SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2021 I PENDAHULUAN
1.1 Prinsip Dasar
1.1.1 Teknik Sterilisasi Sterilisasi adalah proses atau suatu kegiatan untuk membebaskan bahan atau benda dari semua bentuk kontaminasi yang dapat merugikan. Sterilisasi dan kerja secara aseptis penting dilakukan terutama saat bekerja di laboratorium oleh karena itu sterilisasi dilakukan secara menyeluruh baik pada orang yang bekerja maupun alat dan bahan yang dipakai. Prinsip dari sterilisasi yaitu didasarkan pada jenis sterilisasi yang akan digunakan, ketersediaan alat sterilisasi di laboratorium, sifat fisik larutan/media perbenihan yang digunakan karena sesuai fungsinya sterilisasi digunakan agar mikroba dapat tumbuh pada media. Sterilisasi dapat dilakukan dengan teknik sterilisasi basah menggunakan autoklaf dan sterilisasi kering dengan menggunakan oven. 1.1.2 Pembuatan Media Tumbuh Mikroba yang Mengandung Antibiotik.
Pembuatan media diperlukan sebagai medium untuk tempat
pertumbuhan suatu mikroba yang dicocokan dengan jenis mikroba dan jenis lingkungan pertumbuhan bagi mikroba. Dengan begitu mikroba dapat tumbuh dengan baik di media yang dipakai di laboratorium. Sehingga pembuatan media merupakan satu kesatuan yang utama dalam praktikum mikrobiologi, karena keduanya saling terkait satu sama lain. Media adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat hara (nutrient) yang digunakan untuk membiakkan mikroba. Terdapat bermacam-macam media yang dapat digunakan untuk melakukan isolasi yaitu: media alami yang disusun dari bahan-bahan alami seperti kentang , media sintetik yang disusun oleh senyawa kimia dan media semi sintetis yang disusun oleh campuran bahan-bahan alami dan bahan sintetis. Pada pembuatan media penambahan antibiotik kadang diperlukan untuk mencegah pertumbuhan jenis mikroorganisme lain yang tidak dikehendaki. Misalnya penambahan chloramfenicol untuk mencegah pertumbuhan bakteri ketika kita ingin menumbuhkan fungi. Penambahan antibiotik dapat dilakukan sebelum atau sesudah sterilisasi tergantung jenis antibiotiknya tahan panas atau tidak. 1.1.3 Pembuatan Buffer TAE Banyak reaksi biologi molekuler dan biokimia dipengaruhi oleh konsentrasi ion H+ yaitu pH larutan. Jadi perlu menstabilkan reaksi pH campuran dengan menambahkan buffer yang sesuai. Buffer atau larutan penyangga adalah larutan yang tahan terhadap paerubahan nilai pH. Larutan penyangga dibagi menjadi 2 jenis, yaitu larutan penyangga asam dan larutan penyangga basa. Buffer sering digunakan pada metode elektroforesis yang melibatkan fase stasioner berupa gel agarose dan fase gerak berupa buffer Tris-acetate EDTA (TAE) atau Trisborat EDTA (TBE). TBE (Tris-borat EDTA) 1X, Tris/Borat merupakan buffer yang umum digunakan sebagai buffer elektroforesis karena memiliki kapasitas buffering yang tinggi pada titik isoelektriknya. uffer Tris-acetate EDTA (TAE) atau Trisborat EDTA (TBE). TBE (Tris-borat EDTA) 1X, Tris/Borat merupakan buffer yang umum digunakan sebagai buffer elektroforesis karena memiliki kapasitas buffering yang tinggi pada titik isoelektriknya. 1.1.4 Teknik Aseptik dalam Isolasi Bakteri dan Cendawan (Endofit dan Rhizosfer) Teknik kultur jaringan mensyaratkan kondisi aseptik, bebas dari bakteri, jamur, yeast dan jasad renik lain pada setiap tahapan kegiatannya. Hambatan utama keberhasilan pelaksanaan kultur jaringan adalah adanya kontaminasi yang dapat timbul baik selama prosedur tersebut dikerjakan maupun selama kultur dipelihara didalam ruang inkubator. Kontaminasi oleh mikroorganisme menjadi problem yang sangat serius, karena mikrobia kontaminan akan segera mengkonsumsi zat hara yang ada pada medium kultur. Mikroorganisme ini meskipun berukuran sangat kecil, tetapi jumlahnya sangat banyak dan aktivitas metabolismenya sangat tinggi, jika pertumbuhannya tidak dapat dicegah maka dalam waktu yang relatip singkat segera mendominasi kultur. Sel dan jaringan tanaman yang dikulturkan akan mati, matinya eksplan dapat disebabkan karena dibebaskanya senyawa- senyawa toksik sebagai hasil metabolisme dari mikrobia kontaminan, dapat juga karena eksplannya "dimakan" oleh mikrobia kontaminan tsb. Memahami teknik mikrobiologi dalam laboratorium diperlukan beberapa prinsip dasar teknik aseptik. Teknik aseptik adalah teknik yang digunakan dalam pencegahan kontaminasi selama membuat dan mensterilkan medium kultur. Sebelum mulai membiakan mikroba, pertama-tama kita harus mempertimbangkan bagaimana cara menghindari kontaminan. Mikroba terdapat dimana-mana, tersebar di udara atau pada permukaan suatu benda, oleh karena itu kita harus melakukan sterilisasi media segera setelah disiapkan, yang biasa dilakukan dengan pemanasan. Hal ini perlu dilakukan untuk menghilangkan mikroba kontaminan. Maka semua bahan dan alat yang bersentuhan dengan suatu biakan murni harus steril. Teknik yang digunakan dalam pencegahan kontaminasi selama membuat dan mensterilkan medium kultur disebut Teknik aseptik. Penguasaan Teknik ini diperlukan dalam keberhasilan laboratorium mikrobiologi dan hal tersebut merupakan salah satu metode permulaan yang dipelajari oleh ahli mikrobiologi pemula.
1.2 Tujuan Praktikum
1. Memahami proses sterilisasi mikrobiologi dengan metode sterilisasi basah dan sterilisasi kering. 2. Memahami teknik pembuatan media tumbuh mikroba yang mengadung antioksida. 3. Mengetahui kriteria kulltur media yang ideal. 4. Memahami proses pembuatan buffer TAE. 5. Memahami teknik aseptik dalam isolasi cendawan dan bakteri (endofit dan rhizosfer). II BAHAN DAN METODE
2.1 Alat dan Bahan
2.1.1 Teknik Sterilisasi 1. Pembakar Spiritus 2. Gunting 3. Kertas Cokelat 4. Pipet Ukur 5. Kapas 6. Tabung Reaksi 7. Cawan Petri 8. Teknik sterilisasi (autoklaf) 9. Teknik sterilisasi (oven) 2.1.2 Pembuatan Media Tumbuh Mikroba yang Mengandung Antibiotik. 1. Hot plate 2. Erlenmeyer 3. Timbangan digital 4. Gelas ukur 5. Autoklaf 6. Umbi ungu 7. Agar 8. Gula 2.1.3 Pembuatan Buffer TAE 1. Kapas 2. Spatula 3. Gelas beaker 1000 ml 4. Aquades 5. Gelas ukur 50 dan 1000 ml 6. Batang pengaduk 7. Timbangan analitik 8. 0,5 M EDTA 9. Asam asetat glasial 10. Tris basa 11. Botol reagen 12. Pipet kaca 13. Pompa pipet 2.1.4 Teknik Aseptik dalam Isolasi Bakteri dan Cendawan (Endofit dan Rhizosfer) 1. Jarum ose 2. Korek Api 3. Bunser 4. Cawan Petridish 5. Kultur Bakteri dan Cendawan (Endofit dan Rhizosfer) 2.2 Metode Pelaksanaan 2.2.1 Teknik Sterilisasi 2.2.1.1 Sterilisasi Basah 1. Alat-alat direndam dengan tipol selama 1 hari (24 jam). 2. Setelah 24 jam alat-alat tersebut digosok menggunakan penggosok cuci. 3. Bilas menggunakan air kran sebanyak 21 kali, dan bilasan terakhir mengunakan aquades. 4. Masukkan ke dalam oven untuk dikeringkan pada suhu 50oC sampai kering. 5. Keluarkan dari oven lalu satu per satu alat dibungkus dengan alumunium voil. 6. Masukkan kedalam autoklaf untuk disterilkan dengan suhu 121 oC pada tekanan 1 atm selama 15 menit. 7. Keluarkan dari autoklaf dan dimasukkan kembali ke oven untuk dikeringkan dengan suhu 50oC sampai kering. 2.2.1.2 Sterilisasi Kering 1. Alat-alat direndam dengan tipol selama 1 hari (24 jam). 2. Setelah 24 jam alat-alat tersebut digosok menggunakan penggosok cuci. 3. Bilas pada air kran sebanyak 21 kali, dan bilasan terakhir mengunakan aquades. 4. Masukkan ke dalam oven untuk dikeringkan pada suhu 50oC sampai kering. 5. Keluarkan dari oven lalu satu per satu alat dibungkus dengan alumunium foil. 6. Masukkan kedalam oven untuk disterilkan dengan suhu 125oC selama 3 jam. 2.2.2 Pembuatan Media Tumbuh Mikroba dari Ubi Jalar Ungu 1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. 2. Sebelum memulai pembuatan media, terlebih dahulu sterilkan alat-alat yang akan digunakan seperti Erlenmeyer, gelas beaker, pipet ukur, batang pengaduk, cawan petri dan sendok dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit. 3. Timbang sampel ubi jalar ungu sebanyak 300gr dan agar-agar 15gr dengan menggunakan timbangan digital. 4. Masukkan ubi ungu kedalam gelas beaker dan tambahkan 1000ml aquades steril 5. Rebus menggunakan hot plate sampai ubi lunak. 6. Setelah lunak ubi ungu diperas dan diambil sari patinya. 7. Tambahkan agar-agar 15 gr dan gula 10 gr pada sari pati dari ubi ungu sambil diaduk atau digoyangkan sampai larut dengan sempurna. 8. Larutan media tersebut disterilkan dengan menggunakan autoklaf selama 15 menit dengan suhu 121oC. 9. Setelah proses sterilisasi selesai, media dikeluarkan dari autoklaf 10. Terlebih dahulu, siapkan cawan petri di atas meja datar, bersih, dan kering lalu media dalam Erlenmeyer tadi dituangkan kira-kira 15-20ml untuk tiap-tiap cawan petri. 11. Diamkan media tersebut hingga mengeras 12. Ilustrasi pembuatan media
Gambar 1. Pembuatan Media Mikroba
2.2.3 Pembuatan Buffer TAE 1. Bersihkan spatula menggunakan kapas. 2. Timbang 48,4 gram alas tris dan masukkan ke dalam gelas beaker kosong yang sudah diberi label sebagai buffer TAE 3. Ambil gelas ukur 50 ml kemudian bersihkan. 4. Masukkan 11,4 ml asam asetat glasial ke dalam gelas ukur dan masukkan ke dalam gelas beaker yang sudah diberi label TAE buffer. 5. Ambil 20 ml larutan EDTA 0,5 M menggunakan gelas ukur. 6. Tambahkan 20 ml larutan EDTA ke dalam gelas kimia berlabel TAE Buffer 7. Bersihkan gelas ukur 1000 ml dan tuangkan aquades ke dalam gelas ukur sebanyak 600 ml 8. Masukkan aquades ke dalam gelas kimia berlabel TAE 9. Ambil batang kaca, bersihkan dengan kapas lalu campurkan larutan dengannya. 10. Tambahkan sedikit aquades ke dalam gelas kima berlabel buffer TAE (kosong) dan aduk rata 11. Pindahkan larutan dari TAE Buffer ke dalam gelas ukur 1000 ml, sesuaikan volume akhir menjadi 1000 ml dengan aquades. 12. Pindahkan seluruh larutan ke dalam botol reagenn (TAE Buffer) 13. Lalu larutan buffer siap untuk disterilisasi di autoklaf. 2.2.4 Teknik Aseptik dalam Isolasi Bakteri dan Cendawan (Endofit dan Rhizosfer) 2.2.4.1 Teknik Aseptik dalam Isolasi 1. Sebelum digunakan atau alat yang akan kita gunakan untuk memindahkan kultur bakteri ya harus kita sterilisasi dengan bunsen yaitu dengan sterilisasi dengan api langsung dengan Lakukan sterilisasi aseptis dengan membakar ose pada seluruh bagian permukaannya hingga membara 2. Lakukan pemindahan kultur bakteri dari media cair yang ada dalam tabung ke cawan petridish. 3. Sebelum mengambil kultur bakteri yang terdapat pada tabung, terlebih dahulu kita sterilisasi mulut tabung dengan api langsung. 4. Panaskan mulut tabung pada bunsen. 5. Ambil kultur bakteri yang terdapat pada media cair menggunakan ose yang tadinya telah kita sterilisasi. 6. Sterilisasi kembali mulut tabung dengan bunsen 7. Kemudian kultur bakteri yang telah diambil tadi pindahkan ke dalam cawan petri yang perlu diperhatikan disini bahwa tutup cawan petri dibiarkan tetap di atas cawan 8. Lalu kultur bakteri kita tanamkan pada cawan petri dengan metode spread plate sambil cawan petri kita putar agar pertumbuhan bakteria merata 9. Setelah mengambil kultur bakteri mulut tabung kembali kita sterilisasi dengan api langsung untuk mengurangi risiko kontaminasi. 10. Kultur bakteri yang telah kita ambil tadi kita pindahkan ke dalam media cair yang terdapat pada tabung reaksi namun sebelumnya kita sterilisasi dulu tabung reaksi yang telah berisi media cair ini dengan api langsung 11. Masukkan kultur bacteria ke dalam tabung reaksi yang berisi media 12. Sebelum menutup tabung reaksi ini kita sterilisasi kembali dengan api langsung 13. Kemudian ose yang telah kita gunakan disterilisasi kembali dengan panas langsung sampai membar. 14. Pindahkan kultur bakteria dari cawan petri ke agar tegak, metode ini dengan menusukkan jarum yang telah berisi bakteria ke dalam tabung reaksi yang berisi medium kira-kira 3/4 bagian sampai ke bagian bawah tabung reaksi yang berisi media. 15. Sterilisasi ose yang akan kita gunakan dengan api langsung 16. Ose yg disterilisasi diamkan terlebih dahulu dgn cara menepukkan pada bagian cawan petri yang tidak ditanami oleh bakteri. 17. Kemudian ambil kultur bakteri dengan lembut yang terdapat pada cawan petri tersebut. 18. Kultur bakteri yang sudah diambil dipindahkan ke medium yang telah mengandung nutrient yang lengkap dengan menusukkan kultur bakteria yang terdapat pada ose jarum ini ke bagian medium yang terdapat pada tabung reaksi dengan 3 kali tusukan. 19. Pindahkan kultur bakteria dari cawan petridish ke media cair. 20. Sebelumnya sterilisasi ose pada bunsen, 21. Diamkan ose yang sudah disterilisasi dengan menepukkan pada bagian cawan petri yang tidak ditanami oleh bakteri. 22. Lalu ambil kultur dengan lembut. 23. Pindahkan kultur bakteria yg diambil ke dalam tabung reaksi yang berisi media cair yg akan digunakan utk menumbuhkan bakteria 24. Namun lakukan lagi sterilisasi pada mulut tabung, lalu ambil media. 25. Sebelum tabung ditutup sterilisasi lagi mulut tabung tersebut. 26. Setelah selesai kegiatan sterilisasi kembali alat yang telah digunakan
2.2.4.2 Cendawan Endofit dari Daun Cabe
1. Sterilisasi menggunakan etanol 96% selama 30 detik 2. Sterilisasi mengunakan NaOCl 1% selama 30 detik 3. Potong kecil daun cabai 4. Letakkan pada agar-agar cawan (PDA) 5. Inkubasi pada suhu ruang 2.2.4.3 Cendawan Rhizosfer pada Tanaman Kakao 1. Ambil sampel tanah pada daerah perakaran kakao 2. Lakukan sterilisasi sampel dengan pengayakan 2.2.4.4 Bakteri Endofit dari Tanaman Sirih Hijau 1. Sampel tanaman yang segar dipotong-potong dan diberishkan dengan air mengalir 2. Potong-potong sepanjang 1-3 cm dan dipisahkan menurut bagian tanamannya 3. Potongan sampel direndam dalam etanol 70% selama 1 menit 4. Lalu rendam lagi menggunakan hipoklorit 5,25 % selama 5 menit 5. Lalu cuci dengan etanol 70% sebanyak 3 kali 6. Potongan tersebut diiris secara steril kemudian ditanam dalam media agar 2.2.4.5 Bakteri Endofit dari Tanaman Jagung 1. Ambil sampel tanah dari perkaran tanaman jagung 2. Gunting akar tanaman lalu simpan didalam plastik yang bersih untuk dianalisis 2.3.4.6 Ilustrasi Teknik Aseptik
Gambar 2. Teknik aseptik
2.3.4.7 Ilustrasi Pemindahan Kultur Bakteri Secara Aseptik
Gambar 3. Pemindahan Kultur Bakteri secara Aseptik
III. PEMBAHASAN
3.1 Teknik Sterilisasi
Perlakuan di laboratorium memerlukan suatu persiapan yaitu sterilisasi alat dan media tumbuh. Sterilasasi yaitu proses atau kegiatan membebaskan alat atau benda dari semua mikroba. Sterilisasi dilakukan menggunakan metode sterilisasi basah dan kering. Proses sterilisasi kering terjadi melalui mekanisme konduksi panas. Panas akan diabsorpsi oleh permukaan luar alat yang disterilkan, lalu merambat ke bagian dalam permukaan sampai akhirnya suhu untuk sterilisasi tercapai. Pada sterilisasikering, pembunuhan mikroba terjadi melalui mekanisme oksidasi sampai terjadi koagulasi protein sel. Sterilisasi menggunakan cara ini kurang efektif untuk membunuh mikroba sehingga memerlukan suhu yang lebih tinggi dan waktu yang lebih panjang (Bhan, 2013). Sterilisasi basah menggunakan autoclave (1210C, tekanan 1,5 - 2 atm, 15-20 menit). Pada saat melakukan sterilisasi basah, sebenarnya ada uap jenuh pada tekanan tertentu selama proses pensterlisasian dan suhu tertentu pada suatu objek terjadi pelepasan energi uap yang mengakibatkan denaturasi atau koagulasi protein sel mikroba sehingga melemahkan aktivitas mikroba. Selain itu, sterilisasi menggunakan autoclave merupakan cara yang paling baik karena uap air panas dengan tekanan tinggi menyebabkan penetrasi uap air ke dalam selsel mikroba menjadi optimal sehingga langsung mematikan mikroba. (Bhan, 2013).
3.2. Pembuatan Media Tumbuh Mikroba yang Mengandung Antibiotik
Setiap mahluk hidup termasuk mikroorganisme, membutuhkan lingkungan dalam menunjang kelangsungan hidupnya. Lingkungan tidak hanya berperan sebagai tempat tinggal namun juga penyedia nutrisi mahluk hidup, sehingga dapat tumbuh dan berkembang biak dengan baik. Untuk keperluan tertentu rekayasa kondisi lingkungan alami dapat dibuat, dengan tanpa menghilangkan fungsi utamanya sebagai habitat maupun sumber penyedia makanan. Merekayasa lingkungan alami dengan tujuan sebagai sarana informasi maupun budidaya, dapat dilakukan salah satunya dengan cara membuat suatu media. Pembuatan media dapat dijumpai di setiap bidang yang terkait dengan mikroba, seperti bidang pembelajaran, kesehatan maupun industri. Dalam bidang pembelajaran mikrobiologi, pembuatan media merupakan bagian dari serangkaian analisis mikroba dalam laboratorium. Walaupun membuat media tampak terlihat mudah, namun diperlukan kemampuan yang benar dan teliti, sehingga mutu informasi dari analisis mikroba selanjutnya dapat diperoleh secara valid. (Febriyanto, 2012). Kriteria media kultur ideal menurut Harti (2015), yaitu: 1. Mengandung nutrien yang dibutuhkan untuk pertumbuhan 2. Sesuai dengan faktor lingkungan yang dibutuhkan seperti pH, oksigen dan air 3. Tidak mengandung senyawa penghambat bagi pertumbuhan mikroorganisme 4. Harus steril (teknik aseptik) supaya mikroorganisme dapat tumbuh dengan baik 5. Praktis dan ekonomis
Metode pada praktikum yaitu membuat media tumbuh mikroba yang
mengandung antibiotik, disini digunakan media menggunakan ubi ungu. Ubi ungu mengandung serat, mineral, vitamin dan antioksidan dan kadnungan energi dalam bentuk gula dan karbohidrat. Media pati dan tepung ubi ungu memiliki pH 7 (netral), hal ini memenuhi persyaratan media pertumbuhan bakteri yaitu pH 7 (netral) dan sesuai dengan pH media kontrol NA (Nutrient Agar) yaitu 7-7,4 (Dhia, 2019). Menurut (Saputri, 2018). media ubi jalar memiliki peluang yang bagus untuk menumbuhkaan jamur Aspergillus flavus terutama pada media ubi jalar ungu tetapi media ubi jalar belum dapat menjadi media pengganti PDA. Komponen penghambat pertumbuhan jamur pada media ubi jalar karena ubi jalar mengandung antosianin yang merupakan metabolit sekunder golongan flavonoid dan polifenol yang dapat berperan sebagai antioksidan. Flavonoid merupakan senyawa kimia yang memiliki aktivitas anti fungi yang dapat menghambat pertumbuhan jamur sehingga pertumbuhan jamur pada media ubi jalar terhambat. Mekanisme kerja flavonoid yaitu dengan cara kerja permeabilitas sel diganggu sehingga menyebabkan jamur mengalami pertumbuhan terhambat (Ginting dkk 2011).
3.3 Pembuatan buffer TAE
Larutan bufer berperan sebagai media pendukung yang dapat
mempengaruhi kecepatan gerak senyawa karena ion pembawanya bermuatan. Kekuatan ion yang tinggi dalam bufer akan meningkatkan panas sehingga aliran listrik menjadi maksimal, dan dapat mempercepat gerakan molekul pada sampel Konduktivitas larutan buffer sangat mempengaruhi hasil elektroforesis. Konduktivitas larutan merupakan kemampuan suatu larutan dalam menghantarkan arus listrik (Rohmana ,2016). Buffer TAE dikenal dengan tris, asam asetat dan EDTA. Penggunaan TAE sering digunakan untuk pembuatan gel agarose sebagai buffer. Pada pembuatan buffer TAE pada metode praktikum yaitu membuat Buffer 10 x tae , yang dimasksud 10 x adalah singkatan dari solusi apapun yang sepuluh kali lipat dari jumlh standar. Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan TAE, yaitu: 1. Solusi Stok EDTA Solusi EDTA disiapkan sebelumnya, EDTA hanya akan larut sampai pH larutan sudah diatur menjadi 8. 2. Larutan stock Larutan stok dapat disimpan pada suhu kamar dan pH buffer harus disesuaikan sekitar 8,5. 3. Laruta stock dari TAE Buffer Larutan stock buffer TAE 1x dibuat hanya dengan mengencerkan larutan stok sebanyak 50x dalam air deionisasi 3.4. Teknik Aseptik dalam Isolasi Bakteri dan Cendawan (Endofit dan Rhizosfer) Sebelum mulai isolasi mikroba, pertama-tama kita harus mempertimbangkan bagaimana cara menghindari kontaminan. Mikroba terdapat dimana-mana, tersebar di udara atau pada permukaan suatu benda, oleh karena itu kita harus melakukan sterilisasi media segera setelah disiapkan, yang biasa dilakukan dengan pemanasan. Hal ini perlu dilakukan untuk menghilangkan mikroba kontaminan. Maka semua bahan dan alat yang bersentuhan dengan suatu biakan murni harus steril (Ratna, 1985). Isolasi adalah suatu cara untuk memisahkan mikroorganisme tertentu dari lingkungan, sehingga diperoleh biakan yang tidak tercampur dengan jenis yang lain atau biakan murni. Proses pemindahan bakteri dari satu tempat ke tempat lainnnya harus menggunakan prosedur aseptik. Aseptik berarti bebas dari sepsis, yaitu kondisi terkontaminasi karena mikroorganisme lain. Teknik aseptik ini sanagat penting bila bekerja dengan bakteri. Beberapa alat yang digunakan untuk menjalankan prosedur ini adalah Bunsen dan Laminar Air Flow. Bila tidak dijalankan dengan tepat, ada kemungkinan kontaminasi oleh mikroorganisme lain sehingga akan mengganggu hasil yang diharapkan. Teknik aseptis juga melindungi laboran dari kontaminasi bakteri (Amriana 2012, 64). Teknik aseptis merupakan metode yang dilakukan dalam memindahkan kultur, menginokulasi media,isolasi kultur murni dan melakukan pengujian mikrobiologi dan dapat kita ketahui bahwa metode aseptsi sebenarnya adalah metode yang dilakukan untuk menghindari adanya kontaminasi dari mikroorganisme. Teknik aseptis itu sangat esensial atau penting sehingga kita harus melakukan metode ini agar kultur bakteri yang ditumbuhkan itu tidak terkontaminasi oleh mikroorganisme lain yang tidak kita inginkan untuk tumbuh. Sehingga nantinya dapat menghambat pertumbuhan dari kultur yang kita tanam. Kemudian ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam metode aseptis bahwa metode ini digunakan sepanjang kegiatan berlangsung baik pada alat bahan, praktikan racikan maupun lingkungan sekitar untuk alat dan bahan kita dapat menerapkan metode sterilisasi, untuk praktikan melakukan metode sterilisasi kimia yaitu dengan menyemprotkan alkohol pada tangan praktikan IV SIMPULAN
Kesimpulan dari metode fundamental dalam mikrobiologi diatas adalah:
1. Teknik sterilisasi basah menggunakan autoklaf dengan dengan suhu 121oC pada tekanan 1 atm selama 15 menit. 2. Teknik sterilisasi kering menggunakan oven dengan suhu 125oC selama 3 jam. 3. Pembuatan media tumbuh pada mikroba yang mengandung antibiotik menggunakan pati ubi ungu dan harus disterilkan di dalam autoklaf dengan suhu 121oC selama 15 menit. 4. Pembuatan buffer TAE tediri dari tiga komposisi yaitu tris bentuknya seperti garam, jenis garam yang sering digunakan yaitu natrium klorida atau kalium klorida, asam asetat dan EDTA juga sering dikenal dengan tritiplex 3. 5. Teknik aseptik dalam isolasi mikroba sangat penting untuk meminimalisir terjadinya kontaminan sehingga setiap melakukan kegiatan dalam isolasi selalu sterilkan alat-alat terhadap bunsen. V DAFTAR PUSTAKA
Amriana H. Mikrobiologi Ternak. Makassar : Alauddin University Press. 2012
Bhana N, Zanwar Aarti S, Trivedi V, Jain D. A Review: Steam Sterilisator A
Dhia A. 2019. Pembuatan Media Pertumbuhan Bakteri Dengan Menggunakan
Umbi Ubi Jalar Ungu (Ipomoea Batatas (L.) Lam) Terhadap Bakteri Lactobacillus Acidophilus, Staphylococcus Aureus Dan Vibrio Cholera. Medan: Univeritas Sumatera Utara .
Ginting,E,Utomo, J.S, Yulifianti,R.,Jusuf,M. 2011. Potensi Ubi Jalar Ungu
sebagai Pangan Fungsional. Iptek Tanaman Pangan 6.
Kusnadi. 2003. Common Text Book Mikrobiologi . Bandung: JICA-IMSTEP,
DGHE, dan FPMIPA UPI.
Ratna S. 1985. Mikrobiologi Dasar. Jakarta: Gramedia.
Rohmana A, Maftuhul F, Ita U, Fredy K. 2016. Penggunaan Agar-agar Komersial
sebagai Media Gel Elektroforesis Pada Zat Warna Remazol: Pengaruh Komposisi Buffer, pH Buffer dan Konsentrasi Media. Jurnal Sains dan Seni ITS Vol. 5 No. 2.
Saputri, K., 2018, Perbedaan Pertumbuhan Jamur Aspergillus flavus engan
Menggunakan Media Ubi Jalar Sebagai Pengganti PDA (Potato Dextrose Agar). Jombang.