Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH MUTASI VIRUS CORONA-19 DI INDONESIA

Diajukan untuk melengkapi nilai K.D 3.8

GURU PEMBIMBING
JUHAIRIYAH M.Pd

DISUSUN OLEH
NOFIKA AUDINA SAKINAH

SMA NEGERI 12 KOTA TANGERANG


12 MIPA 3

1
DAFTAR ISI
Cover ……………………………………………………………………………………………………1
Daftar Isi……………………………………………………………………………………………….2
Kata Pengantar……………………………………………………………………………………..3
Bab 1 : Pendahulu…………………………………………………………………………………4
1.1. Latar Belakang ……………………………………………………………………………….4
1. 2. Rumus Masalah…………………………………………………………………………….4
1. 3. Tujuan Masalah…………………………………………………………………………….4
Bab 2 : Isi………………………………………………………………………………………………5
2. 1. Struktur dan Karakter Covid-19……………………………………………………..5
2. 2. Proses Mutasi Covid-19…………………………………………………………………5
2. 3. Hasil Mutasi…………………………………………………………………………………..7
2. 4. Penyebab Terjadinya Mutasi………………………………………………………….8
2. 5. Akibat Adanya Mutasi Covid-19……………………………………………………..9
Bab 3 : Kesimpulan………………………………………………………………………………..10
Daftar Pusaka…………………………………………………………………………………………11

2
KATA PENGATAR
Puji syukur kepada kehadiran Allah SWT yang telah memberikan saya rahmat, hidayah dan Kesehatan untuk
mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang berjudul “MAKALAH VIRUS CORONA 19 DI INDONESIA” tepat
waktu sesuai jadwal yang diberikan. Tidak lupa saya juga berterima kasih kepada Ibu saya yang selalu
memberikan saya jamu agar tubuh saya sehat dan dapat mengerjakan tugas ini. Saya juga berterima kasih
kepada kembar Weasley yaitu Fred dan Goerge yang selalu membuat saya semangat dalam mengerjakan
makalah ini.

Ada juga tujuan lain saya mengerjakan tugas ini yaitu untuk memenuhi remedial saya pada K.D 3.8 yang
diberikan oleh guru mata pelajara biologi di sekolah saya yaitu Ibu Juhairiah M.Sp. selain itu makalah ini juga
di harapankan dapat menambah wawasan masyarakat dan saya Nofika Audina Sakinah dalam informasi
mengenai virus yang sedang berkembang di dunia yaitu Covid-19.

Saya juga berterima kasih kepada Ibu Juhairiah M.Sp yang memberikan tugas ini dengan adanya makalah ini
membuat saya lebih mengetahui tentang mutase dan virus yang sedang bekembang di dunia. Saya juga
berterima kasih kepada pihak yang telah membagi ilmu mereka secara online kapada saya dan juga kepada
orang-orang terpecaya yang membuat blogspot untuk memberikan informasi kepada masyarakat secara
online.

Saya menyadari masih adanya kekurangan dalam bentuk makalah ini dan ada yang lebih sempurna dari
makalah ini. Oleh karena itu kritik dan saran selalu saya butuhkan untuk membuat sesuatu yang lebih
sempurna lagi.

21 Februari 2021, Kota Tangerang

Nofika Audina Sakinah

3
BAB I

Pendahuluan

I. Latar Belakang
COVID-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh virus severe acute respiratory syndrome coronavirus 2
(SARS-CoV-2). COVID-19 dapat menyebabkan gangguan sistem pernapasan, mulai dari gejala yang ringan
seperti flu, hingga infeksi paru-paru, seperti pneumonia. COVID-19 (coronavirus disease 2019) adalah jenis
penyakit baru yang disebabkan oleh virus dari golongan coronavirus, yaitu SARS-CoV-2 yang juga sering
disebut virus Corona. Kasus pertama penyakit ini terjadi di kota Wuhan, Cina, pada akhir Desember 2019.
Setelah itu, COVID-19 menular antarmanusia dengan sangat cepat dan menyebar ke puluhan negara,
termasuk Indonesia, hanya dalam beberapa bulan. Penyebarannya yang cepat membuat beberapa negara
menerapkan kebijakan untuk memberlakukan lockdown untuk mencegah penyebaran virus Corona. Di
Indonesia, pemerintah menerapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk menekan
penyebaran virus ini.

Mutasi virus corona ditemukan di Amazon, Brasil. Dikutip dari Reuters, Sabtu (23/1), sebuah tim yang
dipimpin oleh ahli imunologi Ester Sabino mengumpulkan data genom dari tes Covid-19 di Manaus. Hasil tes
menunjukkan, 42% dari kasus yang dikonfirmasi terinfeksi oleh varian baru virus corona, yang memiliki
mutasi yang mirip dengan varian Inggris dan Afrika Selatan. Dalam perjalanannya virus memang selalu
bermutasi dan terus bermutasi. Mutasi ditandai dengan hilangnya sederet asam nukleat pada genom asli,
lantas digantikan genom baru. Mutasi ini terjadi umumnya karena kegagalan replikasi dalam proses
pembiakannya. Bila hasilnya memperkuat daya adaptasi virus, maka akan muncul varian baru. Bila tidak,
individu virus itu akan punah. Selain di Brasil, ada tiga jenis mutasi virus corona yang ditemukan di dunia, di
antaranya di Inggris dan Afrika Selatan.

Terkait Covid-19, Mia menyebut bahwa virus Corona sebenarnya sudah serung mengalami mutasi. Mutasi
dilakukan untuk menyesuaikan diri dengan sel inangnya. Sejak dari Wuhan, Tiongkok, virus Corona sudah
mengalami mutasi sehingga dia mampu bertahan pada rentang suhu 5 – 10 derajat Celcius. Ketika menyebar
ke Iran dan kawasan Timur Tengah, Mia memperkirakan bahwa virus telah mengalami mutasi kembali yang
memungkinkan dia tahan terhadap suhu panas. Virus Corona di Indonesia sendiri sudah mengalami mutasi.
Laporan dari Eijkman Institute beberapa waktu lalu menemukan bahwa virus Corona di Indonesia memiliki
strain yang berbeda dengan virus di Wuhan.“Hanya saja proses mutasinya tidak seperti yang sekarang lagi
heboh di Inggris,” tuturnya.

II. Rumusan Masalah


1. Berapa banyak peningkatan yang terjadi pada mutasi Covid-19?

2. Penyebab terjadinya mutasi yang terjadi pada Covid-19

III. Tujuan Pembahasan


Dengan adanya beberapa pertanyaan di atas dan juga pembahasan yag di sampaikan dapat kita simpulkan
tujuan pembahasan adalah agar menganal Covid-19, dapat mengetahui penyebab mutasi dari suatu makluk
hidup dan juga faktor yang dapat membuat perkembangan dari mutasi lebih ganas dari sebelum virus itu
bermutasi.

4
BAB II
ISI
I. Struktur dan Karakter Covid-19
Struktur virus berukuran sangat kecil dan bersifat parasit intraseluler obligat atau menempel pada inang.
Virus memiliki materi genetik RNA atau DNA untuk memperbanyak diri. Materi genetik sangat penting bagi
virus sehingga terlindung dalam lapisan protein atau capsid. Dikutip dari situs Balai Besar Karantina
Pertanian Tanjung Priok, struktur virus Corona berbentuk bola dengan ukuran besar. Beberapa jenis virus
Corona bersifat pleomorfik dengan kecenderungan bulat. Diameter rata-rata partikel adalah 125 nm dengan
struktur virus Corona yang khas berupa amplop dan tonjolan seperti paku. Amplop pada struktur virus
Corona adalah lapisan lipid ganda yang terdiri atas protein penyusun membran (M), envelope (E), dan spike
(S). Protein E dan M sangat penting dalam membentuk selubung dan mempertahankan struktur virus
Corona. Struktur virus Corona rata-rata memiliki 74 S di permukaannya. Sedangkan dalam amplop,
tersimpan protein nukleokapsid (N) yang melindungi informasi genetik RNA virus. Amplop, M, dan N
melindungi virus Corona saat berada di luar inang.

Dikutip dari situs LIPI atau Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, bentuk virus corona menyerupai mahkota
seperti namanya. Corona bahasa Latin yang artinya crown atau mahkota dalam bahasa Indonesia. Bentuk
mahkota berasal dari protein S atau spike protein yang mengelilingi permukaan virus. Protein S ini mirip anak
panah atau paku yang menutupi permukaan virus corona. Protein S inilah yang berperan penting dalam pola
infeksi virus corona ke sel pernapasan. Virus corona secara umum berbentuk bulat dengan diameter 100-120
nm atau nanometer. Virus corona tidak bisa memperbanyak diri kecuali dengan menginfeksi makhluk hidup,
sama seperti virus lain.

Adanya protein S, yang mirip paku atau tanda panah di permukaan organisme, menjadikan struktur virus
corona lebih khas dibanding yang lain. Dikutip dari Live Science, protein S ini menempel pada reseptor di sel
pernapasan yang disebut angiotensin-converting enzyme 2 atau ACE 2.

"Jika kita berpikir tubuh manusia adalah rumah dan virus corona adalah karet, maka ACE 2 adalah pegangan
pintu menuju rumah. Saat protein S di struktur virus corona menempel di ACE 2, maka pintu menuju tubuh
manusia langsung terbuka," kata Liang Tao seorang peneliti dari Westlake University.

II. Proses Mutasi COVID-19


Beberapa negara telah menemukan adanya mutasi virus corona yang menjadi penyebab penyebaran Covid-
19. Menurut ahli mikorbiologi dan patologi Daniel Rhoads, mutasi virus corona ini memang hal yang

5
mengkhawatirkan namun umum terjadi. "Virus bermutasi secara konstan. Hal ini terutama berlaku untuk
virus yang mengandung RNA sebagai materi genetiknya, seperti virus corona dan virus influenza," ucapnya.
Semua virus terdiri dari satu bundel materi genetik (baik DNA atau RNA) yang dilapisi oleh lapisan pelindung
protein. Proses penggandaan diri yang dilakukan virus sesekali bisa terjadi kesalahan. Hal inilah yang
menyebabkan mutasi. Seringkali, mutasi sangat kecil sehingga tidak secara signifikan memengaruhi cara
kerja virus, atau membuat virus semakin lemah," kata Rhoads. Akan tetapi, mutasi juga bisa membantu virus
menggandakan dirinya atau masuk ke sel tubuh manusia dengan lebih mudah. “Jika kesalahan genetik yang
menguntungkan ini terjadi saat virus bereplikasi, maka kesalahan tersebut diturunkan dan akhirnya menjadi
bagian dari genom normal virus,” ucap Rhoads. Mutasi virus bisa terakumulasi dari waktu ke waktu dan
menyebabkan munculnya varian baru dari virus tersebut.

Menurut data Cleveland Clinic, ada dua varian virus corona yang muncul akhir-akhir ini. Masing-masing
varian tersebut memiliki rangkaian mutasinya sendiri. Akan tetapi, keduanya mengandung perubahan kecil
pada bagian ujung protein yang membantu virus corona menempel pada sel tubuh manusia. Hal yang paling
mengkhawatirkan dari varian baru virus corona ini adalah penularannya yang lebih cepat. "Hal ini
mengkhawatirkan karena menyebabkan virus dapat menyebar dengan lebih mudah,” kata Rhoads. Sulit
untuk mengukur secara tepat seberapa besar dampak varian baru terhadap pandemi ini karena ada banyak
faktor yang berkontribusi pada kecepatan virus menyebar, termasuk perilaku manusia.

Tetapi varian baru yang muncul diinggris di perkirakan 50 persen lebih menular daripada varian virus corona
yang sebelumnya. Sejauh ini, para ahli mengatakan tidak ada bukti yang jelas bahwa varian virus baru ini
lebih mematikan, menyebabkan penyakit yang lebih parah, atau akan membuat vaksin COVID-19 tidak
efektif. Namun, ada kemungkinan hal itu bisa berubah seiring waktu karena mutasi adalah perubahan kecil
dalam susunan genetik virus yang terakumulasi dari waktu ke waktu. Tetapi, strain varian yang terdeteksi
saat ini masih terlihat sangat mirip dengan strain asli yang menjadi awal penyebab pandemi pandemi dan
digunakan untuk mengembangkan serta menguji vaksin. Perubahan yang terus terjadi pada virus corona ini
masih trus diteliti oleh para ahli di seluruh dunia. Dengan munculnya varian baru ini, masyarakat diharapkan
lebih berhati-hati dan tetap patuh pada protokol kesehatan seperti memakai masker, mencuci tangan,
membatasi kontak dekat dengan orang lain dan bersedia melakukan vaksinasi.

6
III. Hasil dari Mutasi
3 Jenis mutasi baru virus corona di dunia

Dirangkum dari Indonesia.go.id, berikut perincian mengenai mutasi virus corona yang ditemukan di dunia:

1. Mutasi virus corona D614G

Mutasi virus corona jenis baru yang ditemukan adalah D-614-G. D-614-G diyakini sebagai hasil mutasi
pertama dan yang paling berhasil dari generasi pertama virus Wuhan yang mulai berjangkit Desember 2019
di China.

Varian D-614-G ini menjadi paling dominan secara global sejak Juni 2020. Per September 2020, dari 92.000
isolat yang dihimpun Lembaga Riset GISAID di Jerman dari seluruh penjuru dunia, sebanyak 77,5%
mengandung genom (material genetik) yang disebut D-614-G.

Dari 24 isolat asal Indonesia yang dikirim ke GISAID, sembilan di antaranya mengandung genome D-614-G. Di
bawah mikroskop tampak virus pembawa genom D-614-G akan terlihat memiliki “spike”, semacam duri tebal
dari protein, yang bisa membuatnya lebih mudah menempel pada sel inang. Daya infeksinya meningkat,
meski tidak terbukti meningkatkan keparahan penyakit atau angka kematian.

Yang kini menonjol ialah varian UK dengan genome khas B-117 dan varian Afrika Selatan dengan genome
barunya N-501-Y. Keduanya dianggap memiliki daya tular yang lebih kuat.

2. Mutasi virus corona di Inggris

Mutasi virus corona juga ditemukan di Inggris dengan kode genomik B-117. Varian B-117 ini adalah hasil
mutasi dari varian yang sebelumnya yakni D-614-G, yang diperkirakan mulai muncul pada awal Februari
2020.

Hingga pertengahan Januari 2021, varian baru ini telah terdeteksi di lebih dari 45 negara, termasuk Malaysia,
Singapura, dan Filipina. Sejauh ini, belum ada laporan ditemukan di Indonesia.

Dilaporkan, dalam tempo kurang tiga bulan, mutasi virus corona baru ini telah mendominasi kasus infeksi
Covid-19 di Inggris. Pada November, misalnya, lebih dari 60% pasien Covid-19 di Inggris bagian Selatan
terpapar oleh varian B-117.

Otoritas Kesehatan Inggris melansir keterangan resmi, varian baru itu 70% lebih menular ketimbang varian
sebelumnya. Namun berita baiknya, mutan ini tidak lebih ganas.

Hal itu ditandai dengan fakta mortality rate atau persentase kematian dari pasien Covid-19 relatif tak
berubah. Rata-rata durasi perawatan pasien Covid-19 kategori berat juga tetap 28 hari, tak berubah.

3. Mutasi virus corona di Afrika Selatan

Untuk mutan Afrika Selatan, sang pemilik genom baru 501.V2, baru akan disebut varian baru bila terdapat
bukti ilmiah atas sederet persyaratan.

Dikutip dari Kompas.com (9/1/2021), Profesor mikrobiologi seluler di University of Reading, Simon Clarke
mengatakan, mutasi virus yang ditemukan di Afrika Selatan memiliki sejumlah mutasi pada protein spike
virus.

Diduga perubahan mutasi pada protein spike inilah yang kemungkinan membuat virus menjadi kurang
mempan terhadap respons kekebalan yang dipicu oleh vaksin. Lawrence Young, ahli virologi dan profesor

7
onkologi molekuler di Warwick University, juga mencatat, varian virus Afrika Selatan memiliki mutasi ganda
protein spike.

IV. Penyebab Terjadinya Mutasi


Mutasi virus adalah perubahan struktur dan sifat genetik virus. Proses ini dapat terjadi ketika virus sedang
memperbanyak diri di dalam sel tubuh inangnya, baik manusia maupun hewan. Virus bertahan hidup dengan
cara menempel pada sel inang. Selama berada di dalam tubuh manusia atau hewan yang menjadi inangnya,
virus akan terus berkembang biak dengan menyalurkan materi genetik, baik RNA maupun DNA, ke sel sehat
dalam tubuh inangnya. Setelah materi genetik virus masuk ke dalam sel inang, virus akan menguasai dan
merusak sel tersebut. Namun, pada manusia, proses ini bisa dihambat oleh sistem kekebalan tubuh. Agar
dapat bertahan hidup, virus harus beradaptasi dengan selalu bermutasi untuk mengelabui sistem kekebalan
tubuh inangnya. Setelah virus bermutasi, sistem kekebalan tubuh akan lebih sulit mengenali virus, sehingga
virus dapat tetap bertahan dan menyerang sel inangnya. Tak hanya untuk mengelabui sistem imunitas,
proses mutasi virus juga dapat membuat virus semakin kuat dan lebih mudah berkembang biak. Mutasi virus
pun dapat membuat virus berpotensi menyebabkan penyakit baru, misalnya COVID-19.

Meski demikian, virus kadang juga bisa dirangsang untuk bermutasi agar lebih lemah. Proses ini umumnya
dilakukan di laboratorium, dengan intervensi manusia. Mutasi virus agar menjadi lebih lemah ini biasanya
dilakukan dalam proses pengembangan vaksin.

Salah satu penyakit yang disebabkan oleh virus adalah COVID-19. Virus Corona penyebab penyakit COVID-19
merupakan jenis virus RNA. Jika dibandingkan virus DNA, virus RNA memang cenderung lebih cepat
bermutasi. Selama beberapa bulan terakhir, virus Corona yang baru muncul di akhir tahun 2019 ini diketahui
telah mengalami mutasi. Akan tetapi, pengaruh mutasi virus Corona terhadap tingkat keparahan penyakit,
kecepatan penularan virus, serta pengembangan vaksin masih belum dianggap signifikan hingga
memerlukan perhatian khusus.

Sebagai orang awam, mungkin kita bertanya-tanya mengapa virus corona terus bermutasi. Kondisi tersebut
tentu saja tidak terjadi tanpa sebab. Ada beberapa faktor yang membuat virus corona bermutasi, yaitu:

1. Durasi Wabah dan Kondisi Penyebarannya

Katakanlah pandemi COVID-19 ini hampir menginjak setahun. Bahkan di China, wabah ini sudah lebih dari
setahun. Makin lama durasi wabah, apalagi penyebaran virusnya kurang bisa dikendalikan, makin besar
potensi virus untuk bermutasi. Hal itu dilontarkan oleh Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO),
Tedros Adhanom Ghebreyesus, Selasa (12/1), di Jenewa, Swiss.“Makin banyak virus yang menyebar, makin
tinggi potensinya untuk terjadi perubahan baru pada virus corona,” dia menerangkan. Hingga saat ini,
penambahan kasus memang masih terus terjadi. Selama masih ada penyebaran yang tidak terkendali,
kesempatan untuk virus bermutasi juga terus ada.

2. Sifat Alamiah dari Virus

Virus merupakan metaorganisme yang memiliki kemampuan untuk berevolusi. Nah, kemampuannya itu
ditunjukkan dalam proses mutasi. Mutasi ini sebenarnya hal yang sangat alami dan makhluk hidup memang
mengalaminya, termasuk virus. Sederhananya, mutasi merupakan cara virus untuk bertahan hidup. Dosen
dan Peneliti Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati di Institut Teknologi Bandung (ITB), Husna Nugrahapraja
Ph.D. mengatakan kepada media tentang laju mutasi virus SARS-CoV-2. Virus ini memiliki hampir 30.000
huruf basa nukleotida (sekumpulan gen). Apabila virus corona bertahan selama 1 bulan, maka di bulan
berikutnya, 1-2 huruf basa nukleotidanya akan berubah dan menyebabkan mutasi.

3. Perubahan Suhu

8
Menurut dr. Astrid Wulan Kusumoastuti, baik suhu panas maupun suhu dingin sama-sama bisa membuat
virus bermutasi. “Misalnya, suhu panas bisa membuat virus bermutasi jadi lebih tahan suhu panas. Lalu,
suhu dingin bisa membuat virus bermutasi jadi lebih tahan suhu dingin,” jelasnya. Yang perlu diingat, dia
menegaskan, mutasi tidak melulu berarti si virus akan jadi lebih mematikan. “Mutasi virus bisa saja
mengubah karakter sederhana pada virus itu sendiri, misalnya cara penularannya, kemampuan bertahan di
lingkungan, dan lain sebagainya,” ujar dr. Astrid.

4. Campur Tangan Perantara Virus

“Faktor dari vektor atau perantara virus, misalnya manusia dan hewan juga bisa jadi penyebab mutasi virus
corona. Virus memanfaatkan sel tubuh untuk bereplikasi (memperbanyak diri),” kata dr. Astrid. “Lama-
kelamaan, perubahan kecil yang terjadi pada virus di dalam tubuh menjadi besar. Ditambah lagi, materi
genetik tubuh manusia yang jadi inangnya pasti ada yang terbawa selama proses itu. Karena itulah, virus bisa
berubah,” tuturnya. Selama di dalam tubuh, virus akan terus berkembang biak dengan mengeluarkan materi
genetiknya (RNA dan DNA) ke sel-sel sehat tubuh kita. Proses ini sebenarnya bisa dihambat dengan imunitas
tubuh yang ada pada manusia. Namun, supaya bisa bertahan hidup, virus mencari cara lain untuk
beradaptasi. Caranya adalah dengan bermutasi. Dengan melakukan mutasi, virus bisa mengelabui sistem
imunitas tubuh kita.

V. Akibat Adanya Mutasi Covid-19


Baru-baru ini ada laporan ditemukan satu kelompok mutasi baru di Inggris yaitu VUI-202012/01 yang terdiri
dari 9 mutasi. Salah satunya adalah mutasi N501Y yang dianggap paling mempunyai pengaruh terhadap virus
corona. Mutasi N501Y, serupa dengan D614G, terletak pada protein S yang berikatan dengan reseptor ACE2
pada manusia. Secara teori, mutasi ini dianggap lebih menular dan menyebar lebih cepat antarmanusia.
Mutasi ini awalnya terdeteksi di Inggris pada awal September 2020, kemudian jumlahnya meningkat secara
signifikan sampai Desember ini. Sejauh ini, belum ada bukti mutasi ini bersifat lebih ganas. Demikian juga
belum ada bukti bahwa mutasi ini berpengaruh terhadap vaksin corona yang ada. Mutasi N501Y ini juga
ditemukan secara signifikan di Afrika Selatan. Namun, di Asia sampai 23 Desember 2020 mutasi N501Y ini
baru ditemukan pada satu kasus di Singapura. Kasus serupa belum ditemukan di Indonesia. Dengan adanya
perkembangan mutasi virus yang sangat dinamis, tentunya, peran penelusuran genomik virus corona sangat
penting termasuk di Indonesia. Minimal untuk pengendalian dan pencegahan penyebaran infeksi virus
corona di masyarakat.

Pengaruh mutasi D614G terhadap pengembangan vaksin sampai saat masih diteliti lebih lanjut. Belum ada
pihak yang bisa memastikan bahwa vaksin akan bermanfaat untuk semua jenis mutasi SARS-CoV-2. Riset-
riset yang ada masih bersifat kontroversial. Misalnya, sebuah penelitian menunjukkan bahwa plasma pasien
COVID-19 yang mengandung antibodi mampu melemahkan kedua jenis virus SARS-CoV-2 baik dengan atau
tanpa mutasi D614G. Namun sebaliknya, riset lain menunjukkan bahwa sekitar 7% plasma pasien COVID-19
yang mengandung antibodi menunjukkan penurunan kemampuan melemahkan virus SARS-CoV-2 dengan
mutasi D614G.

Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa adanya mutasi D614G belum terbukti berpengaruh signifikan
terhadap pengembangan vaksin corona saat ini. Yang jelas, mutasi virus ini berpengaruh pada makin
cepatnya virus menyebar di masyarakat. Karena itu, kita perlu memperkuat langkah pencegahan di level
masyarakat melalui jaga jarak fisik, memakai masker, dan mencuci tangan dengan sabun. Pemerintah perlu
meningkatkan pelacakan kasus dan pengetesan agar mereka yang terinfeksi tidak terus menularkan virus ke
orang lain.

9
10
BAB III
KESIMPULAN
Covid-19 atau yang biasa kita kenal adalah SARS COV 2 adalah virus yang bermutasi berdasarkan suhu
lingkungan dia berada. Mutasi yang terjadi di berbagai negara berbeda karena kondisi atau cuaca di negara
tersebut berbeda-beda. Kita dapat melihat contoh dari 3 kasus mutase yang ramai di pebincangkan yaitu
Covid di Afrika, Brazil dan Inggris. Mereka memiliki perbedaan gejala dan juga proses saat virus tersebut
menyerang tubuh. Akibat yang pasien alami juga berbeda dari virus mutase yang mereka dapati D-614-G
adalah mutase yang berhasil dan juga memiliki tingkat penyerangan yang lebih cepat, dia juga dapat
menempel dengan inangnya lebih kuat dari Covid-19 sebelumnya dan juga tingkat penyerangannya lebih
cepat dar sebelumnya.

Peningkatan pada Covid-19 sangat cepat bahkan penyebarannya leih cepat 70% dari sebelumnya. Akibat dari
mutase yang terjadi maka secara otomatis terjadi peningkatan kekuatan virus dalam bertahan pada sel
inangnya. Selain penyebaran yang terjadi karena tidak adanya jaga jarak, mutasi virus tersebut juga sudah
cepat jika kita tidak melakukan pencegahan dan tidak peduli dengan Kesehatan kita.

11
DAFTAR PUSAKA
https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-5216476/struktur-virus-corona-cara-hidup-gejala-terinfeksi-
klasifikasi

https://www.alodokter.com/covid-19

https://caritahu.kontan.co.id/news/mengenal-3-jenis-mutasi-virus-corona-salah-satunya-ditemukan-di-
indonesia?page=all

https://nasional.kompas.com/read/2021/02/20/14350571/menkes-sebut-mutasi-baru-covid-19-belum-
ditemukan-di-indonesia

https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-5216476/struktur-virus-corona-cara-hidup-gejala-terinfeksi-
klasifikasi

https://www.kompas.com/sains/read/2020/12/21/180800923/riset--mutasi-virus-corona-d614g-
berpengaruh-besar-di-indonesia?page=all

https://news.detik.com/berita/d-4945780/serba-serbi-bentuk-virus-corona-struktur-dan-vaksin-covid-19

https://health.kompas.com/read/2021/01/13/140000568/yang-perlu-kita-tahu-tentang-mutasi-virus-
corona?page=all

https://www.alodokter.com/kenali-seputar-mutasi-virus-dan-penyebab-terjadinya#:~:text=Mutasi%20virus
%20adalah%20perubahan%20struktur,inangnya%2C%20baik%20manusia%20maupun%20hewan.

https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3646799/ditemukan-12-mutasi-baru-virus-corona-di-jepang-
ini-penyebabnya

12

Anda mungkin juga menyukai