Anda di halaman 1dari 15

MENYONTEK MERUSAK MENTAL MAHASISWA DAN AWAL

DARI KORUPSI

Mata Kuliah : Pendidikan Kewarganegaraan

Pengampu : Dr. Sigid Sriwanto, M.si

Disusun oleh :

Nama : Tri Arti Cahyani


NIM : 1908010120
Kelas : 2B

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2020
DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN............................................................................................... 3
1.1  Rumusan Masalah...................................................................................................... 3
1.2  Tujuan ........................................................................................................................ 3
BAB II. ISI....................................................................................................................... 4
2.1 Pengertian Menyontek dan Korupsi........................................................................... 4
2.2 Faktor Penyebab Menyontek……………………………………………………….
2.3 Indikator Menyontek.................................................................................................. 9
2.4 Ciri-ciri Perilaku Menyontek..................................................................................... 11
2.5 Bentuk-bentuk Perilaku Menyontek ………………………………………………. 12
2.6 Manfaat Menyontek...................................................................................................
2.7 Dampak Perilaku Menyontek……………………………………………………….
2.8 Cara Menanggulangi Menyontek……………………………………………………
BAB III. PENUTUP........................................................................................................ 16
3.1 Kesimpulan................................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 17
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian Menyontek dan korupsi?
2. Apa Faktor Penyebab Menyontek?
3. Apa Indikator Menyontek?
4. Apa Ciri-ciri Perilaku Menyontek?
5. Apa Bentuk-bentuk Perilaku Menyontek ?
6. Apa Manfaat Menyontek?
7. Apa Dampak Perilaku Menyontek?
8. Bagaimana Cara Menanggulangi Monyontek?

1.2 Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Menyontek dan korupsi
2. Mengetahui Faktor Penyebab Menyontek
3. Mengetahui Indikator Menyontek
4. Mengetahui Ciri-ciri Perilaku Menyontek
5. Mengetahui Bentuk-bentuk Perilaku Menyontek
6. Mengetahui Manfaat Menyontek
7. Mengetahui Dampak Perilaku Menyontek
8. Mengetahui Cara Menanggulangi Monyontek
BAB II
ISI

2.1 Pengertian Menyontek dan Korupsi

Menyontek adalah kegiatan, tindakan atau perbuatan yang dilakukan secara sengaja
dengan menggunakan cara-cara yang tidak jujur atau curang untuk memalsukan hasil belajar
dengan menggunakan bantuan atau memanfaatkan informasi dari luar secara tidak sah pada saat
dilaksanakan tes atau evaluasi akademik untuk mencapai tujuan tertentu.

Korupsi adalah mengambil sesuatu apa yang bukan kepunyaannya untuk kepentingan
pribadi.

2.2 Faktor-faktor Penyebab Menyontek


1. Tingkat kecerdasan yang rendah
2. Keyakinan diri yang rendah
3. Keinginan untuk mendapat nilai tinggi
4. Tidak adanya usaha untuk belajar
5. Tuntutan yang lebih dari orangtua

2.3 Indikator menyontek


a. Prokrastinasi dan efikasi diri
Gejala yang sering ditemui pada seseorang yang menyontek adalah prokrastinasi
dan juga rendahnya efikasi diri. Prokrastinasi (kegiatan menunda-nunda kegiatan atau
tugas) merupakan gejala yang paling sering ditemui pada orang yang menyontek karena
orang yang terbiasa menunda-nunda pekerjaan akan memiliki kesiapan yang rendah
dalam menghadapi ujian.
Efikasi diri rendah yang dimiliki seseorang juga merupakan indikasi lain bagi
perilaku menyontek. Efikasi diri merupakan sebuah keyakinan diri seseorang dalam
menyelesaikan tugas atau permasalahan. Orang yang memiliki tingkat efikasi diri yang
tinggi akan cenderung lebih percaya diri dan mampu menyelesaikan tugas yang diberikan
dengan baik dan menolak untuk melakukan kegiatan menyontek.

b. Kecemasan yang berlebihan


Munculnya kecemasan yang berlebihan juga merupakan indikator bagi seseorang yang
melakukan kegiatan menyontek. Gejala yang muncul pada seorang pencontek adalah munculnya
kecemasan yang berlebihan saat tes. Kecemasan tersebut dapat mempengaruhi otak sehingga
otak tidak dapat bekerja sesuai dengan kemampuannya. Keadaan tersebut membuat orang
terdorong dalam melakukan kegiatan menyontek untuk menciptakan ketenangan pada dirinya.

c. Motivasi belajar dan berprestasi


Orang yang memiliki motivasi untuk berprestasi akan berusaha menyelesaikan tugas
maupun pekerjaan yang diberikan kepadanyadengan usahanya sendiri dan sebaik-baiknya. Hal
ini dapat berarti bahwa orang yang memiliki motivasi berprestasi cenderung mengerjakan tugas
sendiri dan menghindari perilaku menyontek. Sebaliknya orang yang memiliki motivasi belajar
yang rendah akan banyak menemui kesulitan dalam belajar, sehingga memiliki tingkat
pengetahuan dan pemahaman yang kurang dalam menghadapi tes.  

d. Keterikatan dengan kelompok


Orang yang memiliki keterikatan dalam suatu kelompok akan cenderung melakukan
kegiatan menyontek. Hal itu terjadi karena orang tersebut merasakan keterikatan yang kuat di
antara mereka sehingga mendorong untuk saling menolong dan berbagi termasuk juga dalam
menyelesaikan ujian atau tes. Biasanya seseorang akan cenderung menyontek kepada teman
yang dikenal atau teman dekatnya.

e. Keinginan nilai tinggi


Keinginan seseorang untuk mendapatkan nilai yang tinggi juga dapat menjadi pendorong
seseorang melakukan kegiatan menyontek.orang berpikir bahwa nilai adalah segalanya dan
berusaha untuk mendapatkan nilai yang baik meskipun harus menggunakan cara yang salah
(menyontek).
f. Pikiran negatif
Pikiran negatif yang dimiliki siswa seperti ketakutan dianggap bodoh dan dijauhi teman,
ketakutan dimarahi guru atau orang tua karena nilai jelek juga menjadi indikator perilaku
menyontek pada siswa. Adanya perilaku menyontek terjadi diawali karena hubungan orang tua
dan siswa yang kurang baik. Orang tua seharusnya memberikan dorongan dan kepercayaan
kepada siswa agar dapat meminimalisir perilaku menyontek.

g. Perilaku implusive dan cari perhatian


Orang yang melakukan kegiatan menyontek menunjukkan indikasi mereka terlalu
menuruti kata hati (implusive) dan terlalu mencari perhatian (sensation seeking). Individu dapat
dikatakan implusive jika keputusan yang dibuatnya berdasarkan dorongan untuk mendapatkan
keuntungan pribadi dibandingkan memikirkan alasan. Individu yang memiliki kebutuhan akan
sensasi (perhatian) yang berlebihan adalah ketika individu yang sedang dalam tumbuh dan
berkembang tersebut melakukan perbuatan menyontek sebagai sesuatu yang alami untuk
bertahan hidup.

h. Harga diri dan kendali diri


Seseorang yang memiliki harga diri yang tinggi atau berlebihan akan cenderung memilih
untuk melakukan kegiatan menyontek. Perbuatan menyontek tersebut dilakukan untuk menjaga
harga diri siswa tetap terjaga dengan mendapatkan nilai yang tinggi walaupun dengan
menyontek. Selain itu orang yang memiliki kendali diri (self control) yang rendah juga
cenderung melakukan perbuatan menyontek.

2.4 Ciri-Ciri Perilaku Menyontek

Berikut ini adalah mengenai ciri-ciri siswa yang menyontek yaitu:

 Kegiatan percontekan biasanya dilakukan oleh siswa yang duduknya dibelakang. Siswa
yang duduk dibelakang mempunyai kesempatan mencontek lebih besar dibandingkan
dengan siswa yang duduk didepan, ditengah atau bahkan siswa yang tidak mempunyai
tempat duduk. Tempat duduk dibelakang letaknya jauh dari meja pengawas ujian
sehingga bisa beroperasi dengan bebas.

 Kalau dipandang oleh guru pengawas biasanya meraka tidak berani manatap pandangan
guru. Ketidakberanian mereka disebabkan oleh beberapa faktor yaitu, takut ketahuan
nyontek, wajah dari pengawas ujian yang sangat menyeramkan, tidak berani menatap
mata pengawas (yang lagi kena penyakit belek), dan mungkin karena wajah siswa tesebut
jelek sehingga malu untuk dilihat pengawas, atau jangan-jangan dimuka mereka ada
contekanJJ.

 Duduknya tidak tenang. Hal ini merupakan ciri siswa yang perlu mendapatkan perhatia
khusus. Siswa yang duduk tidak tenang ini perlu dicurigai akan melakukan kegiatan
percontekan. Misalnya saja, duduk tidak menghadap depan, tatapi kesamping. Kalau
dilihat dari bawah tempat duduk kita akan melihat pinggul siswa yang sedang melakukan
kegiatan percontekan akan selalu bergerak (mungkin ambeyen). Kadang siswa melakukan
tindakan-tindakan yang tidak terduga seperti, menggaruk kepala (kemungkinan besar
belum mandi 9 hari),meletakkan alat tulis dibibir atau kadan menggigit alat tulis (prediksi
lain: siswa yang seperti ini belum sarapan dari rumah). Kadangkala sisa pura-pura
mengerjakan serius, namun setelah dilakkukan riset, ternyata mereka tidak mengerjakan
soal akan tetapi menggambar soal atau mempertebal tulisan.

 Menggunakan kode rahasia. Tapi sekarang kode siswa itu terlihat jadul sekali. Kode
seperti menggunakan bagian tubuh seperti jari, atau menunjuk bagian tubuh, dan
menggunakan suara, itu sudah digunakan oleh nenek moyang kita. Sehingga diharapkan
siswa mampu membuat kode rahasia yang baru. Misalnya saja untuk jawaban A bisa
menggunakan kata simbol “saya lapar”, B “nanti kemana?”, untuk jawaban C dengan
kata simbol “saya capek” dan lain sebagainya. Kemungkinan guru tidak akan curiga, guru
pengawas menganggap itu hanya dialog biasa.

 Suasana kelas berisik. Kekuatan optimal seorang siswa dalam menerima suatu pelajaran
adalah 15 menit awal. Begitu juga pada saat suatu ujian, dalam waktu 15 menit awal,
siswa akan berupaya dengan semaksimal mungkin mengerjakan soal itu secara mandiri.
Namun setalah 15 menit awal, kekuatan siswa akan mulai menepis, begitu juga kekuatan
guru pengawas. Guru pengawas biasanya aktif hanya 15-20 menit awal. Apabila dalam
jangka waktu tersebut, siswa serius mengerjakan, guru akan menjadi jenuh kemudian
membuka buku dan membacanya. Siswa mulai terlihat panik menjelanh jam ujian selasi.
Biasanya 5-10 menit akhir, segala cara akan diupayakan siswa untuk mendapatkan apa
yang diinginkannya, yaitu berupa jawaban.

 Waktu pengumpulan. Waktu pengumpulan jawaban, dalam satu kelompok percontekan


biasanya bersamaan, mungkin hanya selang beberapa menit. Ini menandakan kegiatan
contek-menyontek jarak dekat, yaitu dengan posisi depan belakang dan samping kanan-
kiri. Percontekan seperti ini memudahkan guru dalam mengurutkan lembar jawaban.
Beginilah contoh kebaikan dari kegiatan mencontek.

 Mengalihkan perhatian guru. Tipe menyontek seperti ini biasanya dilakukan oleh satu
sindikat tertentu (Kerja sama antara teman yang satu dengan teman yang lainnya). Ada
salah satu siswa yang dijadikan umpan untuk mengalihkan perhatian guru pengawas,
sehinggga guru pengawas akan hanya fokus pada siswa tersebut. Waktu yang singkat ini
dimanfaatkan siswa yang lain untuk menyontek atau berdiskusi dengan siswa yang lain.
Mengalihkan ini biasanya berupa pertanyaan terhadap soal dan kadang meminta lembar
jawab tambahan. Berpura-pura meminjam sesuatu kepada siswa yang lain merupakan trik
lain untuk menyontek.

 Lembar jawaban biasanya penuh dengan coretan. Dalam kegiatan mencontek ternyata
juga ditemukan unsur dilemanitas terhadap pilihan jawaban yang berbeda antara siswa
yang satu dangan siswa yang lain. Apabila dilemanitas ini tidak segera diselesaikan, akan
terdapat jawaban ganda. Siswa harus bisa memilih pilihan yang tepat dengan
menggunakan hatinya. Jawaban yang pertama biasanya hanya didasarkan pada emosi
sesaat. Setelah berdiskusi dengan teman yang lain, dan ditemukan jawaban lain, siswa
harus mengganti jawaban yang pertama dengan jawaban yang baru ditemukan.

 Khusus bagi siswi, biasanya lebih agresif dan ekspresif apabila mau, sedang dan sesudah
mencontek atau berdiskusi dengan teman. Sifat wanita yang labil, membuat kegiatan
percontekan berlangsung dengan kegaduhan tingkat tinggi. Siswi biasanya duduk
merunduk seakan membawa beban yang berat,. Terkadang siswi berpura-pura
menjatuhkan bullpen untuk mengambil contekan yang tidak tepat sasaran.

2.5 Bentuk-Bentuk Menyontek

Berikut ini terdapat beberapa bentuk-bentuk menyontek, yakni sebagai berikut:

1. Individual-opportinistic, yaitu sebagai perilaku dimana siswa mengganti suatu jawaban


ketika ujian atau tes sedang berlangsung dengan menggunakan catatan ketika guru keluar
dari kelas.
2. Independent-planned, yaitu sebagai menggunakan catatan ketika tes atau ujian
berlangsung, atau membawa jawaban yang telah lengkap atau dipersiapkan dengan
menulisnya terlebih dahulu sebelum berlangsungnya ujian.
3. Social-active, yaitu perilaku dimana siswa mengcopi atau melihat atau meminta jawaban
dengan orang lain.
4. Social-passive, yaitu mengizinkan seseorang melihat atau mengcopi jawaban.

2.6 Manfaat Menyontek

Berikut ini adalah beberapa manfaat dari menyontek yaitu:


1. Meningkatkan kepercayaan diri

Menyontek memiliki resiko dan konsekuensi, salah satunya adalah jika Anda ketahuan
menyontek tentunya akan dimarahi/dihukum oleh Bapak atau Ibu Guru dan yang lebih parahnya
kertas ulangan bisa dicabut serta diberi nilai NOL. Jadi, sudah bisa dipastikan bahwa orang-
orang yang nyontek adalah mereka yang mau mengambil resiko.

2. Menyontek dapat meningkatkan kreatifitas

Mungkin kegiatan menyontek bukan sekedar kegiatan biasa tapi sebuah seni yang
didalamnya memerlukan kreatifitas. Dan orang-orang yang sering nyontek adalah orang dengan
kreatifitas yang tinggi. Perlu diletahui bahwa kemungkinan besar para Guru adalah orang-orang
yang dulunya pernah menyontek. Jadi, tentunya mereka sudah tahu bagaimana kebiasaan murid
dalam menyontek dan sudah punya penangkalnya. Karena itulah, diperlukan kreatifitas yang
tinggi untuk terus mengembangkan jurus-jurus nyontek yang ampuh.

3. Menyontek dapat meningkatkan kewaspadaan

Dalam kegiatan menyontek, kewaspadaan merupakan faktor yang sangat penting. Karena
Sang Guru akan seperti elang dengan matanya yang tajam, mengawasi dan siap menerkam siapa
saja yang dicurigai atau ketahuan menyontek.

4. Menyontek dapat melatih kecepatan dan gerak reflek

Sebuah penelitian yang dilakukan entah oleh siapa, mengungkap fakta yang cukup
mengejutkan sekaligus menggembirakan bagi para contekers. Hasil penelitian tersebut
menyebutkan bahwa 8 dari 10 conteker memiliki gerak reflek yang lebih baik dari mereka yang
tidak pernah menyontek.

5. Menyontek dapat melatih kerjasama

Seiring dengan makin ketatnya ruang yang diberikan para guru untuk para conteker,
maka kegiatan menyontek tidak lagi dilakukan secara individual. Sekarang ini para contekers
sudah bisa melakukan kerjasama untuk tercapainya tujuan mereka. Bahkan sebelum melakukan
kegiatan menyontek, terlebih dulu diadakan ‘Briefing’. Menyusun strategi, membagi tugas, lalu
berdoa bersama-sama.

6. Menyontek bisa mendapatkan nilai yang bagus

Seperti yang telah saya katakan di atas inilah keuntungan atau manfaat dari menyontek,
dengan menyontek bisa mendapatkan nilai yang bagus tapi tetap ingat bahwa hasil yang kita
dapat itu bukan dari kemampuan kita sendiri. Ini memang merupakan tujuan utama dalam
kegiatan menyontek, bahkan orang yang menyontek bisa mendapat nilai yang lebih baik dari
mereka yang belajar dan tidak menyontek.
2.7 Dampak Perilaku Menyontek

Berikut ini adalah dampak dari prilaku mencontek yaitu:

 Perilaku menyontek dapat mendidik siswa untuk berbohong

Menyontek merupakan termasuk perilaku berbohong baik pada diri sendiri


maupun orang lain. Siswa yang sudah terbiasa menyontek akan terbiasa untuk berbohong
tidak hanya ketika ujian namun juga dapat terbawa-bawa dalam kehidupan sehari-
hari. Menyontek dapat mengikis pribadi jujur dalam diri seorang pelajar, dapat
menghambat seorang pelajar mengoptimalkan kemampuannya dalam belajar dan
memperoleh hasil belajar.

 Siswa tidak menghargai proses belajar

Siswa yang hanya mengandalkan menyontek ketika ujian, di dalam belajar siswa
tersebut hanya akan bermain-main saja karena bagi mereka yang penting adalah hasil
ujian dan proses belajar tidak penting.

 Melahirkan koruptor, penipu, plagiator, dan penjahat yang menghalalkan segala


cara

Karena menyontek dapat mengikis kejujuran dan mendidik siswa untuk


berbohong serta hal tersebut sudah tertanam di dalan diri siswa, maka akan melahirkan
pekerjaan-pekerjaan yang tidak baik, seperti koruptor, penipu, plagiator, dan penjahat
yang menghalalkan segala cara.

 Tidak mau berusaha sendiri dan selalu mengandalkan orang lain

Ketergantungan adalah suatu keadaan di mana seseorang dalam melaksanakan


tugas dan kewajibannya menggantungkan bantuan pihak lain (Hartono dan Boy
Soedarmadji, 2013:88). Di dalam belajar, masalah ini dapat menimbulkan penurunan
kemampuan peserta didik atau mahasiswa untuk mengerjakan tugas-tugasnya, sehingga
usaha belajarnya menjadi rendah. Siswa yang menyontek biasanya menggantungkan
dirinya kepada orang lain, hal ini dapat mengakibatkan siswa tidak mau berusaha sendiri
dan selalu mengandalkan orang lain dalam berbagai hal.

 Malas belajar, malas berpikir dan merenung, malas membaca dan tidak suka
meneliti

Karena setiap ujian sudah terbiasa tidak belajar sebelum menempuh ujian, maka
lama-kelamaan akan memunculkan perilaku malas belajar, malas berpikir, malas
membaca dan tidak suka meneliti.

 Membodohi diri sendiri

Menyontek termasuk perilaku yang dapat membodohkan diri sendiri. Seorang


siswa yang suka menyontek tidak akan memahami materi pelajaran dan menyontek juga
berarti berbohong pada diri sendiri, hal tersebut akan membuat siswa membodohi dirinya
sendiri.

 Mempunyai kepercayaan diri yang rendah

 Siswa yang menyontek ketika ujian biasanya tidak memiliki rasa percaya diri ketika
menjawab soal-soal ujian sehingga lebih memilih untuk menyontek. Karena terus-
menerus menyontek maka siswa tersebut semakin merasa bahwa dia tidak percaya diri di
dalam ujian maupun tes yang lainnya.

2.8 Cara Menanggulangi Menyontek

Berikut ini terdapat beberapa cara menanggulangi menyontek, yakni sebagai berikut:

 Faktor dari dalam Diri Sendiri

1. Bangkitkan rasa percaya diri


2. Arahkan self consept mereka ke arah yang lebih proporsional
3. Biasakan mereka berpikir lebih realistis dan tidak ambisius
 Faktor Lingkungan dan Kelompok

1. Ciptakan kesadaran disiplin dan kode etik kelompok yang sarat dengan pertimbangan
moral.

 Faktor Sistem Evaluasi

1. Buat instrumen evaluasi yang valid dan reliable (yang tepat dan tetap)
2. Terapkan cara pemberian skor yang benar-benar objektif
3. Lakukan pengawasan yang ketat
4. Bentuk soal disesuaikan dengan perkembangan kematangan peserta didik dan dengan
mempertimbangkan prinsip paedagogy serta prinsip andragogy

 Faktor dari Guru

 Berlaku objektif dan terbuka dalam pemberian nilai.


 Bersikap rasional dan tidak ”menyontek” dalam memberikan tugas ujian atau tes.
 Tunjukkan keteladanan dalam perilaku moral.
 Berikan umpan balik atas setiap penugasan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Menyontek merupakan suatu tindakan ketidakjujuran seseorang dalam belajar.


Sedangkan korupsi adalah suatu tindakan ketidakjujuran juga. Jadi, menyontek dan korupsi
adalah perbuatan yang sama akan tetapi menyontek dikenal dikalangan pelajar sedangkan
korupsi dikenal dikalangan pejabat. Maka dari itu seorang pelajar yang menyontek didalam
belajarnya sama saja itu melatih sifat korupsinya. Sehingga seorang pencontek yang dapat
sekolah setinggi-tingginya dan ia seorang pejabat, maka pasti dia adalah seorang koruptor yang
handal karena ia tidak mendapatkan ilmu yang bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA

https://pakdosen.co.id/menyontek-adalah/

Anda mungkin juga menyukai