebelum masuk rumah sakit os merasakan jika benjolan yang muncul intensitasnya
menjadi semakin lebih sering dan sangat mengganggu. Os juga mengatakan jika selama ini sudah
banyak melakukan berbagai pengobatan tradisional sepeti pijat dan mengkonsumsi jamu namun
benjolan yang di rasakanya tidak kunjung hilang, oleh sebab itu os dan keluarganya berinisiatif
untuk melakukan pengobatan ke rumah sakit. Nyeri (-) demam () mual (-) BAB (+) BAK (+)
c. Riwayat penyakit terdahulu

OS menyangkal adanya riwayat penyakit DM dan hipertensi.


d. Riwayat pemakaian obat-obatan
Os mengatakan selama ini tidak mengkonsumsi obat-obatan tertentu.
e. Riwayat penyakit dalam keluarga
Os mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit seperti yang os alami saat
ini.
Pemeriksaan Fisik
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Keadan Umum
Kesadaran
Pernafasan
Nadi
Tekanan Darah
Suhu

: Tampak Sakit Ringan


: Compos Mentis
: 24 x/menit
: 90 x/menit
: 130/70 mmhg
: 36,5 C

Status Generalis
a. Kulit
Warna
: sawo matang, dan tidak ikterik
Lesi
: Tidak ada
Rambut : tumbuh rambut permukaan kulit
Turgor
: baik
Suhu raba : normal.
b. Kepala
Ekspresi : ekspresif Simetris
Wajah
: simetris
Rambut : distribusi merata, warna hitam
Deformitas : tidak terdapat deformitas
c. Mata
Bentuk : normal, kedudukan bola mata simetris
Palpebra : normal, tidak terdapat ptosis, lagoftalmus, oedema, perdarahan blefaritis,
Gerakan : normal, tidak terdapat strabismus, nistagmus
Konjungtiva : tidak anemis
Sklera
: tidak ikterik
Pupil
: bulat, didapatkan isokor, diameter 4 mm, reflex cahaya langsung positif
Eksoftalmus : tidak ditemukan
Endoftalmus : tidak ditemukan
3

d. Telinga
Bentuk
: normotia
Liang telinga
: lapang
Serumen
: tidak ditemukan serumen pada telinga kanan maupun kiri
Nyeri tarik auricular : tidak ada nyeri tarik pada auricular kiri maupun kanan
Nyeri tekan tragus : tidak ada nyeri tekan pada tragus kanan maupun kiri
e. Hidung
Bagian luar
Septum
Mukosa hidung
Cavum nasi

: normal, tidak terdapat deformitas


: terletak ditengah, simetris
: tidak hiperemis, konka nasalis eutrofi
: tidak ada perdarahan

f. Mulut dan Tenggorok


Bibir
: normal, tidak pucat, tidak sianosis
Gigi
: hygiene baik
Mukosa mulut
: normal, tidak hiperemis
Lidah
: normoglosia, tidak tremor, tidak kotor
Tonsil
: ukuran T1/T1, tenang, tidak hiperemis
Faring
: tidak hiperemis, arcus faring simetris, uvula di tengah
g. Leher
Bendungan vena : tidak ada bendungan vena
Kelenjar tiroid
: tidak membesar, mengikuti gerakan, simetris
Trakea
: di tengah
h. Kelenjar Getah Bening
Leher
: tidak terdapat pembesaran di KGB leher
Aksila
: tidak terdapat pembesaran di KGB aksila
Inguinal
: tidak terdapat pembesaran di KGB inguinal
i. Thorax
Paru Paru :
Inspeksi : simetris, tidak ada hemithorax yang tertinggal pada saat statis dan dinamis
Palpasi : gerak simetris vocal fremitus sama kuat pada kedua hemithorax
Perkusi : sonor pada kedua hemithorax, batas paru-hepar pada sela iga VI pada linea
midklavikularis dextra, dengan peranjakan 2 jari pemeriksa, batas paru-lambung
pada sela iga ke VIII pada linea axilatis anterior sinistra.
Auskultasi : suara nafas vesikuler, tidak terdengar ronkhi maupun wheezing pada kedua
lapang paru
Jantung :
Inspeksi : tidak tampak pulsasi iktus cordis
Palpasi : terdapat pulsasi ictus cordis pada ICS V, di linea midklavikularis sinistra
4

Perkusi

:Batas jantung kanan : ICS III - V , linea sternalis dextraBatas jantung kiri : ICS V

, 2-3 cm dari linea midklavikularis sinistraBatas atas jantung : ICS III linea sternalis sinistra
Auskultasi : bunyi jantung I, II regular, tidak terdengar murmur maupun gallop
j. Abdomen
Inspeksi : di temukan benjolan di regio inguinal sinistra sebesar telur bebek
Palpasi : teraba supel, hepar dan lien tidak teraba, tidak ada nyeri tekan, benjolan pada
region inguinal teraba lunak dan dapat di masukkan kedalam.
Perkusi : timpani pada keempat kuadran abdomen, tidak ada nyeri ketok CVA,
Auskultasi : bising usus normal
a. Genetalia
Inspeksi

: tidak di temukan kelainan,

Palpasi

: tidak di lakukan

b. Ekstrimitas
Tidak di temukan luka pada tangan dan kaki, kekuatan cukup di mana penderita mampu
menggerakkan tangan dan kakinya.
c. Kulit
Secara umum pada pemeriksaan kulit tidak di temukan kelainan maupun penyakit, dan turgor
kulit normal.
Status Lokalis
Abdomen
Inspeksi : Terdapat masa dengan bentuk sedikit lonjong dengan ukuran kurang lebih sebesar telur
bebek di daerah inguinal sinistra, tidak tegang dan tidak di temukan tanda-tanda radang.
Palpasi : teraba masa dengan bentuk sedikit lonjong memanjang ke arah samping sebesar telur
bebek, nyeri tekan ( - ), teraba sedikit kenyal dan lunak.
Pemeriksaan laboratorium
1. Hemoglobin
2. Leukosit

: 13,4 gr%
: 7290 gr%
5

3. Trombosit
4. BSS
5. Ureum
6. Creatinin
7. Waktu pendarahan
8. Waktu pembekuan
9. Golongan darah
10. RH factor

: 268.000 mm3
: 83 mg/dl
: 27,7 mg/dl
: 1,12 mg/dl
: 2 menit
: 12 menit
:B
:+

Diagnosis
Hernia inguinalis reponible sinistra
Penatalaksanaan
a.
b.
c.
d.
e.

IFVD RL 20 gtt/i blood set


Pasang Kateter
Ijin tindakan operasi
Cukur rambut pubis
Puasa dan rencana persiapan operasi herniorafi

Laporan Follow Up Pasien


Pada tanggal 23 desember 2015 os di masukkan ke ruang operasi pada pukul 14:00 dan di
lakukan tindakan operasi herniorafi pada pukul 14:30 dan selesai operasi pada pukul 15:40 WIB.
Setelah itu Os di masukkan ke Kelas untuk di lakukan observasi post operasi.
Rabu 23 desember 2015
Keluhan : Post Operasi
Penatalaksanaan :

IFVD RL 20 gtt/i
Inj. Cefotaxime 1 amp
Inj. Metronidazole 1 amp
Inj Gentamisin 1 amp
Drip tramadol II amp

Kamis 24 desember 2015


Keluhan : tidak ada, observasi post operasi
6

Penatalaksanaan :

IFVD RL 20 gtt/i
Inj. Cefotaxime 1 amp
Inj. Metronidazole 1 amp
Inj Gentamisin 1 amp
Drip tramadol II amp

Jumat 25 desember 2015


Keluhan : tidak ada, observasi post operasi
Penatalaksanaan :

IFVD RL 20 gtt/i
Inj. Cefotaxime 1 amp
Inj. Metronidazole 1 amp
Inj Gentamisin 1 amp
Drip tramadol II amp

Sabtu 26 desember 2015


Keluhan : tidak ada, observasi post operasi
Penatalaksanaan :

IFVD RL 20 gtt/i
Inj. Cefotaxime 1 amp
Inj. Metronidazole 1 amp
Inj Gentamisin 1 amp
Drip tramadol II amp

Minggu 27 desember 2015


Keluhan : tidak ada, observasi post operasi
Penatalaksanaan :

IFVD RL 20 gtt/i
Inj. Cefotaxime 1 amp
Inj. Metronidazole 1 amp
7

Inj Gentamisin 1 amp


Drip tramadol II amp

Senin 28 desember 2015


Keluhan : tidak ada, Pasien pulang dengan rawat jalan
Penatalaksanaan :

OFF kateter
Asam mafenamat 3 x 1
Cefixim 2 x 1
Metronidazole 2 x 1
Saran kontrol pada senin

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Hernia Inguinalis
Definisi
8

Hernia adalah suatu protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian yang
lemah dari dinding rongga yang bersangkutan.

Epidemologi
Sekitar hampir 75% kasus hernia yang penah terjadi adalah hernia yang yang muncul di daerah
lipat paha.
Insidensi kasus hernia inguinalis belum di ketahui secara pasti, namun di perkirakan kasus hernia
terjadi pada anak anak sekitar 10 20 per 100 kelahiran hidup. Di belahan dunia barat kasus
hernia inguinalis pada orang dewasa bervariasi antara 10 % hingga 15%.
Pada hernia inguinalis kasusnya lebih banyak di temukan pada laki laki daripada perempuan
dengan perbandingan 7 : 1 kasus. Pada laki laki umur 25 45 tahun insidensinya di temukan
bervariasi antara 5 8 %. Sedangkan pada umur lebih dari 75 tahun kasusnya mencapai 45%

Faktor Resiko
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomaly konginetal atau di dapat, hernia dapat di
jumpai pada segala usia, dan lebih banyak di temukan pada laki laki dari pada perempuan.
Berbagai factor penyebab hernia berperan penting dalam pembentukan pintu masuk hernia di
annulus internus yang cukup lebar sehingga dapat di lalui oleh kantong dan isi hernia. Selain itu
di perlukan pula factor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka
cukup lebar tersebut.
Factor yang di anggap penting dan berperan besar dalam timbulnya hernia antara lain :

1. Peninggian intra abdomen yang berulang seperti


Kebiasaan mengangkat beban yang berat
Sering mengedan karena gangguan konstipasi atau gangguan saluran kencing
Batuk yang kronis
2. Kelemahan pada otot otot dinding perut yang di sebabkan karena factor usia
3. Prosesus vaginalis yang tebuka

Klasifikasi Hernia Inguinalis


9

1. Menurut waktu
a. Hernia konginital
Yaitu hernia yang terjadi karena prosesus vaniginalis tidak dapat menutup sempurna
hingga usia 2 bulan.
b. Hernia akuisita/didapat
Merupakan hernia yang didapatkan akibat dari peningkatan tekanan intra abdomen.
2. Menurut letaknya
a. Hernia inguinalis
b. Hernia femoralis
c. Hernia umbilikalis

3. Secara klinis
a. Hernia reponibilis
Apabila isi hernia dapat keluar masuk, yaitu keluar pada saat berdiri dan mengedan
dan masuk ketika di gunakan berbaring ataupun dengan cara di dorong masuk
kedalam perut.
b. Hernia ireponibilis
Apabila isi kantong hernia tidak dapat di reposisi kembali kedalam rongga perut, hal
ini di sebabkan karena adanya perlekatan isi kantong hernia kepada peritoneum
kantong hernia.
c. Hernia strangulasi
Merupakan hernia ireponible yang di sertai dengan gangguan vaskularisasi
d. Hernia inkaserata
Merupakan hernia ireponible yang di sertai dengan gangguan pasase dan nyeri yang
hebat.
Hernia inguinalis di bagi menjadi :
10

1. Hernia inguinalis lateralis (HIL)


Hernia inguinalis lateralis dapat di sebut juga dengan hernia inguinalis indirek, yaitu
keluarnya isi (omentum dan usus) dari rongga peritoneum melalui annulus inguinalis internus
yang terletak lateral dari pembuluh epigastrica inferior. Hernia kemudian masuk kedalam kanalis
inguinalis (kanalis inguinalis berisi funikulus spermatikus pada pria dan ligamentum rotundum
pada perempuan) dan jika cukup panjang dapat menonjol keluar dari annulus inguinalis
eksternus. Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan ini akan sampai ke scrotum sehingga di sebut
dengan hernia skrotalis.
HIL dikenal dengan sebagai hernia indirek karenakeluar melalui dua pintu dan saluran,
yaitu annulus dan kanalis inguinalis. Pada pemeriksaan hernia lateralis akan berbentuk lonjing.
Hernia inguinalis dapat terjadi scara konginetal atau akuisita.

a.

Hernia inguinalis indirek konginital

Terjadi apabila prosesus vaginalis peritonei pada waktu bayi di lahirkan sama sekali tidak
menutup, sehingga kavum peritonei tetap berhubungan dengan dengan rongga tunika vaginalis
propia testis. Sehingga isi perut dengan mudah masuk kedalam kantong peritoneum tersebut.
b. Hernia inguinalis indirek akuisita
Terjadi apabila penutupan procesus vaginalis peritonei hanya pada satu bagian saja, sehingga
masih ada kantung peritoneum yang berasal dari procesus vaginalis yang tidak menutup pada
waktu bayi di lahirkan. Sewaktu waktu kantung peritonei ini dapat terisi dalaman perut
( misalkan pada saat tekanan intra abdomen meningkat ).
2. Hernia inguinalis medialis
Henia inguinalis medialilis atau di sebut juga dengan hernia inguinalis direk, yaitu
menonjol langsung kedepan melalui segitiga hasselbach, daerah yang di batasi ligamentum
inguinal di bagian inferior, pembuluh epigastrica inferior di bagian lateral dan tepi otot rektus di
11

bagian medial. Dasar segitiga hassebach di bentuk oleh facia tranversal yang di perkuat oleh
serat apeneurosis muskulus transverses abdominins yang kadang kadang tidak sempurna
sehingga daerah ini potensial untuk menjadi lemah. Hernia medialis , karena tidak keluar melalui
kanalis inguinalis dan tidak ke skrotum, pada umumnya tidak di sertai dengan strangulasi karena
cincin hernia longgar.
Hernia terdiri atas tiga bagian :
a. Cincin hernia
Merupakan bagian yang paling atas hernia dan merupakan pintu masuknya kantung dan
isi hernia.
b. Kantong hernia
Merupakan kantong (devikulum) peritonei dan mempunyai leher dan badan (corpus).
c. Isi hernia
Dapat terdiri atas setiap structure yang di temukan di dalam cavitas abdominalis dan
dapat bervariasi dari sebagian kecil omentum hingga organ besar seperti usus.

Patofisiologi Hernia Ingunalis


Pada bulan ke 8 kehamilan terjadi desensus testikulorum melalui kanal, penurunan testis ini akan
menarik peritoneum ke daerah scrotum sehingga terjadi tonjolan peritoneum yang di sebut
dengan procesus vaginalis peritonea. Bila bayi lahir umumnya prosesus prosesus ini telah
mengalami obliterasi, sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Tetapi
dalam beberapa hal sering belum menutup, di karenakan testis sebelah kiri turun terlebih dahulu
dari yang kanan, maka procesus vaginalis yang kanan akan lebih sering terbuka. Dalam keadaan
normal prosesus yang terbuka ini akan menutup pada usia dua bulan. Apabila prosesus tidak
berobliterasi maka akan timbul hernia lateralis konginetal.
Biasanya hernia pada orang dewasa terjadi karena usia lanjut, hal ini di sebabkan karena pada
usia tua otot otot pada dinding rongga perut telah melemah, seiring dengan bertambahnya usia,
12

organ dan jaringan tubuh mengalami proses degenerasi. Pada orang tua prosesus tersbut telah
menutup. Namun karena daerah ini merupakan locus minoris resistence, maka pada keadaan
yang menyebabkan tekanan intra abdominal meningkat seperti batuk, bersin yang kuat,
mengangkat barang berat, atau mengejan, prosesus yang telah menutup tersebut dapat terbuka
kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis karena terdorongnya suatu jaringan tubuh dan
keluar melalui defek tersebut.
Pada hernia inguanalis dapat terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong
hernia, sehingga menyebabkan isi hernia tidak dapat di masukkan kembali. Selanjutnya dapat
terjadi penekanan terhadap cincin hernia yang di sebabkan oleh semakin banyaknya usus yang
masuk, hal ini dapat menyebabkan cincin hernia menjadi sempit dan meninmbulkan gangguan
penyaluran isi usus. Edema dapat timbul apabila terjadi obstruksi usus yang kemudian dapat
menekan pembuluh darah dan kemudian dapat terjadi nekrosis. Bila terjadi peyumbatan dan
perdarahan akan timbul perut kembung, muntah dan konstipasi, keadaan ini dapat juga di sebut
dengan hernia inkaserata. Bila inkaserata di biarkan maka lama kelamaan akan timbul edema
sehingga terjadi penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis.
Factor konginetal ( kegagalan
penutupan prosesus vaginalis
pada waktu kehamilan )

Factor di dapat ( batuk kronis,


mengejan saat miksi, mengejan saat
BAK, pekerjaan mengangkat benda
berat ) usia

Peningkatan tekanan intra


abdomen
Masuknya isi rongga perut melalui kanalis
inguinalis
Jika cukup panjang akan menonjol keluar melalui kanalais
inguinalis eksterna

Hernia

Tidak dapat kembali secara spontan / Dapat kembali secara spontan


13
Tindakan pembedahan

Evaluasi dan observasi post

Manifestasi Klinis
a. Terdapat benjolan di lipat paha yang timbul pada waktu mengedan, batuk, bersin, berdiri,
mengangkat beban berat dan hilang setelah berbaring.
b. Keluhan nyeri jarang di jumpai jarang di jumpai, kalau ada biasanya di daerah
epigastrium atau paraumbilikal yang berupa nyeri visceral karena renggangan pada
mesentrium sewaktu satu segmen usus halus masuk kedalam kantong hernia.
c. Nyeri yang disertai mual atau muntah, afflatus dan tidak BAB baru timbul kalau terjadi
inkarserasi karena ileus ataus trangulasi karena nekrosis atau gangren.
Tabel. Clinical grading hernia
Grade

Reduction

Pain

Osbtruction

Toxic

Reponible
Irreponible
Incarceration
Strangulation

+
-

Colic
Steady increase

+
+

++
Leukositosis

Diagnosis
Anamnesis
Anamnesis yang terarah sangat membantu dalam menegakkan diagnosis uraian lebih lanjut
tentang keluhan utama, misalnya sifat keluhan, dimana lokasinya, dan kemana penjalaranya,
bagaimana awal serangan dan urutan kejadianya, adanya faktoryang memperberat dan
memperingan keluhan, selain itu adanya keluhan lain yang berhubungan juga dalam diagnosis.
Gejala dan tanda klinis hernia banyak di tentukan oleh keadaan isi hernia. Pada hernia reponible
keluhan satu satunya adalah benjolan di lipat paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk,
bersin, atau mengejan dan menghilang pada waktu berbaring. Keluhan nyeri jarang di jumpai,
kalaupun ada biasanya di rasakan di daerah epigastrium atau para umbilical yaitu berupa nyeri
14

viseral karena regangan pada mesentrium sewaktu suatu segmen usus halus masuk kedalam
kantong hernia.
Nyeri yang di sertai dengan mual atau muntah baru timbul kalau terjadi inkaserasi karena ileus
atau strangulasi karena nekrosis atau gangrene. Pasien sering mengeluh merasa tidak nyaman
dan pegal pada daerah inguinal, dan dapat di hilangkan dengan cara reposisi kedalam cavitas
peritonialis. Tetapi dengan berdiri atau terutama dengan gerakbadan biasanya hernia dapat
muncul lagi.

Pemeriksaan Fisik
Semua hernia mempunyai tiga bagian yaitu cincin, isi dan kantong hernia. Isi kantong hernia
dapat berupa omentum, jejunum atau sigmoid, apendiks ataupun bagaian bagian lain dari kolon
dan lambung.
Pada pemeriksaan fisik biasanya omentum teraba relative dan bersifat plastis dan sedikit noduler.
Adanya usus dapat di curigai apabila kantong teraba halus dan tegang seperti hydrokel, akan
tetapi tidak tembus cahaya. Kadang kadang pemeriksa dapat merasakan gas bergerak di dalam
lengkung usus atau dengan auskultasi bias menunjukan adanya peristaltic usus. Lengkung usus
yang berisi gas akan terdengar tympani pada waktu perkusi.
Dalam keadaan penderita berdiri, gaya berat akan menyebabkan hernia lebih mudah di lihat dan
pemeriksaan pada penderita dapat di lakukan dengan lebih menyeluruh.
a. Inspeksi
Hernia reponible : terdapat benjolan di lipat paha yang muncul pada waktu
berdiri, batuk, bersin atau mengedan dan dapat menghilang dengan sendirinya
pada waktu berbaring atau saat di reposisi.
Hernia ireponible : terdapat benjolan di lipat paha yang muncul pada waktu
berdiri, batuk, bersin, atau mengedan dan tidak hilang saat berbaring atau saat di
reposisi.
b. Hernia inguinalis
15

Lateralis : muncul benjolan di region inguinalis yang berjalan dari lateral ke


medial, tonjolan berbentuk lonjong.
Medialis : tonjolan biasanya terjadi bilateral dan berbentuk bulat
c. Palpasi
Pemeriksaan Ziemen Test :
1. Posisi berbaring, bila ada benjolan masukkan dulu (biasanya oleh penderita).
2. Hernia kanan diperiksa dengan tangan kanan.
3. Penderita disuruh batuk bila rangsangan pada :
jari ke 2 : Hernia Inguinalis Lateralis.
jari ke 3 : hernia Ingunalis Medialis.
jari ke 4 : Hernia Femoralis.

Pemeriksaan Thumb Test :


1. Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh mengejan
2. Bila keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis medialis.
3. Bila tidak keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis Lateralis.

Pemeriksaan Finger Test :


1. Menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5.
16

2. Dimasukkan lewat skrortum melalui anulus eksternus ke kanal inguinal.


3. Penderita disuruh batuk :
Bila impuls diujung jari berarti Hernia Inguinalis Lateralis.
Bila impuls disamping jari Hernia Inguinnalis Medialis.

Pemeriksaan penunjang
Pada umumnya pemeriksaan penunjang pada kasus hernia jarang di lakukan, hal ini
di karenakan pemeriksaan tersebut tidak terlalu mempunyai nilai. Ada beberapa
pemeriksaan yang dapat di lakukan untuk menentukan hernia di antaranya :
a. Pencitraan
Herniografi
Pada teknik ini medium kontras di injeksikan kedalam cavum peritoneal dan
kemudian di lakukan X-ray, namun cara ini sudah jarang di gunakan.
USG
Sering di gunakan untuk menilai hernia yang sulit dilihat secara klinis.
CT dan MRI
Berguna untuk menentukan hernia yang jarang terjadi misalnya hernia
obturator.
b. Laparoskopi
Hernia yang tidak di perkirakan terkadang di temukan pada saat melakukan
pemeriksaan laparaskopi untuk nyeri perut yang tidak dapat terdiagnosa.

Penatalaksaanaan
Hamper semua kasus hernia harus di terapi dengan operasi. Karena potensinya
menimbulkan komplikasi ikaserasi atau strangulasi, hal ini tentu saja lebih berat jika di
bandingkan dengan resiko minimal dari operasi hernia.
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian
penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah di reposisi.
17

Penanganan IGD
a. Mengurangi nyeri pada hernia dengan cara memberikan sedasi yang adekuat dan
analgetik untuk mencegah nyeri. Pasien harus istirahat agar tekanan intraabdominal tidak
meningkat.
b. Menurunkan tegangan otot abdomen dengan cara posisikan pasien berbaring terlentang
dengan bantal di bawah lutut.Pasien pada posisi Trendelenburg dengan sudut sekitar 1520 terhadap hernia inguinalis.
c. Konsul ke ahli bedah

Operasi
Pengobatan secara operatif merupakan satu satunya pengobatan hernia inguinalis yang
paling rasional. Indikasi untuk dilakukanya operasi sudah ada begitu diagnosis di tegakan.
Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari herniotomi dan hernioplasty.
1. Herniotomi
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya. Kantong dibuka
dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit-ikat
setinggi mungkin lalu dipotong.

Indikasi :
a. Hernia Inkarserata / Strangulasi (cito)
b. Hernia Irreponabilis ( urgen, 2 x 24 jam)
c. Hernia Reponabilis dilakukan atas indikasi sosial : pekerjaan (elektif)
18

d. Hernia Reponabilis yang mengalami incarserasi


Prinsip semua hernia harus dioperasi, karena dapat menyebabkan inkarserasi / strangulasi.
Herniotomy pada dewasa lebih dulu faktor-faktor penyebab harus dihilangkan dulu, misal BPH
harus dioperasi sebelumnya.
2. Hernioplasty
Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan
memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti lebih penting artinya dalam
mencegah terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi. Dikenal berbagai metode
hernioplasti seperti memperkecil anulus inguinalis internus dengan jahitan terputus, menutup dan
memperkuat fasia transversa, dan menjahit kan pertemuan m. tranversus internus abdominis dan
m. oblikus internus abdominis yangdikenal dengan nama conjoint tendon ke ligamentum
inguinale poupart menurut metode Bassini, atau menjahitkan fasia tranversa m. transversus
abdominis,m.oblikus internus abdominis ke ligamentum cooper pada metode Mc Vay. Biladefek
cukup besar atau terjadi residif berulang diperlukan pemakaian bahan sintesis seperti mersilene,
prolene mesh atau marleks untuk menutup defek.
Selain operasi secara herniotomi dan hernioplasti dapat pula di lakukan tindakan yang
menggabungkan keduanya atau bias di sebut dengan herniorafi.
Pada anak anak di lakukan herniotomi tanpa herniorafi karena masalah utamanya ada pada
kantong hernia, sedangkan keadaan otot otot abdomen masih kuat ( tidak lemah ), maka di
lakukan pembebasan kantong hernia sampai dengan lehernya, di buka dan di bebaskan isi hernia,
jika ada perlekatan di lakukan reposisi, kemudian isi kantong hernia di jahit setinggi tingi
mungkin lalu di potong.

Komplikasi
Bila hernia tidak di atasi dengan cepat maka dapat menyebabkan :

Meningkatkan keparahan (clinical grading ) hernia


Obstruksi saluran pencernaan
19

Infeksi
Perforasi
Abses local

Prognosis
Prognosis hernia tergantung dari umur penderita, ukuran hernia serta kondisi dari isi
kantong hernia. Prognosis baik jika infeksi luka, obstruksi usus segera di tangani.
Penyulit pasca bedah seperti nyeri post herniorafi, atrofi testis, dan rekurensi hernia pada
umumnya dapat di atasi.

Pencegahan
Hernia lebih sering terjadi pada seseorang yang mengalami kegemukan, menderita batuk
menahun, sembelit menahun atau BPH yang menyebabkan dia harus mengedan ketika berkemih.
Pengobatan terhadapat berbagai keadaan di atas dapat mengurangi resiko terjadinya hernia.

DAFTAR PUSTAKA
1. Syamsuhidayat, R, and Wim de Jong, (2012),Buku Ajar Ilmu Bedah,edisi revisi, 706-710,
EGC, Jakarta
2. Inguinal Hernia.( http://en.wikipedia.org/wiki/Inguinal_hernia ) di akses desember 2015

20

3. Inguinal

Hernia:

Anatomy

and

Managemen

(http://www.medscape.com/viewarticle/420354_4 ) di akses agustus 2014


4. Mansjoer, Arif, dkk.Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2.Ed.3. 2000. Jakarta : Media
Aesculapius FKUI
5. Hernia : ( http://www.scribd.com/search-documents?query=hernia ) di akses desember
2015

21

Anda mungkin juga menyukai