Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Biologi adalah ilmu yang mempelajari makhluk hidup. Istilah ini
diambil dari bahasa Belanda “Biologie”, yang diturunkan dari gabungan
bahasa Yunani, bios (hidup) dan logos (ilmu). Dahulu sampai tahun 1970 an
digunakan istilah ilmu hayat (diambil dari bahasa Arab), artinya ilmu
kehidupan. Objek kajian biologi sangat luas dan mencakup semua makhluk
hidup, karenanya dikenal berbagai cabang biologi yang mengkhususkan diri
pada setiap kelompok organisme, seperti botani, zoologi, dan mikrobiologi.
Ciri-ciri fisik dipelajari dalam anatomi sedangkan, fungsinya dalam
fisiologi, perilaku dipelajari dalam etologi, interaksi sesama makhluk
dengan alam sekitar mereka dipelajari dalam ekologi.
Salah satu yang dipelajari dalam struktur hewan adalah sistem
reproduksi. Dimana reproduksi adalah salah satu cara yang dilakukan oleh
manusia atau makhluk hidup lainnya untuk menghasilkan keturanan. Alat
reproduksi manusia secara garis besar dibagi atas dua yaitu, reproduksi pria
dan wanita, tetapi pada hewan disebut reproduksi jantan dan betina. Sistem
reproduksi betina terdiri dari organ reproduksi eksternal dan internal.
Reproduksi vertebrata pada umumnya sama, tetapi karena tempat
hidup, perkembangan anatomi, dan cara hidup yang berbeda menyebabkan
adanya perbedaan pada proses fertilisasi. Misalnya, hewan aquatic pada
umunya melakukan fertilisasi diluar tubuh (fertilisasi eksternal), sedangkan,
hewan darat melakukan fertilisasi didalam tubuh (fertilisasi internal).
Bagi hewan yang melakukan fertilisasi internal dilengkapi dengan
adanya organ kopulatori, yaitu suatu organ yang berfungsi menyalurkan
sperma dari organisme jantan ke betina.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana struktur dari organ genitalia eksterna?

1
2. Bagaimana struktur dari organ genitalia interna?
3. Bagaimana struktur ovum pada vertebrata?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui struktur genitalia eksterna (vulva, mons pubis, labia
mayora dan labia minora, dan klitoris).
2. Mengetahui struktur genitalia interna (ovarium, oviduk, serviks, dan
vagina)
3. Mengetahui struktur ovum pada vertebrata.

2
BAB II
SISTEM REPRODUKSI BETINA

A. Struktur Organ Genitalia Eksterna

Gambar 2.1. Organ Genitalia Eksterna

Organ genetalia eksterna merupakan organ atau alat kelamin yang


tampak dari luar. Fungsi genetalia eksterna adalah untuk kopulasi. Adapun
bagian-bagian dari genetalia eksterna antara lain (Anonim, 2011):
1. Vulva
Vulva merupakan alat reproduksi betina bagian luar. Vulva terdiri
dari dua bagian. Bagian luar disebut labia mayora dan bagian dalamnya
disebut labia minora. Labia minora homolog dengan preputium pada
hewan jantan sedangkan labia mayora homolog dengan skrotum pada
hewan jantan (Anonim, 2011).
Pertautan antara vagina dan vulva ditandai oleh orifis uretral
eksternal atau oleh suatu pematang pada posisi kranial terhadap uretral
eksteral yaitu himen vestigial. Himen tersebut rapat sehingga
mempengaruhi kopulasi. Vulva akan menjadi tegang karena
bertambahnya volume darah yang mengalir ke dalamnya (Anonim,
2011)

3
Vulva merupakan suatu nama yang diberikan terhadap alat
kelamin betina bagian luar termasuk klitoris dan vestibulum. Kira-kira
7-10 cm masuk ke dalam dari lubang luar dan pada lantai atau dinding
ventral vestibulum terdapat celah sepanjang 2,5 cm. Celah ini
merupakan pintu masuk ke dalam kantung suburetra (diverticulum
suburethralis) dan juga merupakan sebagai orivicium urethralis. Saluran
urethra masuk ke dalam vestibulum sedikit di depan saluran buntu tadi.
Saluran buntu sendiri panjangnya 3-4 cm. Saluran urethra berjalan ke
depan, tepat dibawah vagina, ke kantung air seni (Anonim, 2011).
Di sebelah vestibulum, di sisi lateral orificium urethralis dan
sedikit di belakangnya, terdapat lubang ke kelenjar bulbovestibular.
Kelenjar-kelenjar ini nampaknya berperan kurang penting pada sapi.
Kelenjar ini adalah homolog dengan kelenjar bulbo-urethtralis pada sapi
jantan (Anonim, 2011).
Lubang luar alat kelamin sapi betina berada tepat dibawah anus.
Panjang 12 cm dan mempunyai sudut lebar berbentuk bulat disebelah
dorsal dan sudut sempit disebelah ventral. Labia mayora yang tebal
ditutupi oleh rambut-rambut halus sampai tempat sambungan dengan
mucosa. Pada perkawinan secara alamiah penis masuk ke dalam alat
reproduksi betina melewati vulva, dan pada waktu melahirkan anak sapi
melewatinya (Anonim, 2011).

2. Mons Pubis
Mons pubis ialah penonjolan berlemak di sebelah ventral simfisis
pubis dan daerah suprapubik. Sebagian besar mons pubis terisi oleh
lemak, jumlah jaringan lemak bertambah pada pubertas dan berkurang
setelah menopause. Setelah dewasa, mons pubis tertutup oleh rambut
kemaluan (Setiadi, 2007).

4
3. Labia Mayora dan Labia Minora
Labia Mayora merupakan organ yang terdiri atas dua lipatan yang
memanjang berjalan ke kaudal dan dorsal dari mons pubis dan
keduanya menutup rima pudendi (pudendal cleft). Permukaan dalamnya
licin dan tidak mengandung rambut. Kedua labia mayora di bagian
ventral menyatu dan terbentuk komisura anterior. Jika dilihat dari luar,
labia mayora dilapisi oleh kulit yang mengandung banyak kelenjar
lemak dan tertutup oleh rambut setelah pubertas. Labia mayora
homolog dengan skrotum pada pria. Labia Mayora juga mengandung
akhir dari ligamen teres uteri, beberapa berkas otot polos, saraf-saraf,
pembuluh-pembukuh darah, dan pembuluh limfa (Setiadi, 2007).
Labia Minora merupakan organ yang terdiri atas dua lipatan kulit
kecil terletak diantara kedua labia mayora pada kedua sisi introitus
vaginae. Kedua labium minus membatasi suatu celah yang disebut
sebagai vestibulum vaginae. Labia minora ke arah dorsal berakhir
dengan bergabung pada aspectus medialis labia mayora dan disini pada
garis mereka biasanya berhubungan satu sama lain berupa suatu lipatan
transversal yang disebut frenulum labii. Sementara itu, di depan
masing-masing labium minus terbagi menjadi bagian lateral dan bagian
medial. Pars lateralis kiri dan kanan bertemu membentuk sebuah lipatan
di atas (menutup) glans klitoridis disebut praeputium klitoridis. Kedua
pars medialis kiri dan kanan bergabung di bagian kaudal klitoris
membentuk frenulum klitoris (Setiadi, 2007).
Berbeda dengan labia mayora, labia minora tidak mengandung
lemak dan kulit yang menutupnya memiliki karakteristik licin atau
halus, basah, dan agak kemerahan. Labia minora tertutup oleh labia
mayora, kecuali pada anak-anak dan pada wanita setelah menopause, di
mana pada labia mayora berisi lebih sedikit lemak dan lebih kecil
(Setiadi, 2007).

5
4. Klitoris

Gambar 2.2. Klitoris

Homolog dengan penis pada laki-laki, tetapi lebih kecil dan tidak
memiliki mulut uretra. Klitoris terletak diantara lipatan labia minora di
atas, tempat kedua labia minora menyatu membentuk prepusium
menutupi bagian atas glans klitoridis. Klitoris diliputi epitel gepeng
berlapis terdiri atas dua jaringan erektil yang banyak mengandung
pembuluh darah dan saraf sensorik, termasuk badan missner dan pecini,
yang sensitif saat rangsangan seksual (Gartner, 2007)

Klitoris terdiri dari dua krura (akar), satu batang (badan), dan satu
glans klitoris bundar yang banyak mengandung ujung saraf dan sangat
sensitif. Batang klitoris mengandung dua korpora kavernosum yang
tersusun dari jaringan erektil. Saat menggembung dengan darah selama
eksitasi seksual, bagian ini bertanggung jawab untuk ereksi klitoris
(Sloane, 1995: 358).

6
B. Struktur Organ Genitalia Interna
1. Ovarium

Gambar 2.3. Struktur Ovarium

Ovarium merupakan struktur berbentuk buah kenari dengan


panjang sekitar 3 cm dan lebar 1,5 cm dan tebal 1 cm. Epitel permukaan
yang meliputi ovarium, disebut epitel germinal, merupakan modifikasi
peritoneum. Epitel kuboid rendah ini, berasal dari epitel mesotel yang
meliputi ovarium yang sedang berkembang. Tepat di bawah epitel ini
terdapat tunika albuginea, suatu kapsula jaringan ikat kolagen padat tak
beraturan, dengan sedikit pembuluh darah, yang serat kolagennya
tersusun kurang lebih sejajar permukaan ovarium. Setiap ovarium

7
terbagi atas korteks (banyak pembuluh darah) dan medula, yang terdiri
terutama atas jaringan ikat longgar yang banyak pembuluh darah.
Pembuluh darah medula berasal dari arteri ovarium. Secara histologi
perbatasan antara korteks dan medula tidak jelas (Gartner, 2007).
a. Korteks Ovarium
Korteks Ovarium terdiri atas kerangka jaringan ikat, stroma
(dikenal juga sebagai kopartemen interstisial), ditempati oleh sel
stroma yang mirip dengan fibroblas (dikenal juga sebagai sel
interstisial) di samping juga folikel ovarium dalam tahapan
perkembangan (Gartner, 2007).
Sel bening primordial disebut oogonia, berkembang dalam
lapisan endodermal kandung kunir (yolk sac) tak lama setelah
bulan pertama kehamilan. Oogonia mengalami beberapa
pembelahan mitosis dan, selama minggu ke-6 setelah fertilisasi,
bermigrasi ke rigi germinal untuk menempati korteks ovarium yang
sedang dalam perkembangan. Di tempat tersebut oogonia
mengalami pembelahan mitosis hingga mendekati bulan kehidupan
fetus ke-5. Saat ini setiap ovarium mengandung sekitar 5 hingga 7
juta oogonia. Sekitar 1 juta oogonia kemudian dikitari sel folikel
dan bertahan hingga saat dilahirkan. Sisa oogonia tidak akan
tertanam dalam folikel. Melainkan, akan mengalami atresia; yaitu
akan berdegenerasi dan mati (Gartner, 2007).
Oogonia yang bertahan memasuki tahap profase meiosis I
dan akan dikenali sebagai oosit primer. Meiosis akan dihentikan
pada tahap diploten oleh faktor parakrin seperti substansi pencegah
meiosis, yang diproduksi oleh sel-sel folikular. Oosit primer
menetap dalam fase tersebut sampai tepat sebelum ovulasi, mereka
akan dipicu, sebagai respons terhadap lonjakan hormon plutein
(LH/ Luteinizing hormone) dan substansi penginduksi meiosis
untuk melengkapi pembelahan mitosis pertamanya, dan

8
membentuk oosit sekunder dan badan polar pertama(Gartner,
2007).
Folikel ovarium
Folikel ovarium dikelilingi jaringan stroma dan terdiri atas
oosit primer yang dikelilingi sel-sel folikel (sel granulosa) yang
tersusun dalam satu lapisan atau beberapa lapisan konsentris
disekitar oosit primer tersebut, berasal dari epitel mesotel dan
kemungkinan juga dari sumber lain, yaitu dari kordaseks primitif
mesonefros, rekursor metanefros, struktur yang akan berkembang
menjadi ginjal permanen. Terdapat dua tahap perkembangan
folikular berdasarkan pertumbuhan folikel; pentahapannya juga
dikategori berdasarkan perkembangan oosit dan sel-sel folikel :
1) Folikel yang tidak bertumbuh, atau folikel primordial
2) Folikel dalam pertumbuhan:
a) Folikel primer unilaminar dan multilaminar
b) Folikel sekunder (antral)
c) Folikel graaf (matur)(Gartner, 2007).
Perkembangan folikel primer tidak tergantung pada FSH;
diferensiasi dan proliferasi sel-sel folikel dipicu saat itu oleh faktor
lokal yang belum dikenal yang disekresi kemungkinan oleh sel-sel
folikel ovarium. Namun, folikel sekunder dan folikel-folikel yang
lebih lanjut, perkembangannya dibawah pengaruh FSH.
Perkembangan folikel biasanya memuncak dengan dilepaskannya
sebuah oosit (ovulasi) (Gartner, 2007).

9
Gambar 2.4. Tahapan perkembangan folikel pada ovarium

1) Folikel Primordial
Folikel primordial terdiri atas sebuah oosit primer
diliputi oleh selapis sel folikel gepeng.Oosit primer (berhenti
pada tahap profase meiosis I merupakan sel bulat dengan
diameter 25 µm. Mempunyai sebuah inti besar yang asentris
mengandung sebuah nukleolus. Nukleoplasmanya tampak
vesikular oleh karena kromosomnya tidak mengulir (uncoiled).
Organelnya terdiri atas banyak mitokondria, kompleks golgi
yang berkembang baik, retikulum endoplasma kasar (RER)
yang menunjukkan beberapa ribosom, dan sesekali lamela
berbentuk cincin. Sel folikel gepeng meliputi seluruh oosit
primer dan saling berikatan melalui desmosom. Dipisahkan
dari stroma jaringan ikat oleh lamina basal (Gartner, 2007).

2) Folikel Primer
Folikel primordial berkembang menjadi folikel primer.
Oosit primer tumbuh hingga berdiameter sekitar 100-150 µm
dengan sebuah inti besar (kadang disebut sebagai vesikel

10
germinal). Sejumlah kompleks Golgi tersebar di dalam sel.
RER semakin banyak ribosomnya, ribosom bebas menjadi
banyak, dan mitokondria ditemukan banyak tersebar disekujur
sel.
Sel-sel folikel bentuknya menjadi kuboid. Selama hanya
satu lapis sel folikel yang mengitari oosit, folikelnya disebut
folikel primer unilaminar. Saat sel-sel folikel berproliferasi dan
menjadi berlapis, membentuk beberapa lapis sel sekitar oosit
primer, folikel disebut folikel primer multilaminar, dan sel
folikel kemudian akan disebut sebagai sel-sel granulosa.
Sel-sel stroma mulai menyusun diri di sekitar folikel
primer multilaminar, membentuk teka interna, yang terdiri
terutama atas suatu lapisan selular dengan banyak kapiler
darah, dan suatu teka eksterna di luarnya, yang terutama terdiri
atas jaringan ikat fibrosa. Sel-sel teka interna memiliki reseptor
LH pada plasmalema permukaannya, dan sel-sel ini
mempunyai karakteristik ultrastruktural sel-sel produsen
steroid. Sitoplasmanya mengandung banyak droplet lipid
dengan banyak retikulum endoplasma halus (SER), dan krista
mitokondria yang tubular.

3) Folikel Sekunder (Antral)


Folikel primer multilaminar terus berkembang dan
membesar hingga mencapai diameter 200 µm. Sebuah folikel
yang besar dan bundar terbentuk dengan banyak lapisan sel
granulosa di sekitar oosit primer (yang ukurannya akan
menetap). Beberapa ruang antar sel kemudian terbentuk dalam
masa sel granulosa dan akan terisi cairan yang akan dikenal
sebagai likuor folikuli. Setelah folikel primer multilaminar
menunjukkan adanya likuor folikuli, kemudian akan disebut
sebagai folikel sekunder.

11
Proliferasi sel-sel granulosa folikel sekunder tergantung
dari FSH yang dilepaskan oleh sel-sel basophil hipofisis
anterior. Di bawah pengaruh FSH, jumlah lapisan sel-sel
granulosa dan jumlah ruang yang berisi likuor folikuli
meningkat. Cairan ini, merupakan exudat plasma, mengandung
glikosaminoglikan, proteoglikan, dan protein-pengikat-steroid
yang di produksi oleh sel-sel granulosa. Tambahan pula, cairan
juga mengandung hormon-hormon progesteron, estradiol,
inhibin, folliostatin (folikulostatin), dan aktivin, yang
meregulasi penglepasan LH dan FSH. Sebagai tambahan, FSH
(bersama dengan estrogen) menginduksi sel-sel granulosa yang
membentuk reseptor untuk LH yang akan tertanam pada
plasmalemanya.
Dengan bertambahnya produksi cairan, butiran likuor
folikuli menyatu membentuk sebuah ruangan berisi cairan,
yaitu antrum. Sel-sel granulosa akan tersusun kembali
sehingga oosit primer akan dikitari oleh sekelompok kecil sel-
sel granulosa yang menonjol keluar dari dinding dalam antrum
yang berisi cairan. Struktur ini disebut kumulus ooforus. Sel
sel granulosa kuboid rendah yang tersusun longgar tepat
berdampingan dengan zona pelusida bergerak agak menjauh
dari oosit. Namun filopodianya tetap di dalam zona pelusida,
mempertahankan kntak dengan oosit primer. Satu lapis sel-sel
granulosa yang langsung mengitari oosit primer yang disebut
korona radiata. Pada saat ini, dapat dibedakan dua jenis sel
granulosa : membrana granulosa dan kumulus granulosa.

4) Folikel Graaf (Matur)


Folikel matur disebut juga folikel matang, mungkin
berukuran hingga sebesar ovariumnya sendiri dan folikel jenis
inilah yang akan di ovulasi (Gartner, 2007).

12
Proliferasi berkelanjutan sel-sel granulosa dan
pembentukkan berlanjut likuor folikuli menghasilkan
terbentuknya folikel Graaf (matur) yang diameternya mungkin
mencapai 2,5 cm saat ovulasi. Folikel Graaf dapat terlihat
sebagai sebuah benjolan transparan pada permukaan ovarium,
dan berukuran nyaris seperti ovariumnya sendiri (Gartner,
2007).
Sel-sel folikel pada dinding folikel menyusun membrana
granulosa. Pembentukan likuor folikuli kumulus ooforus yang
terdiri atas oosit primer, korona radiata, dan sel-sel folikelnya
terlepas dari dasarnya mengapung dengan bebas dalam likuor
folikuli (Gartner, 2007).

Korpus Luteum

Gambar 2.5. Struktur Korpus luteum

Korpus luteum terbentuk dari sisa folikel Graaf,


merupakan kelenjar endokrin temporer yang menghasilkan
dan melepaskan hormon-hormon yang menyokong
endometrium uterus. Setelah oosit sekunder dan sel-sel

13
pengikutnya diovulasikan, sisa folikel Graaf kolaps dan
menjadi berlipat-lipat. Sebagian pembuluh darah yang pecah
mengalirkan darah ke ruangan folikel, membentuk suatu
bekuan di tengah-tengah yang disebut korpus hemoragikum.
Sementara bekuan dihilangkan sel-sel fagosit, kadar LH yang
tetap tinggi mengubah korpus hemoragikum menjadi korpus
luteum. Korpus luteum berfungsi sebagai kelenjar endokrin.
Korpus luteum terdiri atas:
a) Sel-sel lutein-granulosa
Sel-sel lutein-granulosa merupakan modifikasi dari sel-sel
granulosa. Sel-sel granulosa yang tersisa di daerah tengah
folikel meliputi sekitar 80% populasi sel pada korpus
luteum. Sel-sel ini besar, pucat (dengan diameter 30-50
µm), sel-sel ini mempunyai banyak mikroviluspanjang
dan akan membentuk semua organel yang dibutuhkan
untuk produksi steroid. Sel-sel lutein-granulosa
memproduksi progesteron dan mengubah androgen yang
diproduksi oleh sel-sel teka-lutein menjadi estrogen
(Gartner, 2007).
b) Sel-sel lutein-teka
Sel-sel lutein-teka merupakan modifikasi dari sel-sel
teka-interna. Sel-sel teka interna di daerah perifer korpus
luteum meliputi sekitar 20% populasi sel-sel luteal. Sel-
sel ini berwarna gelap berdiameter 15 µm namun
termodifikasi menjadi sel-sel penghasil hormon yang
disebut sel-sel lutein teka. Sel-sel ini khusus
memproduksi progesteron, beberapa estrogen, dan
androgen (Gartner, 2007).

14
Korpus albikans
Korpus luteum diinvasi oleh fibroblas, menjadi fibrotik, dan
berhenti berfungsi. Sisanya akan mengalami autolisis, suatu
proses yang dikenal sebagai luteolisis, dan difagositosis oleh
makrofag. Jaringan ikat fibrosa yang terbentuk di tempatnya
dikenal sebagai korpus albikans dan akan bertahan beberapa
waktu sebelum kemudian diserap. Sisa-sisa korpus albikans
akan menetap sebagai jaringan parut pada permukaan ovarium
(Gartner, 2007).

Folikel Atretik
Ovarium mengandung banyak folikel dalam beraneka stadium
perkembangan. Sebagian besar folikel berdegenerasi sebelum
mencapai tahap matang, namun beberapa folikel Graaf
terbentuk dalam setiap siklus menstruasi. Namun, sekali
sebuah folikel matang memecah dan melepaskan oosit
sekunder dan sel-sel pengiringnya. Folikel yang sudah
mengalami proses pematangan akan mengalami atresia:
folikel atretik yang terbentuk kemudian akan di fagosit oleh
makrofag. Jadi, biasanya hanya sebuah folikel yang
berovulasi dalam setiap siklus menstruasi. Kadang-kadang,
dua folikel yang terpisah berkembang mencapai kematangan
dan mengalami ovulasi, menghasilkan saudara kembar apabila
kedua oosit dibuahi. Walaupun sekitar 2% di antara semua
folikel akan mencapai tahap matang dan ideal untuk menjalani
ovulasi, hanya 5%-6% diantaranya yang benar-benaar
berovulasi. Di antara semua folikel yang ada di ovarium saat
menarik, hanya 0,1%-0,2% yang akan berkembang menjadi
matang dan mengalami ovulasi.

15
b. Medula Ovarium
Medula ovarium merupakan jaringan ikat fibroeblastis yang
banyak berpembuluh darah, ditempati oleh sel-sel jaringan ikat, sel-
sel interstisial, dan sel-sel hilus (Gartner, 2007).
Medula terdiri atas sel-sel fibroblas tertanam dalam jala-jala
yang banyak mengandung kolagen, dan serat-serat elastis. Medula
juga mengandung pembuluh darah besar, pembuluh limfe dan
serat-serat saraf. Medula ovarium manusia yang pramenstruasi
mempunyai beberapa kelompok sel interstisial yang epiteloid yang
bersekresi estrogen. Pada mamalia yang nelahirkan banyak anak,
ovariumnya mengandung banyak kelompokan sel interstisial yang
disebut sebagai kelenjar interstisial (Gartner, 2007).
Sel-sel hilus merupakan kelompokkan sel epiteloid di medula
ovarium. Sel-sel ini mempunyai konfigurasi organel yang sama dan
mengandung substansi yang sama dalam sitoplasmanya seperti sel
Leydig pada testis (Gartner, 2007).

2. Oviduk
Oviduk atau saluran telur berperan sebagai pipa penyalur bagi
spermatozoa untuk mencapai oosit primer dan menyalurkan telur yang
telah dibuahi ke uterus. Oviduk merupakan sepasang bangunan, tubular
berdinding otot berukuran panjang sekitar 12 cm, masing-masing
mempunyai ujung terbuka dan ujung yang berikatan (Gartner, 2007).
Oviduk terbagi dalam empat daerah secara anatomis:
a. Infundibulum
Bagian dari oviduk yang ujung terbukanya berakhir dengan
tonjolan berumbai-rumbai disebut fimbria. Fimbria berfungsi
menangkap oosit sekunder.
b. Ampula
Bagian yang melebar tempat pembuahan biasa terjadi.

16
c. Ismus
Merupakan bagian sempit antara ampula dan uterus.
d. Bagian intramural
Bagian yang menembus dinding uterus untuk membuka ke dalam
uterus (Gartner, 2007).
Saluran telur dilapisi peritoneum viseral. Dindingnya terdiri atas tiga
lapisan:
a. Lapisan mukosa
Lapisan mukosa mempunyai ciri-ciri banyak lipatan longitudinal.
Lipatan ini dapat ditemukan pada keempat daerah oviduk, namun
paling menyolok terdapat di daerah ampula. Epitel kolumnar
selapis yang paling banyak melapisi, terutama di daerah
infundibulum dan memendek saat saluran telur mendekati uterus
(Gartner, 2007). Terdapat dua jenis sel yang menyusun epitel
tersebut:
1) Sel pasak tak bersilia
Sel pasak tak bersilia berfungsi untuk sekretori, menghasilkan
lingkungan yang bernutrisi dan aman untuk memelihara
spermatozoa dalam perjalanan migrasinya mencapai oosit
sekunder. Sekret sel pasak dapat menyebabkan spermatozoa
menjadi matang penuh dan membuahi ovum (Gartner, 2007).
2) Sel-sel bersilia
Sel-sel bersilia berfungsi untuk menyapu atau mendorong ovum
yang telah dibuahi oleh spermatozoa ke arah uterus (Gartner,
2007).
Lamina propria mukosa oviduk terdiri atas jaringan ikat longgar
yang mengandung fibroblas, sel mast, sel limfoid, serat-serat
kolagen, dan retikuler (banyak terdapat pembuluh darah).
b. Lapisan Muskularis
Lapisan muskularis terdiri atas lapisan otot polos sirkuler (pada
bagian dalam) dan lapisan otot laongitudinal (pada bagian luar).

17
Jaringan ikat longgar juga mengisi ruang-ruang di antara berkas-
berkas otot (Gartner, 2007).
c. Lapisan Serosa
Pada lapisan serosa terdapat jaringan ikat longgar yang banyak
mengandung pembuluh darah dan serat saraf autonom (Gartner,
2007).
Oviduk memiliki fungsi, antara lain:
a. Sebagai alat transportasi bagi ovum dan spermatozoa dalam arah
berlawanan ketempat pembuahan.
b. Sebagai tempat pertumbuhan hasil pembuahan sebelum dapat
masuk ke bagian dalam uterus (rahim).
c. Sebagai penangkap ovum.
d. Dapat menjadi tempat fertilisasi (pembuahan) (Anonim, 2015).

1. Uterus
Uterus sebuah bangunan berbentuk buah pir yang terletak di garis
tengah panggul. Pada sisinya yang lebar, ujung tertutup terminal
sepasang saluran telur. Uterus merupakan organ muskular yang kuat
berukuran panjang sekitar 7 cm, lebar 4 cm, dan tebal 2,5 cm. Uterus
merupakan organ muskular yang terdiri atas fundus, korpus,dan servix
(leher rahim) (Gartner, 2007).
a. Korpus, merupakan bagian lebar tempat membukanya saluran telur
b. Fundus, merupakan bagian yang membulat yang menjadi dasar
terletak atas pintu keluar saluran telurnya.
c. Serviks, bagian sirkular sempit yang menonjol dan membuka ke
dalam vagina.
Dinding uterus pada korpus dan fundus terdiri atas:
a. Endometrium
Endometrium merupakan mukosa penutup uterus, terdiri atas
dua lapisan, lapisan superfisial fungsional dan lapisan basal di
bawahnya (Gartner, 2007).

18
Endometrium atau mukosa uterus terdiri atas epitel slindris
selapis dan lamina propia. Epitel terdiri atas sel-sel slindris
sekretorik tak bersilia dan sel-sel bersilia, dan lamina propia berisi
kelenjar tubular simpleks bercabang yang menjulur hingga
miometrium. Walaupun sel-sel kelenjar mirip dengan sel-sel yang
pada epitel permukaan, namun tidak ditemukan sel bersilia pada
kelenjar. Jaringan ikat kolagenosa padat tidak beraturan pada lamia
propia banyak mengandung sel (selular) dan mengandung sel
berbentuk bintang, makrofag, leukosit, dan banyk serat-serat
retikula. Perubahan morfologis dan fisiologis yang terjadi pada
endo-metrium selama fase-fase siklus menstruasi diatur oleh
berbagai hormon (Gartner, 2007).
Endometrium terdiri atas dua lapisan :
1) Lapisan Fungsional, suatu lapisan superfisial, tebal yang
dilepaskan saat menstruasi.
2) Lapisan Basal, lapisan dibawahnya, lebih tipis yang unsur
kelenjar dan jaringan ikatnya berproliferasi dan dengan
demikian meregenerasi lapisan fungsional selama setiap siklus
menstruasi.
Lapisan fungsionalis dipasok oleh banyak arteri ulir, yang
mengulir yang berasal dari arteri-arteri arkuata dari stratum
vaskulare, yang terletak di bagian tengah lapisan
miometrium.Kumpulan arteri lain yang berjalan lurus, arteria rekta,
juga berasal dari arteria arkuarta namun jauh lebih pendek dan
hanya menyuplai lapisan basal.
b. Miometrium
Miometrium terdiri atas lapisan otot polos longitudinal
dalam, sirkular tengah, dan longitudinal luar. Dinding otot tebal
uterus, yaitu Miometrium, terdiri atas tiga lapisan otot polos. Otot
longitudinal menyusun lapisan dalam dan lapisan luar, sedangkan
lapisan tengah yang banyak mengandung pembuluh darah berisi

19
terutama berkas otot polos yang tersusun sirkular. Daerah dengan
banyak vaskularisasi ini berisi arteri arkuata dan disebut stratum
vaskulare (Gartner, 2007).
Dengan mengecilnya uterus ke arah serviks, jumlah jaringan
otot berkurang dan digantikan oleh jaringan ikat fibrosa. Pada
serviks, Miometrium terdiri atas jaringan ikat iregular padat
mengandung serat-serat elastik dan hanya sedikit sel-sel otot polos
yang tersebar. Jumlah dan ukuran sel-sel otot miometrium
berhubungan dengan kadar estrogen. Sel-sel otot tersebar dan
terbanyak selama kehamilan, saat kadar estrogen paling tinggi, dan
paling kecil setelah selesai haid saat kadar estrogen rendah. Waktu
estrogen tidak ada, otot miometrium mengalami atrofi, dan
beberapa selnya mengalami apoptosis. Walaupun sebagian besar
pembesaran ukuran uterus selama kehamilan disebabakan oleh
hipertrofi sel-sel oto polos, jumlah sel otot polos juga meningkat,
menyatakan bahwa juga terjadi hiperplasia. Namun tidak jelas
apakah peningkatan jumlah sel hanya disebabkan oleh pembelahan
sel-sel otot polos atau juga dari diferensiasi dari sel-sel yang belum
berdiferensiasi (Gartner, 2007).
Rangsang seksual menyebabkan konstraksi sedang uterus.
Selama menstruasi, konstaksi kuat, ritmik uterus hamil saat
melahirkan mendorong fetus dan kemudian plasenta keluar dari
uterus. Proses kontraksi uterus saat melahirkan menyebabkan oleh
aktivitas hormonal:
1) Di bawah pengaruh hormon kortikotropik, miometrium dan
membran-membran fetal memproduksi sejumlah prostaglandin
2) Kelenjar hipofisis posterior melepaskan hormon oksitosin
3) Prostaglandin dan oksitosin merangsang kontraksi uterus, yang
akan meghambat kehilangan darah berlebihan dari tempat
lepasnya plasenta.

20
c. Adventisia/ Serosa
Pada bagian anterior atas uterus agak miring ke anterior dan
menempel ke arah kandung kemih, sebagian besar bagian
anteriornya ditutupi oleh lapisan adventisia (jaringan ikat tanpa
penutup epitel). Jadi daerah ini letaknya retro-peritoneum. Fundus
dan bagian posterior korpus dilapisi oleh lapisan serosa terdiri atas
suatu lapisan mesotel gepeng di atas jaringan ikat areolar. Jadi
daerah ini letaknya intraperitoneum (Gartner, 2007).

Tipe bentuk uterus hewan ada bermacam-macam, antara lain:


a. Uterus Simpleks
Uterus tipe Sipleks ini dimiliki oleh primata dan mamalia sejenis.
Uterus tipe ini mempunyai servik uteri, korpus uteri nya jelas dan tidak
memiliki kornua uteri.
b. Uterus Bipartitus
Uterus tipe Bipartitus ini dimiliki oleh sapi, domba, anjing, kucing,
dan kuda. Uterus tipe ini mempunyai satu servik, korpus uteri jelas
terutama pada kuda, mempunyai kornua uteri, dan terdapat sebuah
septum pemisah kedua kornua uteri.
c. Uterus Bikornis
Uterus tipe Bikornis ini dimiliki oleh babi. Korpus uterus sangat
pendek,sebuah servik dan kornua uteri panjang serta berkelok-kelok.
d. Uterus Duplek
Uterus tipe duplek ini dimiliki oleh tikus, mencit, kelinci, dan
marmot.Uterus tipe ini memiliki dua korpus uteri, dan dua servik.
e. Uterus Delphia
Uterus tipe delphia ini dimiliki oleh hewan berkantung, seperti
opossum, kanguru, dan platypus. Semua saluran kelaminnya terbagi
dua yaitu dua kornua uteri, dua korpus uteri, dua servik, dan dua
vagina.

21
Gambar 2.6. Tipe-Tipe Uterus pada Vertebrata

2. Serviks
Serviks merupakan ujung terminal uterus yang menjorok ke
dalam vagina. Lumen serviks dilapisi oleh epitel silindris selapis yang
bersekresi mukus. Namun, permukaan luarnya, di daerah serviks yang
menonjol ke vagina, diliputi oleh epitel gepeng berlapis tanpa lapisan
tanduk seperti pada vagina. Dinding serviks terdiri atas jaringan ikat
pada kolagen dengan banyak serat-serat elastik dan hanya beberapa
serat otot polos. Mukosa servikal mempunyai kelenjar serviks yang
bercabang. Walaupun mukosa serviks mengalami perubahan selama
siklus menstruasi, namun tidak dilepaskan saat menstruasi (Gartner,
2007).
Saat titik tengah menstruasi, sekitar waktu ovulasi, kelenjar
serviks menyekresikan cairan serosa yang memfasilitasi masuknya
spermatozoa ke dalam uterus. Pada Saat lain, termasuk saat kehamilan,
sekresi kelenjar serviks menjadi semakin kental, membentuk sumbat
dari mukus kental pada mulut serviks, sehingga mencegah masuknya
sperma dan organisme mikro ke dalam uterus. Hormon progesteron
yang mengatur perubahan kekentalan sekresi kelenjar serviks (Gartner,
2007).

22
Gambar 2.7. Struktur serviks

Serviks adalah bagian bawah uterus. Gambar ini memperlihatkan


potongan memanjang melalui serviks, endoserviks atau kanalis
servikalis (5), bagian forniks vagina (8), dan dinding vagina (10)
(Eroschenko, 2010: 484).
Kanalis servikalis (5) dilapisi oleh epitel (2) kolumnar tinggi
penghasil mukus yang berbeda dari epitel uterus, yang berhubungan
dengannya. Epitel serviks juga dilapisi oleh kelenjar serviks (3) tubular
bercabang yang meluas membentuk sudut terhadap kanalis servikalis
(5) ke dalam lamina propria (12). Sebagian kelenjar serviks mungkin
tersumbat dan dan berkembang menjadi kista glandular (4) kecil.
Jaringan ikat di lamina propria (12) serviks lebih fibrosa daripada
uterus. Pembuluh darah, saraf, dan kadang kala nodulus limfoid (11)
mungkin terlihat (Eroschenko, 2010: 484).
Ujung bawah serviks, ostium serviks (6), menonjol ke dalam
lumen kanalis vaginalis (13). Epitel silindris (2) kanalis servikalis (5)
berubah mendadak menjadi epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk
untuk melapisi bagian vagina di serviks yaitu porsio vagina (7) dan
permukaan luar forniks vagina (8). Di dasar forniks, epitel (7) serviks

23
vginalis berubah menjadi epitel vagina (9) di dinding vagina (10)
(Eroschenko, 2010: 484).
Otot polos di tunika muskularis memanjang ke dalam serviks
tetapi tidak sepadat otot di korpus uterus (Eroschenko, 2010: 484).

3. Vagina
Vagina merupakan bangunan tubular fibromuskular dengan
panjang 8-9 cm berhubungan dengan uterus di sebelah proksimal dan
membuka ke vestibulum genitalia eksterna di sebelah distal. Dinding
vagina tidak memiliki kelenjar dan terdiri atas tiga lapisan: mukosa,
lapisan muskularis, dan adventisia. Mukus yang menutupi lumen vagina
dihasilkan oleh kelenjar serviks uterus. Selama berhubungan seksual,
mukus pelumas tambahan dihasilkan oleh sejumlah besar glandula
vestibularis minor dan pasangan glandula vestibularis major yang
membuka ke dalam vestibulum, suatu ruang yang diselubungi di dalam
labia minora yang juga mengandung orificium vaginae dan orificium
urethrae dan jaringan erektil anterior klitoris. Epitel gepeng berlapis
yang melapisi berbagai berbagai komponen vestibulum, yang bersama-
sama membentuk genetalian eksterna, bersatu dengan epidermis kulit
sekitar. Mukosa struktur tersebut banyak disuplai oleh saraf sensorik
dan berbagai reseptor taktil yang biasanya ditemukan pada kulit, yang
penting pada fisiologi rangsangan seksual (Mescher, 2011: 396)
Epitel mukosa vagina merupakan epitel berlapis gepeng tanpa
lapisan tanduk dengan tebal 150-200 µm pada orang dewasa (Gambar
2.2). Sel-selnya dapat mengandung sedikit keratohialin, tetapi
mengalami keratinisasi membentuk lempeng-lempeng keratin seperti
pada epidermis. Dalam pengaruh estrogen, sel epitel menyintesis dan
mengumpulkan glikogen. Ketika sel-sel terlepas, bakteri
memetabolisme glikogen menjadi asam laktat, yang menyebabkan
rendahnya pH dalam vagina, yang membantu memberikan

24
perlindungan terhadap beberapa mikroorganisme patogen (Mescher,
2011: 396).
Lamina propia mukosa banyak mengandung serat elastin dan
memiliki banyak papila sempit yang menonjol ke dalam lapisan epitel.
Jaringan ikat vagina biasanya mengandung limfosit dan neutrofil dalam
jumlah relatif besar. Selama fase pramenstruasi dan menstruasi, leukosit
khususnya banyak dijumpai di seluruh mukosa dan lumen vagina.
Mukosa vagina itu sendiri memiliki sedikit ujung saraf sensorik
(Mescher, 2011: 396).
Lapisan otot pada vagina terutama terdiri atas dua lapisan otot
polos khusus, yang tersebar sebagai berkas otot sirkular yang
bersebelahan dengan mukosa dan berkas longitudinal yang lebih tebal
di dekat lapisan adventisia. Suatu otot sfingter terdiri atas serat-serat
otot skeletal, melingkari vagina pada pintu eksternal. Jaringan ikat
adventisia kaya akan serat elastin, yang membuat dinding vagina
menjadi kuat dan elastis yang menghubungkannya dengan jaringan ikat
sekitar. Lapisan luar ini juga mengandung pleksus vena yang luas,
pembuluh limfe dan saraf. (Mescher, 2011: 396).
Vagina adalah suatu struktur fibromuskular yang terbentang dari
serviks ke vestibulum genitalia eksterna. Dindingnya memiliki banyak
lipatan dan terdiri dari mukosa di sebelah dalam, lapisan otot di tengah,
dan jaringan ikat adventisia di sebelah luar. Vagina yang tidak memiliki
kelenjar di dindingnya dan lumennya dilapisi oleh epitel berlapis
gepeng. Mukus yang dihasilkan oleh sel-sel di kelenjar serviks
melumasi lumen vagina. Lamina propria yang terletak di atas lapisan
otot polos organ terdiri dari jaringan ikat fibroelastik longgar yang kaya
pembuluh darah. Seperti epitel serviks, lapisan vagina tidak terlepas
sewaktu haid (Eroschenko, 2010: 483).

25
Gambar 2.8. Struktur vagina

C. Struktur Ovum pada Vertebrata


Sitoplasma sel telur mengandung semua materi yang dibutuhkan
untuk mengawali hidup yaitu protein, ribosom dan tRNA, mRNA untuk
25.000-50.000 protein yang berbeda, diantaranya adalah protein untuk
faktor morfogenetik dan pelindung terhadap senyawa kimia. Sintesis RNA
sel telur berlangsung selama perkembangan sel telur itu sendiri (Gilbert,
2000).
Sel telur mamalia berada pada tahap oosit sekunder dikelilingi oleh
sel-sel folikel yang sering disebut kumulus yang ikut diovulasikan bersama
sel telur. Dibawah sel-sel kumulus terdapat matriks ekstraseluler yang
mengeliling sel telur yaitu zona pelusida atau juga sering disebut carona
radiata. Di bawah membrane plasma sel telur terdapat sitoplasma yang
menyerupai gel yang disebut kortek. Kortek mengandung molekul aktin
globular yang tinggi kosentrasinya. Molekul aktin ini yang nantinya selama
fertilisasi akan membentuk mikrofilamen. Mikrofilamen berperan pada

26
pembelahan sel dan membentuk juluran kearah luar sel telur yang disebut
mikrovili. Mikrovili berperandalam membantu penetrasi spermake dalam
sel telur. Di bawah kortek terdapat kortikal granul yang kayaakan enzim
proteolitik, mukopolisakarida, glikoprotein adhesif dan protein hialin.
Enzim dan mukopolisakarida aktif dalam menghambat penetrasi sperma lain
setelah ada satu sperma yang berikatan dengan sel telur, sedangkan
glikoprotein adhesif dan protein hialin berperan dalam mendukung terjadi
cleavage pertama pada stadium blastomer (Gilbert, 2000).
Pada makhluk hidup bersel banyak (multiseluler), pembelahan sel
mengakibatkan bertambahnya sel-sel tubuh. Oleh karena itu, terjadilah
proses pertumbuhan pada makhluk hidup. Pembelahan sel juga berlangsung
pada sel kelamin atau sel gamet yang bertanggung jawab dalam proses
perkawinan antar individu. Setelah dewasa, sel kelenjar kelamin pada tubuh
manusia membelah membentuk sel-sel kelamin. Pada wanita menghasilkan
sel telur atau ovum di dalam ovarium. Ovum, selayaknya spermatozoon
juga didesain khusus untuk memuat muatangenetis berupa 23 kromosom,
dan merupakan gamet dari wanita.

Gambar 2.9. Struktur ovum pada vertebrata

Untuk melindungi muatan genetis tersebut, ovum harus memiliki


beberapa lapisan pelindung, antara lain:

27
1. Membran Vitellin yaitu lapisan transparan di bagian dalam ovum.
Membran plasma dari sel telur disebut membran vitelline, dan memiliki
fungsi yang sama seperti pada sel lain, terutama untuk mengontrol apa
yang masuk dan keluar dari mereka.
2. Zona Pellusida yaitu lapisan pelidung ovum yang tebal dan terletak di
bagian tengah. Terdiri dari protein dan mengandung reseptor untuk
spermatozoa. Zona pelusida, lebih dikenal sebagai ‘jelly mantel’. Hal
ini juga terlibat dalam pengikatan sperma selama pembuahan dan
mencegah lebih dari satu sperma memasuki sel telur.
3. Korona Radiata yaitu merupakan sel-sel granulosa yang melekat disisi
luar oosit dan merupakan mantel terluar ovum yang paling tebal.
Lapisan terluar ini terdiri dari beberapa baris sel granulosa yang
mrmbiarkan telur menempel setelah dikeluarkan dari folikel. Korona
radiata menyediakan sel telur dengan protein esensial dan bertindak
seperti pembungkus gelembung, melindunginya saat berjalan menuruni
tuba falopi. (Gilbert, 2000).
Berdasarkan kandungannya yolknya, telur hewan dikelompokkan
menjadi 4 macam, yaitu:

Gambar 2.10. Macam-macam ovum berdasarkan susunan yolknya

1. Homolesital (oligolesital dan isolesital), adalah telur yang mempunyai


sedikit yolk dan tersebar merata diseluruh ooplasma. Misalnya, telur
echinodermata, amfioksus dan mamalia.

28
2. Mediolesital (mesolisital), adalah tipe telur yang kandungan yolknya
berkadar sedang dan mengisi daerah kutub vegetal telur. Misalnya, telur
amfibia dan cephalopoda.
3. Telolesital, adalah jenis telur yang banyak mengandung yolk dan
hampir mengisi seluruh isi telur, sedangkan inti dan sedikit sitoplasma
menempati haanya bagian puncak dari kutub animal. Misalnya, telur
reptil, ikan, dan unggas.
4. Sentrolesital, adalah tipe sel telur di mana yolk nya relatif banyak
dibandingkan volume telur, tetapi terletak dibagian tengah, sedangkan
sitoplasmanya di sebelah luar. Misalnya, telur anthropoda (Surjono,
2000).

1. Struktur Ovum Pada Pisces


Tipe ovum pada pisces yaitu tipe ovum telolesital. Ovum
telolesital yaitu tipe ovum yang banyak mengandung yolk dan hampir
mengisi seluruh isi telur, sedangkan inti dan sedikit sitoplasma hanya
menempati bagian puncak dari kutub animal (Surjono, 2000).

2. Struktur Ovum Pada Amfibia


Amfibia merupakan kelompok hewan yang mengasilkan banyak
telur dalam sekali masa berbiak. Hal ini sangat berbeda dari aves dan
mamalia. Fase mitosis (perbanyakan) pada amfibia tidak terbatas pada
masa embrio (seperti yang dialami aves dan mamalia), melainkan
berlangsung sepanjang hidupnya. Setiap tahun sekelompok telur baru
akan dihasilkan sebagai hasil meiosis yang didahului proses
perbanyakan ooganium (stem cell gametogenic). Proses pematangan sel
telur katak (Rana papiens) memakan waktu 3 tahun (Wiati, 2000).
Selama 2 tahun pertama proses pematangan telur katak berjalan
lambat, tetapi pada tahun ketiga (musim panas) proses pematangan
semakin cepat hingga telur berdiameter ± 1500 mikron (pada musim
gugur). Selanjutnya, hewan betina berhibernasi dan pada permukaan

29
musim semi, telur-telur yang sudah matang dikeluarkan. Dalam
ovarium amfibia, telur-telur tersusun dalam folikel individual.; setiap
telur dilapisi oleh lapisan epitel folikuler, theca (selapis tipis jaringan
ikat ovarium yang mengandung pembuluh darah), dan selapis epitel
ovarium (Wiati, 2000).
Tipe ovum pada amfibia yaitu tipe ovum mediolesital. Ovum
mediolesital yaitu tipe ovum yang kandungan yolknya berkadar sedang
dan mengisi daerah kutub vegetal telur (Surjono, 2000).

3. Struktur Ovum Pada Aves


Bagian kuning telur beserta blastodiskusnya pada burung
merupakan sel tunggal (ovum). Besarnya sel telur ini disebabkan oleh
banyaknya timbunan zat makanan cadangan (yolk) di dalamnya.
Komponen telur lainnya adalah putih telur membran cangkang telur,
dan cangkang telur yang bersifat non seluler dan dihasilkan ketika sel
telur melalui saluran reproduksi betina (Wiati, 2000).
Yolk di reproduksi di dalam hati, selanjutnya ditransfer melalui
pembuluh darah menuju sel-sel folikel yang mengelilingi ovum.
Selanjutnya, sel-sel folikel ini mengemas dan mentransfernya ke dalam
ovum (Wiati, 2000).
Ovum yang sangat muda akan tertanam di dalam ovarium.
Sejalan dengan pertumbuhannya, ovum-ovum akan bermunculan dan
akhirnya akan berbentuk benjolan (penonjolan) di permukaan ovarium
(Wiati, 2000).
Tipe ovum pada aves sama seperti pisces, memiliki tipe ovum
telolesital. Ovum telolesital yaitu tipe ovum yang banyak mengandung
yolk dan hampir mengisi seluruh isi telur, sedangkan inti dan sedikit
sitoplasma hanya menempati bagian puncak dari kutub animal
(Surjono, 2000).

30
4. Struktur Ovum Pada Reptilia
Tipe ovum pada reptilia sama seperti pisces, memiliki tipe ovum
telolesital. Ovum telolesital yaitu tipe ovum yang banyak mengandung
yolk dan hampir mengisi seluruh isi telur, sedangkan inti dan sedikit
sitoplasma hanya menempati bagian puncak dari kutub animal
(Surjono, 2000).

5. Struktur Ovum Pada Mamalia


Seperti yang telah kita ketahui bahwa proses oogenesis pada
mamalia telah dimulai sejak masih dalam tahap embrio. Pada saat bayi
perempuan dilahirkan semua sel kelamin di dalam ovariumnya telah
terbentuk oosit primer (stadium profase) stadium ini akan tertahan
sampai yang bersangkutan menginjak masa pubertasat atau sampai
masa menopause bagi sel telur yang sudah berakhir. Selama masa
penahanan sel-sel telur ini akan banyak menimbun yolk dan bahan yang
diperlukan dengan bantuan sel folikel (Wiati, 2000).
Penahanan meiosis I berakhir pada masa pubertas, karena adanya
perubahan hormonal. Dengan berakhirnya penahanan meiosis I, maka
proses meiosis akan dilanjutkan sampai menghasilkan oosit sekunder
(stadium metafase II). Pada tahap ini lah sel telur di ovulasikan dan
terjadi penahanan meiosis yang kedua kali nya. Penahanan meiosis ini
akan berakhir jika sel telur mengalami pembuahan (Wiati, 2000).
Tipe ovum pada mamalia yaitu tipe ovum homolesital. Ovum
homolesital yaitu ovum yang memiliki sedikit yolk (cadangan
makanan) dan tersebar merata di seluruh ooplasma (Surjono, 2000).

31
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan yang diperoleh, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa sistem reproduksi betina terdiri atas organ genitalia
eksterna dan organ genitalia interna. Organ genitalia eksterna terdiri atas
vulva, mons pubis, labia mayora dan labia minora, serta klitoris. Organ
genitalia interna terdiri atas ovarium, oviduk, serviks, dan vagina.
Struktur ovum pada vertebrata berdasarkan susunan deutoplasma
dapat dibedakan menjadi 4 macam yaitu homolesital, mediolesital,
telolesital, dan sentrolesital.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan
makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari dosen mata kuliah
Struktur Hewan, serta teman-teman sekalian yang bersifat membangun
sangat kami harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini.

32
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Dengan alamat web


http://ketekdekil.blogspot.co.id/2011/02/reproduksi-hewan-betina-adalah-
suatu.html. Diakses pada tanggal 2 Oktober 2016 pukul 16:00 WIB.

Anonim. 2015. Dengan alamat web www.artikelsiana.com/2015/08/bagian-organ-


alat-reproduksi-wanita-fungsi-fungsi.html?m=1. Diakses pada tanggal 24
Oktober 2016.
Anonim. 2013. Dengan alamat web www.mjumani.net/2013/03/macam-macam-
sel-telur-ovum.html#. Diakses pada tanggal 20 Oktober 2016.

Eroschenko, Victor P. 2010. Atlas Histologi DiFiore dengan Korelasi Fungsional.


Jakarta: EGC.

Gilbert, S. F. 2000. Developmental Biology. 4-th. Edition. Sinauer


Association Inc.,Massachuse.

Mescher, Anthony L. 2011. Histologi Dasar Junquiera: Teks dan Atlas. Jakarta:
EGC.

P., Leslie Gartner., James L. Hiatt. 2007. Edisi Ketiga Buku Ajar Berwarna
Histologi. Singapura: Saunders Elseviers.

Setiadi. 2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sloane, Ethel. 1995. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta: EGC.

Wiati, Tien Surjono. 2000. Buku Materi Pokok Perkembangan Hewan.


Universitas Terbuka.

33

Anda mungkin juga menyukai