Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI I
STERILISASI, PENYIAPAN MEDIA, TEKNIK LABORATORIUM DAN TEKNIK
ISOLASI MIKROORGANISME
Disusun Oleh :
Nama : Muhammad Amin
NPM : F1D015032

Diketahui Praktikan
Asisten Praktikum

Nopi Ulandasari Muhammad Amin


F1D014015 F1D015032

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Salah satu bagian yang penting dalam mikrobiologi adalah pengetahuan tentang cara-
cara mematikan, menyingkirkan, dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Cara
yang digunakan untuk menghancurkan, menghambat pertumbuhan dan menyingkirkan
mikroorganisme berbeda-beda tergantung pada spesies yang dihadapi. Selain itu
lingkungan dan tempat mikroba ini pun berbeda-beda misalnya dalam darah, makanan, air,
sampah, riol, dan tanah. Hal tersebut juga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
untuk menentukan cara menghancurkan mikroorganisme yang digunakan tergantung pada
pengetahuan, keterampilan dan tujuan dari yang melaksanakannya, sebab tiap situasi yang
dihadapi merupakan kenyataan-kenyataan dasar yang dapat menuntun pada cara atau
prosedur yang harus dilakukan (Sudaryanto, 1998).
Dalam mempelajari mikroorganisme dalam kultur murni, para mikrobiolog
memerlukan alat-alat yang menunjang dalam usaha mendapatkan kultur murni. Dalam
mikrobiologi, peralatan laboratorium merupakan unsur penting yang harus ada. Peralatan
yang ada dalam laboratorium pun haruslah steril agar dapat menunjang pekerjaan yang
berhubungan dengan mikroorganisme dan hal tersebut merupakan syarat mutlak. Artinya,
pada bahan atau peralatan yang akan digunakan harus bebeas dari mikroorganisme yang
tidak diingikan yang dapat merusak media atau koloni suatu mikroorganisme yang
diinginkan. Adapun peralatan yang umumnya digunakan di dalam laboratorium
mikrobiologi antara lain : Media yaitu; cair, semi solid, solid (agak miring (siant), agak
tegak (deep), agak cawan (plate)) dan peralatan yaitu;  autoklaf, tabung kultur, cawan petri,
jarum inokulasi, pipet, waterbath, inkubator, dan lemari pendingin (Suriawira, 2005).
Oleh karena itu, dalam mempelajarinya, bakteri harus diambil dari alam lalu
diisolasikan.Ada berbagai cara untuk mengisolasi bakteri dalam biakan murni yaitu, cara
pengenceran, cara penuangan, cara penggesekan atau penggoresan, cara penyebaran, cara
pengucilan 1 sel, dan cara inokulasi pada hewan. Masing-masing mempunyai kelebihan
dan kekurangan (Dwidjoseputro, 1990).
1.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dari praktikum ini yaitu :


1. Memahami dan mengetahui teknik sterilisasi alat dan bahan menggunakan autoklaf
2. Mengetahui cara pembuatan media untuk pertumbuhan mikrob
3. Mempelajari teknik laboratorium dan cara mengisolasi mikroba dari udara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sterilisasi

Sterilisasi adalah usaha untuk membebaskan alat-alat dari mikroba yang tidak
diinginkan. Sebelum melakukan praktikum mengenai peralatan yang ingin kita gunakan
harus disterilkan dahulu. Sterilisasi yaitu proses membunuh segala bentuk kehidupan
mikroorganisme yang ada dalam sampel/contoh, alat-alat atau lingkungan tertentu Dalam
bidang bakteriologi kata sterilisasi sering dipakai untuk menggambarkan langkah yang
diambil agar mencapai tujuan meniadakan atau membunuh semua bentuk kehidupan
mikroorganisme. Bahan atau peralatan yang dipergunakan dalam bidang mikrobiologi
harus dalam keadaan steril. Steril artinya tidak didapatkan mikroba yang tidak diharapkan
kehadirannya, baik yang menggangu kehidupan dan proses yang dikerjakan. Selama
sterilisasi alat, media dan bahan perlu disterilkan. Media adalah susunan bahan baik bahan
alami (seperti tauge, kentang, daging, telur, wortel dan sebagainya) ataupun bahan buatan
(berbentuk senyawa kimia, organik ataupun anorganik) yang dipergunakan untuk
pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroba ( Erna, 2015).

Sterilisasi dalam mikrob adalah suatu proses penghilangan semua jenis


mikroorganisme hidup seperti protozoa, bakteri, fungi, mycoplasma, dan virus yang
terdapat dalam suatu benda. Proses ini juga melibatkan aplikasi biocidal agent atau yang
disebut dengan proses fisik untuk membunuh organisme. Target suatu metode inaktivasi
ini tergantung dari metode dan tipe mikroorganismenya yaitu pada asam nukleat, protein,
atau membran mikroorganisme tersebut. Sedangkan agent kimia untuk sterilisasi disebut
sterilant (Pratiwi, 2008).

Proses sterilisasi berguna untuk membunuh semua mikroorganisme hidup yang


terdapat dalam biakan, setelah disterilkan media biakan siap dipakai. Dalam tabung, media
biakan yang panas dan berisi agar sering kali ditempatkan dalam keadaan miring. Di
Laboratorium, sterilisasi media menggunakan autoklaf yang menggunakan tekanan yang
disebabkan uap air, sehingga suhu dapat mencapai 121o C. Sterilisasi terlaksana bila
mencapai tekanan 15 lbs dan suhu 121o C selama 15 menit, cairan yang tidak tahan panas
dapat disterilkan dengan menggunakan berbagai macam saringan. Media biakan yang
digunakan untuk menumbuhkan bakteri terdapat dalam bentuk padat, semi padat, dan cair,
media padat diperoleh dengan menambahkan agar yang berasal dari ganggang merah.
Agar digunakan sebagai bahan padat karena tidak diuraikan oleh mikroorganisme dan
membeku pada suhu diatas 45oC Setelah media disiapkan, media ini harus disterilkan
terlebih dahulu sebelum dapat digunakan untuk membiakkan mikroorganisme. Bila media
biakan yang disiapkan tidak disterilkan terlebih dahulu selama beberapa hari,
mikroorganisme pencemar akan tumbuh dan menyebabkan kekeruhan media.
Mikroorganisme yang akan di isolasi dapat berupa biakan murni atau populasi campuran.
Bila biakan yang akan diidentifikasi ini tercemar, perlu dilakukan pemurnian dengan cara
menggores suspensi mikroba yang akan diisolasi pada agar lempengan (Lay, 1994).
Sterilisasi basah biasanya dilakukan di dalam autoclave uap yang mulai diangkat
dengan menggunakan uap air jenuh pada suhu 1210C selama 15 menit. Adapun alasan
digunakannya suhu 1210C itu disebabkan oleh tekanan 1 atm pada ketinggian permukaan
laut. Prinsip kerja dari alat ini cukup sederhana. Autoklaf diisi dengan air secukupnya dan
semua alat-alat yang akan disterilkan seperti tabung reaksi, spoid, labu erlemeyer, ose,
dimasukkan kedalamnya. Sebelum ditutup, semua alat perlu disusun dengan baik untuk
menghindari alat-alat gelas pecah sewaktu proses sterilisasi berlangsung yang disebabkan
oleh tekanan dari uap air. Proses berikutnya adalah menutup autoklaf dengan memutar
setiap sekrup dari arah berlawanan dengan kuat hingga tidak terdapat lagi celah untuk
keluarnya uap air yang dihasilkan saat pemanasan berlangsung. Langkah terakhir adalah
memanaskan autoklaf tersebut dengan nyala api hingga menghasilkan uap air jenuh
bertekanan pada suhu 1210C selama 15 menit. Setelah selesai autoklaf didiamkan terlebih
dahulu beberapa menit. Apabila autoklaf telah dingin, sekrup dan baut pengunci dapat
dibuka dan semua alat-alat yang sudah steril dapat dikeluarkan satu persatu. Adapun untuk
sterilisasi menggunakan autoklaf elektrik terlebih dahulu air dengan takaran yang telah
ditentukan dimasukkan kedalamnya kemudian alat-alat yang akan disterilkan seperti labu
Erlemeyer dan gelas ukur. Suhu, tekanan, dan waktu yang dibutuhkan di setting sesuai
kebutuhan. Biasanya proses sterilisasi menggunakan autoklaf elektrik berlangsung sekitar
15 menit dengan suhu 1210C. Sterilisasi basah dapat digunakan untuk mensterilkan bahan
apa saja yang dapat ditembus uap air dan tidak rusak bila dipanaskan dengan suhu tersebut.
Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-
zat makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk pertumbuhannya.
Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi media berupa molekul-molekul kecil yang dirakit
untuk menyusun komponen sel. Dengan media pertumbuhan dapat dilakukan isolat
mikroorganisme menjadi kultur murni dan juga memanipulasi komposisi
media pertumbuhannya. Media biakan adalah bahan atau campuran bahan yang dapat
digunakan untuk membiakkan mikroorganisme, karena memiliki daya dukung yang tinggi
terhadap tumbuhan dan perkembang biakkannya (Fardiaz, 1992).

2.2 Penyiapan Media

Media adalah suatu substansi yang terdiri dari campuran zat-zat makanan (nutrisi) yang
diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan jasad renik (mikroorganisme).
Media dapat berbentuk padat, cair dan semi padat (semi solid). Di dalam laboratorium
mikrobiologi, kultur media sangat penting untuk isolasi, pengujian sifat-sifat phisis dan
biokhemis bakteria serta untuk diagnosa suatu penyakit. Zat makanan yang dibutuhkan
bakteri pada umumnya sangat bervariasi, dapat berbentuk senyawa-senyawa organik
sederhana atau senyawa-senyawa organik komplek (majemuk). Untuk menumbuhkan
bakteri pada tanah cukup dengan mempergunakan senyawa organik sederhana, tetapi
bakteri patogen membutuhkan media yang mengandung ekstrak daging bagi pertumbuhan
dan perkembangbiakkannya. Ekstrak daging mengandung antara lain : asam-asam amino
dan pepton. (Yusuf, 1999).
NA (Nutrien Agar) adalah medium yang digunakan sebagai media pertumbuhan
bakteri. NA di buat dengan komposisi agar–agar yang sudah dipadatkan sehingga NA juga
bisa disebut sebagai nutrisi padat yang digunakan untuk menumbuhkan bakteri. Fungsi
agar–agar hanya sebagai pengental namun bukan zat makanan pada bakteri, agar dapat
mudah menjadi padat pada suhu tertentu. Medium Nutrient Agar adalah salah satu
medium padat yang memiliki komposisi yaitu agar–agar yang telah di panaskan dan
mencair dengan suhu 950C (Sandra, 2013).
PDA (Potato Dextrose Agar) merupakan media yang sangat umum yang digunakan
untuk mengembangbiakkan dan menumbuhkan jamur dan khamir. Komposisi Potato
Dextrose Agar ini terdiri dari bubuk kentang, dextrose dan juga agar. Bubuk kentang dan
juga dextrose merupakan sumber makanan untuk jamur dan khamir. Potato Dextrose
Agar  juga bisa digunakan untuk menghitung jumlah mikroorganisme menggunakan
metode Total Plate Count. Perindustrian seperti industri makanan, industri produk susu
dan juga kosmetik menggunakan PDA untuk menghitung jumlah mikroorganisme pada
sampel mereka. Karena fungsinya yang dapat mengembangbiakkan jamur, sekarang ini
PDA juga banyak digunakan oleh pembudidayan jamur seperti jamur tiram. Untuk
memaksimalkan pertumbuhan bibit jamur, biasanya pembudidaya mengatur kondisi pH
yang rendah (sekitar 3,5) dan juga menambahkan asam atau antibiotik untuk menghambat
terjadinya pertumbuhan bakteri (Sugianto, 2012).

2.3 Teknik Isolasi

Mikroba dapat diisolasi dari berbagai sumber, seperti tanah, air, makanan,
minuman atau sumber lain (misalnya sumber air panas atau bahkan air bersuhu dingin).
Isolasi adalah mengambil mikroorganisme yang tedapat di alam dan menumbuhkannya
dalam suatu medium buatan. Prinsip dari isolasi mikroba adalah memisahkan satu jenis
mikroba dengan mikroba lainnya yang berasal dari campuran bermacam-macam mikroba.
Hal ini dapat dilakukan dengan menumbuhkannya dalam media padat sel-sel mikroba akan
membentuk suatu koloni sel yang tetap pada tempatnya. Isolasi bakteri atau biakan yang
terdiri dari satu jenis mikroorganisme (bakteri) dikenal sebagai biakan murni atau biakan
aksenik (Firdaus, 2014).
Terdapat beberapa cara untuk mengisolasi mikroba yakni :
1. Teknik Piringan Goresan (Streak plate method)
Medium agar dicairkan, didinginkan pada suhu 450 C, dituang ke dalam cawan petri
steril (cawan gelas dengan garis tengah tiga inci) dan dibiarkan sampai menjadi padat.
Kemudian dengan kawat gelang menginokulasi yang penuh dengan biakan campuran
(misalnya spesimen ludah atau bahan lain), goresan dilakukan diatas permukaan agar. Ada
beberapa metode penggoresan yang berbeda, namun ke semua metode bertujuan untuk
meletakkan sebagian besar organisme pada beberapa goresan pertama. Apabila sebaran
dilakukan dengan menggerakkan kawat gelang kian kemari dari satu bagian ke bagian lain.
Cawan petri, bakteri yang tertinggal pada kawat gelang semakin berkurang. Jika dilakukan
secara sempurna, goresan akhir akan meninggalkan bakteri individual cukup terpisah satu
sama lain, sehingga setelah mengalami pertumbuhan, koloni yang berasal dari bakteri
individual akan benar-benar terpisah satu sama lain. Kemudian koloni tunggal dapat
ditinggalkan ke medium steril, dan akan tumbuhlah biakan murni.
2. Metode Tuang (pour-plate method)
Terdiri atas penginokulasian biakan campuran kedalam tabung uji yang mengandung
agar cair yang telah didinginkan pada suhu 450 C, isinya diaduk untuk memencarkan
bakteri keseluruh medium. Campuran itu kemudian dituangkan kedalam cawan petri steril
dan dibiarkan padat pertumbuhan koloni terjadi baik dalam medium tujuan pada kedua
proses ialah untuk memisahkan bakteri satu sama lain sehingga sel-sel itu akan tumbuh
menjadi koloni-koloni yang terpisah didalam medium yang padat. Kemudian dapat diambil
sel-sel dari satu koloni untuk mendapatkan biakan murni. Dalam praktek, sering piringan
kedua digores kembali dengan organisme yang berasal dari koloni yang diisolasi untuk
menjamin bahwa hasil yang diperoleh adalah biakan murni (Dwiyana, 2011).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada Hari Selasa, 20 Februari 2018 bertempat di
Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Bengkulu.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain cawan petri, tabung reaksi,
autoklaf, jarum ose, pipet ukur, gelas piala, erlenmeyer, lampu spiritus, penangas
air, laminar air flow, kantong plastik, karet gelang, batang pengaduk magnetik, hot
plate, timbangan analitik, oven, inkubator.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini antara lain NA (Nutrien Agar), PDA
(Potato Dextrose Agar), kapas, aquades (air suling), tisu, alkohol 70%, desinfektan.

3.3 Prosedur Kerja


a. Cara Penggunaan Autoklaf
Tutup autoklaf di buka, kondisi air pada autoklaf di cek (tinggi air maksimal
sampai batas lobang atau tempat untuk meletakkan alat dan bahan yang akan di sterilkan).
Alat dan bahan yang akan disterilkan diletakkan pada wadahnya (alat dan bahan yang
akan disterilkan sudah terbungkus dengan kertas). Autoklaf di tutup secara diagonal
dengan mengencangkan skrupnya. Power autoklaf dihidupkan. Kran pembuangan uap air
atau udara pada autoklaf di putar, sampai udaranya keluar semuanya. Kran pembuangan di
tutup (manometer telah menunjukkan angka 5 lbs). Strelirisasi dilakukan sampai
manometer menunjukkan angka 15 lbs tempertur 121o C, dibiarkan selama 15 menit.
Autoklaf dimatikan, dan biarkan manometer turun sampai angka 0 lbs. Autoklaf dibuka
dengan memutar sekrup secara diagonal. Alat dan bahan yang sudah disterilkan
dikerluarkan dari autoklaf.
b. Pembuatan dan Penuangan Media
Pembuatan media dilakukan terlebih dahulu. Erlenmeyer yang berisi media NA dan
PDA di ambil, disiapkan untuk pembuatan media sebanyak 100 ml. Bubuk tersebut di
masukkan ke dalam gelas piala 500 ml kemudian di tambahkan air suling sampai 100 ml.
Media diaduk sampai homogen dengan batang pengaduk magnetik sambil dipanaskan.
Sesudah dipanaskan, erlenmeyer ditutup dengan kapas dan media diberi label.Setelah itu
bungkus cawan petri, tabung reaksi, media NA dan PDA.Masukkan kedalam plastik dan
diikat dengan karet gelang untuk disterilkan dengan autoklaf selama 15 menit pada suhu
121o C. Jika proses sterilisasi sudah selesai, dituangkan masing-masing media NA dan
PDA ke cawan petri secara aseptis. Media pada cawan petri digoyang secara perlahan-
lahan sehingga menutupi seluruh permukaan cawan petri, media dibiarkan sampai padat.
Masing-masing media dipipet 4 ml ke tabung reaksi secara aseptis, mulut tabung ditutup
dengan kapas dan diberi label. Meja kerja dibersikan dengan desinfektan lalu tabung reaksi
yang telah berisi media NA dan PDA diletakkan di atas meja yang telah diberi ganjalan
sedemikian rupa sehingga media pada tabung bisa miring. Biarkan media menjadi padat.
Inkubasi media yang telah padat pada cawan petri dan media miring pada tabung reaksi
selama 1x24 jam, suhu 25-30o C untuk mengamati sterilisasi media. Jika setelah di
inkubasi ada media yang terkontaminasi, maka hitung berapa jumlah yang terkontaminasi
dan yang tidak terkontaminasi. Media pada cawan ataupun media miring yang
terkontaminasi di isolasi dengan teknik pemindahan. Panaskan jarum ose dengan lampu
spiritus sampai berwarna merah. Ambil biakan mikrob dengan jarum ose, biakan pada
jarum ose di pindahkan di atas lampu spiritus masing-masing ke tabung reaksi berisi media
miring steril dan cawan petri berisi media padat steril secara zig-zag. Disimpan pada suhu
28-30 oC selama 24 jam. Pertumbuhan mikrob dan warna media di amati.
c. Teknik Isolasi Mikrob Udara di Kantin
Media NA dan PDA yang sudah padat beri label cawan petri (kelompok, media
tunggal).Buka penutup Cawan petri berisi NA dan PDA,kemudian diletakkan di kantin,
selama 30 menit. Cawan petri kemudian di tutup kembali. Cawan petri berisi NA dan PDA
di inkubasi pada suhu 26 – 30°C selama 2×24 jam. Amati dan di hitung jumlah koloni
yang tumbuh pada cawan petri, di amati bentuk koloni mikrob yang tumbuh pada cawan
petri dan bentuk mikroskopis sel mikrob yang tumbuh pada cawan petri.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Tabel perolehan bakteri dan jamur
Penghitungan jumlah koloni mikrob pada media NA dan PDA setelah di inkubasi
48 jam yang di isolasi dari kantin.
Jumlah Mikrooraganisme
Sumber Isolate Bakteri Jamur
U1 U2 U1 U2
Media NA 33 70 5 22
Media PDA 10 40 17 8

4.1.2 Gambar hasil pada cawan petri

(a) Media NA (b) Media PDA

(a) Media NA yang sudah di inkubasi dan ditumbuhi mikroorganisme.


(b) Media PDA yang sudah di inkubasi dan ditumbuhi mikroorganisme.

4.2 Pembahasan
4.2.1 Isolasi mikrob udara media NAU1 dan media NAU2

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari isolasi mikrob di udara kantin, telah didapatkan
data mikrooorganisme yang tumbuh pada cawan petri. Pada media NAU1 terdapat koloni
bakteri yang tumbuh yaitu 33 koloni bakteri sedangkan jumlah koloni bakteri yang tumbuh
pada media NAU2 yaitu sebanyak 70 koloni bakteri. Pada media NA ini tumbuh pula
jamur, jamur yang tumbuh pada media NAU1 yaitu sebanyak 5 koloni jamur sedangkan
pada media NAU2 sebanyak 22 koloni jamur. Pada media NAU1 terlihat bahwa bentuk
koloni bakteri yang tumbuh berbentuk tak teratur dan bulat, tepi koloninya berombak dan
utuh, rupa koloninya concentric dan tidak rata. Pada media NAU1 terlihat warna koloni
bakteri ada yang berwarna kuning dan putih. Sedangkan warna koloni jamur pada media
NAU1 adalah berwarna putih. Pada media NAU2 terlihat warna koloni bakteri ada yang
berwarna putih dan kuning.
Menurut Djide (2006) yang menyatakan bahwa medium NA berfungsi untuk
menumbuhkan mikroba atau bakteri pada permukaan sehingga mudah diisolasi dan di
identifikasi. Medium ini dapat dibuat dalam 2 jenis, yaitu NA miring dan NA tegak. NA
miring digunakan untuk membiakkan mikroba sedangkan NA tegak digunakan untuk
menstimulir pertumbuhan bakteri dalam kondisi kekurangan oksigen. NA digolongkan
pula medium umum sebab dapat digunakan untuk menumbuhkan beberapa jenis bakteri.

4.2.2 Isolasi mikrob udara media PDAU1 dan media PDAU2

Pada media PDAU1 tumbuh 10 koloni bakteri sedangkan pada media PDAU2
koloni bakteri tumbuh sebanyak 40 koloni. Selain bakteri, jamur juga tumbuh pada media
PDA. Jumlah Jamur yang tumbuh pada media PDAU1 yaitu sebanyak 17 koloni jamur
sedangkan pada media PDAU2, Jumlah koloni jamur yang tumbuh yaitu sebanyak 8
koloni jamur. Pada media PDAU1 dan PDAU2 lebih banyak tumbuh bakteri dibandingkan
jamur. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan Djide (2006) yang menyatakan Medium
Potato Dextrose Agar (PDA) berfungsi untuk menumbuhkan kapang dan jamur.
Berdasarkan susunan kimianya, medium ini termasuk medium alamiah non-sintetik,
karena menggunakan bahan alamiah (kentang). Akan tetapi komposisi kimianya tidak
diketahui secara pasti. Termasuk medium padat karena dalam pembuatannya
menggunakan agar sebagai bahan pemadat. Berdasarkan fungsinya, medium PDA ini
termasuk medium umum karena dapat digunakan untuk menumbuhkan satu atau lebih
kelompok jamur.
Maka pada media PDAU1 dan PDAU2 telah terkontaminasi bakteri, hal ini di
dukung dari data hasil penghitungan media PDAU1 dan media PDAU2 yang seharusnya
jamur tumbuh lebih banyak dibandingkan bakteri.
BAB V
PENUTUP
5.2 Kesimpulan
a) Dalam melakukan sterilisasi menggunakan autoklaf harus dilakukan sesuai
prosedur, selalu di cek ketersediaan air serta cara penggunaan pada autoklaf,
supaya pada proses sterilisasi alat dan bahan dapat maksimal.
b) Pada pembuatan media NA (Nutrient Agar) membutuhkan bahan-bahan yang
terdiri dari pepton, beef extract, agar, dan distilled water. Sedangkan pembuatan
media PDA (Potato Dextrose Agar) membutuhkan bahan-bahan yaitu kentang,
Dextrose, agar, dan distilled water. Pada penuangan media harus dilakukan di
bawah lampu spritus atau secara aseptis agar tidak terjadi kontaminasi mikrob di
media yang telah dibuat.
c) Berdasarkan isolasi mikrob udara yang dilakukan di kantin, didapatkan jumlah
koloni bakteri dan jamur pada media. Pada media NAU1 tumbuh 33 koloni bakteri
dan pada media NAU2 tumbuh koloni sebanyak 70 koloni bakteri. Sedangkan
jumlah koloni jamur yang tumbuh pada media NAU1 5 koloni jamur dan media
NAU2 tumbuh 20 koloni jamur. Pada media PDAU1 tumbuh 10 koloni bakteri dan
PDAU2 tumbuh 40 koloni bakteri. Sedangkan jumlah koloni jamur yang tumbuh
pada media PDAU1 17 koloni jamur dan pada media PDAU2 tumbuh 8 koloni
jamur.
5.2 Saran
Diharapkan pada praktikum selanjutnya pada proses isolasi mikrob pada daerah
terbuka lebih banyak tempat yang digunakan atau lebih banyak variasi tempat yang
dilakukan isolasi per kelompok, misalnya pada area kontruksi.
DAFTAR PUSTAKA

Djide. 2006. Mikrobiologi Farmasi Dasar. Makassar : Universitas Hasanuddin.


Dwidjoseputro. 1990. Mikrobiologi Pangan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Dwiyana. 2011. Mikroobiologi Dasar. Makassar : Universitas Hasanuddin.
Erna. 2015. Jurnal Mikrobiologi Dasar. Samarinda : Universitas Mulawarman.

Firdaus. 2014. Mikrobiologi Perairan. Jatinangor : Universitas Padjajaran.

Fardiaz. 1992. Mikrobiologi Pangan. Bogor : Institut Pertanian Bogor

Lay, B. 1994. Analisis Mikrobiologi di Laboratorium. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Pratiwi, Sylvia. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta : Erlangga.

Sandra. 2013. Mikrobiologi Umum. Jakarta : Erlangga.

Sugianto. 2012. Pembuatan Medium. Yogyakarta : UGM.

Suriawiria, U. 2005. Mikrobiologi Dasar. Jakarta : Papas Sinar Sinanti.

Sudaryanto. 1998. Mikrobiologi Dasar. Jakarta: Gramedia.

Yusuf. 1999. Teknik Pembuatan Kultur Media Bakteri. Lokakarya Fungsional Non
Peneliti. Bogor: Balai Penelitian Veteriner: Hal. 149-150.

Anda mungkin juga menyukai