Pemeriksaan visus
Jarak Dekat
Pemeriksaan visus jarak dekat dilakukan pada pasien dengan usia ≥ 40 tahun.
Pemeriksaan menggunakan lensa sferis positif sesuai umur kemudian dilakukan
pemeriksaan visus jarak dekat dengan menggunakan kartu Jaeger atau Jaeger eye chart
Patokan lensa yang biasanya digunakan dalam pemeriksaan visus jarak dekat ini :
+1,0 D untuk usia 40 tahun
+1,5D untuk usia 45 tahun
+ 2,0 D untuk usia 50 tahun
+ 2,5 D untuk usia 55 tahun
+ 3,0 D untuk usia 60 tahun
Langkah pemeriksaan :
Perintahkan pasien untuk duduk
Pastikan pencahayaan cukup
Atur posisi antara pasien dan reading chart (jaegar eye chart) dengan jarak
antara chart dan pasien 20-30 cm dan posisi chart sejajar dengan mata pasien.
Gunakan ukuran lensa positif untuk pemeriksaan pada kedua mata
Catat jarak penglihatan terdekat yang bisa dibaca pasien
Angka 15 pada chart yang ditandai dengan J1. Nomor ini mewakili penglihatan 20/15.
Angka 20 pada chart yang ditandai dengan J2, untuk penglihatan 20/20.
Angka 25 pada chart yang ditandai dengan J3 untuk 20/25
Semakin besar huruf pada paragraf, menunjukkan penurunan kejelasan penglihatan.
Standar kejauhan Jaeger eye chart untuk memeriksa seseorang adalah 12-14 inci, atau
305-356 mm.
Pemeriksaan visus
jarak jauh
• Pemerikaan visus dilakukan pada mata tanpa atau dengan kacamata. Dahulukan
pemeriksaan visus pada mata kanan kemudian kiri.
• Pemeriksaan visus sebaiknya dilakukan pada jarak 5 atau 6 meter karena pada jarak
tersebut mata akan melihat benda dalam keadaan beristirahat atau tanpa akomodasi.
• Pemeriksaan visus menggunakan kartu baku atau standar, contoh kartu baca Snellen.
• Pasien dan pemeriksa menghadap Snellen chart
• Pasien duduk pada jarak 6 m dari Optotype Snellen, mata yang satu ditutup.
• Pasien dipersilahkan untuk membaca huruf/gambar yang terdapat pada Optotype, dari
yang paling besar sampai pada huruf/gambar yang dapat terlihat oleh mata normal.
• Pembilang menyatakan jarak antara pasien dengan kartu Snellen, penyebut menyatakan
jarak dimana huruf tersebut seharusnya dapat dilihat atau dibaca. Catat jumlah
kesalahan pasien dalam membaca satu baris. Contoh : 6/30 - 2
• Apabila pasien tak dapat melihat gambar yang terdapat pada Optotype, maka kita
mempergunakan jari kita.
• Bila tajam penglihatan 6/6 maka berarti ia dapat melihat huruf pada jarak 6 meter, yang
oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 6 meter.
• Bila pasien hanya dapat membaca pada huruf baris yang menunjukan angka 30, berarti
tajam penglihatan pasien adalah 6/30.
• Bila pasien hanya dapat membaca pada huruf baris yang menunjukan angka 50, berarti
tajam penglihatan pasien adalah 6/50.
• Bila tajam penglihatan adalah 6/60 berarti ia hanya dapat terlihat pada jarak 6 meter
yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 60 meter
Bila pasien tidak dapat mengenal huruf terbesar pada kartu Snellen maka dilakukan uji
hitung jari. Jari dapat dilihat terpisah oleh orang normal pada jarak 60 meter
Pemeriksaan dengan jari tangan dimulai dari jarak 1 meter hingga 6 meter, dengan satu
mata ditutup.
Pasien menghitung jari pemeriksa, apabila pasien dapat menghitung dengan benar
pemeriksa mundur 1 meter ke belakang, dan seterusnya sampai jarak 6 meter.
Bila pasien hanya dapat melihat atau menentukan jumlah jari yang diperlihatkan pada
jarak 2 meter, maka visus pasien tersebut 2/60
Bila pasien hanya dapat melihat atau menentukan jumlah jari yang diperlihatkan pada
jarak 4 meter, maka visus pasien tersebut 4/60
Dengan pengujian ini visus hanya dapat dinilai sampai 1/60, yang berarti hanya dapat
menghitung jari pada jarak 1 meter. Bila dari jarak 1 meter pasien belum bisa melihat
maka gunakan lambaian tangan
• Orang normal dapat melihat lambaian tangan pada jarak 300 meter.
• Bila pasien hanya melihat lambaian tangan pada jarak 1 meter, berarti visus pasien
tersebut adalah 1/300
• Apabila pasien tidak dapat melihat lambaian tangan pada jarak 1 meter maka dilakukan
pemeriksaan dengan cahaya
• Bila pasien bisa melihat cahaya maka visus pasien tersebut 1/∞
• Bila pasien tidak melihat cahaya sama sekali maka dikatakan pengelihatannya adalah 0
(nol) atau buta total
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Mata
Palpasi:
Palpasi dengan perlahan adanya pembengkakan dan nyeri tekan pada kelopak mata.
Kedua ujung jari telunjuk di kelopak mata di atas sklera sementara klien melihat ke bawah.
Bola mata harus teras sama keras.
Palpasi kantong lakrimal dengan menekankan jari telunjuk pada lingkar orbital bawah pada
sisi yang paling dekat dengan hidung klien regurgitasi abnormal materi purulen atau air
mata adanya sumbatan duktus nasolakrimal
Pemeriksaan tambahan:
Pemeriksaan anel : menyuntikkan cairan garam fisiologis melalui pungtum lakrimalis
dengan jarum bengkok yang tumpul.
2. Bila cairan masuk ke dalam hidung/tenggorokan disebut Anel +. Berarti saluran lakrimal
berfungsi baik. Bila tidak berarti ada sumbatan saluran lakrimal (Anel-).
3. Pemeriksaan Buta Warna mempergunakan buku ishihara. Ditetapkan buta warna total
atau sebagian.
4. Uji Flouresin: untuk melihat adanya defek epitel kornea.
5. Uji festel: untuk mengetahui letak dan adanya kebocoran kornea.
6. Uji plasido: untuk melihat lengkungan kornea.
7. Uji rasa: untuk fungsi ekskresi lakrimal.
8. Uji schirmer I: untuk pemeriksaan sekresi total air mata.
9. Uji schirmer II: untuk refleks sekresi lakrimal.