Anda di halaman 1dari 6

BAB I

Pemeriksaan Tajam Penglihatan atau Visus


Pemeriksaan tajam penglihatan merupakan pemeriksaan fungsi penglihatan mata
Untuk mengetahui tajam penglihatan dapat dilakukan dengan kartu snellen dan bila
penglihatan kurang, maka tajam penglihatan diukur dengan menentukan kemampuan melihat
benda terkecil yang masih dilihat dengan jarak tertentu.
Kemampuan mata melihat benda atau secara rinci sebuah objek secara kuantitatif ditentukan
dengan 2 cara:
1. Sebanding dengan sudut resolusi minimum (dalam busur menit) merupakan tajam
penglihatan resolusi, disebut resolusi minimum tajam penglihatan
2. Dengan fraksi snellen, dengan mempergunkan huruf atau cincin landolt atau objek
ekuivalen lainnya.

Pemeriksaan visus
Jarak Dekat
 Pemeriksaan visus jarak dekat dilakukan pada pasien dengan usia ≥ 40 tahun.
 Pemeriksaan menggunakan lensa sferis positif sesuai umur kemudian dilakukan
pemeriksaan visus jarak dekat dengan menggunakan kartu Jaeger atau Jaeger eye chart
 Patokan lensa yang biasanya digunakan dalam pemeriksaan visus jarak dekat ini :
+1,0 D untuk usia 40 tahun
+1,5D untuk usia 45 tahun
+ 2,0 D untuk usia 50 tahun
+ 2,5 D untuk usia 55 tahun
+ 3,0 D untuk usia 60 tahun
Langkah pemeriksaan :
 Perintahkan pasien untuk duduk
 Pastikan pencahayaan cukup
 Atur posisi antara pasien dan reading chart (jaegar eye chart) dengan jarak
antara chart dan pasien 20-30 cm dan posisi chart sejajar dengan mata pasien.
 Gunakan ukuran lensa positif untuk pemeriksaan pada kedua mata
 Catat jarak penglihatan terdekat yang bisa dibaca pasien
 Angka 15 pada chart yang ditandai dengan J1. Nomor ini mewakili penglihatan 20/15.
 Angka 20 pada chart yang ditandai dengan J2, untuk penglihatan 20/20.
 Angka 25 pada chart yang ditandai dengan J3 untuk 20/25
 Semakin besar huruf pada paragraf, menunjukkan penurunan kejelasan penglihatan.
Standar kejauhan Jaeger eye chart untuk memeriksa seseorang adalah 12-14 inci, atau
305-356 mm.

• Notasi J1 = paragraf dengan teks yang paling kecil.


• Notasi J2 = paragraf dengan teks sedang
• Notasi J3 = paragraf dengan teks besar

Pemeriksaan visus
jarak jauh
• Pemerikaan visus dilakukan pada mata tanpa atau dengan kacamata. Dahulukan
pemeriksaan visus pada mata kanan kemudian kiri.
• Pemeriksaan visus sebaiknya dilakukan pada jarak 5 atau 6 meter karena pada jarak
tersebut mata akan melihat benda dalam keadaan beristirahat atau tanpa akomodasi.
• Pemeriksaan visus menggunakan kartu baku atau standar, contoh kartu baca Snellen.
• Pasien dan pemeriksa menghadap Snellen chart
• Pasien duduk pada jarak 6 m dari Optotype Snellen, mata yang satu ditutup.
• Pasien dipersilahkan untuk membaca huruf/gambar yang terdapat pada Optotype, dari
yang paling besar sampai pada huruf/gambar yang dapat terlihat oleh mata normal.
• Pembilang menyatakan jarak antara pasien dengan kartu Snellen, penyebut menyatakan
jarak dimana huruf tersebut seharusnya dapat dilihat atau dibaca. Catat jumlah
kesalahan pasien dalam membaca satu baris. Contoh : 6/30 - 2
• Apabila pasien tak dapat melihat gambar yang terdapat pada Optotype, maka kita
mempergunakan jari kita.
• Bila tajam penglihatan 6/6 maka berarti ia dapat melihat huruf pada jarak 6 meter, yang
oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 6 meter.
• Bila pasien hanya dapat membaca pada huruf baris yang menunjukan angka 30, berarti
tajam penglihatan pasien adalah 6/30.
• Bila pasien hanya dapat membaca pada huruf baris yang menunjukan angka 50, berarti
tajam penglihatan pasien adalah 6/50.
• Bila tajam penglihatan adalah 6/60 berarti ia hanya dapat terlihat pada jarak 6 meter
yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 60 meter

 Bila pasien tidak dapat mengenal huruf terbesar pada kartu Snellen maka dilakukan uji
hitung jari. Jari dapat dilihat terpisah oleh orang normal pada jarak 60 meter
 Pemeriksaan dengan jari tangan dimulai dari jarak 1 meter hingga 6 meter, dengan satu
mata ditutup.
 Pasien menghitung jari pemeriksa, apabila pasien dapat menghitung dengan benar
pemeriksa mundur 1 meter ke belakang, dan seterusnya sampai jarak 6 meter.
 Bila pasien hanya dapat melihat atau menentukan jumlah jari yang diperlihatkan pada
jarak 2 meter, maka visus pasien tersebut 2/60
 Bila pasien hanya dapat melihat atau menentukan jumlah jari yang diperlihatkan pada
jarak 4 meter, maka visus pasien tersebut 4/60
 Dengan pengujian ini visus hanya dapat dinilai sampai 1/60, yang berarti hanya dapat
menghitung jari pada jarak 1 meter. Bila dari jarak 1 meter pasien belum bisa melihat
maka gunakan lambaian tangan

• Orang normal dapat melihat lambaian tangan pada jarak 300 meter.
• Bila pasien hanya melihat lambaian tangan pada jarak 1 meter, berarti visus pasien
tersebut adalah 1/300
• Apabila pasien tidak dapat melihat lambaian tangan pada jarak 1 meter maka dilakukan
pemeriksaan dengan cahaya
• Bila pasien bisa melihat cahaya maka visus pasien tersebut 1/∞
• Bila pasien tidak melihat cahaya sama sekali maka dikatakan pengelihatannya adalah 0
(nol) atau buta total
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Mata

1. Umum : Identitas (nama, umur, jenis kelamin, alamat, jenis pekerjaan)


2. Khusus :
a. keluhan utama : penglihatan kabur, penglihatan kembar atau ganda, rasa tidak enak,
sakit, rasa berpasir, ada kotoran, pusing-pusing dll.
b. gambaran klinik lain berhubungan dgn kel. utama : onset, progresifitas, lamanya,
kekambuhan, adanya air mata, kotoran mata, gangguan gerakan bola mata, riw.trauma,
peny. Sistemik (DM, HT), dll.
Ajukan pertanyaan umum:
•"Apa keluhan yang dirasa pada mata?"
•‘Apa dengan gangguan penglihatan ?’ Atau
• ‘Mengapa dokter menyarankan agar ke poli mata? "
Ajukan pertanyaan spesifik:
• Tanyakan apakah masalahnya akut (mis. Tiba-tiba) kehilangan penglihatan, satu mata
atau kedua mata, Tanyakan tentang gejala terkait seperti sakit kepala, klaudikasi rahang
dan nyeri temporal
• Jika pasien mengatakan bahwa masalahnya adalah kronis (misalnya berkembang lambat)
tanyakan kapan dia pertama kali memperhatikannya dan bagaimana perkembangannya,
seperti memburuk, menstabilkan, atau bahkan menjadi lebih baik.
Beberapa pertanyaan untuk diajukan termasuk:
"Kapan gejala mulai pertama kali?“
"Konstan atau terputus-putus?" "Berapa banyak serangan atau episode?"
"Semakin buruk, tetap sama, atau membaik?“
Riwayat keluarga (FH):
Tanyakan tentang kondisi mata seperti mata juling, kacamata dan glaukoma, katarak anak-
anak, tumor mata atau 'penyakit mata' apa saja.
Riwayat okuler masa lalu (POH):
Tanyakan tentang masalah mata sebelumnya, operasi mata, atau ‘lazy eyes' (ambliopia).
Alergi:
Tanyakan tentang alergi obat
Riwayat kesehatan masa lalu (PMH):
- Tanyakan tentang diabetes, hipertensi, detak jantung tidak teratur, asma, dan penyakit
saluran napas obstruktif kronis, karena beta blocker yang digunakan dalam bentuk tetes
untuk glaukoma harus dihindari pada pasien ini. Kondisi medis lainnya, termasuk multiple
sclerosis, sarkoid, gangguan kolagen.
- Tanyakan tentang penyakit hidung seperti sinusitis dan demam, trauma atau operasi.
R. Pengobatan:
Beberapa obat dapat dikontraindikasikan dalam operasi mata, seperti warfarin dan aspirin.
Beberapa pertanyaan yang diajukan antara lain:
‘Apakah Anda mengonsumsi tablet, bahkan tablet atau vitamin homeopati?‘
‘Apakah Anda mengonsumsi aspirin atau warfarin?
‘Apakah dokter sudah memberi Anda obat tetes mata atau krim?’
‘Apakah Anda mengonsumsi tablet lain seperti penggantian hormon terapi? “
" Apakah Anda minum tablet untuk tekanan darah atau diabetes? "
R. Psikososial:
Merokok dapat menjadi faktor penyebab retina dan penyakit oklusif saraf optik. Ini adalah
faktor risiko yang dikenal untuk penyakit mata tiroid (Graves ophthalmopathy) dan untuk
neuropati optik. Beberapa pertanyaan untuk diajukan termasuk: "Apakah Anda merokok?"
"Berapa banyak per hari?" "Kapan Anda berhenti?"

Pemeriksaan fisik mata


a). Inspeksi kelopak mata, bulu mata, dan apartus lakrimal
>Kelopak mata: edem, lesi, ekimosis, entropion, ekstropion, lagoftalmus, merah,ptosis
>bulu mata dan alis mata: jaringan parut, trikiasis
>aparatus lakrimal: inflamasi, pembengkakan atau air mata yang berlebihan
b). Inspeksi konjungitva
>konjungtiva tarsal superior: sikatriks, simblefaron
>konjungtiva tarsal inferior: sikatriks, hordeolum, kalazion
>konjungtiva bulbi: injeksi konjungtival, injeksi siliar, injeksi episklera
c). Inspeksi kornea, ruang anterior, dan iris
>kornea: arkus senil, edema, infiltrat, sikatriks
>COA: dalam, dangkal, hifema, hipopion
>iris: kripta utuh/tidak, radang, atrofi
d). Inspeksi pupil
Periksa kesamaan ukuran, bentuk, reaksi terhadap cahaya, dan akomodasi pada pupil
masing-masing mata.

Palpasi:
Palpasi dengan perlahan adanya pembengkakan dan nyeri tekan pada kelopak mata.
Kedua ujung jari telunjuk di kelopak mata di atas sklera sementara klien melihat ke bawah.
Bola mata harus teras sama keras.
Palpasi kantong lakrimal dengan menekankan jari telunjuk pada lingkar orbital bawah pada
sisi yang paling dekat dengan hidung klien regurgitasi abnormal materi purulen atau air
mata adanya sumbatan duktus nasolakrimal

Pemeriksaan tajam penglihatan


Refleks pupil
- Anisokoria (beda , 1mm dianggap fisiologis)
- Kecil atau besar dari normal (3-4 mm)
Pemeriksaan funnduskopi
Pemeriksaan lapang pandang
Mengukur tekanan okular
Pemeriksaan sensibilitas kornea:
Untuk mengetahui apakah sensasi kornea normal, atau menurun
Hasil
Pada tingkat sentuhan tertentu reflek mengedip akan terjadi
Penilaian dengan membandingkan sensibilitas kedua mata pada pasien tersebut
Pemeriksaan eversi kelopak mata:
Pemeriksaan untuk menilai konjungtiva tarsalis
Cara:
› Cuci tangan hingga bersih
› Pasien duduk didepan slit lamp
› Sebaiknya mata kanan pasien diperiksa dengan tangan kanan pemeriksa.
› Ibu jari memegang margo, telunjuk memegang kelopak bagian atas dan meraba tarsus,
lalu balikkan.
› Setelah pemeriksaan selesai kembalikan posisi kelopak mata. Biasakan memeriksa kedua
mata.

Pemeriksaan tambahan:
Pemeriksaan anel : menyuntikkan cairan garam fisiologis melalui pungtum lakrimalis
dengan jarum bengkok yang tumpul.
2. Bila cairan masuk ke dalam hidung/tenggorokan disebut Anel +. Berarti saluran lakrimal
berfungsi baik. Bila tidak berarti ada sumbatan saluran lakrimal (Anel-).
3. Pemeriksaan Buta Warna mempergunakan buku ishihara. Ditetapkan buta warna total
atau sebagian.
4. Uji Flouresin: untuk melihat adanya defek epitel kornea.
5. Uji festel: untuk mengetahui letak dan adanya kebocoran kornea.
6. Uji plasido: untuk melihat lengkungan kornea.
7. Uji rasa: untuk fungsi ekskresi lakrimal.
8. Uji schirmer I: untuk pemeriksaan sekresi total air mata.
9. Uji schirmer II: untuk refleks sekresi lakrimal.

Anda mungkin juga menyukai