Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM BIOEKOLOGI PATOGEN

TUMBUHAN

FRANSISKA NATALIA PURBA


A3502211004

PROGRAM STUDI FITOPATOLOGI


SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2021
I PENDAHULUAN

1.1 Prinsip Dasar


1.1.1 Teknik Sterilisasi
Sterilisasi adalah proses atau suatu kegiatan untuk membebaskan
bahan atau benda dari semua bentuk kontaminasi yang dapat merugikan.
Sterilisasi dan kerja secara aseptis penting dilakukan terutama saat
bekerja di laboratorium oleh karena itu sterilisasi dilakukan secara
menyeluruh baik pada orang yang bekerja maupun alat dan bahan yang
dipakai. Prinsip dari sterilisasi yaitu didasarkan pada jenis sterilisasi
yang akan digunakan, ketersediaan alat sterilisasi di laboratorium, sifat
fisik larutan/media perbenihan yang digunakan karena sesuai fungsinya
sterilisasi digunakan agar mikroba dapat tumbuh pada media. Sterilisasi
dapat dilakukan dengan teknik sterilisasi basah menggunakan autoklaf
dan sterilisasi kering dengan menggunakan oven.
1.1.2 Pembuatan Media Tumbuh Mikroba yang Mengandung Antibiotik.

Pembuatan media diperlukan sebagai medium untuk tempat


pertumbuhan suatu mikroba yang dicocokan dengan jenis mikroba dan
jenis lingkungan pertumbuhan bagi mikroba. Dengan begitu mikroba
dapat tumbuh dengan baik di media yang dipakai di laboratorium.
Sehingga pembuatan media merupakan satu kesatuan yang utama dalam
praktikum mikrobiologi, karena keduanya saling terkait satu sama lain.
Media adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat hara
(nutrient) yang digunakan untuk membiakkan mikroba.
Terdapat bermacam-macam media yang dapat digunakan untuk
melakukan isolasi yaitu: media alami yang disusun dari bahan-bahan
alami seperti kentang , media sintetik yang disusun oleh senyawa kimia
dan media semi sintetis yang disusun oleh campuran bahan-bahan alami
dan bahan sintetis. Pada pembuatan media penambahan antibiotik
kadang diperlukan untuk mencegah pertumbuhan jenis mikroorganisme
lain yang tidak dikehendaki. Misalnya penambahan chloramfenicol
untuk mencegah pertumbuhan bakteri ketika kita ingin menumbuhkan
fungi. Penambahan antibiotik dapat dilakukan sebelum atau sesudah
sterilisasi tergantung jenis antibiotiknya tahan panas atau tidak.
1.1.3 Pembuatan Buffer TAE
Banyak reaksi biologi molekuler dan biokimia dipengaruhi oleh
konsentrasi ion H+ yaitu pH larutan. Jadi perlu menstabilkan reaksi pH
campuran dengan menambahkan buffer yang sesuai. Buffer atau larutan
penyangga adalah larutan yang tahan terhadap paerubahan nilai pH.
Larutan penyangga dibagi menjadi 2 jenis, yaitu larutan penyangga asam
dan larutan penyangga basa. Buffer sering digunakan pada metode
elektroforesis yang melibatkan fase stasioner berupa gel agarose dan fase
gerak berupa buffer Tris-acetate EDTA (TAE) atau Trisborat EDTA
(TBE). TBE (Tris-borat EDTA) 1X, Tris/Borat merupakan buffer yang
umum digunakan sebagai buffer elektroforesis karena memiliki kapasitas
buffering yang tinggi pada titik isoelektriknya. uffer Tris-acetate EDTA
(TAE) atau Trisborat EDTA (TBE). TBE (Tris-borat EDTA) 1X,
Tris/Borat merupakan buffer yang umum digunakan sebagai buffer
elektroforesis karena memiliki kapasitas buffering yang tinggi pada titik
isoelektriknya.
1.1.4 Teknik Aseptik dalam Isolasi Bakteri dan Cendawan (Endofit dan
Rhizosfer)
Teknik kultur jaringan mensyaratkan kondisi aseptik, bebas dari
bakteri, jamur, yeast dan jasad renik lain pada setiap tahapan
kegiatannya. Hambatan utama keberhasilan pelaksanaan kultur
jaringan adalah adanya kontaminasi yang dapat timbul baik
selama prosedur tersebut dikerjakan maupun selama kultur
dipelihara didalam ruang inkubator. Kontaminasi oleh
mikroorganisme menjadi problem yang sangat serius, karena
mikrobia kontaminan akan segera mengkonsumsi zat hara yang
ada pada medium kultur.
Mikroorganisme ini meskipun berukuran sangat kecil, tetapi
jumlahnya sangat banyak dan aktivitas metabolismenya sangat
tinggi, jika pertumbuhannya tidak dapat dicegah maka dalam
waktu yang relatip singkat segera mendominasi kultur. Sel dan jaringan
tanaman yang dikulturkan akan mati, matinya eksplan dapat
disebabkan karena dibebaskanya senyawa- senyawa toksik sebagai
hasil metabolisme dari mikrobia kontaminan, dapat juga karena
eksplannya "dimakan" oleh mikrobia kontaminan tsb.
Memahami teknik mikrobiologi dalam laboratorium
diperlukan beberapa prinsip dasar teknik aseptik. Teknik aseptik
adalah teknik yang digunakan dalam pencegahan kontaminasi
selama membuat dan mensterilkan medium kultur. Sebelum mulai
membiakan mikroba, pertama-tama kita harus mempertimbangkan
bagaimana cara menghindari kontaminan. Mikroba terdapat
dimana-mana, tersebar di udara atau pada permukaan suatu benda,
oleh karena itu kita harus melakukan sterilisasi media segera setelah
disiapkan, yang biasa dilakukan dengan pemanasan. Hal ini
perlu dilakukan untuk menghilangkan mikroba kontaminan. Maka
semua bahan dan alat yang bersentuhan dengan suatu biakan murni
harus steril. Teknik yang digunakan dalam pencegahan
kontaminasi selama membuat dan mensterilkan medium kultur disebut
Teknik aseptik. Penguasaan Teknik ini diperlukan dalam keberhasilan
laboratorium mikrobiologi dan hal tersebut merupakan salah satu
metode permulaan yang dipelajari oleh ahli mikrobiologi pemula.

1.2 Tujuan Praktikum


1. Memahami proses sterilisasi mikrobiologi dengan metode sterilisasi
basah dan sterilisasi kering.
2. Memahami teknik pembuatan media tumbuh mikroba yang mengadung
antioksida.
3. Mengetahui kriteria kulltur media yang ideal.
4. Memahami proses pembuatan buffer TAE.
5. Memahami teknik aseptik dalam isolasi cendawan dan bakteri (endofit
dan rhizosfer).
II BAHAN DAN METODE

2.1 Alat dan Bahan


2.1.1 Teknik Sterilisasi
1. Pembakar Spiritus
2. Gunting
3. Kertas Cokelat
4. Pipet Ukur
5. Kapas
6. Tabung Reaksi
7. Cawan Petri
8. Teknik sterilisasi (autoklaf)
9. Teknik sterilisasi (oven)
2.1.2 Pembuatan Media Tumbuh Mikroba yang Mengandung Antibiotik.
1. Hot plate
2. Erlenmeyer
3. Timbangan digital
4. Gelas ukur
5. Autoklaf
6. Umbi ungu
7. Agar
8. Gula
2.1.3 Pembuatan Buffer TAE
1. Kapas
2. Spatula
3. Gelas beaker 1000 ml
4. Aquades
5. Gelas ukur 50 dan 1000 ml
6. Batang pengaduk
7. Timbangan analitik
8. 0,5 M EDTA
9. Asam asetat glasial
10. Tris basa
11. Botol reagen
12. Pipet kaca
13. Pompa pipet
2.1.4 Teknik Aseptik dalam Isolasi Bakteri dan Cendawan (Endofit dan
Rhizosfer)
1. Jarum ose
2. Korek Api
3. Bunser
4. Cawan Petridish
5. Kultur Bakteri dan Cendawan (Endofit dan Rhizosfer)
2.2 Metode Pelaksanaan
2.2.1 Teknik Sterilisasi
2.2.1.1 Sterilisasi Basah
1. Alat-alat direndam dengan tipol selama 1 hari (24 jam).
2. Setelah 24 jam alat-alat tersebut digosok menggunakan penggosok cuci.
3. Bilas menggunakan air kran sebanyak 21 kali, dan bilasan terakhir
mengunakan aquades.
4. Masukkan ke dalam oven untuk dikeringkan pada suhu 50oC sampai
kering.
5. Keluarkan dari oven lalu satu per satu alat dibungkus dengan
alumunium voil.
6. Masukkan kedalam autoklaf untuk disterilkan dengan suhu 121 oC pada
tekanan 1 atm selama 15 menit.
7. Keluarkan dari autoklaf dan dimasukkan kembali ke oven untuk
dikeringkan dengan suhu 50oC sampai kering.
2.2.1.2 Sterilisasi Kering
1. Alat-alat direndam dengan tipol selama 1 hari (24 jam).
2. Setelah 24 jam alat-alat tersebut digosok menggunakan penggosok cuci.
3. Bilas pada air kran sebanyak 21 kali, dan bilasan terakhir mengunakan
aquades.
4. Masukkan ke dalam oven untuk dikeringkan pada suhu 50oC sampai
kering.
5. Keluarkan dari oven lalu satu per satu alat dibungkus dengan
alumunium foil.
6. Masukkan kedalam oven untuk disterilkan dengan suhu 125oC selama 3
jam.
2.2.2 Pembuatan Media Tumbuh Mikroba dari Ubi Jalar Ungu
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Sebelum memulai pembuatan media, terlebih dahulu sterilkan alat-alat
yang akan digunakan seperti Erlenmeyer, gelas beaker, pipet ukur,
batang pengaduk, cawan petri dan sendok dengan menggunakan
autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit.
3. Timbang sampel ubi jalar ungu sebanyak 300gr dan agar-agar 15gr
dengan menggunakan timbangan digital.
4. Masukkan ubi ungu kedalam gelas beaker dan tambahkan 1000ml
aquades steril
5. Rebus menggunakan hot plate sampai ubi lunak.
6. Setelah lunak ubi ungu diperas dan diambil sari patinya.
7. Tambahkan agar-agar 15 gr dan gula 10 gr pada sari pati dari ubi ungu
sambil diaduk atau digoyangkan sampai larut dengan sempurna.
8. Larutan media tersebut disterilkan dengan menggunakan autoklaf
selama 15 menit dengan suhu 121oC.
9. Setelah proses sterilisasi selesai, media dikeluarkan dari autoklaf
10. Terlebih dahulu, siapkan cawan petri di atas meja datar, bersih, dan
kering lalu media dalam Erlenmeyer tadi dituangkan kira-kira 15-20ml
untuk tiap-tiap cawan petri.
11. Diamkan media tersebut hingga mengeras
12. Ilustrasi pembuatan media

Gambar 1. Pembuatan Media Mikroba


2.2.3 Pembuatan Buffer TAE
1. Bersihkan spatula menggunakan kapas.
2. Timbang 48,4 gram alas tris dan masukkan ke dalam gelas beaker
kosong yang sudah diberi label sebagai buffer TAE
3. Ambil gelas ukur 50 ml kemudian bersihkan.
4. Masukkan 11,4 ml asam asetat glasial ke dalam gelas ukur dan
masukkan ke dalam gelas beaker yang sudah diberi label TAE buffer.
5. Ambil 20 ml larutan EDTA 0,5 M menggunakan gelas ukur.
6. Tambahkan 20 ml larutan EDTA ke dalam gelas kimia berlabel TAE
Buffer
7. Bersihkan gelas ukur 1000 ml dan tuangkan aquades ke dalam gelas
ukur sebanyak 600 ml
8. Masukkan aquades ke dalam gelas kimia berlabel TAE
9. Ambil batang kaca, bersihkan dengan kapas lalu campurkan larutan
dengannya.
10. Tambahkan sedikit aquades ke dalam gelas kima berlabel buffer TAE
(kosong) dan aduk rata
11. Pindahkan larutan dari TAE Buffer ke dalam gelas ukur 1000 ml,
sesuaikan volume akhir menjadi 1000 ml dengan aquades.
12. Pindahkan seluruh larutan ke dalam botol reagenn (TAE Buffer)
13. Lalu larutan buffer siap untuk disterilisasi di autoklaf.
2.2.4 Teknik Aseptik dalam Isolasi Bakteri dan Cendawan (Endofit dan
Rhizosfer)
2.2.4.1 Teknik Aseptik dalam Isolasi
1. Sebelum digunakan atau alat yang akan kita gunakan untuk
memindahkan kultur bakteri ya harus kita sterilisasi dengan bunsen
yaitu dengan sterilisasi dengan api langsung dengan Lakukan sterilisasi
aseptis dengan membakar ose pada seluruh bagian permukaannya
hingga membara
2. Lakukan pemindahan kultur bakteri dari media cair yang ada dalam
tabung ke cawan petridish.
3. Sebelum mengambil kultur bakteri yang terdapat pada tabung, terlebih
dahulu kita sterilisasi mulut tabung dengan api langsung.
4. Panaskan mulut tabung pada bunsen.
5. Ambil kultur bakteri yang terdapat pada media cair menggunakan ose
yang tadinya telah kita sterilisasi.
6. Sterilisasi kembali mulut tabung dengan bunsen
7. Kemudian kultur bakteri yang telah diambil tadi pindahkan ke dalam
cawan petri yang perlu diperhatikan disini bahwa tutup cawan petri
dibiarkan tetap di atas cawan
8. Lalu kultur bakteri kita tanamkan pada cawan petri dengan metode
spread plate sambil cawan petri kita putar agar pertumbuhan bakteria
merata
9. Setelah mengambil kultur bakteri mulut tabung kembali kita sterilisasi
dengan api langsung untuk mengurangi risiko kontaminasi.
10. Kultur bakteri yang telah kita ambil tadi kita pindahkan ke dalam media
cair yang terdapat pada tabung reaksi namun sebelumnya kita sterilisasi
dulu tabung reaksi yang telah berisi media cair ini dengan api langsung
11. Masukkan kultur bacteria ke dalam tabung reaksi yang berisi media
12. Sebelum menutup tabung reaksi ini kita sterilisasi kembali dengan api
langsung
13. Kemudian ose yang telah kita gunakan disterilisasi kembali dengan
panas langsung sampai membar.
14. Pindahkan kultur bakteria dari cawan petri ke agar tegak, metode ini
dengan menusukkan jarum yang telah berisi bakteria ke dalam tabung
reaksi yang berisi medium kira-kira 3/4 bagian sampai ke bagian bawah
tabung reaksi yang berisi media.
15. Sterilisasi ose yang akan kita gunakan dengan api langsung
16. Ose yg disterilisasi diamkan terlebih dahulu dgn cara menepukkan pada
bagian cawan petri yang tidak ditanami oleh bakteri.
17. Kemudian ambil kultur bakteri dengan lembut yang terdapat pada
cawan petri tersebut.
18. Kultur bakteri yang sudah diambil dipindahkan ke medium yang telah
mengandung nutrient yang lengkap dengan menusukkan kultur bakteria
yang terdapat pada ose jarum ini ke bagian medium yang terdapat pada
tabung reaksi dengan 3 kali tusukan.
19. Pindahkan kultur bakteria dari cawan petridish ke media cair.
20. Sebelumnya sterilisasi ose pada bunsen,
21. Diamkan ose yang sudah disterilisasi dengan menepukkan pada bagian
cawan petri yang tidak ditanami oleh bakteri.
22. Lalu ambil kultur dengan lembut.
23. Pindahkan kultur bakteria yg diambil ke dalam tabung reaksi yang
berisi media cair yg akan digunakan utk menumbuhkan bakteria
24. Namun lakukan lagi sterilisasi pada mulut tabung, lalu ambil media.
25. Sebelum tabung ditutup sterilisasi lagi mulut tabung tersebut.
26. Setelah selesai kegiatan sterilisasi kembali alat yang telah digunakan

2.2.4.2 Cendawan Endofit dari Daun Cabe


1. Sterilisasi menggunakan etanol 96% selama 30 detik
2. Sterilisasi mengunakan NaOCl 1% selama 30 detik
3. Potong kecil daun cabai
4. Letakkan pada agar-agar cawan (PDA)
5. Inkubasi pada suhu ruang
2.2.4.3 Cendawan Rhizosfer pada Tanaman Kakao
1. Ambil sampel tanah pada daerah perakaran kakao
2. Lakukan sterilisasi sampel dengan pengayakan
2.2.4.4 Bakteri Endofit dari Tanaman Sirih Hijau
1. Sampel tanaman yang segar dipotong-potong dan diberishkan dengan
air mengalir
2. Potong-potong sepanjang 1-3 cm dan dipisahkan menurut bagian
tanamannya
3. Potongan sampel direndam dalam etanol 70% selama 1 menit
4. Lalu rendam lagi menggunakan hipoklorit 5,25 % selama 5 menit
5. Lalu cuci dengan etanol 70% sebanyak 3 kali
6. Potongan tersebut diiris secara steril kemudian ditanam dalam media
agar
2.2.4.5 Bakteri Endofit dari Tanaman Jagung
1. Ambil sampel tanah dari perkaran tanaman jagung
2. Gunting akar tanaman lalu simpan didalam plastik yang bersih untuk
dianalisis
2.3.4.6 Ilustrasi Teknik Aseptik

Gambar 2. Teknik aseptik

2.3.4.7 Ilustrasi Pemindahan Kultur Bakteri Secara Aseptik

Gambar 3. Pemindahan Kultur Bakteri secara Aseptik


III. PEMBAHASAN

3.1 Teknik Sterilisasi


Perlakuan di laboratorium memerlukan suatu persiapan yaitu sterilisasi
alat dan media tumbuh. Sterilasasi yaitu proses atau kegiatan membebaskan
alat atau benda dari semua mikroba. Sterilisasi dilakukan menggunakan
metode sterilisasi basah dan kering. Proses sterilisasi kering terjadi melalui
mekanisme konduksi panas. Panas akan diabsorpsi oleh permukaan luar alat
yang disterilkan, lalu merambat ke bagian dalam permukaan sampai akhirnya
suhu untuk sterilisasi tercapai. Pada sterilisasikering, pembunuhan mikroba
terjadi melalui mekanisme oksidasi sampai terjadi koagulasi protein sel.
Sterilisasi menggunakan cara ini kurang efektif untuk membunuh mikroba
sehingga memerlukan suhu yang lebih tinggi dan waktu yang lebih panjang
(Bhan, 2013).
Sterilisasi basah menggunakan autoclave (1210C, tekanan 1,5 - 2 atm,
15-20 menit). Pada saat melakukan sterilisasi basah, sebenarnya ada uap jenuh
pada tekanan tertentu selama proses pensterlisasian dan suhu tertentu pada
suatu objek terjadi pelepasan energi uap yang mengakibatkan denaturasi atau
koagulasi protein sel mikroba sehingga melemahkan aktivitas mikroba. Selain
itu, sterilisasi menggunakan autoclave merupakan cara yang paling baik
karena uap air panas dengan tekanan tinggi menyebabkan penetrasi uap air ke
dalam selsel mikroba menjadi optimal sehingga langsung mematikan mikroba.
(Bhan, 2013).

3.2. Pembuatan Media Tumbuh Mikroba yang Mengandung Antibiotik


Setiap mahluk hidup termasuk mikroorganisme, membutuhkan
lingkungan dalam menunjang kelangsungan hidupnya. Lingkungan tidak
hanya berperan sebagai tempat tinggal namun juga penyedia nutrisi mahluk
hidup, sehingga dapat tumbuh dan berkembang biak dengan baik. Untuk
keperluan tertentu rekayasa kondisi lingkungan alami dapat dibuat, dengan
tanpa menghilangkan fungsi utamanya sebagai habitat maupun sumber
penyedia makanan. Merekayasa lingkungan alami dengan tujuan sebagai
sarana informasi maupun budidaya, dapat dilakukan salah satunya dengan cara
membuat suatu media. Pembuatan media dapat dijumpai di setiap bidang yang
terkait dengan mikroba, seperti bidang pembelajaran, kesehatan maupun
industri. Dalam bidang pembelajaran mikrobiologi, pembuatan media
merupakan bagian dari serangkaian analisis mikroba dalam laboratorium.
Walaupun membuat media tampak terlihat mudah, namun diperlukan
kemampuan yang benar dan teliti, sehingga mutu informasi dari analisis
mikroba selanjutnya dapat diperoleh secara valid. (Febriyanto, 2012). Kriteria
media kultur ideal menurut Harti (2015), yaitu:
1. Mengandung nutrien yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
2. Sesuai dengan faktor lingkungan yang dibutuhkan seperti pH,
oksigen dan air
3. Tidak mengandung senyawa penghambat bagi pertumbuhan
mikroorganisme
4. Harus steril (teknik aseptik) supaya mikroorganisme dapat tumbuh
dengan baik
5. Praktis dan ekonomis

Metode pada praktikum yaitu membuat media tumbuh mikroba yang


mengandung antibiotik, disini digunakan media menggunakan ubi ungu. Ubi
ungu mengandung serat, mineral, vitamin dan antioksidan dan kadnungan
energi dalam bentuk gula dan karbohidrat. Media pati dan tepung ubi ungu
memiliki pH 7 (netral), hal ini memenuhi persyaratan media pertumbuhan
bakteri yaitu pH 7 (netral) dan sesuai dengan pH media kontrol NA (Nutrient
Agar) yaitu 7-7,4 (Dhia, 2019).
Menurut (Saputri, 2018). media ubi jalar memiliki peluang yang bagus
untuk menumbuhkaan jamur Aspergillus flavus terutama pada media ubi jalar
ungu tetapi media ubi jalar belum dapat menjadi media pengganti PDA.
Komponen penghambat pertumbuhan jamur pada media ubi jalar karena ubi
jalar mengandung antosianin yang merupakan metabolit sekunder golongan
flavonoid dan polifenol yang dapat berperan sebagai antioksidan. Flavonoid
merupakan senyawa kimia yang memiliki aktivitas anti fungi yang dapat
menghambat pertumbuhan jamur sehingga pertumbuhan jamur pada media ubi
jalar terhambat. Mekanisme kerja flavonoid yaitu dengan cara kerja
permeabilitas sel diganggu sehingga menyebabkan jamur mengalami
pertumbuhan terhambat (Ginting dkk 2011).

3.3 Pembuatan buffer TAE

Larutan bufer berperan sebagai media pendukung yang dapat


mempengaruhi kecepatan gerak senyawa karena ion pembawanya bermuatan.
Kekuatan ion yang tinggi dalam bufer akan meningkatkan panas sehingga
aliran listrik menjadi maksimal, dan dapat mempercepat gerakan molekul pada
sampel Konduktivitas larutan buffer sangat mempengaruhi hasil
elektroforesis. Konduktivitas larutan merupakan kemampuan suatu larutan
dalam menghantarkan arus listrik (Rohmana ,2016). Buffer TAE dikenal
dengan tris, asam asetat dan EDTA. Penggunaan TAE sering digunakan untuk
pembuatan gel agarose sebagai buffer. Pada pembuatan buffer TAE pada
metode praktikum yaitu membuat Buffer 10 x tae , yang dimasksud 10 x
adalah singkatan dari solusi apapun yang sepuluh kali lipat dari jumlh standar.
Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan TAE,
yaitu:
1. Solusi Stok EDTA
Solusi EDTA disiapkan sebelumnya, EDTA hanya akan larut
sampai pH larutan sudah diatur menjadi 8.
2. Larutan stock
Larutan stok dapat disimpan pada suhu kamar dan pH buffer harus
disesuaikan sekitar 8,5.
3. Laruta stock dari TAE Buffer
Larutan stock buffer TAE 1x dibuat hanya dengan mengencerkan
larutan stok sebanyak 50x dalam air deionisasi
3.4. Teknik Aseptik dalam Isolasi Bakteri dan Cendawan (Endofit
dan Rhizosfer)
Sebelum mulai isolasi mikroba, pertama-tama kita harus
mempertimbangkan bagaimana cara menghindari kontaminan. Mikroba
terdapat dimana-mana, tersebar di udara atau pada permukaan suatu benda,
oleh karena itu kita harus melakukan sterilisasi media segera setelah
disiapkan, yang biasa dilakukan dengan pemanasan. Hal ini perlu dilakukan
untuk menghilangkan mikroba kontaminan. Maka semua bahan dan alat yang
bersentuhan dengan suatu biakan murni harus steril (Ratna, 1985). Isolasi
adalah suatu cara untuk memisahkan mikroorganisme tertentu dari
lingkungan, sehingga diperoleh biakan yang tidak tercampur dengan jenis
yang lain atau biakan murni.
Proses pemindahan bakteri dari satu tempat ke tempat lainnnya harus
menggunakan prosedur aseptik. Aseptik berarti bebas dari sepsis, yaitu
kondisi terkontaminasi karena mikroorganisme lain. Teknik aseptik ini
sanagat penting bila bekerja dengan bakteri. Beberapa alat yang digunakan
untuk menjalankan prosedur ini adalah Bunsen dan Laminar Air Flow. Bila
tidak dijalankan dengan tepat, ada kemungkinan kontaminasi oleh
mikroorganisme lain sehingga akan mengganggu hasil yang diharapkan.
Teknik aseptis juga melindungi laboran dari kontaminasi bakteri (Amriana
2012, 64).
Teknik aseptis merupakan metode yang dilakukan dalam
memindahkan kultur, menginokulasi media,isolasi kultur murni dan
melakukan pengujian mikrobiologi dan dapat kita ketahui bahwa metode
aseptsi sebenarnya adalah metode yang dilakukan untuk menghindari adanya
kontaminasi dari mikroorganisme. Teknik aseptis itu sangat esensial atau
penting sehingga kita harus melakukan metode ini agar kultur bakteri yang
ditumbuhkan itu tidak terkontaminasi oleh mikroorganisme lain yang tidak
kita inginkan untuk tumbuh. Sehingga nantinya dapat menghambat
pertumbuhan dari kultur yang kita tanam. Kemudian ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam metode aseptis bahwa metode ini digunakan
sepanjang kegiatan berlangsung baik pada alat bahan, praktikan racikan
maupun lingkungan sekitar untuk alat dan bahan kita dapat menerapkan
metode sterilisasi, untuk praktikan melakukan metode sterilisasi kimia yaitu
dengan menyemprotkan alkohol pada tangan praktikan
IV SIMPULAN

Kesimpulan dari metode fundamental dalam mikrobiologi diatas adalah:


1. Teknik sterilisasi basah menggunakan autoklaf dengan dengan suhu 121oC
pada tekanan 1 atm selama 15 menit.
2. Teknik sterilisasi kering menggunakan oven dengan suhu 125oC selama 3 jam.
3. Pembuatan media tumbuh pada mikroba yang mengandung antibiotik
menggunakan pati ubi ungu dan harus disterilkan di dalam autoklaf dengan
suhu 121oC selama 15 menit.
4. Pembuatan buffer TAE tediri dari tiga komposisi yaitu tris bentuknya seperti
garam, jenis garam yang sering digunakan yaitu natrium klorida atau kalium
klorida, asam asetat dan EDTA juga sering dikenal dengan tritiplex 3.
5. Teknik aseptik dalam isolasi mikroba sangat penting untuk meminimalisir
terjadinya kontaminan sehingga setiap melakukan kegiatan dalam isolasi
selalu sterilkan alat-alat terhadap bunsen.
V DAFTAR PUSTAKA

Amriana H. Mikrobiologi Ternak. Makassar : Alauddin University Press. 2012

Bhana N, Zanwar Aarti S, Trivedi V, Jain D. A Review: Steam Sterilisator A


Method of Sterilization. Journal Biol Sci Opin. 2013; 1 (2): 138-41.

Dhia A. 2019. Pembuatan Media Pertumbuhan Bakteri Dengan Menggunakan


Umbi Ubi Jalar Ungu (Ipomoea Batatas (L.) Lam) Terhadap Bakteri
Lactobacillus Acidophilus, Staphylococcus Aureus Dan Vibrio Cholera.
Medan: Univeritas Sumatera Utara .

Ginting,E,Utomo, J.S, Yulifianti,R.,Jusuf,M. 2011. Potensi Ubi Jalar Ungu


sebagai Pangan Fungsional. Iptek Tanaman Pangan 6.

Harti, A.S.,2014. Mikrobiologi Kesehatan. Penerbit Andi offset. Yogyakarta.

Kusnadi. 2003. Common Text Book Mikrobiologi . Bandung: JICA-IMSTEP,


DGHE, dan FPMIPA UPI.

Ratna S. 1985. Mikrobiologi Dasar. Jakarta: Gramedia.

Rohmana A, Maftuhul F, Ita U, Fredy K. 2016. Penggunaan Agar-agar Komersial


sebagai Media Gel Elektroforesis Pada Zat Warna Remazol: Pengaruh
Komposisi Buffer, pH Buffer dan Konsentrasi Media. Jurnal Sains dan
Seni ITS Vol. 5 No. 2.

Saputri, K., 2018, Perbedaan Pertumbuhan Jamur Aspergillus flavus engan


Menggunakan Media Ubi Jalar Sebagai Pengganti PDA (Potato Dextrose
Agar). Jombang.

Anda mungkin juga menyukai