Anda di halaman 1dari 2

II.

TES BUTA WARNA


Tidak semua orang dapat membedakan warna-warna yang ada. Untuk mengetahui adanya buta
warna ada beberapa cara :
1. dengan spektroskop dengan anomaloskop
2. dengan benang-benang Holmgreen
3. gambaran Pseudo iso-kromatis dari Shilling-Ishihara
Pemeriksaan Ishihara ditemukan oleh dokter spesialis mata dari Jepang yang bernama Ishihara
Shinobu di tahun 1918. Ishihara adalah plates  pseudoisokromatik yang paling banyak digunakan pada
praktik sehari-hari dan tidak memerlukan pelatihan khusus untuk pemeriksa. Buku pemeriksaan
Ishihara normalnya berisikan 38 plates, namun sekarang ini ada buku yang hanya memuat 24 plates,
14 plates, dan 10 plates. Dari 38 plates yang tersedia, 25 plates berisikan angka dan 13 plates
berisikan bentuk atau garis yang dapat digunakan untuk pasien yang tidak bisa membaca angka.
Plates Ishihara terdiri atas angka, bentuk, atau garis yang tersusun atas titik-titik berwarna yang
berbeda dengan titik warna dasarnya. Warna angka dan bentuk menggunakan warna
dengan hue  yang sulit dibedakan oleh pasien buta warna dengan titik-titik warna dasar. Pasien buta
warna akan kesulitan melihat angka atau bentuk pada plates atau melihat angka atau bentuk yang
berbeda dari orang normal. Pemeriksaan menggunakan plates pseudoisokromatik dapat dilakukan
dengan mudah dan cepat, namun tidak begitu efektif untuk klasifikasi jenis buta warna.
Dengan menggunakan buku ishihara, lakukan tes buta warna dengan cara meminta penderita
membaca dan menyebutkan angka yang tampak pada setiap halaman buku. Gamabaran pseudo-
isochromatis itu diletakkan pada jarak 1 m dan dilihat satu persatu. Hasil bacaan penderita
dikonfirmasikan dengan jawaban yang tersedia untuk menentukan diagnosis.
Posisi pasien saat pemeriksaan sebaiknya adalah duduk tegak pada kursi. Alat pemeriksaan dapat
diletakkan di meja dengan jarak minimal sepanjang lengan atau seperti jarak baca atau sekitar 1 m.
Tahapan dalam pemeriksaan buta warna dengan metode ishihara, yaitu : (7)
1. Menggunakan buku Ishihara 38 plate.
2. Pemeriksa harus memiliki penglihatan warna normal. Pasien tidak boleh menggunakan lensa atau
soft lens berwarna karena bisa mengganggu penginterpretasian saat pembacaan. Pembacaan
dilakukan secara binocular maksudnya pembacaan dengan 2 mata sekaligus, tanpa menutup salah
satu mata.
Pemeriksaan Ishihara harus dilakukan di ruangan dengan pencahayaan yang cukup atau
pencahayaan daylight atau sinar matahari  dengan sudut sinar 45 derajat terhadap
permukaan plate.  Pencahayaan menggunakan bohlam sebaiknya menghasilkan intensitas cahaya
minimal 200 lux, memiliki temperatur sinar 6000-7000 Kelvin dengan color rendering index  > 90.
Lampu bohlam kuning dan tungsten tidak boleh digunakan karena dapat memberikan hasil yang tidak
akurat dan memungkinkan pasien buta warna ringan dapat lulus pemeriksaan.
Buku pemeriksaan Ishihara dipegang oleh pemeriksa sejauh 60-100 cm dari mata dan buku
dimiringkan agar plates  menghadap ke jalur penglihatan pasien. Pasien harus menyebutkan angka
atau bentuk yang ia lihat pada plates dalam waktu 3-10 detik. Pada plates juga meminta pasien untuk
menelusuri garis dari satu tepi ke tepi lain dalam waktu kurang dari 10 detik. Pasien tidak boleh
memegang atau menyentuh plates dengan jari jika tidak diminta oleh pemeriksa.
Saat pemeriksaan, tidak perlu menunjukkan semua plates pada pasien. Pemeriksaan dapat
disederhanakan dengan menggunakan beberapa plates saja, Pasien yang ragu saat menjawab perlu
dicurigai sebagai adanya buta warna ringan. Proses penampilan plates dapat dilakukan secara urut
atau skensial dan acak atau random. Pasien yang diduga telah menghafal angka-angka
pada plates dapat dites dengan membuka plates secara tidak berurutan. Catat berapa
jumlah plates yang salah disebutkan oleh pasien. Setelah mengecek satu mata, mata lainnya akan
diperiksa. Pemeriksa mungkin akan meminta pasien memberi deskripsi intensitas warna yang dilihat
oleh satu mata dan mata lainnya. Hal ini dilakukan karena pasien mungkin mengalami gangguan
dalam melihat intensitas warna.

Hasil pemeriksaan Ishihara dengan jumlah kesalahan ≥6 plate dapat dikatakan pasien mengalami buta
warna. Pasien dengan buta warna dikromatik dan trikromatik anomali umumnya tidak dapat melihat
angka atau bentuk di plates yang kemudian membutuhkan pemeriksaan buta warna lainnya untuk
menentukan klasifikasi jenis buta warna dan tingkat keparahannya.
Tes ini dapat menentukan beberapa jenis buta warna, yaitu:
Protanopia: kesulitan membedakan biru dengan hijau dan merah dengan hijau.
Tritanopia: kesulitan membedakan kuning dengan hijau dan biru dengan hijau.
Deuteranopia: kesulitan membedakan merah dengan ungu dan hinjau dengan ungu.
Akromatopsia: buta warna total (sangat jarang terjadi, pasien hanya dapat melihat warna hitam,
putih, dan abu-abu).
Tahapan Dalam Pemeriksaan Tes Buta Warna
Pada tes pembacaan buku Ishihara dapat disimpulkan :
1) Normal, jika
2) Buta warna Parsial
a. Bila plate no. 1 sampai dengan no 17. hanya terbaca 13 plate atau kurang.
b. Bila terbaca angka-angka pada plate no. 18, 19, 20 dan 21 lebih mudah atau
lebih jelas dibandingkan dengan plate no. 14, 10, 13, dan 17.
c. Bila ragu-ragu kemungkinan buta warna parsial dapat dites dengan: a) Membaca angka-angka pada
plate no. 22, 23, 24, dan 25.
Pada orang normal, akan terbaca dengan benar angka-angka pada plate- plate tersebut diatas secara
lengkap (dua rangkap). Pada penderita buta warna
parsial hanya terbaca satu angka pada tiap-tiap plate tersebut diatas.
b) Menunjuk arah alur pada plate no. 26, 27, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, dan 38. Untuk orang
normal bisa menunjuk alur secara benar sedangkan untuk
buta warna parsial dapat menunjukkan adanya alur dari satu sisi yang lainnya.
3) Buta warna total Pada plate no. 28 dan 29, untuk orang normal, tidak bisa
menunjukkan adanya alur, sedangkan untuk penderita buta warna parsial dapat menunjukkan adanya
alur dari satu sisi ke sisi yang lainnya.
Tabel 1. Pengambilan kesimpulan Tes Buta Warna. (Widianingsih, 2010) Kesimpulan tes Pengambilan
Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai