Makalah laporan kasus ini disusun dalam rangka untuk dapat lebih mendalami
dan memahami mengenai “Demam Berdarah Dengue” . Tujuan khususnya adalah
sebagai pemenuhan tugas kepaniteraan Stase Ilmu Penyakit dalam.
Semoga dengan adanya laporan kasus ini dapat menambah khasanah ilmu
pengetahuan dan berguna bagi penyusun maupun peserta didik lainnya.
Penyusun menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu penyusun sangat membutuhkan saran dan kritik untuk membangun
laporan kasus yang lebih baik di masa yang akan datang.
Terima kasih.
WassalamualaikumWr. Wb
Penulis
BAB I
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. R
Usia : 19 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
TTL : Pekalongan, 12 Febuari 2000
Alamat : Jawa Tengah
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Tanggal masuk : 27 Oktober 2019
No. RM : 0101****
B. ANAMNESIS
a. Keluhan Utama
Demam naik turun sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit.
b. Keluhan Tambahan
Mual dan muntah, nafsu makan menurun, nyeri kepala, nyeri pada
perut, lemas, keringat dingin, muncul kemerahan pada tangan dan kaki sejak
hari ini.
f. Riwayat Pengobatan
Pasien mengatakan belum minum obat untuk gejala yang pasien rasakan
sekarang.
g. Riwayat Alergi
Pasien tidak alergi makanan, debu, cuaca maupun obat.
h. Riwayat Psikososial
Pasien merokok dan tidak meminum minuman beralkohol. Pasien tidak
mengetahui apakah di sekitar lingkungan rumah dan pekerjaannya, ada yang
mengalami demam atau tidak. Pasien mengatakan bahwa pasien sering
bepergian keluar kota akhir-akhir ini.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang
Kesadaran : Komposmentis
TTV
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 37,6o C
Status Gizi
BB : 65 kg
TB : 168 cm
IMT : 24,02 (Normoweight)
Status Generalis
Kepala : Normocephal, rambut tidak mudah rontok
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil
isokor
Hidung : Bentuk normal, sekret (-/-), epistaksis (-/-)
Tanda inflamasi (-)
Telinga : Bentuk normal, secret (-/-), tanda inflamasi (-)
Mulut : Mukosa bibir lembab, sianosis(-), tidak ada perdarahan
pada gusi.
Leher : Pembesaran KGB (-), Pembesaran tiroid (-)
Thoraks
Pulmo anterior
Inspeksi : Dinding dada simetris
Palpasi : Vokal fremitus
Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+), Wheezing (-/-), Ronkhi (-/-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak di ICS V sinistra
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V sinistra
Perkusi : Batas atas → ICS II linea parasternalis sinistra
Abdomen
Inspeksi : Cembung, distensi Abdomen (-), luka operasi (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (+) , Hepatomegali (-)
Splenomegali (-)
Perkusi : Timpani di seluruh kuadran abdomen , asites (-)
Ektremitas
Atas : Ptekie (+), Hangat, edema (-), CRT <2 detik (+),
Sianosis (-)
Bawah : Ptekie (+), Hangat, edema (-), CRT <2 detik (+) ,
Sianosis (-)
Rumple Leed Test (+)
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hematokrit 44 % 40-52
MCV/VER 77 fL 80-100
MCH/HER 28 pg 26-34
Imunoerology
Widal
Hematokrit 46 % 40-52
MCV/VER 81 fL 80-100
MCH/HER 28 pg 26-34
Hematologi
Hematokrit 46 % 40-52
MCV/VER 79 fL 80-100
MCH/HER 28 pg 26-34
Hematologi
Hematokrit 45 % 40-52
MCV/VER 82 fL 80-100
MCH/HER 28 pg 26-34
(16:58)
Hematokrit 44 % 40-52
MCV/VER 80 fL 80-100
MCH/HER 28 pg 26-34
Hematokrit 48 % 40-52
MCV/VER 82 fL 80-100
MCH/HER 28 pg 26-34
F. PROBLEM
Febris
Vomitus
Nausea
Cephalgia
Nyeri Epigastrium
Malaise
G. ASSESSMENT
S :
Demam 4 hari, keringat dingin, mual disertai muntah, tidak nafsu
makan, nyeri kepala, nyeri epigastrium, lemas, keluar bintik kemerahan
pada tangan dan kaki.
O :
KU: Sakit sedang
Kesadaran: Compos mentis
TTV : TD = 120/70 mmHg, nadi= 82x/menit, nafas= 20x/menit, suhu=
37,6oC.
Status gizi: Normoweight
Pemeriksaan fisik lain dalam batas normal
Uji tourniquet : (+)
Pemeriksaan laboratorium trombositopenia
A :
Susp. Demam Dengue dd/ Demam Tifoid
P :
Cek Hematologi Rutin
Bed rest
Observasi keluhan dan TTV
Pasang IV line, Kristaloid IV 2400/24jam
Ondansentron IV 1 amp
PCT 3x1
Omeprazole 2x1
Sucralfat syr. 3x1
H. FOLLOW UP
Tanggal S O A P
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Demam Dengue (DD) adalah suatu
penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam,
nyeri otot/ atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati,
trombositopenia dan diatesis hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang
ditandai oleh hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di
rongga tubuh.3
2.2 Etiologi
DBD disebabkan oleh virus dengue anggota genus Flavivirus, yang diketahui
memiliki empat serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Dari keempat
serotipe tersebut, serotipe DEN-3 merupakan serotipe terbanyak. Secara morfologi,
Flavivirus merupakan virus dengan diameter 30 nm terdiri dari asam ribonukleat rantai
tunggal dengan berat molekul 4x106.4
Nyamuk penular disebut vektor, yaitu nyamuk Aedes dari subgenus Stegomya.
Vektor adalah hewan arthropoda yang dapat berperan sebagai penular penyakit. Vektor
DD dan DBD di Indonesia adalah nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor utama dan
Aedes albopictus sebagai vektor sekunder. Spesies tersebut merupakan nyamuk
pemukiman, stadium pradewasanya mempunyai habitat perkembangbiakan di tempat
penampungan air atau wadah yang berada di permukiman dengan air yang relatif
jernih.1
2.3 Patogenesis
Virus dengue dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus sebagai
vektor ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk tersebut. Infeksi yang pertama kali
akan memberikan gejalan seperti Demam Dengue (DD). Apabila orang tersebut
mendapat infeksi berulang oleh tipe virus dengue yang berlainan, maka reaksi yang
ditimbulkan akan berbeda.4,5
DBD dapat terjadi bila seseorang yang telah terinfeksi dengue pertama kali
mendapatkan infeksi berulang virus dengue lainnya. Virus akan bereplikasi di nodus
limfatikus regional dan menyebar ke jaringan lain, terutama ke sistem
retikuloendotelial (RES) dan kulit secara bronkogen maupun hematogen. Tubuh akan
membentuk kompleks virus antibodi dalam sirkulasi darah sehingga akan mengaktivasi
sistem komplemen yang berakibat dilepaskannya anafilatoksin C3a dan C5a, sehingga
permeabilitas dinding pembuluh darah meningkat.4,5
Akan terjadi juga agregasi trombosit yang melepaskan ADP. Trombosit
melepaskan vasoaktif yang bersifat meningkatkan permeabilitas kapiler dan
melepaskan trombosit faktor 3 yang merangsang koagulasi intravaskular. Terjadinya
aktivasi faktor XII akan menyebabkan pembekuan intravaskular yang meluas dan
meningkatkan permeabilitas dinding pembuluh darah.4,5
Perjalanan penyakit DBD terbagi dalam 3 fase yaitu yaitu febris, kritis, dan
recovery (penyembuhan).6
a) Fase febris
Pasien akan mengeluh demam yang mendadak tinggi. Kadang-kadang suhu
tubuh sangat tinggi hingga 40oC dan tidak membaik dengan obat penurun panas. Fase
ini biasanya akan bertahan selama 2-7 hari dan diikuti dengan muka kemerahan,
eritema, nyeri seluruh tubuh, mialgia, artralgia, dan nyeri kepala. Beberapa pasien
mungkin juga mengeluhkan nyeri tenggorokan atau mata merah (injeksi konjungtiva).
Sulit untuk membedakan dengue dengan penyakit lainnya secara klinis pada fase awal
demam. Hasil uji torniquet positif pada fase ini meningkatkan kemungkinan adanya
infeksi dengue. Demam juga tidak dapat dijadikan parameter untuk membedakan
antara kasus dengue yang gawat dan tidak gawat. Oleh karena itu, memperhatikan
tanda-tanda peringatan ( warning signs) dan parameter lain sangat penting untuk
mengenali progresi ke arah fase kritis. Warning signs meliputi:
Klinis: nyeri abdomen, muntah persisten, akumulasi cairan, perdarahan
mukosa, pembesaran hati > 2 cm
Laboratorium: peningkatan Ht dengan penurunan trombosit.
Manifestasi perdarahan ringan seperti petekie dan perdarahan membran mukosa
(hidung dan gusi) dapat terjadi. Petekie dapat muncul pada hari- hari pertama demam,
namun dapat juga dijumpai pada hari ke-3 hingga hari ke-5 demam. Perdarahan vagina
masif pada wanita usia subur dan perdarahan gastrointestinal (hematemesis, melena)
juga dapat terjadi walau lebih jarang. Bentuk perdarahan yang paling ringan, uji
torniquet positif, menandakan adanya peningkatan fragilitas kapiler. Pada awal
perjalanan penyakit 70,2% kasus DBD mempunyai hasil positif.
Hati sering ditemukan membesar dan nyeri dalam beberapa hari demam.
Pembesaran hati pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan penyakit, bervariasi
dari hanya sekedar dapat diraba hingga 2- 4 cm di bawah arcus costae. Pada sebagian
kecil dapat ditemukan ikterus. Penemuan laboratorium yang paling awal ditemui
adalah penurunan progresif leukosit, yangdapat meningkatkan kecurigaan ke arah
dengue.
b) Fase kritis
Akhir fase demam merupakan fase kritis pada DBD. Pada saat demam mulai
cenderung turun dan pasien tampak seakan- akan sembuh, maka hal ini harus
diwaspadai sebagai awal kejadian syok. Saat demam mulai turun hingga dibawah 37,5-
38oC yang biasanya terjadi pada hari ke 3- 7, peningkatan permeabilitas kapiler akan
terjadi dan keadaan ini berbanding lurus dengan peningkatan hematokrit. Periode
kebocoran plasma yang signifikan secara klinis biasanya terjadi selama 24-48 jam.
Leukopenia progresif disertai penurunan jumlah platelet yang cepat merupakan
tanda kebocoran plasma. Derajat kebocoran plasma dapat bervariasi. Temuan efusi
pleura dan asites secara klinis bergantung pada derajat kebocoran plasma dan volume
terapi cairan. Derajat peningkatan hematokrit sebanding dengan tingkat keparahan
kebocoran plasma.
Keadaan syok akan timbul saat volume plasma mencapai angka kritis akibat
kebocoran plasma. Syok hampir selalu diikuti warning signs. Terdapat tanda kegagalan
sirkulasi seperti kulit teraba dingin dan lembab terutama pada ujung jari dan kaki,
sianosis di sekitar mulut, pasien menjadi gelisah, nadi cepat, lemah, kecil sampai tak
teraba. Saat terjadi syok berkepanjangan,organ yang mengalami hipoperfusi akan
mengalami gangguan fungsi, asidosis metabolik, dan koagulasi intravaskula
diseminata (KID). Hal ini menyebabkan perdarahan hebat sehingga nilai hematokrit
akan sangat menurun pada keadaan syok hebat.
Pasien yang mengalami perbaikan klinis setelah demam turun dapat dikatakan
menderita dengue yang tidak gawat. Beberapa pasien dapat berkembang menjadi fase
kritis kebocoran plasma tanpa penurunan demam sehingga pada pasien perlu dilakukan
pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui adanya kebocoran plasma.
c) Fase penyembuhan
Jika pasien dapat bertahan selama 24-48 jam saat fase kritis, reabsorpsi gradual
cairan ekstravaskular akan terjadi dalam 48-72 jam. Keadaan umum pasien membaik,
nafsu makan kembali, gejala gastrointestinal berkurang, status hemodinamik
meningkat, dan diuresis normal. Beberapa pasien akan mengalami ruam kulit putih
yang dikelilingi area kemerahan disekitarnya dan pruritus generalisata. Bradikardia dan
perubahan elektrokardiografi juga sering ditemukan pada fase ini. Hematokrit akan
stabil atau lebih rendah karena efek dilusi yang disebabkan reabsorpsi cairan. Jumlah
leukosit biasanya akan meningkat segera setelah demam turun, namun trombosit akan
meningkat kemudian. Pemberian cairan pada fase ini perlu diperhatikan karena bila
berlebihan akan menimbulkan edema paru atau gagal jantung kongestif.
Gambar 2.1 Perjalanan DBD2
2.4 Manifestasi klinis
Demam Dengue :
• Demam tinggi mendadak pola bifasik (saddle back fever), lemas, nyeri
belakang bola mata, nyeri otot, tulang, sendi, mual, muntah, ruam
makulopapular (1 - 2 hari) dan timbul ruam merah halus (hari ke 6 atau 7)
terutama di daerah kaki, telapak kaki dan tangan.
Demam Berdarah Dengue :
• Gejala klasik dari demam berdarah dengue ditandai dengan 4 manifestasi klinis
utama yaitu demam tinggi, perdarahan, terutama perdarahan kulit dan
seringkali disertai pembesaran hati (hepatomegali) dan kegagalan peredaran
darah
• Syok biasanya terjadi saat atau segera setelah demam turun, yaitu antara hari
ke 3 - 7. Penderita awalnya nampak letargi atau gelisah, kemudian jatuh dalam
keadaan syok yang ditandai dengan kulit dingin, lembab, sianosis sekitar mulut,
nadi cepat lemah, dan hipotensi
2.5 Diagnosis
Demam dengue merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai
dengan dua atau lebih manifestasi sebagai berikut:7
Nyeri kepala
Nyeri retro-orbita
Mialgia/atralgia
Ruam kulit
Manifestasi perdarahan (ptekie atau uji bendung positif)
Leukopenia, Trombositopenia
Diagnosis DBD berdasarkan WHO 1997 ditegakkan bila semua hal di bawah ini
terpenuhi :7
1. Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik.
2. Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan yang ditandai dengan :
- Uji bendung positif
- Ptekie, ekimosis, purpura
- Perdarahan mukosa (epistaksis, perdarahan gusi) atau perdarahan tempat
lain
- Hematemesis atau melena
3. Trombositopenia (jumlah trombosit <100.000/µl)
4. Terdapat minimal satu tanda kebocoran plasma sebagai berikut :
- Peningkatan hematokrit > 20% dibandingkan standar sesuai dengan umur
dan jenis kelamin
- Penurunan hematokrit > 20% setelah mendapat terapi cairan, dibandingkan
dengan nilai hematokrit sebelumnya.
- Tanda kebocoran plasma seperti : efusi pleura, asites, hipoproteinemia.
Dari keterangan di atas terlihat bahwa perbedaan utama antara DD dan DBD
adalah pada DBD ditemukan adanya kebocoran plasma.
Dua kriteria klinis pertama ditambah trombositopenia atau peningkatan
hematokrit, cukup untuk menegakkan diagnosis klinis demam berdarah dengue. Efusi
pleura dan atau hipoalbumin, dapat memperkuat diagnosis terutama pada pasien
anemia dan atau terjadi perdarahan. Pada kasus syok, peningkatan hematokrit dan
adanya trombositopenia, mendukung diagnosa demam berdarah dengue.8,9
WHO (2004) membagi demam berdarah dengue menjadi 4 derajat berdasarkan
tingkat keparahan, yaitu:8,9
Derajat I : Demam disertai gejala umum non spesifik, satu-satunya manifestasi
perdarahan ditunjukkan melalui uji tourniket positif.
Derajat II : Manifestasi pada derajat I disertai perdarahan spontan yang bisa terjadi
dalam bentuk perdarahan kulit atau dalam bentuk lain.
Derajat III : Kegagalan sirkulasi ditandai dengan denyut yang melemah dan cepat,
penurunan tekanan denyut (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi,
disertai kulit lembab dan dingin serta gelisah.
Derajat IV : Syok yang sangat berat dengan tekanan darah yang tidak terdeteksi.
2.6 Penatalaksanaan
Tidak ada penatalaksanaan spesifik untuk pasien DBD. Terapi untuk DBD
bersifat simptomatik dan kontrol terhadap manifestasi klinis dari syok dan perdarahan
yang terjadi. Pasien yang syok jika tidak ditatalaksana dalam waktu 12- 24 jam akan
mengalami kematian. Manajemen terpenting pada pasien DHF adalah observasi ketat
terhadap tanda vital dan monitoring laboratorium.4
Manajemen demam DBD sama seperti penatalaksanaan DD. Paracetamol
direkomendasisikan untuk menurunkan suhu dibawah 39oC. Pemberian cairan oral
sangat direkomendasikan selama pasien dapat mentolerir cairan yang diberikan seperti
halnya pasien diare. Cairan IV perlu diberikan terutama jika pasien muntah terhadap
makanan atau cairan yang diberikan.6
2.7 Prognosis
Prognosis demam dengue dapat beragam, dipengaruhi oleh adanya antibodi yang
didapat secara pasif atau infeksi sebelumnya. Pada DBD, kematian telah terjadi
pada 40-50% pasien dengan syok, tetapi dengan penanganan intensif yang adekuat
kematian dapat ditekan <1% kasus. Keselamatan secara langsung berhubungan
dengan penatalaksanaan awal dan intensif. Pada kasus yang jarang, terdapat
kerusakan otak yang disebabkan syok berkepanjangan atau perdarahan
intracranial.
DAFTAR PUSTAKA