Oleh:
201910330311109
FAKULTAS KEDOKTERAN
2020
BAB 1
PENDAHULUAN
Pemeriksaan dalam ilmu penyakit mata meliputi beberapa prosedur dengan tujuan
tajam penglihatan, pemeriksaan segmen depan bola mata yang meliputi pemeriksaan
palpebra, silia, kornea, konjungtiva, bilik mata depan, iris, pupil, lensa dan vitreus anterior.
Pemeriksaan segmen depan bola mata meliputi pemeriksaan vitreus posterior, retina, dan
papil saraf optik. Pemeriksaan tekanan bola mata dilakukan dengan cara palpasi dan dengan
menilai fungsi ke enam otot penggerak bola mata yaitu otot rektus superior, medial,
inferior, lateral, otot oblikus superior dan oblikus inferior. Pemeriksaan lapang pandangan
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
Penulisan referat ini diharapkan dapat menambah pemahaman dan memperluas wawasan
penulis ataupun pembaca mengenai pemeriksaan mata normal
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Keluhan utama : pasien dengan gangguan pada mata biasanya datang dengan
keluhan seperti :
- Mata merah
penanganan lebih lanjut. Infeksi pada mata yang dapatkan menyebabkan mata
merah:
(glaucoma akut)
3. Erosi kornea akibat iritasi atau penggunaan lensa kontak
- Mata gatal
- Mata berair
- Mata nyeri
- Belekan
terjadi saat melihat jauh atau dekat; onset mendadak atau gradual; di seluruh lapang
pandang atau hanya sebagian; jika defek lapang pandang hanya sebagian, apakah letaknya
- Pada pasien dengan keluhan skotoma, ditanyakan apakah skotoma bergerak bila bola
- Adanya gejala sistemik : demam, malaise, sakit kepala. - Jika terdapat diplopia,
ditanyakan apakah diplopia horisontal atau vertikal, kedua mata atau salah satu mata,
3. Presbiopia
4. Astigmatisme
1. Katarak
2. Glaukoma
- Trial lens
- Trial frame
- Kartu Snellen
- Astigmat dial
- Kartu Ishihara
memperkenalkan diri pada penderita, dan menerangkan mengenai tujuan dan prosedur
• Cuci tangan dengan baik sesuai prosedur di wastafel yang telah disediakan.
• Penderita diminta duduk pada jarak 5 atau 6 meter tepat di depan kartu
• Mintalah penderita untuk untuk mengidentifikasi angka atau huruf atau simbol
yang tertera pada optotip snellen, mulai dari atas sampai ke bawah.
• Bila penderita hanya dapat mengenali sampai pada huruf – huruf baris berkode
20 meter misalnya, dan jarak penderita ke kartu 5 m, maka visusnya 5/20 ( jangan disingkat
menjadi 1/4). Artinya orang normal dapat membaca huruf tersebut pada jarak 20 m
pinhole. Penderita diminta menyebutkan huruf pada baris yang tidak tampak. Disebut
sebagai pinhole maju (PH +) apabila penderita dapat membaca dua baris huruf di bawah
• Bila tulisan besar tidak dapat dibaca, mintalah penderita untuk menghitung jari
yang anda acungkan mulai dari 1 m, kemudian semakin mundur hingga jarak terjauh yang
• Bila penderita tidak dapat melihat jari anda dari jarak 1 m, lakukan
pemeriksaan bayangan lambaian tangan. Lambaikan tangan anda di depan mata penderita
• Bila penderita tidak dapat melihat bayangan lambaian tangan anda, lakukan
pemeriksaan dengan lampu senter. Nyalakan lampu senter di depan mata penderita dan
mintalah penderita menyebutkan apakah senter menyala atau tidak. Bila penderita dapat
melihat cahaya, penderita diminta menentukan arah datangnya cahaya (proyeksi illuminasi)
• Bila cahayapun tak dikenal, maka tajam penglihatannya 0 atau tak ada
persepsi cahaya.
pada keluarga penderita, dan menerangkan mengenai tujuan dan prosedur pemeriksaan.
Cuci tangan dengan baik sesuai prosedur di wastafel yang telah disediakan.
Gunakan lampu senter untuk memeriksa fiksasi cahaya pada bayi. Disebut positif
Gerakkan obyek dengan warna mencolok sekitar 1 meter di depan bayi. Disebut
Ingat untuk tidak bersuara yang mengganggu konsentrasi bayi saat pemeriksaan.
2. Pemeriksaan Segmen Anterior
Segmen anterior adalah daerah sekitar mata, kelopak mata ke dalam kecuali vitreus
dan retina. Untuk pemeriksaan ini yang penting adalah mengetahui yang harus dicari/dilihat
pada penderita, dan menerangkan mengenai tujuan dan prosedur pemeriksaan. Apabila
• Cuci tangan dengan baik sesuai prosedur di wastafel yang telah disediakan.
• Pemeriksa duduk di depan penderita pada jarak jangkauan tangan. Ruangan dibuat
agak gelap. Lakukanlah pemeriksaan dari luar ke dalam, mulai dari konjungtiva sampai
lensa. Gunakan lampu senter yang cukup terang dengan sinar yang terfokus baik.
• Periksa pula lebar rima okulinya, apakah sama antara mata kanan dan kiri. Secara
normal kelopak mata harus sama tinggi, selaian itu bila kelopak mata diangkat maka
• Lakukan palpasi permukaan palpebra, apakah didapatkan massa atau terasa nyeri saat
palpasi.
• Amati silia dan margo palpebra. Perhatikan arah pertumbuhan silianya. Perhatikan
• Periksa apparatus lacrimalis di margo palpebra superior dan inferior, terbuka atau
tertutup.
depan dan amatilah apakah konjungtivanya normal warnanya, corakan pembuluh darahnya,
adakah penonjolan atau pembengkakan. Kalau perlu, tariklah sedikit kelopak mata atas dan
ke atas, kemudian tangan kiri pemeriksaan menarik kelopak bawah penderita ke bawah,
sedangkan tangan kanan memegang lampu senter. Amatilah warna, permukaan, dan adanya
tonjolan atau kelainan yang lain. Periksa juga forniks palpebra inferiornya.
dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri, balikkan kelopak mata sehingga konjungtiva
palpebra superior berada diluar. Kembalikan palpebra keposisi semula baru lepaskan tangan
kecembungan dan adanya kelainan lain seperti pembuluh darah, pterigium, dll. Apabila
ditemukan adanya kelainan diskripsikan kelainan tersebut sejelas mungkin. Periksa pula
• Perhatikanlah pula iris penderita. Bentuknya, warna dan corakannya. Perhatikan pula
bentuk dan diameter pupil pada kedua mata adakah kelainan bentuk iris seperti koloboma,
nodul, dll
• Periksalah Pupil, bentuk, simetris atau tidaknya, dan reflek pupil baik langsung
(direct) maupun tidak langsung (indirect). Pada reflek langsung jatuhkan sinar pada mata
kanan dan amati pupil mata kanan. Sedangkan untuk reflek tidak langsung mata kanan,
jatuhkan sinar pada mata kiri penderita dan amati reflek pupil mata kanan.
• Lensa diperiksa dengan penyinaran terfokus tajam dengan arah lebih mendekati
sumbu mata. Pupil sebaiknya dilebarkan bila tidak ada kontra indikasi. Periksa letak dan
kejernihannya. Apabila ada kekeruhan, tentukan letak dan derajat kekeruhannya. Apabila
• Periksa Linfonodi pre auriculer kanan dan kiri, cari adanya pembesaran limfonodi
sebelum melakukan pemeriksaan segmen posterior pupil penderita harus dilebarkan dahulu.
Pada pemeriksaan ini ada beberapa hal yang harus kita evaluasi antara lain:
Fundus Refleks: Merupakan pantulan sinar oleh lapisan retina, fundus refleks
corpus vitreous sangat jernih, apabila ada kekeruhan corpus vitreous akan mengakibatkan
Papil N. II: Berupa bangunan bulat berukuran 1,5mm, terletak dibagian polus
posterior fundus, berwarna kuning jingga, atau orange, sampai agak merah. Dari papil N.II
ini, keluarlah pembuluh-pembuluh darah berupa vena dan arteri yang kemudian bercabang-
cabang.
Pembuluh darah yaitu: vena dan arteri. Vena dapat dibedakan dari arteri karena
diameternya yang lebih besar dan warnanya yang lebih gelap. Perbandingan a/v normal
Retina: berupa gambaran lapisan dalam bola mata yang berwarna jingga. Merupakan
lapisan serabut syaraf. Pembuluh darah berjalan disebelah dalam lapisan retina ini.
Makula: suatu daerah yang berwarna lebih gelap dari retina disekitarnya, terletak
disebelah temporal papil, berjarak kurang lebih 2x diameter papil dari papil sendiri. Pada
pusat makula, tampak reflek cahaya cemerlang yang disebut dengan reflek fovea.
a. Alat Pemeriksaan :
Alat yang dipakai untuk pemeriksaan fundus oculi disebut oftalmoskop. Ada 2 macam
Cuci tangan dengan baik sesuai prosedur di wastafel yang telah disediakan.
Aturlah alat oftalmoskop sehingga berada dalam posisi 0 atau disesuaikan dengan
jari telunjuk berada pada panel pengatur ukuran lensa, siap untuk menyesuaikan
tangan kanan, dan melihat melalui oftalmoskop dengan mata kanan pula. Demikian
pula sebaliknya.
Alat yang digunakan :Tonometer Schiotz , Lidocaine 2 % atau Panthocaine eye drops
- Jari telunjuk kanan dan kiri pemeriksa bergantian menekan bola mata (dimata yang
sedang diperiksa) pada kelopak atas kearah belakang bawah (450) dengan halus dan
penuh perasaan. Tiga jari yang lain bersandar pada kening dan tulang pipi, bandingkan
- Tonometer ditera dengan meletakkan tonometer tegak lurus pada lempengan pengetest,
Persiapan penderita :
- Penderita diberi penjelasan tentang apa yang akan dilakukan, cara pemeriksaan dan
- Penderita diminta tidur terlentang, posisi kepala horizontal. Mata penderita ditetesi
Panthocaine 0,5% atau 2%, 1 – 2 tetes, 5 menit kemudian ditetesi lagi satu tetes.
- Penderita diminta memandang ke satu titik tepat diatasnya, dengan cara memfiksasi
kepada ibu jarinya yang diacungkan di atasnya, sehingga sumbu optik mata benar-benar
vertikal.
- Kelopak atas dan bawah dibuka lebar dengan menggunakan jari telunjuk dan ibu jari
tangan kiri, tidak boleh menekan bola mata, kemudian tonometer diletakkan dengan hatihati
pada permukaan kornea, tepat di tengah, tanpa menggeser, posisi benar-benar vertikal.
oleh alat tersebut. Besar kecilnya indentasi menentukan besarnya simpangan jarum yang
dihubungkan pada lempeng tersebut. - Bila dengan beban 5,5 gram menunjukkan angka
skala 0 maka beban perlu ditambahkan dengan beban 7,5gram atau 10 gram.
- Tonometer diangkat, dibersihkan dengan kapas alkohol. - Mata diberi zalf mata (misalnya
- Cara baca dan menuliskan hasil : Misalnya dengan beban 5,5 gram simpangan jarum
Periksaan fungsi otot ekstra okuler dapat diketahui melalui penilaian posisi bola mata dan
Nyalakanlah senter anda dari jarak 60 cm tepat di depan penderita, dan amatilah pantulan
sinar senter pada kornea. Apabila pasangan bola mata sejajar, maka akan tampak pantulan
pada tengah pupil atau sedikit di sebelah medialnya. Kondisi ini disebut sebagai ortoforia,
apa bila ada deviasi pantulan sinar senter sehingga tidak di tengah tampil lagi, berarti
Gerak satu mata (Duksi) diperiksa dengan salah satu mata yang tidak diperiksa ditutup.
ujung jari atau pensil yang anda gerakkan ke 6 arah utama, tanpa menggerakkan kepala
1. Kanan lurus
2. Kanan atas
3. Kanan bawah
5. Kiri atas
6. Kiri bawah
Gerakkan jari anda dari jarak yang dapat dilihat dengan nyaman oleh penderita yang agak
lanjut usia, jarak yang terlalu dekat ke mata mereka akan menyulitkan dan tidak nyaman,
karena kemampuan konvergensi mereka sudah menurun. Maka pemeriksaan pada orang tua
harus dari jarak yang lebih jauh dibandingkan anak-anak atau orang muda. Berhentilah
sebentar pada posisi tangan anda berada di sebelah atas dan lateral untuk melihat ada
tidaknya nistagmus.
Perhatikan:
1. Apakah selama dalam gerakan tersebut, kedua mata selalu dalam keadaan sejajar,
Tidak ada alat khusus, bisa dengan jari telunjuk atau suatu benda yang warnanya menyolok
Cara Pemeriksaan :
- Penderita menutup mata kiri dengan telapak tangan kiri, telapak tangan tidak boleh
- Pemeriksa duduk tepat di depan pasien dalam jarak antara 60 cm, berhadapan, sama
tinggi. Pemeriksa menutup mata kanan dengan telapak tangan kanan. Lapang pandang
pemeriksa sebagai referensi (lapang pandang pemeriksa harus normal). Mata pasien melihat
mata pemeriksa.
- Objek atau ujung jari pemeriksa digerakkan perlahan-lahan dari perifer ke sentral (sejauh
rentangan tangan pemeriksa kemudian digerakan ke central)dari delapan arah pada bidang
pandang pemeriksa. Lapang pandang penderita lebih sempit dari lapang pandang
a. Terangkan yang akan saudara lakukan pada penderita dan minta persetujuan penderita
c. Letakkan cotton buds atau ujung jari diatas fosa lakrimal disamping inferomedial
orbita rim
e. Catat material yang keluar dari kanalikuli atau pungtum lakrimalis (mucus atau
mukopurulen)
Jika tidak terjadi refluks dilanjutkan dengan dye disapperent test (DDT)
a. Terangkan yang akan saudara lakukan pada penderita dan minta persetujuan
d. Menyalakan senter dan melihat reflex sinar pada kedua kornea mata secara
bersamaan
menginterpretasikan
• Eksotropia jika :
Jika reflek cahaya jatuh ditepi pupil sampai limbus nasal 30° eksotropia
Jika reflek cahaya jatuh diluar limbus bagian nasal 45° eksotropia
• Esotropia jika :
Jika reflek cahaya jatuh ditepi pupil sampai limbus temporal 30°
esotropia
Jika reflek cahaya jatuh diluar limbus bagian temporal 45° esotropia
a. Terangkan yang akan saudara lakukan pada penderita dan minta persetujuan
e. Tutup mata yang fiksasi dengan okluder atau telapak tangan kemudian lihat
j. Ulangi pemeriksaan jarak jauh dan jarak dekat dengan menggunakan koreksi
1. Penatalaksanaan Hordeolum
TERAPI KONSERVATIF
• Kalau perlu diberikan anestesi umum, misal pada anak-anak atau orang-orang yang
sangat takut sebelum diberi anestesi umum.
• Untuk lokal anestesi bisa dipakai prokain 2% dilakukan secara infiltratif dan tetes
mata Pantocain 2%.
• Pada hordeolum internum insisi dilakukan pada konjungtiva, kearah muka dan tegak
lurus terhadapnya (vertikal) untuk menghindari banyaknya kelenjar-kelenjar yang terkena.
• Pada bordeolum ekstrnum arah insisi horisontal sesuai dengan lipatan kulit.
• Setelah insisi lakukan kuretase dengan kuret hordeolum untuk mengeluarkan pus
dengan cara memutar kuret
a. Terangkan yang akan saudara lakukan pada penderita dan minta persetujuan penderita
untuk dilakukan pemeriksaan
a. First aid pada situs kecelakaan (dapat dilakukan oleh coworkers / family members):
• Terangkan yang akan saudara lakukan pada penderita dan minta persetujuan penderita
untuk dilakukan pemeriksaan
• Irigasi mata dalam beberapa detik seteIah cedera menggunakan tap water, mineral
water, soft drinks, coffee, tea, atau cairan serupa (Susu sebaiknya dihindari karena
meningkatkan penetrasi luka bakar dengan membuka barier epitel.).
• Terangkan yang akan saudara lakukan pada penderita dan minta persetujuan penderita
untuk dilakukan pemeriksaan
• Dengan kelopak mata atas dan bawah yang dieversikan secara penuh, secara hati-hati
ambil partikel kecil dari forniks konjungtiva superior dan inferior di bawah mikroskop
menggunakan moist cotton swab.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui fokus penglihatan dan jarak pandang,
untuk mengetahui ada tidaknya kelainan refraksi pada mata.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kateterisasi uretra adalah memasukkan kateter kedalam buli-buli melalui uretra. Istilah
kateterisasi ini sudah dikenal sejak zaman Hipokrates yang pada waktu itu menyebutkan
memperkenalkan kateter yang terbuat dari karet pada tahun 1779, sedangkan Foley
membuat kateter menetap pada tahun 1930. Kateter Foley ini sampai saat ini masih
dipakai secara luas di dunia sebagai alat untuk mengeluarkan urine dari buli-buli.
Tindakan kateterisasi ini dimaksudkan untuk tujuan diagnosis untuk tujuan, tcrapi.
Indikasi pemasangan kateter ada tiga, yaitu: sementara, jangka pendek, dan jangka
panjang.
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas, S. 2014. Ilmu Penyakit Mata edisi ke 5. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran, UMM.