Anda di halaman 1dari 6

BAB V

PEMBAHASAN

5.1. Larutan Stok

Pembuatan larutan stok pada praktikum Bioteknologi Tanaman menggunakan

komposisi hara makro yaitu MgSo4.7H2O (magnesium sulfat) dan KH2PO4 (kalium

dihidroksi phosfat). Larutan stok dibuat dengan volume 90 ml hasil gabungan dari

hara MgSO4.7H2O sebanyak 45 ml dan hara KH2PO4 sebanyak 45 ml. Larutan stok

dibuat dengan kepekatan 3.

Pembuatan larutan stok berdasarkan pengelompokan dalam stok makro, stok

mikro, stok vitamin dan stok hormone. Stok hormone dapat disimpan dengan lama

penyimpanan 2-4 minggu dan larutan stok hara dapat disimpan dengan lama

penyimpanan 8-16 minggu. Larutan stok memudahkan pembuatan media dengan

teknik pengenceran dan pencampuran.

Pembuatan larutan stok dapat memberikan kemudahan pekerjaan dalam

pembuatan media selanjutnya diantaranya, dapat menghemat pekerjaan menimbang

bahan media setiap kali akan mebuat media, mengatasi kesuliatan penimbangan

dalam jumlah yang sangat kecil dan mengurangi keusakan bahan kimia akibat terlalu

sering dibuka dan ditutup.


Larutan stok dalam bentuk cair disimpan di dalam lemari es. Pembuatan

larutan stok harus dilakukan dengan teliti karena larutan stok yang terlalu pekat akan

mengalami pengendapan di dalam lemari es. Jika terjadi pengendapan maka sebelum

larutan stok digunakan harus dipanaskan terlebih dahulu.

5.2. Media

Media Murashige & Skoog (Media MS) adalah media yang digunakan pada

hamper semua tanaman terutama tanaman herbaceaous. Medium yang digunakan

untuk kultur jaringan dapat berupa medium padat atau cair. Medium padat digunakan

untuk menghasilkan kalus yang selnjutnya diinduksi membentuk tanaman yang

lengkap sedangkan medium cair biasa digunakan untuk kultur sel. Fungsi pembuatan

media adalah untuk menyediakan hara, mineral, air, ZPT, sebagai akses atmosfer

untuk pertukaran gas dan membuang metabolism tanaman.

Prosedur pembuatan media MS meliputi kegiatan sterilisasi dan pembuatan

media MS dengan volume ½ liter. Sterilisasi adalah segala kegiatan dalam kultur

jaringan yang harus dilakukan di tempat yang steril. Salah satu faktor penentu

keberhasilan kultur jaringan adalah tahap sterilisasi. Sterilisasi meliputi kegiatan

setrilisasi pada lingkungan kerja, sterilisasi pada alat-alat dan media tanam dan

sterilisasi bahan tanaman (eksplan).

Sterilisasi botol kultur pada praktikum Bioteknologi Tanaman dilakukan

dengan cara botol dicuci dengan air bersih dan sabun cair yang bertujuan untuk
menghilangkan kotoran-kotoran yang menempel pada botol kultur. Botol kultur yang

sudah dicuci kemudian dimasukkan kedalam Autoclave untuk mensterilkan botol

kultur dan diletakan dalam posisi terbalik. Botol kultur diletakkan dalam posisi

terbalik bertujuan agar seluruh bagian botol kultur baik yang di luar maupun yang di

bagian dalam botol menjadi steril. Pensterilan botol kultur dilakukan selama 1 jam

pada suhu 121 ˚C dengan tekanan 17,5 Psi yang sesuai dengan aturan penggunaan

Autoclave agar botol kultur dapat steril secara maksimal.

Pembuatan media MS dilakuan dengan cara melarutkan gula sebanyak 15 gr

menggunakan magnetic stirrer. Sebelum digunakan magnetic stirrer disterilkan

terlebih dahulu menggunakan aquadest 70% kemudian dimasukkan kedalam beaker

glass yang berisi 250 ml aquadest tepat dibagian tengah beaker glass yang bertujuan

agar larutan dapat homogen dengan cepat dan menghindari timbulnya suara yang

berisik agar beaker glass tidak pecah. Magnetic stirrer dihidupkan dan mengatur

kecepatan 600 rpm sesuai kecepatan yang telah ditentukan.

Larutan stok A, B, C, D F, dan myo yang merupakan larutan yang

mengandung kebutuhan unsure hara/bahan kimia MS dimasukkan kedalam beaker

glass sebanyak ½ dari dosis anjuran secara bertahap . Larutan stok A, B, C, dan D

dimasukkan sebanyak 15 ml. Pada praktikum bioteknologi tanaman larutan stok

Etidak digunakan karena bahan yang akan digunakan tidak tersedia, akan tetapi

apabila larutan stok E tidak digunakan tidak akan member pengaruh yang terlalu

besar terhadap media MS karena larutan stok E mengandung unsure hara mikro yang
hanya dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit. Selanjutnya dimasukkan larutan stok

F1 sebanyak 15 ml dan larutan stok F2 sebanyak 0,5 ml.

Pembuatan media MS menggunakan agar-agar sebanyak 8 gr. Penggunaan

agar-agar didasari dengan alasan bahwa agar-agar pada suhu 100 ˚C mudah cair dan

pada suhu 40 ˚C mudah padat sehingga bisa digunakan sebagai media kultur jaringan.

Hal ini dikarenakan ruang kultur jaringan yang memiliki suhu < 40 ˚C yaitu 20 ˚C

sehingga penggunaan agar-agar merupakan salah satu piliahan yang tepat. Selain itu

agar-agar memiliki sifar yang tidak bisa bereaksi dengan larutan stok sehingga

komposisi agar-agar tidak berubah. Agar-agar juga mengandung unsure Ca, K, dan

Mg dalam jumlah yang sedikit sehingga mampu membantu pertumbuhan eksplan.

Agar-agar juga tidak dapat dicerna atau bereaksi dengan enzim sehingga volume

agar-agar tidak berkurang di dalam media MS.

Selain menggunakan agar-agar, media yang biasa digunakan untuk pembuatan

media MS untuk kultur jaringan adalah Gelrite. Namun, pada praktikum Bioteknologi

Tanaman tidak menggunakan Gelrite dengan beberapa alasan yaitu, Gelrite memiliki

beberapa kekurangan seperti harganya yang mahal, kemudian Gelrite memiliki

kelembaban yang tinggi yaitu > 90 RH. Akan tetapi Gelrite juga memiliki beberapa

kelebihan yaitu memiliki warna yang jernih dan memiliki kemurnian sehingga

pertumbuhan eksplant dapat dilihat dengan jelas.

5.3. Penanaman
Praktikum Bioteknologi Tanaman melakukan kegiatan penanaman kultur

anther dan kultur embrio. Kultur anther merupakan selah satu teknik untuk

mendapatkan tanaman haploid sehingga sering dikenal dengan nama kultur haploid.

Tanaman yang digunakan dalam kultur anther adalah anther papaya yang berukuran

sedang dengan umur tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda. Penanaman dilakukan

pada media MS dalam kondisi yang aseptik.

Kultur embrio atau embrio rescue merupakan salah satu cara untuk

melindungi dan menyelamatkan embrio yang bermasalah yang ditanam secara aseptic

dalam media buatan sehingga dapat berkecambah dan menghasilkan tanaman yang

utuh. Penanaman kultur embrio atau embrio rescue pada praktikum Bioteknologi

Tanaman menggunakan embrtio timun sebagai bahan eksplant. Embrio ditanam

dalam media MS dengan kondisi yang aseptik.

Berdasarkan tabel hasil pengamatan kultur anther dan kultur embrio dapat

dilihat bahwa hasil penanaman kultur anther papaya dan kultur embrio timun tidak

terdapat eksplant yang terkontaminasi dalam artian 100% eksplant tidak

terkontaminasi dan 0% eksplant yang terkontaminasi. Faktor keberhasilan kultur

anther dan kultur embrio sangat dipengaruhi oleh kondisi pertumbuhan dari tanaman

donor, umur tanaman donor, tahap perkembangan anther, metode sterilisasi,

perlakuan sebelum kultur, metode pengambilan anther, medium kultur, kondisi

inkubasi dan subkultur dari mikrospora atau embrio.


Kontaminasi merupakan masalah utama pada kultur jaringan. Kontaminasi

kultur anther dan kultur embrio dapat dipengaruhi oleh faktor biotik dan abiotik.

Penyebab utama kontaminasi mikroba adalah sterilisasi yang tidak tepat terhadap

eksplan, media pertumbuhan, peralatan dan pelaksanaan pekerjaan. Kondisi tanaman

donor juga sangat berpengaruh dalam kultur anther dan kultur embrio.

Kontaminasi yang sering terjadi pada kultur jaringan tanaman terdiri atas dua

jenis yaitu kontaminasi oleh bakteri dan kontaminasi oleh jamur. Untuk membedakan

kontaminasi bakteri dengan jamur dapat dilihat dari cirri-ciri fisik yang muncul pada

eksplan maupun media kultur. Ciri-ciri tekontaminasi bakteri adalah tanaman badah

atau berlendir hal ini karena bakteri menyerang jaringan tanaman. Sedangkan cirri-

ciri tekontaminasi jamur adalah tanaman akan kering dan akan muncul hifa jamur

pada eksplan dan dapat dicirikan dengan adanya garis-garis berwarna putih sampai

abu-abu. Persentase keberhasilan penanaman kultur anther dan kultur embrio pada

praktikum Bioteknologi Tanaman adalah 100% berhasil atau tidak terjadi

kontaminasi.

Anda mungkin juga menyukai