Anda di halaman 1dari 26

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, Puji syukur penyusun panjatkan kehadiran ALLAH SWT atas


terselesaikannya tugas Laporan Kasus “Demam Berdarah Dengue”.

Makalah laporan kasus ini disusun dalam rangka untuk dapat lebih mendalami
dan memahami mengenai “Demam Berdarah Dengue” . Tujuan khususnya adalah
sebagai pemenuhan tugas kepaniteraan Stase Ilmu Penyakit dalam.

Semoga dengan adanya laporan kasus ini dapat menambah khasanah ilmu
pengetahuan dan berguna bagi penyusun maupun peserta didik lainnya.

Penyusun menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu penyusun sangat membutuhkan saran dan kritik untuk membangun
laporan kasus yang lebih baik di masa yang akan datang.

Terima kasih.

WassalamualaikumWr. Wb

Jakarta, November 2018

Penulis
BAB I

STATUS PASIEN

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. R
Usia : 19 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
TTL : Pekalongan, 12 Febuari 2000
Alamat : Jawa Tengah
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Tanggal masuk : 27 Oktober 2019
No. RM : 0101****

Ruang Perawatan : Melati

B. ANAMNESIS

a. Keluhan Utama
Demam naik turun sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit.

b. Keluhan Tambahan
Mual dan muntah, nafsu makan menurun, nyeri kepala, nyeri pada
perut, lemas, keringat dingin, muncul kemerahan pada tangan dan kaki sejak
hari ini.

c. Riwayat Penyakit Sekarang


Tn. R datang ke IGD Rumah Sakit Islam dengan keluhan demam sejak
4 hari sebelum masuk rumah sakit, demam dirasa naik turun tidak menentu
waktunya. Keluhan demam disertai dengan keringat dingin. Pasien juga
mengeluh mual dan muntah sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit, muntah
lebih dari 3x disertai dengan keluhan nafsu makan menurun. Setiap pasien
makan, pasien selalu merasa mual lalu pasien muntah. Pasien mengeluhkan
terasa nyeri pada perut terutama bagian ulu hati. Pasien juga mengeluh merasa
nyeri pada kepalanya serta pasien juga mengeluh lemas. Pasien juga
mengatakan sejak hari ini mulai keluar bintik bintik kemerahan pada tangan
dan kaki pasien. Keluhan seperti perdarahan hidung maupun gusi di sangkal.
BAB dan BAK pasien dalam batas normal.

d. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien belum pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya.


Riwayat hipertensi (-), Riwayat DM (-), Riwayat penyakit jantung, ginjal, dan
asma (-), Riwayat TBC paru (-).

e. Riwayat Penyakit Keluarga


Di keluarga pasien tidak ada yang sakit seperti ini. Riwayat DM, HT,
Asma, TB serta jantung maupun ginjal disangkal.

f. Riwayat Pengobatan
Pasien mengatakan belum minum obat untuk gejala yang pasien rasakan
sekarang.

g. Riwayat Alergi
Pasien tidak alergi makanan, debu, cuaca maupun obat.

h. Riwayat Psikososial
Pasien merokok dan tidak meminum minuman beralkohol. Pasien tidak
mengetahui apakah di sekitar lingkungan rumah dan pekerjaannya, ada yang
mengalami demam atau tidak. Pasien mengatakan bahwa pasien sering
bepergian keluar kota akhir-akhir ini.
C. PEMERIKSAAN FISIK
 Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang
 Kesadaran : Komposmentis
 TTV
 Tekanan darah : 120/70 mmHg
 Nadi : 82 x/menit
 Respirasi : 20 x/menit
 Suhu : 37,6o C
Status Gizi

 BB : 65 kg
 TB : 168 cm
 IMT : 24,02 (Normoweight)

 Status Generalis
 Kepala : Normocephal, rambut tidak mudah rontok
 Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil
isokor
 Hidung : Bentuk normal, sekret (-/-), epistaksis (-/-)
Tanda inflamasi (-)
 Telinga : Bentuk normal, secret (-/-), tanda inflamasi (-)
 Mulut : Mukosa bibir lembab, sianosis(-), tidak ada perdarahan
pada gusi.
 Leher : Pembesaran KGB (-), Pembesaran tiroid (-)
 Thoraks
Pulmo anterior
Inspeksi : Dinding dada simetris
Palpasi : Vokal fremitus
Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+), Wheezing (-/-), Ronkhi (-/-)
 Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak di ICS V sinistra
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V sinistra
Perkusi : Batas atas → ICS II linea parasternalis sinistra

Batas kanan → ICS IV linea parasternalis dextra

Batas kiri → ICS V linea midclavicularis sinistra

Auskultasi : Bunyi jantung I dan II murni, reguler, Murmur (-),


Gallop (-)

 Abdomen
Inspeksi : Cembung, distensi Abdomen (-), luka operasi (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (+) , Hepatomegali (-)
Splenomegali (-)
Perkusi : Timpani di seluruh kuadran abdomen , asites (-)

 Ektremitas
Atas : Ptekie (+), Hangat, edema (-), CRT <2 detik (+),
Sianosis (-)
Bawah : Ptekie (+), Hangat, edema (-), CRT <2 detik (+) ,
Sianosis (-)
Rumple Leed Test (+)
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium Tanggal : 27 Oktober 2019 (15:26)

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai


Rujukan
Hematologi

Hematologi Rutin Hemoglobin 16.1 g/dL 13.2-17.3

Jumlah Leukosit 3.61 103/µL 3.80-10.60

Hematokrit 44 % 40-52

Trombosit 72 103/µL 140-392

Eritrosit 5.70 106/µL 4.40-5.90

MCV/VER 77 fL 80-100

MCH/HER 28 pg 26-34

MCHC/KHER 37 g/dL 32-36

Imunoerology

Widal

Salmonella typhi O Negative

Salmonella typhi H Negative

Salmonella paratyphi AO Negative

Salmonella paratyphi AH Negative


Salmonella paratyphi BO Negative

Salmonella paratyphi BH Negative

Salmonella paratyphi CO Negative

Salmonella paratyphi CH Negative

Pemeriksaan Laboratorium Tanggal : 28 Oktober 2019 (08:26)

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai


Rujukan
Hematologi

Hematologi Rutin Hemoglobin 15.9 g/dL 13.2-17.3

Jumlah Leukosit 6.04 103/µL 3.80-10.60

Hematokrit 46 % 40-52

Trombosit 70 103/µL 140-392

Eritrosit 5.63 106/µL 4.40-5.90

MCV/VER 81 fL 80-100

MCH/HER 28 pg 26-34

MCHC/KHER 35 g/dL 32-36


(17:59)

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan

Hematologi

Hematologi Rutin Hemoglobin 16.4 g/dL 13.2-17.3

Jumlah Leukosit 8.72 103/µL 3.80-10.60

Hematokrit 46 % 40-52

Trombosit 80 103/µL 140-392

Eritrosit 5.79 106/µL 4.40-5.90

MCV/VER 79 fL 80-100

MCH/HER 28 pg 26-34

MCHC/KHER 36 g/dL 32-36

Pemeriksaan Laboratorium Tanggal : 29 Oktober 2019 (08:41)

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan

Hematologi

Hematologi Rutin Hemoglobin 15.3 g/dL 13.2-17.3

Jumlah Leukosit 11.98 103/µL 3.80-10.60

Hematokrit 45 % 40-52

Trombosit 85 103/µL 140-392


Eritrosit 5.51 106/µL 4.40-5.90

MCV/VER 82 fL 80-100

MCH/HER 28 pg 26-34

MCHC/KHER 34 g/dL 32-36

(16:58)

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan

Hematologi Rutin Hemoglobin 15.5 g/dL 13.2-17.3

Jumlah Leukosit 10.77 103/µL 3.80-10.60

Hematokrit 44 % 40-52

Trombosit 98 103/µL 140-392

Eritrosit 5.46 106/µL 4.40-5.90

MCV/VER 80 fL 80-100

MCH/HER 28 pg 26-34

MCHC/KHER 35 g/dL 32-36


Pemeriksaan Laboratorium Tanggal : 30 Oktober 2019 (09:07)

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai


Rujukan

Hematologi Hemoglobin 16.4 g/dL 13.2-17.3


Rutin

Jumlah 11.72 103/µL 3.80-10.60


Leukosit

Hematokrit 48 % 40-52

Trombosit 146 103/µL 140-392

Eritrosit 5.85 106/µL 4.40-5.90

MCV/VER 82 fL 80-100

MCH/HER 28 pg 26-34

MCHC/KHER 34 g/dL 32-36


E. Resume
Tn. R umur 19 tahun datang ke Rumah Sakit Islam dengan keluhan demam
sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit, demam naik turun disertai dengan keringat
dingin. Pasien juga mengeluh mual dan muntah, disertai dengan keluhan nafsu
makan menurun. Pasien mengeluhkan terasa nyeri pada ulu hati. Pasien juga
mengeluh merasa nyeri pada kepalanya serta pasien juga mengeluh lemas. Pasien
juga mengatakan sejak hari ini mulai keluar bintik bintik kemerahan pada tangan
dan kaki pasien.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum : tampak sakit sedang,
kesadaran : composmentis, tekanan darah 120/70 mmHg, nadi : 82 x/menit,
respirasi : 20 x/menit, suhu : 37,6o C. Nyeri tekan epigastrium (+), ptekie pada
ekstremitas atas bawah (+), uji tourniket (+). Pada pemeriksaan laboratorium hari
pertama (27/10/19) ditemukan trombosit yang menurun 72.103/ul
(trombositopenia). Pemeriksaan laboratorium hari kedua pada pagi hari ditemukan
trombosit 70.103/ul (trombositopenia), pada sore hari ditemukan trombosit
80.103/ul (trombositopenia), hari ketiga pada pagi hari trombosit 85.103/ul
(trombositopenia) dan pada sore hari trombosit 98.103/ul, hari keempat trombosit
146.103/ul (trombositopenia).

F. PROBLEM
Febris
Vomitus
Nausea
Cephalgia
Nyeri Epigastrium
Malaise
G. ASSESSMENT
S :
Demam 4 hari, keringat dingin, mual disertai muntah, tidak nafsu
makan, nyeri kepala, nyeri epigastrium, lemas, keluar bintik kemerahan
pada tangan dan kaki.
O :
KU: Sakit sedang
Kesadaran: Compos mentis
TTV : TD = 120/70 mmHg, nadi= 82x/menit, nafas= 20x/menit, suhu=
37,6oC.
Status gizi: Normoweight
Pemeriksaan fisik lain dalam batas normal
Uji tourniquet : (+)
Pemeriksaan laboratorium trombositopenia

A :
Susp. Demam Dengue dd/ Demam Tifoid
P :
Cek Hematologi Rutin
Bed rest
Observasi keluhan dan TTV
Pasang IV line, Kristaloid IV 2400/24jam
Ondansentron IV 1 amp
PCT 3x1
Omeprazole 2x1
Sucralfat syr. 3x1
H. FOLLOW UP

Tanggal S O A P

28/10/2019 Mual (+) Tekanan darah 119/62 Demam Cek HR l


Nyeri perut (+) mmHg, Dengue Observasi keluhan,
Nyeri Kepala (+) Nadi: 74x/menit, tanda-tanda
Respirasi: 22x/menit, perdarahan dan TTV
Suhu : 36,9oC Kristaloid IV
Nyeri tekan epigastrium 2400/24jam
Ondansentron IV 1
amp 3x1
Omeprazole 2x1
Sucralfat syr. 3x1

29/10/2019 Nyeri perut (+) Tekanan darah 118/79 Demam Cek HR l


Nyeri kepala (+) mmHg, Dengue Observasi keluhan,
Nadi: 65x/menit, tanda-tanda
Respirasi: 20x/menit, perdarahan dan TTV
Suhu : 36,7oC Kristaloid IV
Nyeri tekan epigastrium 2400/24jam
Ondansentron IV 1
amp 3x1
Omeprazole 2x1
Sucralfat syr. 3x1
30/10/2019 Tidak ada keluhan Tekanan darah 110/70 Demam Cek HR
mmHg Dengue Observasi keluhan,
Nadi: 80x/menit, tanda-tanda
Respirasi: 22x/menit, perdarahan dan TTV
Suhu : 36,8oC Pasien sudah bisa
pulang
Obat pulang :
PCT 300x1
Ondansentrone 3x1
Sucralfat syr. 3x1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Demam Dengue (DD) adalah suatu
penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam,
nyeri otot/ atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati,
trombositopenia dan diatesis hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang
ditandai oleh hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di
rongga tubuh.3

2.2 Etiologi
DBD disebabkan oleh virus dengue anggota genus Flavivirus, yang diketahui
memiliki empat serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Dari keempat
serotipe tersebut, serotipe DEN-3 merupakan serotipe terbanyak. Secara morfologi,
Flavivirus merupakan virus dengan diameter 30 nm terdiri dari asam ribonukleat rantai
tunggal dengan berat molekul 4x106.4
Nyamuk penular disebut vektor, yaitu nyamuk Aedes dari subgenus Stegomya.
Vektor adalah hewan arthropoda yang dapat berperan sebagai penular penyakit. Vektor
DD dan DBD di Indonesia adalah nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor utama dan
Aedes albopictus sebagai vektor sekunder. Spesies tersebut merupakan nyamuk
pemukiman, stadium pradewasanya mempunyai habitat perkembangbiakan di tempat
penampungan air atau wadah yang berada di permukiman dengan air yang relatif
jernih.1

2.3 Patogenesis
Virus dengue dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus sebagai
vektor ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk tersebut. Infeksi yang pertama kali
akan memberikan gejalan seperti Demam Dengue (DD). Apabila orang tersebut
mendapat infeksi berulang oleh tipe virus dengue yang berlainan, maka reaksi yang
ditimbulkan akan berbeda.4,5
DBD dapat terjadi bila seseorang yang telah terinfeksi dengue pertama kali
mendapatkan infeksi berulang virus dengue lainnya. Virus akan bereplikasi di nodus
limfatikus regional dan menyebar ke jaringan lain, terutama ke sistem
retikuloendotelial (RES) dan kulit secara bronkogen maupun hematogen. Tubuh akan
membentuk kompleks virus antibodi dalam sirkulasi darah sehingga akan mengaktivasi
sistem komplemen yang berakibat dilepaskannya anafilatoksin C3a dan C5a, sehingga
permeabilitas dinding pembuluh darah meningkat.4,5
Akan terjadi juga agregasi trombosit yang melepaskan ADP. Trombosit
melepaskan vasoaktif yang bersifat meningkatkan permeabilitas kapiler dan
melepaskan trombosit faktor 3 yang merangsang koagulasi intravaskular. Terjadinya
aktivasi faktor XII akan menyebabkan pembekuan intravaskular yang meluas dan
meningkatkan permeabilitas dinding pembuluh darah.4,5
Perjalanan penyakit DBD terbagi dalam 3 fase yaitu yaitu febris, kritis, dan
recovery (penyembuhan).6
a) Fase febris
Pasien akan mengeluh demam yang mendadak tinggi. Kadang-kadang suhu
tubuh sangat tinggi hingga 40oC dan tidak membaik dengan obat penurun panas. Fase
ini biasanya akan bertahan selama 2-7 hari dan diikuti dengan muka kemerahan,
eritema, nyeri seluruh tubuh, mialgia, artralgia, dan nyeri kepala. Beberapa pasien
mungkin juga mengeluhkan nyeri tenggorokan atau mata merah (injeksi konjungtiva).
Sulit untuk membedakan dengue dengan penyakit lainnya secara klinis pada fase awal
demam. Hasil uji torniquet positif pada fase ini meningkatkan kemungkinan adanya
infeksi dengue. Demam juga tidak dapat dijadikan parameter untuk membedakan
antara kasus dengue yang gawat dan tidak gawat. Oleh karena itu, memperhatikan
tanda-tanda peringatan ( warning signs) dan parameter lain sangat penting untuk
mengenali progresi ke arah fase kritis. Warning signs meliputi:
 Klinis: nyeri abdomen, muntah persisten, akumulasi cairan, perdarahan
mukosa, pembesaran hati > 2 cm
 Laboratorium: peningkatan Ht dengan penurunan trombosit.
Manifestasi perdarahan ringan seperti petekie dan perdarahan membran mukosa
(hidung dan gusi) dapat terjadi. Petekie dapat muncul pada hari- hari pertama demam,
namun dapat juga dijumpai pada hari ke-3 hingga hari ke-5 demam. Perdarahan vagina
masif pada wanita usia subur dan perdarahan gastrointestinal (hematemesis, melena)
juga dapat terjadi walau lebih jarang. Bentuk perdarahan yang paling ringan, uji
torniquet positif, menandakan adanya peningkatan fragilitas kapiler. Pada awal
perjalanan penyakit 70,2% kasus DBD mempunyai hasil positif.
Hati sering ditemukan membesar dan nyeri dalam beberapa hari demam.
Pembesaran hati pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan penyakit, bervariasi
dari hanya sekedar dapat diraba hingga 2- 4 cm di bawah arcus costae. Pada sebagian
kecil dapat ditemukan ikterus. Penemuan laboratorium yang paling awal ditemui
adalah penurunan progresif leukosit, yangdapat meningkatkan kecurigaan ke arah
dengue.
b) Fase kritis
Akhir fase demam merupakan fase kritis pada DBD. Pada saat demam mulai
cenderung turun dan pasien tampak seakan- akan sembuh, maka hal ini harus
diwaspadai sebagai awal kejadian syok. Saat demam mulai turun hingga dibawah 37,5-
38oC yang biasanya terjadi pada hari ke 3- 7, peningkatan permeabilitas kapiler akan
terjadi dan keadaan ini berbanding lurus dengan peningkatan hematokrit. Periode
kebocoran plasma yang signifikan secara klinis biasanya terjadi selama 24-48 jam.
Leukopenia progresif disertai penurunan jumlah platelet yang cepat merupakan
tanda kebocoran plasma. Derajat kebocoran plasma dapat bervariasi. Temuan efusi
pleura dan asites secara klinis bergantung pada derajat kebocoran plasma dan volume
terapi cairan. Derajat peningkatan hematokrit sebanding dengan tingkat keparahan
kebocoran plasma.
Keadaan syok akan timbul saat volume plasma mencapai angka kritis akibat
kebocoran plasma. Syok hampir selalu diikuti warning signs. Terdapat tanda kegagalan
sirkulasi seperti kulit teraba dingin dan lembab terutama pada ujung jari dan kaki,
sianosis di sekitar mulut, pasien menjadi gelisah, nadi cepat, lemah, kecil sampai tak
teraba. Saat terjadi syok berkepanjangan,organ yang mengalami hipoperfusi akan
mengalami gangguan fungsi, asidosis metabolik, dan koagulasi intravaskula
diseminata (KID). Hal ini menyebabkan perdarahan hebat sehingga nilai hematokrit
akan sangat menurun pada keadaan syok hebat.

Pasien yang mengalami perbaikan klinis setelah demam turun dapat dikatakan
menderita dengue yang tidak gawat. Beberapa pasien dapat berkembang menjadi fase
kritis kebocoran plasma tanpa penurunan demam sehingga pada pasien perlu dilakukan
pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui adanya kebocoran plasma.

c) Fase penyembuhan
Jika pasien dapat bertahan selama 24-48 jam saat fase kritis, reabsorpsi gradual
cairan ekstravaskular akan terjadi dalam 48-72 jam. Keadaan umum pasien membaik,
nafsu makan kembali, gejala gastrointestinal berkurang, status hemodinamik
meningkat, dan diuresis normal. Beberapa pasien akan mengalami ruam kulit putih
yang dikelilingi area kemerahan disekitarnya dan pruritus generalisata. Bradikardia dan
perubahan elektrokardiografi juga sering ditemukan pada fase ini. Hematokrit akan
stabil atau lebih rendah karena efek dilusi yang disebabkan reabsorpsi cairan. Jumlah
leukosit biasanya akan meningkat segera setelah demam turun, namun trombosit akan
meningkat kemudian. Pemberian cairan pada fase ini perlu diperhatikan karena bila
berlebihan akan menimbulkan edema paru atau gagal jantung kongestif.
Gambar 2.1 Perjalanan DBD2
2.4 Manifestasi klinis

Klasifikasi manifestasi klinis infeksi virus dengue (WHO, 1999) :7

Gambar 2.2 Manifestasi infeksi virus dengue.7

Demam Dengue :

• Demam tinggi mendadak pola bifasik (saddle back fever), lemas, nyeri
belakang bola mata, nyeri otot, tulang, sendi, mual, muntah, ruam
makulopapular (1 - 2 hari) dan timbul ruam merah halus (hari ke 6 atau 7)
terutama di daerah kaki, telapak kaki dan tangan.
Demam Berdarah Dengue :

• Gejala klasik dari demam berdarah dengue ditandai dengan 4 manifestasi klinis
utama yaitu demam tinggi, perdarahan, terutama perdarahan kulit dan
seringkali disertai pembesaran hati (hepatomegali) dan kegagalan peredaran
darah

Dengue Shock Syndrome :

• Syok biasanya terjadi saat atau segera setelah demam turun, yaitu antara hari
ke 3 - 7. Penderita awalnya nampak letargi atau gelisah, kemudian jatuh dalam
keadaan syok yang ditandai dengan kulit dingin, lembab, sianosis sekitar mulut,
nadi cepat lemah, dan hipotensi

2.5 Diagnosis

Demam dengue merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai
dengan dua atau lebih manifestasi sebagai berikut:7
 Nyeri kepala
 Nyeri retro-orbita
 Mialgia/atralgia
 Ruam kulit
 Manifestasi perdarahan (ptekie atau uji bendung positif)
 Leukopenia, Trombositopenia
Diagnosis DBD berdasarkan WHO 1997 ditegakkan bila semua hal di bawah ini
terpenuhi :7

1. Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik.
2. Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan yang ditandai dengan :
- Uji bendung positif
- Ptekie, ekimosis, purpura
- Perdarahan mukosa (epistaksis, perdarahan gusi) atau perdarahan tempat
lain
- Hematemesis atau melena
3. Trombositopenia (jumlah trombosit <100.000/µl)
4. Terdapat minimal satu tanda kebocoran plasma sebagai berikut :
- Peningkatan hematokrit > 20% dibandingkan standar sesuai dengan umur
dan jenis kelamin
- Penurunan hematokrit > 20% setelah mendapat terapi cairan, dibandingkan
dengan nilai hematokrit sebelumnya.
- Tanda kebocoran plasma seperti : efusi pleura, asites, hipoproteinemia.
Dari keterangan di atas terlihat bahwa perbedaan utama antara DD dan DBD
adalah pada DBD ditemukan adanya kebocoran plasma.
Dua kriteria klinis pertama ditambah trombositopenia atau peningkatan
hematokrit, cukup untuk menegakkan diagnosis klinis demam berdarah dengue. Efusi
pleura dan atau hipoalbumin, dapat memperkuat diagnosis terutama pada pasien
anemia dan atau terjadi perdarahan. Pada kasus syok, peningkatan hematokrit dan
adanya trombositopenia, mendukung diagnosa demam berdarah dengue.8,9
WHO (2004) membagi demam berdarah dengue menjadi 4 derajat berdasarkan
tingkat keparahan, yaitu:8,9
Derajat I : Demam disertai gejala umum non spesifik, satu-satunya manifestasi
perdarahan ditunjukkan melalui uji tourniket positif.
Derajat II : Manifestasi pada derajat I disertai perdarahan spontan yang bisa terjadi
dalam bentuk perdarahan kulit atau dalam bentuk lain.
Derajat III : Kegagalan sirkulasi ditandai dengan denyut yang melemah dan cepat,
penurunan tekanan denyut (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi,
disertai kulit lembab dan dingin serta gelisah.
Derajat IV : Syok yang sangat berat dengan tekanan darah yang tidak terdeteksi.

2.6 Penatalaksanaan

Tidak ada penatalaksanaan spesifik untuk pasien DBD. Terapi untuk DBD
bersifat simptomatik dan kontrol terhadap manifestasi klinis dari syok dan perdarahan
yang terjadi. Pasien yang syok jika tidak ditatalaksana dalam waktu 12- 24 jam akan
mengalami kematian. Manajemen terpenting pada pasien DHF adalah observasi ketat
terhadap tanda vital dan monitoring laboratorium.4
Manajemen demam DBD sama seperti penatalaksanaan DD. Paracetamol
direkomendasisikan untuk menurunkan suhu dibawah 39oC. Pemberian cairan oral
sangat direkomendasikan selama pasien dapat mentolerir cairan yang diberikan seperti
halnya pasien diare. Cairan IV perlu diberikan terutama jika pasien muntah terhadap
makanan atau cairan yang diberikan.6

Protokol I. Penanganan Tersangka (probable) demam berdarah dengue dewasa


tanpa syok
Apabila didapatkan nilai Hb, Ht dan trombosit seperti: 7
1. Hb, Ht, trombosit normal atau trombosit antara 100.000-150.000, pasien dapat
dipulangkan dengan anjuran kontrol ke polklinik dalam waktu 24 jam berikutnya
dimana dilakukan pemeriksaan Hb, Ht dan Leukosit, trombosit tiap 24 jam, atau
apabila keadaan pendrita memburuk, segera kembali ke IGD
2. Hb, Ht normal tapi trombosi <100.000, dianjurkan untuk dirawat
3. Hb, ht meningkat dan trombosit normal dan atau turun juga dianjurkan untuk
dirawat

Protokol II. Penanganan Tersangka (probable) demam berdarah dengue dewasa


diruang rawat
Pasien tersangka demam berdarah dengue tanpa perdarahan spontan dan masif
dan tanpa syok, diberikan cairan infuse kristaloid dengan jumlah seperti rumus : 7
1500+(20 x(BB dalam kg-20)
Setelah pemberian cairan, dilakukan pemeriksaan Hb, Ht tiap 24 jam:
1. Bila Hb, Ht meningkat 10-20 % dan trombosit < 100.000, jumlah pemberian
cairan tetap sesuai rumus diatas dengan pemantauan Hb,Ht trombosit tiap 12 jam
2. Bila Hb, Ht meningkat >20% dan trombosit < 100.000, maka pemberian cairan
sesuai dengan protokol III
Protokol III. Penatalaksanaan demam berdarah dengue dengan peningkatan Ht
>20 %
Peningkatan Ht > 20 % berarti tubuh mengalami deficit cairan sebanyak 5 %.
Tetapi awal pemberian cairan adalah infuse cairan kristaloid 6-7 ml/kgBB/jam:7
1. Bila terdapat perbaikan setelah pemantauan 3-4 jam, dengan tanda-tanda ht
menurun, frekuensi naïf (hearts rate) turun, tekanan darah stabil, produksi
meningkat, maka cairan infuse dikurangi menjadi 5 ml/KgBB/jam. Bila keadaan
membaik setelah pemantauan 2 jam, maka cairan infuse dikurangi lagi menjadi
3 ml/KgBB/jam. Jika keadaan tetap membaik, maka pemberian cairan dapat
dihentikan 24-48 jam kemudian.
2. Bila tidak terdapat perbaikan setelah pemantauan 3-4 jam, dengan tanda-tanda ht
dan frekuensi nadi meningkat, tekanan darah turun , < 20 mmHg, produksi
menurun, maka naikkan jumlah cairan cairan infuse menjadi 10 ml/KgBB/jam.
Bila keadaan membaik setelah pemantauan 2 jam, maka cairan infuse dikurangi
menjadi 5 ml/KgBB/jam, tetapi bila keadaan tidak membaik maka naikkan
jumlah cairan infuse 15 ml/KgBB/jam dan bila perkembangan menjadi buruk
dengan tanda-tanda syok, tangani pasien sesuai dengan protocol V. Bila syok
teratasi maka pemberian cairan dimulai lagi seperti pemberian terapi awal.

Protokol IV. Penatalaksanaan Perdarahan spontan pada demam berdarah


dengue dewasa
Perdarahan spontan dan masif pada penderita DBD dewasa adalah epistaksis
yang tidak terkendali walaupun telah diberikan tampon hidung, perdarahan saluran
cerna (hematemesis dan melena atau hematoskezia), hematuria, perdarahan otak atau
perdarahan tersembunyi dengan jumlah perdarahan 4-5 cc/ KgBB/jam. Pemeriksaan
Hb, Ht, trombosit sebaiknya diulang setiap 4-6 jam. Pemberian heparin diberikan
apabila secara klinis didapatkan tanda-tanda koagulsi intravaskular diseminata/ KID
(protrombin time), PTT (partial protrombin time), fibrinogen, D-Dimer atau CT
(clotting time), BT (blooding time), tes parakoagulasi dengan ethanol gelation test.
Tranfusi komponen darah sesuai indikasi, seperti FFP (fresh frozen plasma) jika
terdapat defisiensi faktor pembekuan dengan PT dan APTT yang memanjang, PRC
(packed red cell) bila Hb < 10 gr% dan tranfuse trombosit jika terdapat perdarahan
spontan dan masif dengan jumlah trombosit < 100.000/ µl disertai atau tanpa KID.7

Protokol V. Tatalaksana sindroma syok dengue pada dewasa.

Atasi renjatan melalui penggantian cairan intravaskular yang hilang atau


resusitasi cairan dengan cairan kristaloid. Pada fase awal, guyur cairan 10-20 ml/
KgBB, evaluasi setelah 15-30 menit. Bila renjatan telah teratasi (TD sistolik 100
mmHg, tekanan nadi . 20 mmHg, frekuensi nadi <100 x/menit dengan volume cukup,
akral hangat, kulit tidak pucat dan diuresis 0,5-1 cc/KgBB/jam), jumlah cairan
dikurangi 7 ml/KgBB/jam. Bila keadaan tetap stabil 60-120 menit, pemberian cairan
5 ml/KgBB/jam. Bila 24-48 jam renjatan teratasi, cairan perinfus dihentikan mencegah
hipervolemi seperti edema paru dan gagal jantung. Selain itu dapat diberikan O2 2-4 L/
menit. Pantau tanda vital dalam 48 jam pertama kemungkinan terjadinya renjatan
berulang. Bila pada fase awal pemberian cairan renjatan belum teratasi, periksa
hematokrit, bila meningkat berarti perembesn plasma masih berlangsung dan diberikan
diberikan tranfusi darah segar 10 ml/kgBB dan dapat diulang sesuai kebutuhan.7
Pemberian cairan koloid mula-mula diberikan dengan tetesan cepat 10-20 ml/kg
BB, evaluasi setelah 10-30 menit. Bila keadaan belum teratasi, pasang kateter vena
sentral untuk memantau kecukupan cairan dan cairan koloid dinaikkan hingga jumlah
maksimum 30 ml/kgBB (maksimal 1-1,5 l/hari) dengan sasaran tekanan vena sentral
15-18 cmH2O. Bila keadaan belum teratasi, periksa dan koreksi gangguan asam basa,
elektrolit, hipoglikemi, anemia, KID, infeksi sekunder. Bila keadaan belum teratasi,
berikan obat inotropik atau vasopresor.7

2.7 Prognosis
Prognosis demam dengue dapat beragam, dipengaruhi oleh adanya antibodi yang
didapat secara pasif atau infeksi sebelumnya. Pada DBD, kematian telah terjadi
pada 40-50% pasien dengan syok, tetapi dengan penanganan intensif yang adekuat
kematian dapat ditekan <1% kasus. Keselamatan secara langsung berhubungan
dengan penatalaksanaan awal dan intensif. Pada kasus yang jarang, terdapat
kerusakan otak yang disebabkan syok berkepanjangan atau perdarahan
intracranial.
DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Kesehatan RI. Demam berdarah dengue. Buletin jendela


epidemiologi, volume 2; Agustus 2010
2. Dinas Kesehatan Provinsi Riau. Profil Kesehatan Provinsi Riau Tahun 2010.
November 2011
3. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Data Kesehatan Indonesia
Tahun 2011. Jakarta. 2012
4. Chuansumrit A, Tangnararatchakit K. Pathophysiology and management of
dengue hemorrhagic fever. Department of Pediatrics, Faculty of Medicine,
Ramathibodi Hospital, Mahidol University, Bangkok, Thailand; 2005
5. Mansjoer A, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius FK UI. 2001
6. Guideline for clinical management of dengue fever, dengue haemorrhagic fever
and dengue shock syndrome. Directorate on national vector borne desease
control programme; 2008
7. WHO. Dengue, Guidelines for Diagnosis, Treatment, Prevention and Control.
2009.
8. Departemen kesehatan RI. Tatalaksana DBD.
http://www.depkes.go.id/downloads/Tata%20Laksana%20DBD.pdf
9. Suroso T, dkk. Tatalaksana Demam Dengue/ Demam Berdarah Dengue.
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal
Pemberantasan Penyakit menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman,
1999. 1-55
10. Shashidhara KC et al. Effect of High Dose of Steroid on Plateletcount in Acute
Stage of Dengue Fever with Thrombocytopenia. J Clin Diagn Res. 2013 July;
7(7): 1397–1400.

Anda mungkin juga menyukai