Anda di halaman 1dari 36

DAFTAR PUSTAKA

Ashari, Sumaru.1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI Press ; Jakarta

Gradness. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. UI Press; Jakarta

Hariana, A. 2005. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. PT. Penebar Swadaya. Depok.

Harnowo, D., 2006. Teknologi Penaganan Benih Tanaman Pangan Guna

Menghasilkan Benih Bermutu Tinggi. Makalah pada Pelatihan Penangkar

Benih Tanaman Pangan se NTB, dilaksanakan oleh Dinas Pertanian

Propinsi NTB: 12–15 September 2006. 19 hal.

Harrington, J.F. 1972. Seed Storage and Longevity. In T.T. Kozlowski (ed.). Seed

Biology. Vol. III. Acad Press. New York.

Hidayat, B Estiti. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Penerbit ITB. Bandung.

Kamil, Jurnalis. 1982. Teknologi Benih. Angkasa. Bandung

ISTA. 2005. International Rules For Seed Testing. Chapter 5: The Germination

Test.The International Seed Testing Association. Bassersdorf, Switzerland,

5.1-5A.50

Kamil , jurnalis . 1979 . Dasar Teknologi Benih . Angkasa Raya , Padang.

Kamil, Jurnalis. 1979. Teknologi Benih I. Angkasa Raya; Padang

Kartasapoetra, A. G. 2003. Teknologi Benih. Rineka Cipta. Jakarta.

Kartasapoetra, Anto G. 1986. Pengelolaan Benih dan Tuntunan Praktikum. Bina

Aksara; Jakarta

Kuswanto, H. 2003. Teknologi Pemrosesan, Pengemasan, dan Penyimpanan

Benih. Kanisius: Yogyakarta.

Mugnisjah.W.Q dan A. Setiawan. 1991. Produksi Benih. Bumi Aksara, Jakarta.


Mulyani, dkk. 2006. Ramuan Tradisional untuk Penderita Asma. PT. Penebar

Swadaya. Jakarta.

Pratiwi. 2000. Biologi. Erlangga; Jakarta

Rifai. 1976. Keanekaragaman Tumbuhan. UM press. Malang.

Rubenstin, Irwin dkk. 1978. The Plant Seed. Academi Press Inc; USA

Sadjad, Sjamsoe’oed. 1997. Catatan Sejarah Pengembangan Mutu Benih.

Penataran Latihan Pola Bertanam, Vol 2. LP3-IRRI Bogor: 1-10.

Sastrosayono, S. 2003. Budidaya Kelapa Sawit . Penerbit PT Agro Media Pustaka.

Jakarta Selatan.

Soetopo, Lita. 2002. Teknologi Benih. Rajawali Press; Jakarta

Sugito, Yogi. 1994. Dasar-Dasar Agronomi. FP UB; Malang

Sutopo , lita. 1993. Teknologi Benih . Fakultas Pertanian UNIBRAW . Pt Raja

Grafindo Persada , Jakarta.

Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. Fakultas Pertanian UNBRAW. Malang.

Syamsulbahri. 1996. Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan Tahunan. UGM

Press. Jakarta.

Tjitrosoepomo, G. 2003. Morfologi Tumbuhan. Gajah Mada Press. Yogyakarta.

Tjitrosoepomo, Gembong. 1985. Morfologi Tumbuhan. UGM Press; Yogyakarta


LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

TEKNOLOGI BENIH

OLEH :

NENENG AGUSTINA

NIM : 1606110091

AGROTEKNOLOGI-A

ASISTEN :

SIDIK YUNEDI

RAHMA DEVI

LABORATORIUM PEMULIAAN TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2018
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris dengan kondisi wilayah yang sangat

baik untuk bidang pertanian, hutan, industri dan usaha pertanian lainnya. Hal ini

dapat dilihat dari pengembangan teknologi-teknologi pertanian seperti teknologi

bibit baik pengelolaan sampai pembudidayaan sehingga mampu menghasilkan

hasil produksi yang baik dan berkualitas.

Dalam konteks agronomi, benih dituntut untuk bermutu tinggi sebab benih

harus mampu menghasilkan tanaman yang berproduksi maksimum dengan sarana

teknologi yang maju (Sjamsoe’oed Sabjad, 1997 dalam Sutopo, 2002).

Pengelolaan benih telah berkembang sejak perang dunia II dan baru

berkembang di Indonesia pada tahun 1964. Untuk menuju kearah teknologi benih

dibutuhkan analisa terlebih dahulu. Kepentingan untuk memenuhi perkembangan

bidang teknologi benih dari hampir berorientasi pada varietas unggul semata

menjadi berorientasi pula pada benih yang baik dan benar, mendesak

diciptakannya suatu metode, sebstrat, kondisi lingkungan, alat-alat dan evaluasi

yang serba terstandarisasi. Peranan teknologi benih khususnya dalam pengujian

dapat menghasilkan suatu standar kualifikasi benih bagi berbagai tingkatan mutu

benih.

Teknologi benih adalah suatu ilmu pengetahuan tentang cara-cara untuk

dapat memperbaiki sifat-sifat genetik dan fisik dari benih, yang mencakup
kegiatan-kegiatan seperti pengembangan varietas, penilaian dan pelepasan

varietas, produksi benih, pengelolaan, penyimpanan, pengujian serta sertifikasi

benih (Feistrizer, 1975 dalam Sutopo, 2002). Benih adalah biji yang dipersiapkan

untuk tanaman, telah melalui proses seleksi sehingga diharapkan dapat mencapai

proses tumbuh yang besar.

1.2 Tujuan

 Mahasiswa mampu membedakan biji dikotil dan monokotil dan

memahami komponen penyusun masing-masing tipe dan agar memahami

objek secara nyata yang dapat diberi keterangan.

 Mahasiswa mampu membedakan tipe perkecambahan dan membedakan

bagian-bagian bibit.

 Mahasiswa mampu untuk melaksanakan uji perkecambahan baku dan

dapat mengelompokan benih atas berkecambah (viable) normal,

berkecambah tidak normal dan tidak berkecambah (nonviable).

 Melatih mahasiswa untuk melaksanakan pengujian uji nilai indeks

berkecambah secara mandiri dan menginterprestasikan data hasil

pengamatan yang didapatkan.

 Mahasiswa dapat menggunakan teknik pewarnaan dengan TZ untuk

menentukan benih viable dengan yang tidak.


II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Struktur Buah dan Biji

2.1.1 Biji

Biji merupakan suatu struktur kompleks, yang terdiri dari embrio atau

lembaga, kulit biji dan persediaan makanan cadangan. Makanan disimpan di

dalam lembaga biji itu sendiri, pada tumbuhan lain, makanan disimpan dalam

jaringan di sekililingnya. Cerita lengkap mengenai biji harus menerangkan

perubahan-perubahan yang terjadi dalam stamen dan pistil, proses penyerbukan,

perkembangan embrio, pembentukan kulit biji dan perkembangan penyediaan

cadangan makanan yang digunakan oleh tumbuhan muda ketika biji berkecambah

(Yuniarsih, 1996).

Menurut Kamil (1982) Biji dibentuk dengan adanya perkembangan bakal

biji. Pada saat pembuahan, tabung sari sari memasuki kantung embrio melalui

mikropil dan menempatkan dua buah inti gamet jantan padanya. Satu diantaranya

bersatu dengan inti sel telur dan yang lain bersatu dengan dua inti polar atau

hasilnya penyatuan, yaitu inti sekunder. Penyatuan gamet jantan dengan sel telur

menghasilkan zigot yang tumbuh menjadi embrio. Penyatuan gamet jantan yang

lain dengan kedua inti polar menghasilkan inti sel endosperm pertama yang akan

membelah-belah menghasilkan jaringan endosperm. Proses yang melibatkan

kedua macam pembuahan (penyatuan) tersebut dinamakan pembuahan ganda.


Biji masak terdiri dari tiga bagian yaitu: embrio dan endosperm yang

dihasilkan dari pembuahan ganda serta kulit biji yang dibentuk oleh dinding bakal

biji, termasuk kedua integumentnya. Biji adalah ovule yang dewasa (mature

ovule). Biji bisa terbentuk satu atau lebih di dalam satu ovary pada legume, tetapi

tidak pernah lebih dari satu biji terbentuk dalam ovary pada monocot. Setiap biji

matang (mature seed) selalu terdiri paling kurang bagian embryo dan kulit biji.

Embryo terbentuk dari telur yang dibuahi (zygot) dengan mengalami

pembelahan sel didalam embryosac. Pada serealia dan rerumputan monocot

embryo terdiri atas cotyledon dan embryonic axsis. Setiap biji yang sangat muda

dan sedang tumbuh seperti pada tanaman serealia seperti jagung, padi, gandum

selalu terdiri dari tiga bagian yaitu embryo, kulit biji dan endosperm. Namun pada

jenis legumes hanya terdiri dari embryo dan kulit biji sedangkan endosperm ada

namun sangat sedikit sekali.

Bagian-Bagian Biji

Bagian-bagian biji dapat dibedakan menjadi 2 bagian yaitu: bagian dasar biji dan

bagian non dasar biji.

1. Bagian-bagian dasar biji

Bagian-bagian dasar biji terdiri dari :

a. Embrio, adalah suatu tanaman baru yang terjadi dari bersatunya gamet-

gamet jantan dan betina pada suatu proses pembuahan. Embrio yang

berkembangnya sempurna terdiri dari struktur-struktur sebagai berikut :


epikotil (calon pucuk), hipokotil (calon batang), kotiledon (calon daun)

dan radikula (calon akar).

b. Jaringan penyimpan cadangan makanan. Pada biji ada beberapa struktur

yang dapat berfungsi sebagai jaringan penyimpan cadangan makanan,

yaitu : Kotoledon, misalnya pada kacang-kacangan, semangka dan labu.

Endosperm, misal pada jagung, gandum, dan golongan serelia lainnya.

Pada kelapa bagian dalamnya yang berwarna putih dan dapat dimakan

merupakan endospermnya. Perisperm, misal pada famili Chenopodiaceae

dan Caryophyllaceae, Gametophytic betina yang haploid misal pada kelas

Gymnospermae yaitu pinus. Cadangan makanan yang tersimpan dalam biji

umumnya terdiri dari karbohidrat, lemak, protein dan mineral. Komposisi

dan presentasenya berbeda-beda tergantung pada jenis biji, misal biji

bunga matahari kaya akan lemak, biji kacang-kacangan kaya akan protein,

biji padi mengandung banyak karbohidrat.

c. Pelindung biji dapat terdiri dari kulit biji, sisa-sisa nucleus dan endosperm

dan kadang-kadang bagian buah. Tetapi umumnya kulit biji (testa) berasal

dari integument ovule yang mengalami modifikasi selama proses

pembentukan biji berlangsung. Biasanya kulit luar biji keras dan kuat

berwarna kecokelatan sedangkan bagian dalamnya tipis dan berselaput.

Kulit biji berfungsi untuk melindungi biji dari kekeringan, kerusakan

mekanis atau serangan cendawan, bakteri dan insekta (Sutopo, 2002).

2. Bagian-bagian non dasar biji

Bagian-bagian dasar non biji terdiri dari :


a. Kulit Biji (spermodermis), berasal dari selaput bakal biji (integumentum). Oleh

sebab itu biasanya kulit biji dari tumbuhan biji tertutup (Angiospermae) terdiri

atas dua lapisan, yaitu :

 Lapisan Kulit Luar (testa), ada yang tipis, ada yang kaku seperti kulit, ada

yang keras seperti kayu atau batu. Bagian ini merupakan pelindung utama

bagian biji yang di dalam.

 Lapisan Kulit Dalam (tegmen), tipis seperti selaput, dinamakan juga kulit

ari. Pada pembentukan kulit biji dapat pula ikut serta bagian bakal biji

yang lebih dalam dari pada integumentumnya, misalnya bagian jaringan

nuselus yang terluar. Biji yang kulitnya terdiri atas dua lapisan itu

umumnya adalah biji tumbuhan biji tertutup (Angiospermae). Pada

tumbuhan biji talanjang (Gymnospermae), biji malahan mempunyai tiga

lapisan seperti pada biji belinjo (Gnetum gnemon K). Ketiga lapisan kulit

biji seperti pada melinjo itu masing-masing dinamakan:

a) Kulit luar (sarcotesta), biasanya tebal berdaging, pada waktu masih

muda berwarna hijau, kemudian berubah menjadi kuning, dan akhirnya

merah.

b) Kulit tengah (sclerotesta), suatu lapisan yang kuat dan keras, berkayu,

menyerupai kulit dalam (endocarpium) pada buah batu.

c) Kulit dalam (endotesta), biasanya tipis seperti selaput, serigkali melekat

erat pada inti biji.

Lembaga (embryo), yang merupakan calon individu baru. Putih Lembaga

(albumen), jaringan berisi cadangan makanan untuk masa permulaan kehidupan


tumbuhan baru (kecambah) sebelum dapat mencari makanan sendiri (Hariana,

2005).

Pada dasarnya biji mempunyai susunan yang tidak berbeda dengan bakal

biji, tetapi dipergunakan nama-nama yang berlainan untuk bagian-bagian yang

sama asalnya, misalnya : Integumentum pada bakal biji, kalau sudah menjadi biji

merupakan kulit biji (spermodermis) (Rifai, 1976).

2.1.2 Buah

Pengertian buah dalam lingkup pertanian (hortikultura) atau pangan adalah

lebih luas daripada pengertian buah di atas dan biasanya disebut sebagai buah-

buahan. Buah dalam pengertian ini tidak terbatas yang terbentuk dari bakal buah,

melainkan dapat pula berasal dari perkembangan organ yang lain. Karena itu,

untuk membedakannya, buah yang sesuai menurut pengertian botani biasa disebut

buah sejati.

Buah seringkali memiliki nilai ekonomi sebagai bahan pangan maupun

bahan baku industri karena di dalamnya disimpan berbagai macam produk

metabolisme tumbuhan, mulai dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral,

alkaloid, hingga terpena dan terpenoid. Ilmu yang mempelajari segala hal tentang

buah dinamakan pomologi (Anonim, 2012).

Buah pada tumbuhan umumnya dapat dibedakan dalam empat golongan

yaitu:

1. Buah Tunggal (Sejati)


Buah tunggal (sejati) adalah buah yang terbentuk dari satu bunga dengan

satu bakal buah, yang berisi satu biji atau lebih.

a. Buah kering

Buah tunggal, atau tepatnya buah sejati tunggal, lebih jauh lagi dapat

dibedakan atas bentuk-bentuk buah kering (siccus), yakni yang bagian luarnya

keras dan mengayu atau seperti kulit yang kering; dan buah berdaging (carnosus),

yang dinding buahnya tebal berdaging.

Buah kering selanjutnya dibedakan atas buah yang tidak memecah

(indehiscens) dan yang memecah (dehiscens). Buah indehiscens berisi satu biji,

sehingga untuk memencarkan bijinya buah ini tidak perlu memecah.

c. Buah kurung (achenium)

Buah kurung (achenium) memiliki dinding buah yang tipis, berdempetan

namun tidak berlekatan dengan kulit biji. Contohnya adalah buah ('biji') bunga

pukul empat (Mirabilis). Buah kurung majemuk contohnya adalah (buah) bunga

matahari.

d. Buah keras (nux)

Buah keras atau geluk (nux) terbentuk dari dua helai daun buah (carpel)

atau lebih; bakal biji lebih dari satu, namun biasanya hanya satu yang menjadi biji

sempurna. Dinding buah keras, kadangkala mengayu, tidak berlekatan dengan

kulit biji. Contohnya adalah buah sarangan (Castanopsis).

e. Buah berbelah (schizocarpium)


Buah berbelah (schizocarpium) memiliki dua ruang atau lebih, masing-

masing dengan sebutir biji di dalamnya. Jika memecah, ruang-ruang itu terpisah

namun bijinya masih terbawa di dalam ruang. Sehingga masing-masing ruang

seolah buah kurung yang tersendiri. Contohnya adalah kemangi (Ocimum),

beberapa jenis anggota Malvaceae, dan lain-lain.

2. Buah Ganda

Buah berganda adalah buah yang terbentuk dari satu kuntum bunga yang

memiliki banyak bakal buah. Tiap-tiap bakal buah itu tumbuh menjadi buah yang

tersendiri, lepas-lepas, namun akhirnya menjadi kumpulan buah yang nampak

seperti satu buah. Sesuai dengan bentuk-bentuk buah penyusunnya, maka dikenal

beberapa macam buah berganda. Misalnya: buah kurung berganda, misalnya pada

buah mawar (Rosa), buah bumbung berganda, misalnya pada cempaka (Michelia),

buah buni berganda, misalnya pada sirsak (Annona), buah batu berganda,

misalnya pada murbei (Morus).

3. Buah Majemuk

Buah majemuk adalah buah hasil perkembangan bunga majemuk. Dengan

demikian buah ini berasal dari banyak bunga (dan banyak bakal buah), yang

tumbuh sedemikian sehingga pada akhirnya seakan-akan menjadi satu buah saja.

4. Buah Semu

Buah semu atau buah tertutup adalah, yaitu jika buah itu terbentuk dari

bakal buah beserta bagian-bagian lain pada bunga itu yang malahan menjadi

bagian utama buah ini (lebih besar, lebih menarik perhatian dan seringkali
merupakan bagian buah yang bermanfaat dapat dimakan) sedang buah yang

sesungguhnya kadang-kadang tersembunyi.

Buah semu dapat dibedakan atas :

1. Buah semu tunggal, yaitu buah terjadi dari satu bunga dengan satu bakal buah.

Pada buah ini selain bakal buah ada bagian lain bunga yang ikut membentuk buah,

misalnya : tangkai bunga, pada buah jambu monyet dan kelopak bunga pada buah

ciplukan.

2. Buah semu ganda, jika pada satu bunga terdapat lebih dari satu bakal buah yang

bebas satu sama lain, dan kemudian masing-masing dapat tumbuh menjadi buah,

tetapi disamping itu ada bagian lain pada bunga itu yang ikut tumbuh, dan

merupakan bagian buah yang mencolok (dan seringkali yang berguna), misalnya

pada buah arbe (Fragraria vesca L.)

3. Buah semu majemuk, ialah buah semu yang terjadi dari bunga majemuk, tetapi

seluruhnya dari luar tampak seperti satu buah saja, misalnya buah nangka

(Artocarpus integra Merr.), dan keluwih (Artocarpus communis Forst.), yang

terjadi dari ibu tangkai bunga yang tebal dan berdaging, beserta daun-daun tenda

bunga yang pada ujungnya berlekatan satu sama lain, hingga merupakan kulit

buah semu ini (Tjitrosoepomo, 1985)

2.2 Tipe Perkecambahan

Perkecambahan biji dimulai dari proses penyerapan air oleh biji diikuti

dengan melunaknya kulit biji serta terjadinya hidrasi sitoplasma dan peningkatan

suplai oksigen sehingga menyebabkan peningkatan respirasi dalam biji. Proses


perkecambahan dapat terjadi jika kulit biji permeabel terhadap air dan tersedia

cukup air dengan tekanan osmosis tertentu (Kozlowski, 1972: 1).

Dinding sel yang kering hampir tidak permeabel terhadap gas. Imbibisi

menyebabkan kadar air di dalam biji mencapai 50-60%, dan menyebabkan pecah

atau robeknya kulit biji. Air juga merupakan sarana masuknya oksigen ke dalam

biji. Suhu optimum untuk berlangsungnya proses perkecambahan adalah 10-40ºC

(Kozlowski, 1972: 1-6).

Ada dua tipe perkecambahan biji, yaitu perkecambahan epigeal dan

hipogeal.

1. Perkecambahan epigeal

Tipe perkecambahan epigeal ditandai dengan hipokotil yang tumbuh

memanjang sehingga plumula dan kotiledon terangkat ke atas (permukaan tanah).

Kotiledon dapat melakukan fotosintesis selama daun belum terbentuk. Contoh

tumbuhan ini adalah kacang hijau, kedelai, bunga matahari dan kacang tanah.

Organ pertama yang muncul ketika biji berkecambah adalah radikula. Radikula ini

kemudian akan tumbuh menembus permukaan tanah. Untuk tanaman dikotil yang

dirangsang dengan cahaya, ruas batang hipokotil akan tumbuh lurus ke permukaan

tanah mengangkat kotiledon dan epikotil. Epikotil akan memunculkan daun

pertama kemudian kotiledon akan rontok ketika cadangan makanan di dalamnya

telah habis digunakan oleh embrio (Campbell et al., 2000: 365).

2. Perkecambahan hipogeal

Perkecambahan hipogeal ditandai dengan epikotil tumbuh memanjang

kemudian plumula tumbuh ke permukaan tanah menembus kulit biji. Kotiledon


tetap berada di dalam tanah. Contoh tumbuhan yang mengalami perkecambahan

ini adalah kacang ercis, kacang kapri, jagung, dan rumput-rumputan (Campbell et

al., 2000: 366).

Biji yang berkecambah belum memiliki kemampuan untuk menyintesis

cadangan makanan sendiri. Kebutuhan karbohidrat didapatkan dari cadangan

makanan (endosperma). Umumnya cadangan makanan pada biji berupa amilum

(pati). Pati tidak dapat ditransportasikan ke sel-sel lain, oleh karena itu pati harus

diubah terlebih dahulu kedalam bentuk gula yang terlarut dalam air

(Dwidjosoeputro, 1978: 56).

Pertumbuhan aksis embrionik kecambah terjadi karena dua peristiwa yaitu

pembesaran sel yang telah ada sebelumnya dan pembentukan sel-sel baru. Sel-sel

baru terbentuk karena proses pembelahan sel yang terjadi pada titik tumbuh

radikula dan plumula. Saat pembesaran sel terjadi proses-proses biokimia,

transportasi air, gula, asam amino, dan perubahan ion-ion organik menjadi

protein, asam nukleat, polisakarida serta molekul-molekul kompleks lainnya.

Senyawa yang dihasilkan akan diubah menjadi organela, dinding sel, membran sel

dan lain-lain sampai terbentuk jaringan dan organ (Salisburry dan Ross, 1995:

15).

Secara visual, pertumbuhan tumbuhan dapat diamati dari pertambahan

jumlah dan ukuran, perubahan massa dan penampilan tumbuhan tersebut sebagai

akibat penggandaan protoplasma dan perbanyakan sel yang secara keseluruhan

disebut fenologi. Fenologi adalah perubahan secara berurutan yang dapat dilihat

dari penampilan morfologi tanaman tersebut. Suatu tumbuhan dikatakan tumbuh


apabila memiliki jumlah sel, jumlah daun, ranting, rambut akar, dan tunas yang

lebih banyak dibandingkan keadaan semula. Pertumbuhan tumbuhan juga ditandai

dengan pertambahan ukuran tanaman seperti tinggi tanaman, diameter batang,

luas daun, panjang akar, volume batang, dan keliling batang. Pertambahan massa

pada tumbuhan dapat diamati dari berat segar dan berat kering tanaman.

Tumbuhan dikatakan tumbuh bila terjadi perubahan penampilan, misalnya pada

fase vegetatif perubahan dimulai dari perkecambahan dilanjutkan dengan

pemunculan bibit di atas tanah, pembentukan daun dan akar, inisiasi anakan atau

cabang, pertumbuhan daun, dan perpanjangan akar, sedangkan pada fase generatif

dimulai dari induksi bunga, inisiasi bunga, pertumbuhan primordia bunga, dan

pemunculan bunga (Hasnunidah, 2011: 86).

Proses pertumbuhan kecambah dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor

internal tanaman dan faktor lingkungan. Faktor internal tersebut antara lain gen

dan hormon. Faktor lingkungan meliputi dua faktor yaitu faktor dalam tanah dan

faktor di atas tanah. Faktor dalam tanah terdiri dari keasaman, aerasi, kandungan

unsur kimia, dan lain-lain. Sedangkan faktor di atas tanah adalah radiasi matahari,

temperatur, kelembaban, dan lain-lain (Sitompul dan Guritno, 1995: 4). Adapun

faktor lain yang dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman

adalah medan magnet.

Menurut Sutopo (2009) kriteria untuk kecambah normal diantaranya

adalah : kecambah dengan pertumbuhan sempurna, ditandai dengan akar dan

batang yang berkembang dengan baik, jumlah kotiledon sesuai, daun berkembang

dengan baik dan berwarna hijau, mempunyai tunas pucuk yang baik, kecambah

dengan cacat ringan pada akar, hipokoti/epikotil, kotiledon, daun primer dan
koleoptil dan kecambah dengan infeksi sekunder tetapi bentuknya masih

sempurna.

Kecambah abnormal adalah kecambah yang tidak memperlihatkan potensi

untuk berkembang menjadi kecambah normal. Dibawah ini digolongkan kedalam

kecambah abnorma. Kecambah rusak : kecambah yang struktur pentingnya hilang

atau rusak berat. Kecambah cacat atau tidak seimbang : kecambah dengan

pertumbuhan lemah atau kecambah yang struktur pentingnya cacat atau tidak

proposional. Dan kecambah lambat kecambah yang pada akhir pengujian belum

mencapai ukuran normal. Jika dibandingkan dengan pertumbuhan kecambah

benih normal kecambah pada benih abnormal ukuran lebih kecil.


III. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum teknologi benih dilaksanakan pada setiap hari Senin pukul

15.00 WIB di Laboratorium Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas

Riau.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum teknologi benih adalah pisau silet

atau cutter, buku gambar dan pensil, seedbed, Germinator gelap miring dan datar,

Oven, beakerglass, timbangan analitik, single cornel moisture tester.

Bahan yang digunakan pada praktikum teknologi benih adalah benih padi,

jagung, kacang tanah, buah pir, jeruk nipis, apel, mentimun, dan tomat,

aquadestilate, benih kedelai, media berupa tanah dan pasir dengan perbandingan

1:1, kertas stensil, amplop ukuran 10 x 15 cm, larutan Tetrazolium 1%.

3.3 Cara Kerja

3.3.1 Struktur Biji

1. Diambil biji dan buah yang akan digambar seperti biji jagung, padi,

kacang tanah dan buah jeruk nipis, tomat, apel, pir dan mentimun.

2. Digambar morfologi luar biji dan buah.

3. Untuk buah dipotong 3 bagian, yaitu membujur, melintang dan gambar

utuh buah dan digambar seluruhnya.


4. Untuk biji jagung digambar utuh dan potongan melintang, biji padi

digambar biji utuh dan biji terbuka nampak palea dan lema, sedangkan

untuk kacang dan kedelai digambar 3 bagian yaitu melintang, membujur,

dan utuh.

5. Diberi keterangan pada setiap gambar yang dibuat.

3.3.2 Tipe Perkecambahan

1. Diisi campuran media tanah dan pasir 1:1 kedalam seedbed sebanyak ¾

bagian tingginya.

2. Ditanam 10 benih masing-masing benih jagung dan kedelai didalam

seedbed dengan kedalaman 3 cm.

3. Disiram seedbed secukupnya jangan sampai tergenang pada pagi dan sore

hari.

4. Diamati pertumbuhan tanaman jagung dan kedelai, untuk kedelai diamati

pada hari ke 0, 3, 5, dan 7 sedangkan untuk tanaman jagung pada hari ke 0,

3, 5, 9.

3.3.3 Daya Kecambah (Viabilitas) Benih dan Kekuatan Kecambah (Vigor) Benih

1. Disiapkan kertas stensil dan benih jagung dan kedelai yang akan

digunakan.

2. Dibasahi kertas stensil sebanyak 2 lembar untuk menempatkan 50 biji

yang akan diuji.

3. Disusun biji dalam lima baris masing-masing 10 biji perbaris dengan jarak

yang sama menurut panjang kertas.


4. Ditutup biji yang telah disusun dengan selembar kertas stensil yang sudah

dibasahi, dilipat kertas kira-kira 1,5 cm kearah dalam.

5. Digulung kertas berisi benih tadi menjadi 4 bagian

6. Untuk uji SGT dan FCT ditempatkan pada satu gulungan kertas berisi 50

biji yang disusun 10 baris dengan jarak yang sama menurut kertas. Jadi

terdapat 2 gulungan kertas yaitu benih padi dan kedelai.

7. Uji IVT ditempatkan pada satu gulungan kertas berisi 50 benih jagung dan

kedelai pada masing-masing gulungan.

8. Uji RSGT ditempatkan pada satu gulungan kertas berisi 15 benih padi dan

kedelai dimasing-masing gulungan.

9. Dimasukan seluruh gulungan kedalam germinator secara mendatar dan

miring pada rak perkecambahan

10. Diamati setiap uji, uji SGT kedelai diamati pada hari ke 3, 4, 5, 6 dan 7.

Uji SGT jagung diamati pada hari ke 5, 6, 7, 8, dan 9. Uji FCT kedelai

diamati hari ke 3 dan uji FCT padi diamati pada hari ke 5. Uji IVT padi

dan kedelai diamati setiap hari. Uji RSGT kedelai diamati pada hari ke 7

dan padi pada hari ke 9.

11. Ditulis setiap pengamatan dalam tabel pengamatan yang akan dibuat

3.3.4 Uji Tetrazolium

1. Disiapkan bekerglass 100 ml atau plastik aqua untuk wadah pewarnaan

2. Disiapkan larutan Tetrazolium 0,1 gr dengan air 100 ml

3. Ditimbang larutan TZ dan dicampur dengan air kemudian diaduk hingga

merata

4. Disiapkan benih kedelai yang akan diuji dengan larutan TZ


5. Direndam 100 biji kedelai didalam air biasa selama 1 jam agar kulit biji

menjadi lunak dan mudah menyerap larutan TZ

6. Lalu, direndam 100 biji kedalam larutan TZ selama beberapa menit sampai

terdapat perubahan warna

7. Biji kedelai berwarna merah artinya biji yang baik sedangkan yang tidak

berwarna adalah biji yang mati.

3.3.5 Pengukuran Kadar Air Benih

1. Diambli secara random benih dari satu satu kantong penyimpanan

2. Biji tadi dimasukan kedalam cawan timbang, timbang beratnya dan ini

dinyatakan sebagai berat basah

3. Biji yang telah ditimbang berat basahnya ini dimasukkan kedalam amplop

4. Diamplop berisi biji dimasukan kedalam oven yang telah di set suhunya

70oC dan dikeringkan selama 48 jam

5. Diamplop yang berisi biji dimasukan kedalam excikator selama 30 menit

untuk menstabilkan beratnya

6. Ditimbang berat biji kering didalam cawan timbang ini dijadikan sebagai

berat kering
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1 Struktur Buah dan Biji

Tabel 1. Pengamatan Struktur Biji dan Buah

No Nama Buah Utuh Melintang Membujur

Tomat
1. (Solanum
lycopersicum)

Jeruk Nipis
2. (Citrus
aurantiifolia)

Timun
3. (Cucumissativ
us)

Pir
4. (Pyrusbretschn
eideri)
Apel (Malus
5.
domestica)

Tabel 2. Pengamatan struktur biji


Kacang kedelai (Glycine max)
Utuh Membujur Melintang

Kacang tanah (Arachis hypogea)

Utuh Membujur Melintang

Jagung (Zea mays)


Utuh Membujur
Padi (Oryza sativa)

Tertutup Setengah Terbuka

4.1.2 Tipe Perkecambahan

Tabel 3. Hasil pengamatan kecambah kedelai


Kecambah kedelai hari ke-

0 3 5 7

Tabel 4. Hasil pengamatan kecambah jagung


Kecambah jagung hari ke-

0 5 7 9
Pembahasan : Perkecambahan adalah munculnya plumula dan radikula dari

bagian biji yang mana biji tersebut berhenti dari masa dormansinya. Pada

perkembangan embrio saat berkecambah, bagian plumula tumbuh dan

berkembang menjadi batang, sedangkan radikula menjadi akar. Menurut kamil

(1982) perkecambahan merupakan pengaktifan kembali aktivitas pertumbuhan

embrionik axis di dalam biji yang terhenti kemudian membentuk bibit.

Berdasarkan letak kotiledon pada saat perkecambahan dikenal dengan dua tipe

perkecambahan yaitu hypogeal dan epigeal.

Dari pengamatan yang telah dilakukan pada praktikum diperoleh data pada

benih kedelai mengalami perkecambahan tipe epigeal yang mana ditandai dengan

hipokotil yang tumbuh memanjang sehingga plumula dan kotiledonnya terdorong

atau terangkat ke atas permukaan tanah. Pada tanaman kedelai kotiledon dapat

melakukan fotosintesis selama daun belum terbentuk. Organ pertama yang akan

muncul adalah radikula. Radikula ini kemudian akan tumbuh menembus

permuaan tanah. Untuk tanaman dikotil yang dirangsang dengan cahaya, ruas

batag hipokotil akan tumbuh lurus ke permukaan tanah mengangkat kotiledon dn

epikotil. Epikotil akan memunculkan daun pertama kemudian kotiledon akan


rontok ketika cadangan makanan didalamnya telah habis digunakan oleh embrio

(Campbell, 2000).

Dari pengamatan yang telah dilakukan pada praktikum diperoleh data pada

benih jagung mengalami perkecambahan tipe hypogeal yang mana ditandai

dengan epikotilnya tumbuh memanjang kemudian plumula tumbuh ke permukaan

tanah menembuh kulit biji. Kotiledon tetap berada di dalam tanah. Secara visual

dan morfologis suatu benih yang berkecambah umumnya ditandai dengan

munculnya radikula atau plumula yang menonjol keluar biji.

Syarat luar utama yang dibutuhkan untuk dapat mengaktifkan kembali

pertumbuhan embrionik axis adalah :

a. Adanya air yang cukup untuk melebabkan biji.

Air yang dibutuhkan atau yang diserap oleh biji untuk rehidrasi adalah air

yang berupa cairan. Masuknya air kedalam biji adalah dengan peristiwa difusi,

osmosis dan imbibisi.

b. Suhu yang panas

Salah satu syarat perkecambahan biji ialah suhu yang pantas. Tetapi ini

tidak berarti mutlak sama seperti kebutuhan terhadap air untuk perkecambahan

dimana biji membutuhkan suatu level minimum hidrasi yang bersifat khusus

untuk perkecambahan.

c. Cukup Oksigen

Kekurangan salah satu diantara tiga diatas umumnya biji tidak akan

berkecambah. Energy yang dibutuhkan oleh suatu proses di dalam sel hidup

biasanya diperoleh dari proses oksidasi, baik adanya molekul O2 atau tidak.

Umumnya biji akan berkecambah dalam udara yang mengandung 20% O2 dan
0.03% CO2. Tetapi diketahui ada biji tertentu yang perkecambahannya dinaikkan

dengan meningkatkan kadar O2 diatas 20%. Kebanyakan biji tidak membutuhka

O2 dengan tekanan penuh 20%. Diketahui bahwa O2 yang sampai ke embrio

kurang dari 3%. Sebagaimana diketahui embrionik axis adalah sebagai pusat

sistem metabolism.

4.1.3 Viabilitas dan Vigor

4.1.3.1 Uji Perkecambahan Baku (Standard Germinator Test) dan First Count Test

Tabel 5. Hasil pengamatan Uji Perkecambahan Baku (SGT) dan First Count Test

(FCT) Kedelai

Hari pengamatan
Benih
3 4 5 6 7
Berkecambah 4 3 2
- -
Berjamur/ mati 31 6 4

Pembahasan : Pengamatan dilakukan pada hari ke 3, 4, 5, 6, dan 7 untuk SGT

serta pada hari ke 3 untuk FCT. Dari data tabel pengamatan tersebut dapat

diperoleh hasil bahwa SGT benih kedelai pada percobaan yaitu sebesar 18%

sedangkan vigor dari FCT benih kedelai sebesar 8%. Berdasarkan UHP batas

minimal benih layak digunakan adalah 80%, maka benih kedelai yang telah di uji

tidak layak digunakan karena dipengaruhi oleh keadaan benih yag sudah tidak

vigor lagi ataupun dipengaruhi oleh lingkugan sekitar benih. Beberapa penyebab

benih yang berjamur atau mati lebih banyak daripada yang berkecambah normal

adalah daya tumbuh benih yang telah berkurang, kondisi kertas stensil yang tidak

mendukung perkecambahan benih sehingga menyebabkan benih berjamur serta


kelembaban yang tinggi di dalam kertas stensil juga dapat mempercepat atau

memacu pertumbuhan jamur. Kegiatan yang dilakukan adalah menghitung benih

yang telah berkecambah normal dan yang berjamur atau mati dari 50 benih yang

di uji. Pada hari ke-3 sebanyak 4 benih dari 50 benih yang berkecambah normal

serta 31 benih yang berjamur maka hal yang harus dilakukan adalah dengan

memisahkan benih tersebut. Pada hari ke-4 benih yang berkecambah normal

sebanyak 3 benih dan benih yang berjamur sebanyak 6 benih. Dapat dilihat bahwa

hanya ada 6 benih yang berjamur dari 15 benih, hal ini dikarenakan benih yang

banyak berjamur dihari ke-3 telah dipisahkan, dan pada hari ke-5 benih yang

berkecambah sebanyak 2 benih dan yang berjamur sebanyak 4 benih.

Tabel 6. Hasil pengamatan Uji Perkecambahan Baku (SGT) dan First Count Test

(FCT) Padi

Hari pengamatan
Benih
5 6 7 8 9

Berkecambah 7 14
- - -
Berjamur/ mati 29 6

Pembahasan : Pengamatan dilakukan pada hari ke 5, 6, 7, 8, dan 9 untuk SGT

serta pada hari ke 5 untuk FCT. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan

dari 50 benih padi diperoleh data yang menunjukkan adanya perbedaan daya

tumbuh kecambah. Dapat dilihat bahwa hasil dari uji SGT benih padi pada

percobaan yaitu sebesar 42%, sedangkan dari uji FCT benih padi yaitu 14%.

Benih padi dapat dikategorikan ke dalam benih tidak layak digunakan. Benih
berjamur atau mati disebabkan oleh faktor lingkungan ataupun kondisi dari benih

padi tersebut yang sudah tidak vigor lagi. Pada hari ke-5 benih padi yang

berkecambah normal adalah sebanyak 7 benih, dan yang berjamur sebanyak 29

benih. Sedangkan pada hari ke-6 benih yang berkecambah normal sebanyak 14

benih dan yang berjamur sebanyak 6 benih. Hal ini menunjukkan bahwa daya

tumbuh kecambah pada hari ke-6 meningkat.

4.1.3.2 Index Value Test (IVT)

Tabel 7. Hasil pengamatan IVT kedelai

Jumlah Pengamatan hari ke

1 2 3 4 5 6 7

Berkecambah - - 5 1 2 - -

Berjamur/mati - - 25 10 7 - -

Pembahasan : Pengamatan untuk IVT kedelai dilakukan pada hari ke-1 sampai
hari ke-7. Dari tabel tersebut didapatkan bahwa beih kedelai mulai tumbuh pada
hari ke-3 setelah ditanam. Hal tersebut dapat terjadi karena dipengaruhi oleh
beberapa faktor baik itu faktor lingkungan ataupun kondisi dari dalam benih
tersebut. Benih dapat mengalami penurunan viabilitas dan vigor, atau dapat juga
disebabkan oleh suhu dan kelembaban di dalam kertas stensil menyebabkan
pertumbuhan jamur yang sangat cepat. Pada hari ke-3 terdapat 5 benih yang
berkecambah dan 25 benih yang berjamur, pada hari ke-4 terdapat 1 benih yang
berkecambah dan 10 benih yang berjamur dan pada hari ke-5 terdapat 2 benih
yang berkecambah dan 7 benih yang berjamur. Maka dapat diperoleh kecepatan
perkecambahan benih kedelai dari hari ke hari. Tepatnya pada hari ke-3 kecepatan
perkecambahan benih kedelai adalah 1.66%, pada hari ke-4 adalah 0.25 %, dan
pada hari ke-5 adalah 0.4%. Didapatkan bahwa kecepatan perkecambahan benih
kedelai adalah 2.31%.
Tabel 8. Hasil pengamatan IVT Padi

Jumalah pengamatan Hari ke

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Berkecambah - - - - 12 11 - - -

Berjamur/mati - - - - 15 12 - - -

Pembahasan : Pengamatan untuk IVT Padi dilakukan pada hari ke-1 sampai hari

ke-9. Dari tabel tersebut didapatkan bahwa beih kedelai mulai tumbuh pada hari

ke-5 setelah ditanam. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan

ataupun kondisi benih tersebut. Benih dapat mengalami penurunan daya tumbuh

atau berkecambah, atau dapat juga disebabkan oleh suhu dan kelembaban di

dalam kertas stensil menyebabkan pertumbuhan jamur yang sangat cepat. Pada

hari ke-5 terdapat 12 benih padi yang berkecambah normal dan 15 benih yang

berjamur, sedangkan pada hari ke-6 terdapat 11 benih padi yang berkecambah

normal dan 12 benih yang berjamur. Dapat dikatakan bahwa pertumbuhan antara

benih yang berkecambah dan yang berjamur tidak jauh berbeda. Kecepatan

perkecambahan benih padi pada hari ke-5 yaitu 2.4% sedangkan hari ke 6 yaitu

1.83%. Maka dapat dikatakan bahwa kecepatan benih berkecambah adalah

4.23%.

4.1.3.3 Uji Laju Pertumbuhan Kecambah ( Seedling Growth Rate)/RSGT

Tabel 9. Hasil Pengamatan RSGT Kedelai


Hari Ke Panjang Plumula (Cm) Panjang Radikula (Cm)

1 6 1,8

2 5,5 1,4

3 5,0 1,1

4 5,8 1,6

5 6,2 2,2

6 6,6 2,4

7 5,5 1,5

8 5,2 1,2

9 5,0 1,2

10 0 0

11 0 0

12 0 0

13 6,0 2,3

14 7,0 2,7

15 5,5 1,7

Ket. Plumula dan Radikula dalam (cm)

Pembahasan : Uji RSGT dilakukan setelah hari ke-7 tanam. Benih yang

berkecambah dilakukan pemisahan antara plumula dan radikulanya. Dari 15 benih

terdapat 12 benih yang tumbuh, radikula terpanjang yaitu pada benih ke-14

dengan panjang 7 cm dan radikula terpendek yaitu pada benih ke-3 dan ke-10
dengan panjang 5 cm, rata-rata keseluruhan panjang radikula dari 12 benih yang

tumbuh adalah 5.77 cm. sedangkan plumula terpanjang yaitu terdapat pada benih

ke-13 dan ke-13 dengan panjang 2.7 cm dan plumula terpendek yaitu pada benih

ke-3 dengan panjang 1.1 cm. Rata-rata panjang plumula dari ke-12 benih yang

tumbuh adalah 1.7 cm.

Tabel 10. Hasil Pengamatan RSGT Padi

Hari Ke Panjang Plumula (Cm) Panjang Radikula (Cm)

1 2,4 -

2 1,7 -

3 0,9 -

4 1,3 -

5 2,1 -

6 0 -

7 0 -

8 1,8 -

9 2,4 0,3

10 1,9 -

11 0 -

12 0 -

13 2,3 0,2

14 0 -
15 1,7 -

Ket. Benih Padi semuanya mati (tidak tumbuh)

Pembahasan : Uji RSGT padi dilakukan setelah hari ke-9 setelah tanam. Dari 15

benih terdapat 2 benih yang tumbuh normal yakni tumbuh plumula dan juga

radikulanya, kemudian terdapat 8 benih yang hanya tumbuh radikulanya saja, dan

5 benih yang tidak tumbuh baik itu plumula ataupunn radikulanya. Radikula

terpanjang yaitu benih ke-9 yakni 2.4 cm dan yang terpendek yakni 0.9 cm pada

benih ke-3. Plumula terpanjang yaitu benih ke-9 dan terpendek pada benih ke-13

yakni 0.2 cm. Rata-rata panjang plumula adalah 0.25 cm dan rata-rata panjang

radikula yaitu 1.85 cm.

4.1.4 Uji Tetrazolium

Tabel 11. Hasil Pengamatan Uji tetrazolium

Kelompok Jumlah Benih Benih Berwarna Benih Tidak


Berwarna
1 14 11 3

2 15 13 2

3 17 16 1

4 18 16 2

5 16 15 1

6 20 10 10

Jumlah 100 81 19

Viabilitas 81 %
Pembahasan : Uji Tetrazolium yang dilakukan didapatkan data dari 100 benih

yang dimasukkan ke dalam larutan TZ yaitu sebanyak 81 benih yang berubah

warna menjadi merah ataupun merah muda. Dari data tersebut diperoleh 19 benih

yang tidak berwarna, maka viabilitas benih kedelai yang diuji melalui uji

tetrazolium adalah 81%. Perubahan warna pada benih menunjukkan adanya

aktivitas enzim dehidrogenase pada benih. Akan tetapi apabila benih tidak

menujukkan perubahan warna maka tidak terdapatnya aktivitas enzim

dehidrogenase yang mempegaruhi.

4.1.5 Kadar Air Benih

Tabel 12. Hasil pengukuran kadar air benih

Jenis benih Berat Berat Kadar Air Kadar Air (Metode


Basah Kering (Metode Dasar) dengan Alat Kernel
Mosture Tester)
Padi 5,63 5,47 2,84% 13,8 %

Pembahasan : Berdasarkan data kadar air yang didapat dalam praktikum yang

telah dilakukan menggunakan metode dasar didapatkan bahwa berat basahnya

yaitu 5.63 gr, sedangkan berat kering benih padi adalah 5.47 gr sehingga

diperoleh kadar air 2.84%. Berat kering diperoleh dari benih yang telah di

masukkan ke dalam germinator. Sedangkan menggunakan metode dengan alat

Kernel Moisture Tester diperoleh kadar air 13.8%.

Kadar air adalah hilangnya berat ketika benih dikerinngkan sesuai degan

teknik atau metode tertentu. Kadar air benih merupakan salah satu komponen

yang harus diketahui baik untuk tujuan pengamatan maupun penyimpanan

benih. Benih yang sangat kering sangat peka terhadap kerusakan mekanis serta
perlukaan sampingan lainnya, yang mana dapat mengakibatkan benih

mengalami pecah-pecah atau retak (Kiswanto, 2007).

Semakin tingii kandugan air benih semakin tidak rahan benih tersebut

untuk disimpan lama. Untuk setiap kenaikan 1% dari kandungan air benih

maka umur benih akan menjadi setengahnya. Hukum ini berlaku untuk

kandungan air benih antara 5% dan 14% karena di bawah 5% kecepatan

menua umur benih dapat meningkar disebabkan autosidalipid di dalam benih.

Sedangkan di atas 14% akan terdapat cendawan gudang yang merusak

kapasitas perkecambahan benih (Kamil, 1979).

Faktor yang mempengaruhi kadar air benih adalah :

1. Tipe Benih. Menurut Sutarno (1997) secara teknologi dikenal benih yang

bersifat ortodoks dan rekalsitian walaupun dikeringkan sampai kadar air yang

relatif sangat rendah dengan cara pengeringan cepat dan juga tidak mati kalau

benih itu disimpan dan keadaan suhu yang relatif rendah.

2. Ukuran Benih. Menurut hasil penelitian Priestly (1986) merupakan bahwa

ukuran biji berpengaruh terhadap keseragaman pertumbuhan tanaman dan

daya simpan benih pada beberapa spesies biji yang lebih kecil.

3. Penyimpanan. Menurut Harington (1972) masalah yang dihadapi dalam

penyimpan benih semakin kompleks sejalan dengan meningkatnya kadar air

benih. Penyimpanan benih yang berkadar air tinggi dapat menimbulkan resiko

serangan cendawan.

Anda mungkin juga menyukai