Anda di halaman 1dari 21

Pengkajian sistem oftalmik

Nawang wulandari
1. Anamnesa gangguan penglihatan
a. Data umum: nama, jenis kelamin, umur,
pekerjaan
b. Keluhan utama: mata merah, mata berair,
mata gatal, mata nyeri, belekan, gangguan
penglihatan (kabur, penglihatan
ganda/diplopia), timbilan, kelilipan
c. Riwayat penyakit dahulu: DM, Hipertensi,
trauma
2. Mengkaji keluhan utama
a. Apakah gangguan terjadi pada saat melihat
jauh atau dekat?
b. Onset mendadak atau bertahap?
c. Diseluruh lapang pandang atau sebagian?
Jika sebagian letaknya disebelah mana?
d. Diplopia satu mata atau kedua mata? Apakah
persistem jika mata ditutup sebelah?
e. Adakah gejala sistemik lain: demam, malaise
3. Pemeriksaan mata
a. Inspeksi mata
• Bentuk dan penyebaran alis dan bulu mata (fungsi alis
dan bulu mata untuk mencegah masuknya benda
asing/debu, mencegah iritasi dan mata kemerahan)
• Lihat sclera dan konjungtiva
1. konjungtiva, dengan menarik palpebral inferior dan
meminta klien melihat ketas. Amati warna, anemis atau
tidak, apakah ada benda asing atau tidak
2. sclera, dengan menarik palpebral superior dan
meminta klien melihat ke bawah. Amati kemerahan pada
sclera, icterus atau produksi air mata berlebih
• Amati kedudukan bola mata kanan kiri simetris atau
tidak, bola mata keluar (eksoptalmus) atau kedalam
(endoftalmus)
• Palpebral turun menandakan kelemahan atau atropi
otot, atau hiperaktivitas palpebral yang menyebabkan
kelopak mata terus berkedip dan tak terkontrol
• Kaji sistem lakrimasi mata dengan menggunakan kertas
lakmus untuk mendapatkan data apakah mata kering
atau basah yang artinya lakrimasi berfungsi baik
(schime test)
• Kaji sistem pembuangan air mata dengan uji anel test.
Yaitu dengan menggunakan spuit berisi cairan dan
berikan pada kanal lakrimal
Reflek pupil
• Gunakan penlight dan sinari mata kanan kiri dari lateral
ke medial, amati respon pupil. Normalnya jika terang
pupil mengecil dan jika gelap pupil membesar
• Amati ukuran pupil dengan melihat simbol lingkaran yang
ada pada badan penlight dan bagaimana reflek pupil
tersebut, isokor atau anisokor
• Interpretasi:
normal: bentuk pupil (bulat reguler), uk 2-5mm, posisi
pupil ditengah-tengah, pupil kanan dan kiri isokor, reflek
cahaya langsung (+), reflek cahaya redup (+)
kelainan: pintpoin pupil, bentuk ireguler, anisokor dengan
kelainan reflek cahaya dan ukuran pupil besar atau kecil
Lapang pandang/ tes konfrontasi
• Lapang pandang klien=lapang pandang pemeriksa berarti
normal
• Cara :
1. Klienmenutup salah satu mata, tanpa menekan bola mata
2. Pemeriksa duduk didepan klien dengan jarak 60 cm, sama
tinggi dengan klien. Pemeriksa menutup mata berlawanan
dengan klien. LP pemeriksa dianggap sebagai referensi (LP
pemeriksa harus normal)
3. Objek digerakkan dari arah perifer ke central dari delapan
arah pada bidang ditengah pemeriksa dan klien
4. Lapang pandang klien dibandingkan dengan pemeriksa.
Lalu lanjutkan pada mata berikutnya
Pemeriksaan otot ekstraokuler
• Minta klien melihat jari, dan anda
menggerakkan jari anda. Minta klien
mengikuti gerak jari, dengan 8 arah dari
central ke perifer.
• Amati gerakan kedua mata, simetris atau ada
yang tertinggal
Sensibilitas kornea
• Bertujuan mengetahui bagaimana reflek sensasi kornea
dengan menggunakan kapas steril
• Cara pemeriksaan:
1. Bentuk ujung kapas dengan pinset steril agar runcing dan
halus
2. Fiksasi mata pasien keatas agar bulu mata tidak tersentuh
saat kornea disentuh
3. Fiksasi jari pemeriksa pada pipi pasien dan ujung kapas
yang halus dan runcing disentuhkan dengan hati-hati pada
kornea, mulai pada mata yang tidak sakit
• Interpretasi: dengan sentuhan maka mata akan reflek
berkedip. Nilai dengan membandingkan sensibilitas kedua
mata klien
Pemeriksaan visus
1. Snellen card
• Menggunakan kartu snellen dengan
menggantungkan kartu pada jarak 6 meter atau
5 meter dari klien
• Pemeriksaan dimulai dengan menutup salah
satu mata terlebih dahulu, tanpa menekan bola
mata
• Membaca huruf pada snellen dimulai pada baris
paling atas ke bawah. Catat hasil, kemudian
diulangi untuk mata sebelahnya
• Hasil: VOD 6/6, VOS 6/6
2. Hitung jari
• Apabila tidak bisa membaca huruf snellen
pasien diminta menghitung jari pemeriksa
pada jarak 3 meter
• 3/60 pasien bisa hitung jari pada jarak 3 meter
• 1/60 bila klien dapat membaca pada jarak 1
meter
3. Pergerakan jari
• Tidak bisa dihitung jari, maka dilakukan
pemeriksaan gerakan tangan didepan pasien
dengan latar belakang terang. Jika pasien
dapat menentukan arah gerakan tangan pada
jarak 1 meter
• Visus 1/300 kadang kala sudah perlu
menentukan arah proyeksinya
4. Penyinaran
• Jika klien tidak bisa melihat gerakan tangan dilakukan
penyinaran dengan penlight ke arah mata klien
• Apabila klien dapat mengenali saat disinari dan tidak
disinari dari segala posisi (nasal, temporal, atas, bawah)
maka tajam penglihatan 1/ ~
• Jika tidak bisa menentukan arah sinar maka penilaian
V=1/~
• Jika sinar tidak bisa dikenali maka tajam penglihatan
dinilai V=0, bila tidak dapat melihat sinar senter
disebut BUTA TOTAL ditulis 00/000
5. Pemeriksaan dengan pinhole
• Bila responden tidak dapat melanjutkan lagi bacaan
huruf di kartu snellen atau kartu E maka akan dipasang
pinhole
• Dengan pinhole responden dapat melanjutkan
bacaannya sampai baris normal (20/20) berarti klien
disebut gangguan refraksi
• Bila dengan pinhole responden tidak dapat
melanjutkan bacaannya maka disebut katarak
• Bila responden dapat membaca sampai baris normal
20/20 tanpa pinhole maka responden tidak perlu
dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan pinhole
6. Pemeriksaan buta warna
• Pasien diminta untuk menyebutkan beberapa
angka yang tampak dikartu
• Orang normal mampu menyebutkan angka 74,
buta warna merah hijau menyebutkan angka
21
7. Pemeriksaan tekanan intra okuler
• Rerata tekanan intra okuler normal ±15mmHg,
dengan batas antara 12-20mmHg
• Alat yang digunakan : tonometer schiotz,
lidocaine 2%/ panthocaine tetes mata,
chloramphenicol zalf mata 2%, kapas alkohol
70%

Anda mungkin juga menyukai