Anda di halaman 1dari 151

PANUM

KEPANITRAAN UMUM

Dr. Neneng Helijanti., Sp. M


Ilmu Kesehatan Mata
Universitas Tadulako
2021
Pembekalan Awal Untuk Siapkan Mahasiswa
Masuk Ke RS

Pemahaman Tentang

Etik &
Pasien
Medikolega
Safety
Motivasi l
Percaya Diri

Tahap
Untuk
Dokter
menentuka
Safety
n Diagnosis
dan Terapi
Aturan Yang Harus
Diikuti Oleh Mahasiswa

Log Book Kartu Kontrol

Buku Baju Khusus


Pembelajaran
SYARAT MENGIKUTI PANUM ITEM PEMBELAJARAN

1. Lulus Sarjana Kedokteran 1. Anatomi Mata


2. Mengikuti Sumpah 2. Mengetahui Alat dan Bahan
3. Administrasi Dilengkapi 3. Mengetahui Pemeriksaan Mata
4. Menjelaskan Hasil Pemeriksaan
5. Menuliskan Hasil Pemeriksaan didalam
RM
JEJARING RUMAH SAKIT

Madani

Anutapura
UNDATA
Anuntaloko

Luwuk*
*Bila Kelebihan Kuota atau
Keadaan Tertentu
Stase
Tugas
Mata
4 1
Minggu Minicex

Hari 1 
1 Refleksi
Orientas
Kasus
i

1Refereat
DAFTAR KOMPETENSI
URUTAN PEMERIKSAAN MATA

Pemeriksaan tanda vital :


1. Tekanan darah 3. Suhu
2. Nadi 4. Pernafasan

1. Pemeriksaan Mata RUTIN


a. Anamnesis
b. Pemeriksaan fisis mata
c. Pemeriksaan fungsi penglihatan

2. Pemeriksaan mata KHUSUS


ANAMNESIS
Tujuan : menelaah penyakit secara teliti dengan 2 cara :

1. Autoanamnesis : langsung pada penderita ( kooperatif)

2. Alloanamnesis : dilakukan pada pengantar penderita/


bukan penderita (tidak kooperatif)
Informasi yang dibutuhkan:
1. UMUM : Identitas (nama, umur, alamat, jenis pekerjaan)

2. KHUSUS :
a. Keluhan utama : penglihatan kabur, penglihatan dobel, rasa

berpasir, ada kotoran dll


b. Gambaran klinis lain : berhubungan dgn keluhan utama :
onset, progresivitas, lamanya, kekambuhan, adanya kotoran
mata, gangguan gerakkan bola mata, trauma mata, riwayat
KM, penyakit sistemik (DM,HT) dll
PEMERIKSAAN VISUS

Dr. Neneng Helijanti., Sp. M


Pendahuluan
• Pemeriksaan tajam penglihatan (visus) merupakan
pemeriksaan fungsi mata yaitu kemampuan mata untuk
membedakan cahaya, bentuk dan warna dan untuk
mengetahui sebab kelainan mata yang mengakibatkan
turunnya tajam penglihatan.
• Pemeriksaan visus dilakukan pada mata tanpa atau

dengan kaca mata. Setiap mata diperiksa terpisah.


FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VISUS

Penerangan umum

Kontras

Berbagai uji warna

Waktu Paparan

Kelainan refraksi mata


Tahapan Pemeriksaan

Pemeriksaan dengan chart


Kemampuan melihat jumlah jari (hitung jari)


Lambaian tangan


Proyeksi sinar
Snellen Chart Simbol
Prosedur
• Pasien diminta duduk pada jarak 5 atau 6 meter tepat di

depan kartu snellen.


• Bila penderita berkacamata mintalah

untuk melepasnya
• Pastikan pencahayaan cukup
• Mintalah pasien untuk menutup mata kirinya dengan

telapak tangan tanpa tekanan. Pasien diminta melihat


kedepan tanpa melirik
• Mintalah penderita menyebutkan huruf atau karakter lain

yang tertera pada Snellen chart mulai dari atas sampai


ke bawah
Cara menilai visus dari hasil membaca kartu :

• Jika pasien dapat membaca kartu pada baris dengan visus 6/6, maka
tidak perlu membaca pada baris berikutnya  visus normal.
• Jika pasien tidak dapat membaca kartu pada baris tertentu di atas
visus normal, cek pada 1 baris tersebut.
• Jika cuma tidak bisa membaca 1 huruf, berarti visusnya terletak pada
baris tersebut dengan false 1.
• Jika tidak dapat membaca 2 huruf, berarti visusnya terletak pada baris
tersebut dengan false 2.
• Jika tidak dapat membaca lebih dari setengah jumlah huruf yang ada,
berarti visusnya berada di baris tepat di atas baris yang tidak dapat
dibaca.
• Jika tidak dapat membaca satu baris, berarti visusnya terdapat pada
baris di atasnya.
TAJAM PENGLIHATAN  Angka : PEMBILANG
( VISUS ) PENYEBUT

PEMBILANG : jarak antara orang yang diperiksa dengan


chart.
PENYEBUT : jarak dimana huruf tersebut seharusnya
dapat dilihat atau dibaca orang normal
6/6 : dapat melihat huruf pada jarak 6 m, dimana oleh
orang normal dapat dilihat pada jarak 6 m

6/30 : dapat melihat huruf pada jarak 6 m, dimana oleh


orang normal dapat dilihat pada jarak 30 m
Bila pasien tidak dapat melanjutkan lagi bacaan huruf di kartu
Snellen atau kartu E maka pada mata tersebut dipasang
PINHOLE
• Dengan pinhole pasien dapat melanjutkan bacaannya
sampai baris normal (20/20) berarti pasien tersebut
GANGGUAN REFRAKSI
• Bila dengan pinhole pasien tidak dapat melanjutkan
bacaannya mungkin ada kelainan pada mata
Pemeriksaan dengan tangan
• Bila pasien tidak dapat mengenal huruf terbesar pada

chart maka lakukan hitung jari (counting finger)


• Normalnya jari dapat terlihat pada jarak 60 meter.
• Hendaknya dimulai dari jarak 1 m, 2 m, 3 m, 4 m, 5 m, 6 m.

• Bila hanya dapat melihat atau menentukan jumlah jari yang


diperlihatkan pada jarak 3 meter, maka dinyatakan tajam
penglihatan 3/60.
• Bila melihat hitung jari pada 1 meter artinya tajam penglihatan 1/60.
Pemeriksaan dengan Lambaian Tangan
• Bila tidak dapat menghitung jumlah jari, dilakukan uji lambaian
tangan
• Lambaian tangan dilakukan tepat 1 m di depan pasien.
• Dapat berupa lambaian ke kiri dan kanan, atau atas bawah. Jika
pasien dapat menyebutkan arah lambaian, berarti visusnya 1/300
(Hand Movement)
• Dimana orang normal dapat melihat lambaian tangan pada jarak
300 m
Pemeriksaan dengan Cahaya
• Bila tidak bisa melihat lambaian tangan, maka dilakukan
penyinaran cahaya
• Jika dapat melihat sinar  visus 1/~
• Jika pasien dapat menyebutkan dari mana arah sinar yang
datang,berarti visusnya 1/~ dengan proyeksi baik
• Jika tak dapat menyebutkan dari mana arah sinar yang datang,
berarti visusnya 1/~ dengan proyeksi salah.
• Jika tidak dapat melihat cahaya  visus = 0 (No Light Perception)
• Orang normal dapat melihat adanya sinar pada jarak tak
terhingga ( ~ )
• Pemeriksaan visus jarak dekat dilakukan pada pasien
yang berusia 40 tahun atau lebih.

• Dengan menggunakan lensa sferis positif sesuai umur


kemudian dilakukan pemeriksaan visus jarak dekat
dengan menggunakan kartu jaeger/ jeager eye chart

• Pemeriksaan biasanya dilakukan dalam waktu 5-10 menit.


• Lensa untuk penglihatan jarak dekat biasanya diberikan
berdasarkan patokan umur :

• +1.0 D untuk usia 40 tahun


• + 1.5 D untuk usia 45 tahun
• +2.0 D untuk usia 50 tahun
• +2.5 D untuk usia 55 tahun
• +3.0 D untuk usia 60 tahun
Jaeger eye chart
Langkah pemeriksaan:

• Meminta pasien untuk duduk

• Pastikan pencahayaan cukup

• Atur posisi antara pasien dan reading chart (jaegar eye chart)

dengan jarak antara chart dan pasien 20-30 cm dan posisi chart
sejajar dengan mata pasien.
• Gunakan ukuran lensa positif untuk pemeriksaan pada kedua mata

• Catat jarak penglihatan terdekat yang bisa dibaca pasien


KETERANGAN Jeager eye chart

• No. J1 = paragraf
dengan teks yang
paling kecil.

• No. J2 = paragraf
dengan teks sedang

• Notasi J3 = paragraf
dengan teks besar
• Angka 15 pada chart yang ditandai
dengan J1. Nomor ini mewakili
penglihatan 20/15.

• Angka 20 pada chart yang ditandai


dengan J2, untuk penglihatan 20/20.

• Angka 25 pada chart yang ditandai


dengan J3 untuk 20/25

• Semakin besar huruf pada paragraf,


menunjukkan penurunan kejelasan
penglihatan. Standar kejauhan
Jaeger eye chart untuk memeriksa
seseorang adalah 12-14 inci, atau
305-356 mm.
Pemeriksaan Segmen Anterior Mata
Dengan loupe dan senter

Dr. Neneng Helijanti, Sp.M


Segmen Anterior Mata

Segmen anterior adalah daerah sekitar Mata, kelopak mata ke dalam


kecuali vitreus dan retina, yaitu :
• Palpebra
• Bulu mata
• Konjungtiva
• Kornea
• Bilik mata depan
• Iris
• Pupil
• Lensa
• Pemeriksaan segmen anterior dapat
mengetahui keadaan normal segmen
depan bola mata.
• Pada pemeriksaan ini menggunakan Loupe
dan senter.
• Alat yang digunakan :
Tahapan pemeriksaan

• Pemeriksa duduk tepat berhadapan


dengan pasien pada jarak jangkauan tangan/60 cm.
• Gunakan lampu senter yang cukup terang dengan
sinar yang terfokus baik dan kaca pembesar/loupe.
• Pemeriksaan sebaiknya dilakukan terhadap mata
kanan terlebih dahulu, kemudiaan mengamati
bagian mata dari luar ke dalam
Pemeriksaan palpebra

– Keadaan kelopak mata : keadaan


kulit, tanda peradangan seperti
hiperemia,pembengkakan,
tonjolan
– Amati silia dan margo palpebra,
amati arah tumbuh silia, amati
akar bulu mata dengan loop,
perhatikan bila ada sekret.
– Bandingkan tekanan kedua bola
mata
• Amati rima palpebra, apakah kanan dan kiri
simetris, dilihat pula daerah pupil. Apakah tidak
tertutup kelopak mata? Bila ada terdapat ptosis
Pemeriksaan Bulu Mata

• Amati :
– Arah pertumbuhan
– kelainan
– Krusta
– Squama
Pemeriksaan Konjungtiva

• Konjunctiva bulbi
• Konjunctiva palpebra
• Konjunctiva fornix
Pemeriksaan konjungtiva

Konjungtiva Bulbi
• Meminta pasien melihat kedepan dan lihat warnanya,
corakan pembuluh darah, pembengkakan.
• Bila diperlukan dapat menarik kelopak atas dan bawah
agar dapat terlihat jelas.
Injeksi
konjungtiva

Injeksi siliar
• Konjungtiva palpepra inferior : dapat dilakukan dengan
meminta pasien melihat keatas dan jari telunjuk mendorong
palpepra ke bawah.
• Konjungtiva palpepra superior : Meminta pasien melihat
kebawah, dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri, balikkan
kelopak mata sehingga konjungtiva palpebra superior berada
di luar atau menggunakan cotton bud atau retraktor
Desmarres untuk menilai konjungtiva fornix superior
sekaligus
Konjungtiva fornix :
• Meminta pasien melihat ke atas, Kemudian tangan
kiri pemeriksa menekan kulit palpebra inferior ke
arah bawah, sedangakan tangan kanan memegang
lampu senter.

• Lihat apakah ada warna kemerahan, lesi, infeksi, atau


benda asing.
Pemeriksaan kornea

• Menyinari kornea dari arah depan dan samping


– kornea jernih
– Ukurannya
– Kecembungan
– jaringan parut
– Kelainan seperti pembuluh darah atau pterigium
• Perhatikan reflek kornea yaitu reflek cahaya pada
kedua permukaan kornea yang berbentuk bintik
cahaya
Pterigium
Ulkuss kornea Keratoconus
Pemeriksaan bilik mata depan

• Pemeriksaan bilik depan mata


dengan menggunakan cahaya
yang diarahkan dari depan
maupun dari samping untuk
mendapatkan kesan tentang
ukuran(kedalaman),
kejernihan, ada atau tidaknya
darah, pus.
- Kejernihan BMD perhatikan kripta iris.
– Kripta iris terlihat jelas: jernih
– Kripta iris tidak jelas : keruh

- Kedalaman BMD: sinari iris dari samping, lalu perhatikan luasnya


permukaan iris yang mendapat penyinaran.
– Sebagian kecil permukaan iris mendapat sinar: BMD dangkal
– Seluruh/sebagian permukaan iris tersinari: BMD dalam
Hifema Hipopion
Pemeriksaan iris

• Iris yang baik memiliki cekungan – cekungan radier (kripta).


• Mengamati warna, bentuknya, coraknya dan melekat dengan
bagian yang berada disekitarnya.

Anterior synechia iris normal posterior synechia


Pemeriksaan pupil

• Perhatikan bentuk pupil, bulat teratur.


• Pupil yang tidak bulat/tidak teratur dapat akibat perlengketan
iris dengan lensa/kornea (sinekia)
• Nyatakan besarnya pupil dalam mm.
1. Isokor kedua pupil sama besar
2. Anisokor tidak sama besar.
3. Besar pupil normal 3-5 mm.
<2mm disebut miosis, >5mm: midriasis.
Pemeriksaan refleks pupil dilakukan dengan 2 cara yaitu :
– Langsung (direct): cahaya/sinar diberikan pada mata kanan
pasien dan diamati refleks pupil mata kanan. Kemudian
dilakukan hal yang sama dengan mata kiri.
• Hasilnya : pupil yang disinari mengecil.

– Tidak langsung (indirect): cahaya/sinar diberikan pada mata


kiri pasien dan diamati refleks pupil mata kanan. Kemudian
dilakukan hal yang sama dengan mata kanan.
• Hasilnya : pupil yang tidak disinari mengecil.

Ukuran pupil : membesar, mengecil


Pupil normal
Pemeriksaan Lensa Mata

• Lensa diperiksa dengan penyinaran terfokus tajam


dengan arah lebih mendekati sumbu mata.
• Periksa letak dan kejernihannya

a.pupil berwarna hitam


(1) lensa jernih
(2) afakia

b.pupil putih/abu-abu : keruh/katarak


katarak
PEMERIKSAAN SEGMEN ANTERIOR
DENGAN SLIT LAMP

Dr. Neneng Helijanti, Sp.M


SLIT LAMP

* Slit
lamp adalah instrumen yang terdiri dari sumber
cahaya intensitas tinggi yang dapat difokuskan untuk
bersinar menjadi lembaran tipis cahaya
* Memfasilitasi pemeriksaan segmen anterior mata yang
meliputi palpebra, bulu mata, kornea, konjungtiva,
BMD, pupil, iris dan lensa.
* Slit lamp berfungsi untuk memberikan pandangan yang
diperbesar secara stereoskopik dari struktur mata
secara rinci.
Prosedur Pemeriksaan

1. Pasien diperiksa tanpa menggunakan kacamata.


2. Ruangan pemeriksaan dibuat menjadi gelap.
3. Mengatur tinggi meja Slit Lamp sampai pasien
dan pemeriksa mendapatkan posisi yang nyaman.
4. Menginstruksikan pasien untuk meletakkan dagu
dan jidat pada tempat yang telah disediakan.
5. Mengatur tempat dagu pasien agar canthus pasien
sejajar dengan garis pada Slit Lamp.
6. Mengatur pembesaran pada pembesaran terendah.
7. Menggunakan lensa binokuler dengan kedua mata
pemeriksa.
8. Menggunakan satu tangan untuk menggerakkan joystik
dan tangan yang lain mengontrol sudut antara
mikroskop dengan cahaya.
a. Palpebra:
bagaimanakah warnanya, adakah lesi/deformitas.
b. Silia:
Bagaimanakah arah silia, adakah trichiasis atau
distichiasis. Adakah benda asing.
c. Konjungtiva
Nilai warna, bentuk, dan keutuhannya
Normal: jernih, ada pembuluh darah dari perifer, tak tampak
pembesaran papill ataupun folikel.Jangan lupa membalik
kelopak mata untuk mengetahui keadaan konjungtivanya
d. Kornea
Lihat dengan cahaya utuh (bundar) dan slit. Nilailah ukuran,
bentuk, kejernihan dan keutuhannya.
e. Sklera 
Nilailah warna, normal: tampak putih tak tampak pembuluh
darah.
f. Bilik mata depan
Normal: jernih kedalaman cukup
g. Iris 
Nilailah kripte, keutuhan (adakah robekan atau lubang),
sinekia, massa, dan neovaskularisasi.
Normal: ada kripte, tak ada robekan, tak ada massa, tak
tampak pembuluh darah.
h. Pupil 
Nilailah bentuk, ukuran, dan refleknya
i. Lensa 
Normal terlihat jernih (gelap), tak ada pergerakan.
j. Badan kaca 
Normal: jernih, terlihat gelap tak ada pergerakan
PENGUKURAN
TEKANAN
INTRAOKULAR

dr. Neneng Helijanti, Sp.M


• Tindakan pengukuran tekanan intraokular 
Tonometri

• Alat yang di gunakan untuk mengukur


tekanan intraokular  Tonometer
KLASIFIKASI
TONOMETER
Tonometer secara umum diklasifikasikan menjadi 2, yaitu :

1. Metode langsung (direct) yaitu, dengan menggunakan


kanul di insersikan kedalam bilik mata depan, dan salah
satu ujung yang lain di hubungkan dengan alat
manometrik untuk mengukur tekanan yang diberikan.
Walaupun metode ini merupakan cara yang paling akurat
tapi sangat jarang digunakan.
2. Metode Tidak langsung (indirect)

 Metode kontak
 Indentasi Tonometer
 Applanasi Tonometer
 Metode Non-kontak
Metode kontak

• Indentasi Tonometer, Secara


prinsip sebagai alat pengukur
jumlah indentasi pada kornea
terhadap tekanan yang diberikan
contohnya Tonometer Schiotz.
• Cara mengukur tekanan bola mata :
 Tonometer Digital
 Tonometer schiotz
 Tonometer aplanasi Goldmann
 Tonometer Mackay-Marg
TONOMETRI DIGITAL
DASAR PEMERIKSAAN :

Merasakan reaksi lenturan bola mata (balotement)


dengan melakukan penekanan bergantian dengan
kedua jari tangan.
TONOMETER DIGITAL

• Pemeriksa dan pasien duduk berhadapan dengan jarak


jangkauan tangan pemeriksa (25-30 cm)

• Meminta pasien melihat ke arah bawah


• Melakukan pemeriksaan mulai dari mata kanan
• Kedua jari telunjuk berada di palpebra superior. Jari
lainnya memfiksasi di daerah tulang sekitar orbita

Lanjut...
Lanjutan...
 Jari Telunjuk Secara Bergantian Menekan Bola Mata Melalui
Palpebra Dan Merasakan Besarnya Tekanan Bola Mata

 Tekanan Bola Mata Dinyatakan Dengan :


N  normal

N+1, N+2, Tn N+3  tekanan lebih tinggi dari normal, dimana N+1
< N+2

N-1, N-2, N-3  Tekanan bola mata lebih rendah


• Cara pemeriksaan ini bersifat sangat
subjektif dan memerlukan pengalaman yang
banyak.

• Cara ini masih sangat berguna pada keadaan


dimana tidak memungkinkan
mempergunakan alat padakornea untuk
mengukur tekanan bola mata.
Tonometer Schiotz

• Prinsip pemeriksaan :
Menekan permukaan kornea (bagian kornea yang
dipipihkan) dengan suatu beban yang dapat
bergerak bebas pada sumbunya.
Benda yang ditaruh pada bola mata (kornea) akan
menekan bola mata ke dalam dan mendapatkan
perlawanan tekanan dari dalam melalui kornea.
Tonometer schiotz
Alat dan bahan

Obat tetes anastesi lokal


(pantokain 0,5%)

Tonometri schiotz

Kapas alkohol
PROSEDUR Pemeriksaan

1. Mempersiapkan tonometer kemudian di cek apakah berfungsi


dengan baik, yaitu dengan penekanan maksimal jarum
menunjukan angka nol.
2. Ujung tonometer di sterilisasi dengan menggunakan kapas
alkohol dan biarkan mengering.
3. Menjelaskan apa saja yang akan kita lakukan pada saat
pemeriksaan
4. Memposisikan pasien pada posisi terlentang dengan kepala dan
mata berada pada posisi vertikal
5. Menetesi mata dengan obat anestesi topikal atau pantokain 0,5%
dan tunggu hingga pasien tidak merasa perih.
6. Membuka kelopak mata pasien dengan jari telunjuk dan ibu jari
pemeriksa (jangan tekan bola mata pasien)
7. Tonometer direndahkan hingga hampir menyentuh kornea,
meminta pasien agar rileks sambil memposisikan tonometer
pada posisi yang benar apabila nantinya berada diatas kornea
serta skala harus pada posisi menghadap pemeriksa.
8. Tonometer harus dipastikan terletak pada kornea kemudian
pemeriksa membaca penunjuk pada skala bacaan tonometer.
9. Setelah skala tonometri menunjukkan angka yang tetap,
membaca nilai tekanan pada busur schiotz yang berantara 0-20.
bila skala bacaan 4 atau kurang, maka pemberat harus diganti
menjadi 7,5g atau 10 g untuk mendapatkan ukuran yang tepat.
10. Alat diangkat dari mata dan membiarkan pasien untuk
mengedipkan mata.
11. Pemeriksaan dilanjutkan pada mata yang satunya lagi dengan
prosedur yang sama.
12. Membersikan tonometer setelah melakukan pemeriksaan.
Gambar dan foto cara pemeriksaan menggunakan tonometri
Schiotz
Catatan :
Pemeriksaan dengan menggunakan
Tonometri Schiotz harus dilakukan
dengan hati-hati, karena dapat
mengakibatkan lecetnya kornea sehingga
dapat mengakibatkan keratitis dan erosi
kornea
Cara Pembacaan Tabel

• Misalnya Jarum menunjukkan angka 5 dengan beban 5,5


tekanan 5/5,5 lihat tabel, hasil 17,3 mmHg

• Apabila Jarum menunjukkan angka ≤4 tambahkan beban 7,5 gr


• Apabila pada beban 7,5 jarum menunjukkan angka ≤4
tambahkan beban 10gr

• Tekanan intra okuler normal: 11-21 mmhg


PEMERIKSAAN LAPANG
PANDANG DENGAN UJI
KONFRONTASI

dr. Neneng Helijanti, Sp. M


PEMERIKSAAN LAPANG
PANDANG

1. Tes konfrontasi
2. Amster grid
3. Tangent screen
4. Perimeter
UJI KONFRONTASI
Lapang pandang merupakan seluruh daerah yang
dapat dilihat tanpa mengalihkan pandangan
Uji lapang pandang adalah suatu pemeriksaan
yang berguna untuk menetapkan lesi pada jalur
penglihatan
Uji ini juga bertujuan untuk memeriksa batas
perifer penglihatan yaitu batas dimana benda
dapat dilihat bila mata difiksasi pada satu titik
Batas normal lapang pandang adalah
 60° pada daerah superior,
 70° pada daerah inferior,
 90° pada daerah temporal, dan
 50° pada daerah nasal.
Uji konfrontasi merupakan uji paling sederhana karena
tidak memerlukan alat tambahan. Pada teknik ini
pemeriksa membandingkan penglihatan perifernya dengan
penglihatan perifer pasien.

Lapang pandang pemeriksa harus normal


Prosedur pemeriksaan

1. Menjelaskan tujuan dan perosedur


pemeriksaan

2. Pemeriksa berdiri atau duduk 1 m di


depan dan setinggi mata pasien.
Uji Konfrontasi I
 Meminta pasien untuk menutup mata yang tidak di periksa
 Pemeriksa menutup matanya sendiri di sisi yang sama
dengan mata pasien
 Dengan perlahan gerakkanlah jari anda (pensil atau objek
kecil lainnya) dari perifer ke tengah
 Mintalah pasien untuk memberitahu atau memberi tanda
tepat ketika dia mulai melihat objek
 Memindahkan objek perlahan dengan tetap menjaga jarak
yang sama antara pemeriksa dan pasien
Uji Konfrontasi II
 Meminta pasien untuk menutup mata yang tidak diperiksa
 Meminta pasien untuk fiksasi pandangan pada hidung
pemeriksa
 Dengan mata pasien terfiksasi pada mata pemeriksa, minta
pasien untuk menghitung jari pemeriksa dan
membandingkannya di 4 kuadran
 Pasien diminta membandingkan kuadran mana yang
tampak jernih, terang, dan tajam
Pemeriksaan Gerakan Bola Mata

Dr. Neneng Helijanti, Sp.M


Untuk menggerakkan bola mata, mata dilengkapi dengan enam otot
ekstrinsik. Otot-otot tersebut yaitu :

1. m. Oblikus inferior : Dipersarafi N.III, bekerja menggerakkan mata ke


atas, abduksi dan eksiklotorsi
2. m. Oblikus superior: Dipersarafi N.IV, berfungsi menggerakkan bola
mata untuk depresi terutama bila mata melihat ke nasal, abduksi dan
insiklorotasi.
3. m. Rektus inferior :Dipersarafi oleh N.III, berfungsi menggerakkan
bola mata depresi.
Cont :
4. m. Rektus lateral: Dipersarafi oleh N.VI, dengan fungsi
abduksi bola mata.
5. m. Rektus medius : Dipersarafi oleh N.III, berfungsi untuk
aduksi bola mata
6. m. Rektus superior : Dipersarafi oleh N.III, berfungsi pada
elevasi, dan insiklorotasi bola mata.
• Nyalakan senter jarak 60 cm tepat di depan pasien dan
amati pantulan sinar pada kornea → pantulan
ditengah pupil atau agak medial → bola mata sejajar
• Meminta pasien mengikuti gerakan obyek (ujung jari
atau pensil).
• Menggerakkan obyek ke 6 arah utama membentuk
huruf H , tanpa menggerakkan kepala pasien (melirik
saja), dengan arah sebagai berikut
 Kanan
 Kanan atas
 Kanan bawah
 Tanpa berhenti di tengah, ke kiri lurus
 Kiri atas
 Kiri bawah
Selanjutnya ujung pensil digerakkan mendekati hidung
Pada orang yang lebih tua, jarak harus lebih jauh
dibandingkan pada anak-anak dan orang muda.
Berhentilah sebentar untuk setiap posisi jari
tangan anda untuk melihat ada atau tidaknya
nistagmus.
Pemeriksaan Segmen Posterior

Dr. Neneng Helijanti, Sp.M


“Pemeriksaan fundus dengan
Ophtalmoscope Direk”
Pendahuluan

• Oftalmoskop merupakan alat untuk melihat bagian dalam


mata atau fundus okuli
• Tujuan : menyinari bagian fundus okuli kemudian bagian
yang terang di dalam fundus okuli dilihat dengan satu mata
melalui celah alat pada oftalmoskop.
Prosedur
Sebaiknya melakukan pemeriksaan dengan pupil
dilebarkan menggunakan tropicamide 0.5-1%,
fenilefrin hidroklorida 2,5% , kecuali bila bilik
mata depan yang dangkal dan menggunakan
implan lensa intraokuler
1. Pemeriksa berada di depan pasien
2. Pemeriksaan dilakukan di ruangan gelap atau setengah
gelap
3. Aturlah alat oftalmoskop sehingga berada dalam posisi F,
4. Sesuaikan ukuran lensa pada oftalmoskop kurang lebih
sesuai keadaan refraksi pasien (kalau diketahui). Bila
pemeriksa dan pasien keduanya memiliki visus normal
maka lensa yang dipakai 0, bila diantara keduanya memiliki
gangguan refraksi maka lensa harus diatur sampai fundus
terlihat jelas
5. Peganglah oftalmoskop dengan cara menggenggam bagian
pegangannya, jari telunjuk berada pada panel pengatur
ukuran lensa, siap untuk menyesuaikan ukuran lensa
sehingga dapat diperoleh bayangan yang paling tajam.
6. Pada pemeriksaan, pemeriksa memegang oftalmoskop
dengan tangan kanan, untuk memeriksa mata kanan
pasien dan melihat melalui oftalmoskop dengan mata
kanan pula.
7. Mintalah penderita duduk dengan tangan tenang,
pandangan lurus kedepan dan mata terfiksasi pada satu titik
jauh.
8. Dengan oftalmoskop berada pada jarak 15-30 cm di depan
mata penderita pada sudut 20 derajat lateral dari pusat.
Lihatlah melalui lensa oftalmoskop. Jatuhkan sinar pada
pupil sehingga tampak refleks cahaya bulat pada pupil.
Dengan tetap mengfokuskan sinar pada pupil, bergeraklah
mendekat, sampai terlihat fundus penderita.
9. Apabila anda melihat pembuluh darah, ikutilah ke arah proksimal
sehingga akan terlihat papil N II. perhatikan warna, bentuk dan
tegas atau tidaknya batas papil tersebut.
10. Mintalah penderita melihat kearah sinar, untuk melihat makula
dan refleks fovea
11. Setelah mata kanan diperiksa, oftalmoskop dipegang dengan
tangan kiri pemeriksa dan pemeriksa menggunakan mata kirinya
untuk memeriksa mata kiri pasien.
Optik diskus

fovea

makula
“Pemeriksaan fundus dengan
Ophtalmoscope Indirek”
Pemeriksaan Funduscopy

Tujuan: Melihat dan menilai kelainan pada fundus okuli.

Dasar: Cahaya yang dimasukkan ke dlm fundus akan


memberikan refleks fundus.

Gambaran fundus mata akan terlihat bila fundus diberi


sinar.
Sebaiknya melakukan pemeriksaan dengan pupil dilebarkan,
kecuali bila:
 Bilik mata yang dangkal

 Trauma kepala

 Implan fiksasi pada iris

 Pasien pulang mengendarai kendaraan sendiri.

 Pasien glukoma sudut sempit


Prosedur Pemeriksaan:
Pemeriksa menggunakan Oftalmoskop Indirek.

Binokuler pada kepala, dengan kekuatan lensa tetap.

Jarak pemeriksaan yaitu +50 cm atau sepanjang lengan

orang dewasa.
Pemeriksaan sebaiknya dilakukan di ruangan yang

gelap.
Pemeriksa menggunakan lensa tambahan yang
dipegang, berupa lensa konveks dengan kekuatan
15-20 D dan diletakkan + 10 cm dari mata pasien.
Pemeriksa membuka lebar mata pasien dan meminta

pasien memfokuskan pandangan pada satu titik.


Pemeriksa dapat meminta pasien menggerakkan

bola mata untuk memeriksa bagian retina lain yang


ingin diamati.
Pemeriksa akan melihat bayangan yang dibentuk oleh

lensa kondensasi dengan gambaran fundus okuli yang


lebar (8 kali diameter papil).
Indirect Ophthalmoscopy
 Arteri

 lurus, berwarna merah terang, dan lebih kecil

 Vena

 lebih berkelok, warna lebih tua, dan lebih besar

 Makula lutea

 Terlihat sebagai bercak yang berwarna lebih merah dari

sekitarnya
 Makula lutea segera terlihat bila penderita disuruh melihat

pada oftalmoskop
 Fovea sentralis

Ditengah-tengah makula lutea

Terlihat seolah-olah ada cahaya pada tempat itu,

karena itu disebut refleks fovea (+)


Apabila refleks fovea tidak terlihat mungkin

didaerah ini ada edema atau radang


PEMERIKSAAN PALPEBRA
DAN SISTEM LAKRIMALIS

Oleh :
dr. Neneng Helijanti, Sp. M.
Palpebra
 Kelopak mata

 Palpebra merupakan lipatan jaringan yang


dapat digerakkan, berguna untuk
melindungi permukaan anterior bola mata
Otot-otot pada Palpebra
Musculus orbikularis okuli,
untuk menutup, inervasi saraf
fasialis dan parasimpatis
Musculus levator palpebra,
untuk membuka, inervasi
saraf okulomotorius
Musculus tarsalis superior
Mülleri, untuk memperlebar
celah mata, inervasi saraf
simpatis
Kelenjar pada palpebra

Kelenjar Meibom,
Kelenjar Moll,
Kelenjar Zeis
Kelenjar tambahan:
Kelenjar Krauze
KelenjarWolfring
Pemeriksaan palpebra
1. Observasilah kelopak mata atas
 Kelopak yang ptotik

 Kelopak yang tertarik

 Lagoftalmus
Pemeriksaan palpebra
2. Observasilah posisi kelopak mata bawah
Pemeriksaan palpebra
3. Carilah kelainan palpebra berikut
 Bengkak difus

 Bengkak berbatas tegas


Pemeriksaan palpebra
3. Carilah kelainan palpebra berikut
 Ekimosis

 Sikatrik
 Xantelasma
Pemeriksaan palpebra
4. Observasilah bulu mata
 Trikiasis

 Madarosis
Pemeriksaan palpebra
5. Pemeriksaan fungsi kelopak mata
 Uji Edrofonium (miastenia gravis)
Injeksi 10 mg tensilon atau edrofonium klorida secara
perlahan-lahan

 Bila terdapat miastenia gravis maka kelopak mata


dapat ditarik dalam 1-5 menit
 Bila kelopak mata tidak dapat ditarik  tidak adanya
miastenia gravis
Sistem lakrimalis
Air mata dihasilkan oleh kelenjar lakrimal dan
jaringan lakrimal tambahan (kelenjar Krause dan
Wolfring) dan tersapu pada permukaan mata setiap
kali berkedip.
Terjadi penguapan air mata (kira-kira 25%). Air
mata marginal mengalir melalui kanalikulus bawah
70% dan 30% melalui kanalikulus atas.
Mekanisme pompa lakrimal mengacu pada kelopak
mata yang berkontraksi dan memompa air mata ke
dalam sakus lakrimalis.
Sistem lakrimalis

Sistem drainase
lakrimal terdiri dari
pungtum, kanalikuli,
sakus lakrimalis, dan
duktus nasolakrimalis.
Pemeriksaan fungsi sistem sekresi
Uji Schirmer I: (untuk menilai kuantitas air mata)

Kertas filter Whatman no. 41 lebar 5mm dan panjang 30mm


diletakkan di forniks konjungtiva bulbi inferior, menggantung di
palpebra inferior. Ditunggu 5 menit.
Normalnya kertas filter basah sepanjang 10mm.

Kalau kurang dari nilai tersebut menunjukkan sekresi/produksi


air matanya berkurang.

 Bisa karena dehidrasi atau obstruksi glandula lacrimalis


(tumor,kongenital).
Schirmer II
Dilakukan bila pada uji Schirmer I kertas basah
<10mm selama 5 menit.

 Pada mata diteteskan anastesi topikal dan


letakkan kertas Schirmer
 Hidung diransang dengan kapas selama 2 menit
 Lihat basahnya kertas filter selama 5 menit
 Normlanya = kertas filter basah 15mm setelah 5
menit
 Tidak basah = refleks sekresi gagal total
Pemeriksaan fungsi sistem ekskresi
Anel Test (Untuk mengetahui apakah fungsi eksresi
sistem lakrimal baik atau tidak)

Cara melakukan anel test :


 Beri anestesia topikal,  dan dilakukan dilatasi pungtum
lakrimal jarum anel dimasukkan pada pungtum dan
kanalikul lakrimal
 Isi spuit dengan larutan garam fisiologis
 Suntikkan cairan melalui pungtum lakrimal ke dalam
saluran eksresi , ke rongga hidung
Anel Test
Anel Test
 Uji anel positif jika terasa asin di tenggorok atau ada
cairan yang masuk hidung.
 Uji anel negatif jika tidak terasa asin.
 Jika cairan keluar dari pungtum lakrimal superior,
berarti ada obstruksi di duktus nasolakrimalis.
 Jika cairan keluar lagi melalui pungtum lakrimal
inferior berarti obstruksi terdapat di ujung nasal
kananlikuli lakrimal inferior, maka coba lakukan uji
anel pungtum lakrimal superior
Uji rasa:
Cara pemeriksaan :
Satu tetes larutan sakarin diteteskan di konjungtiva.
Tunggu sampai 5-10 menit.
Bila pasien merasa manis berarti sistem ekskresi air
mata baik.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai