Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN

PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA 2


(HKKK 323)

PERCOBAAN 2
TEKNIK STERILISASI, PEMBUATAN MEDIA DAN PENANAMAN

DOSEN PEMBIMBING: RIANI AYU LESTARI, S.T., M.Eng.

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 8

ARIF TIRTANA (1810814210012)


ULFAH DELVIANTI (1810814120014)
ZAHWA SYAFA AULIA RAUF (1810814220002)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKRAT
BANJARBARU

2019
ABSTRAK

Sterilisasi adalah proses untuk membebaskan suatu bahan seperti medium pertumbuhan
mikroba ataupun peralatan. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis media
dan cara pembuatannya, mengenal beberapa cara sterilisasi, memperoleh alat dan bahan yang steril
dan mengamati pertumbuhan mikroba pada media. Percobaan ini melakukan teknik sterilisasi
dengan cara kimia dan fisika. Sterilisasi secara kimia menggunakan senyawa disinfektan yang pada
percobaan ini berupa etanol 96%. Sterilisasi secara fisik dilakukan dengan pemanasan dan
pemijaran. Bahan yang digunakan dalam pembuatan media adalah kaldu ikan lele dan kecambah.
Penanaman pada percobaan ini menggunakan teknik penggoresan secara zig-zag dengan bakteri
yang digunakan dari bakteri EM4. Kemudian dilakukan penginkubasian selama 4 hari. Hasil dari
praktikum ini terlihat pada pengamatan hari ketiga, bakteri mulai tumbuh pada kedua media serta
warnanya mulai kecoklatan, pada pengamatan hari keempat pertumbuhan bakteri semakin
berkembang, pada media padat ikan lele pertumbuhan koloni lebih banyak dari pada media
kecambah. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuhnya bakteri yaitu suhu, cahaya,
kelembapan, dan nutrisi.

Kata kunci: sterilisasi, ikan lele, kecambah, inkubasi, EM4

II-ii
II-3

PERCOBAAN 2
TEKNIK STERILISASI, PEMBUATAN MEDIA DAN PENANAMAN

2.1 PENDAHULUAN

2.1.1 Tujuan Percobaan


Tujuan dari percobaan ini adalah:
1. Mengetahui jenis-jenis media dan cara pembuatannya.
2. Mengenal beberapa cara sterilisasi.
3. Memperoleh alat dan bahan yang steril.

2.1.2 Latar Belakang


Sterilisasi adalah proses atau kerja untuk membebaskan suatu bahan seperti
medium pertumbuhan mikroba atau peralatan laboratorium dari semua bentuk
kehidupan. Pada prinsipnya, sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu
sterilisasi mekanik, fisik dan kimiawi. Sterilisasi harus bisa membunuh jasad renik
yang paling tahan panas seperti spora bakteri.
Media adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran-campuran zat-zat hara
(nutrient) yang berguna untuk membiakan mikroba. Dengan menggunakan macam-
macam media dapat dilakukaan isolasi, perbanyakan, pengujian sifat-sifat fisiologis
dan perhitungan sejumlah mikroba. Supaya mikroba dapat tumbuh baik dalam suatu
media, maka medium tersebut harus memenuhi syarat-syarat tertentu.
Aplikasi dalam industri contohnya sterilisasi komersial untuk mengolah
bahan pangan berasam rendah didalam kaleng seperti kornet dan sosis. Aplikasi
lainnya yaitu pada pembuatan yogurt. Oleh karena itu percobaan ini penting
dilakukan sebagai bekal ilmu didalam dunia industri.
2.2 DASAR TEORI

Sterilisasi adalah proses atau kerja untuk membebaskan suatu bahan seperti
medium pertumbuhan mikroba ataupun peralatan laboratorium dari semua bentuk
kehidupan. Sterilisasi merupakan proses untuk mematikan semua mikroorganisme
hidup. Adanya pertumbuhan mikroorganisme menunjukkan bahwa pertumbuhan
bakteri masih berlangsung sempurna. Maka spora bakteri yang merupakan bentuk
paling resisten dari kehidupan bakteri akan diluluhkan (Hastowo, 1992).
Faktor-faktor yang mempengaruhi sterilisasi pemanasan yaitu
(Gupte, 1990):
1. Jenis pemanasan, kering atau basah.
2. Suhu dan waktu.
3. Jumlah organisme yang ada.
4. Kemampuan organisme untuk membuat spora.
5. Jenis bahan yang mengandung organisme yang harus dibunuh.
Mikrobiologi merupakan istilah luas yang berarti studi tentang organisme
yang hidup sangat kecil untuk dapat dilihat dengan mata telanjang. Mikrobiologi
mencakup tentang studi bakteri (bakteriologi), virus (virologi), khamir dan jamur
(mikologi), serta protozoa (protologi). Informasi yang diperoleh dari mikrobiologi
memungkinkan kemajuan besar dan kemampuan kita untuk mengawasi banyak
penyakit menular. Disamping itu, mikroorganisme telah digunakan untuk
mempelajari berbagai proses pada biokimia yang diketahui terjadi pada bentuk
kehidupan yang tinggi. Jadi, banyak fakta tentang suatu mikrobologi juga
digunakan dalam bidang kedokteran dan bidang lain yang berkaitan. Sebab itu
sangatlah penting kita mengetahui bagaimana caranya hal-hal tersebut kita harus
mengenal alat-alat yang digunakan dilaboratorium mikrobiologi dan diharapkan
dengan begitu kita dapat lebih mudah dan hasil yang didapat tidak melenceng dari
yang diharapkan (Frobisher, 1974).
Ada teknik-teknik dasar tertentu yang harus dipelajari oleh para peneliti
mikrobiologi untuk digunakan dalam laboratorium. Teknik ini digunakan untuk
memelihara bakteri, mengisolasinya dalam biakan murni (hanya mengandung satu

II-2
II-3

bakteri), mengamati dan mengidentifikasi mikroorganisme. Dalam praktiknya,


kajian tentang mikrobiologi banyak yang diharapkan dengan yang namanya
mikroorganisme, jasad renik dan mikroba sehingga pengamatan dilakukan dibawah
mikroskop (Sutedjo,2001).
Awalnya Sterilisasi dilakukan dengan pembakaran. Akan tetapi umumnya
peralatan dan medium yang digunakan dalam pekerjaan mikrobiologi akan
mengalami kerusakan bila dibakar. Untuk itulah, para peneliti menggunakan
metode yang lebih efektif dan efisien (Pelczar, 1986).
Sterilisasi panas kering dapat diterapkan pada apa saja yang tidak merusak,
menyala, hangus, dan menguap pada suhu tinggi bahan-bahan yang biasa
disterilkan dengan cara ini antara lain bahan pecah belah seperti pipet, tabung reaksi
cawan petri dari kaca botol sampel juga peralatan seperti jarum suntik dan bahan-
bahan yang tidak tembus uap seperti gliserin, minyak, vaselin dan bahan-bahan
berupa bubuk bahan-bahan yang disterilkan harus dilindungi dengan cara
membungkus, menyumbat atau menaruhnya dalam suatu wadah tertutup untuk
mencegah kontaminasi setelah dikeluarkan dari oven. Proses sterilisasi lain yang
juga dilakukan pada suhu kamar ialah penyaringan. Dengan cara ini larutan atau
suspensi di bebaskan dari semua organisme hidup dengan cara melakukannya lewat
saringan dengan ukuran pori yang sedemikian kecil sehingga bakteri dan sel-sel
yang lebih besar tertahan diatasnya, sedangkan filtratnya ditampung didalam wadah
yang steril. Beberapa contoh bahan yang biasa disterilkan dengan cara ini adalah
serum, larutan bikabornat, enzim, toksin, bakteri medium sintetik tertentu dan
antibiotik (Hadioetomo,2003).
Sterilisasi basah dapat digunakan untuk mensterilkan bahan apa saja yang
dapat di tembus uap air dan tidak rusak bila di panaskan dengan suhu yang berkisar
antara 110o dan 121oC. Sterilisasi basah biasanya dilakukan dalam autoklaf bahan-
bahan yang biasa disterilkan dengan cara ini antara medium biakan yang umum, air
suling, peralatan laboratorium, biakan yang akan dibuang ,medium tercemar dan
bahan-bahan dari karet. Ada empat hal utama yang harus diingat bila melakukan
sterilisasi basah, yaitu (Hadioetomo,2003):
II-4

1. Sterilisasi bergantung pada uap, karena itu udara harus dikosongkan betul-betul
dari ruang sterilisator.
2. Semua bagian bahan yang disterilkan harus dikenai uap, karena itu tabung dan
labu kosong harus diletakkan dalam posisi tidur agar udara tidak terperangkap
didalamnya.
3. Bahan-bahan yang berpori atau berbentuk cair harus permeabel terhadap uap.
4. Suhu sebagaimana yang terukur oleh termometer harus mencapai suhu 121 oC
dan dipertahankan setinggi itu selama 15 menit.
Syarat-syarat pembuatan media yang harus dipenuhi untuk mendapatkan
suatu lingkungan kehidupan yang cocok bagi pertumbuhan bakteri, yaitu
(Pelczar, 1986):
1. Susunan makanan, zat makanan dalam pembenihan harus mengandung unsur
untuk membuat suatu organisme baru secara biologik.
2. Tekanan osmose, kadang-kadang faktor seperti tekanan osmotik dan
konsentrasi garam harus dikendalikan. Organisme yang membutuhkan
konsentrasi garam tinggi dinamakan halofilik, yang membutuhkan tekanan
osmotik tinggi dinamakan osmofilik.
3. Derajat keasaman (pH), pH pembenihan juga mempengaruhi pertumbuhan
bakteri. Kebanyakan bakteri yang patogen mempunyai pH optimum 7,2 - 7,6.
4. Temperatur, tiap-tiap bakteri mempunyai temperatur yang optimum yakni
dimana bakteri tersebut tumbuh sebaik-baiknya dan batas-batas temperatur
dimana pertumbuhan dapat terjadi.
5. Steril, dalam pertumbuhan bakteri menjadi sintesa yang cukup khas dan
berimbang darikomponen-komponen protoplasma dari bahan-bahan gizi
(nutrien) yang terdapat dalam lingkungannya. Mereka mampu melakukan
proses-proses metabolisme dengan memanfaatkan berbagai macam sumber
makanan, mulai substrat anorganik sampai bahan organik yang sangat
kompleks.
Bakteri EM4 merupakan kultur campuran dari mikroorganisme yang
menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman. EM4 diaplikasikan sebagai inokulan
untuk meningkatkan keanekaragaman dan populasi mikroorganisme didalam tanah
II-5

dan tanaman. Hasil fermentasi EM4 dapat diserap langsung oleh perakaran tanaman,
misalnya gula alkohol, asam amino, protein dan karbohidrat
(Wididana, 2010).
Garam dapur atau natrium klorida (NaCl) adalah padatan berwarna putih yang
dapat diperoleh dengan menguapkan dan memurnikan air laut. NaCl juga diperoleh
dengan netralisasi HCl dan NaOH berair. NaCl nyaris tidak dapat larut dalam
alkohol, tetapi larut dalam air sambil menyerap panas, perubahan kelarutannya
sangat kecil dengan suhu (Arsyad, 2001).
Pepton adalah senyawa hasil hidrolisis protein yang larut dalam air. Pepton
digunakan sebagai sumber nitrogen yang mengandung vitamin dan karbohidrat.
Pepton banyak dimanfaatkan sebagai salah satu nutrien untuk pertumbuhan
mikroorganisme baik bakteri maupun khamir (Atkins, 2005).
Agar-agar, gelatin, atau gel silika merupakan bahan untuk membuat medium
padat. Namun yang paling umum digunakan adalah agar-agar. Meskipun bahan
utama agar-agar adalah gelatin yaitu suatu karbohidrat kompleks yang diekstraksi
dari alga marin genus gelidium, namun sebagian mikroorganisme tidak dapat
menggunakannya sebagai makanan sehingga agar-agar dapat berlaku sebagai
pemadat (Hadioetomo, 1993).
Ikan lele merupakan ikan konsumsi air tawar yang sangat digemari oleh
masyarakat. Ikan lele berbentuk memanjang dan berkulit licin (tidak bersisik). Ikan
lele termasuk dalam famili clariidae, yaitu suatu kelompok ikan yang mempunyai
ciri khas bentuk kepalanya pipih dengan lempeng tulang keras sebagai batok
kepala. Selain itu, ciri khas lainnya adalah bersungut (kumis) sebanyak 4 pasang,
sirip dadanya terdapat patil dan mempunyai alat pernapasan tambahan yang terletak
dibagian depan rongga insang. Alat pernapasan tersebut memungkinkan ikan lele
mengambil oksigen langsung dari udara. Setiap gram ikan lele mengandung energi
sebesar 229 kilokalori dan memiliki kandungan protein 18 gram, karbohidrat 8
gram, serat 0,7 gram dan lemak sebesar 13 gram, vitamin A, vitamin B kompleks,
vitamin C, vitamin D, kalsium, magnesium, fosfor, kalium, natrium, zinc, sehingga
memberi banyak manfaat apabila dikonsumsi manusia seperti menyehatkan
II-6

jantung, obat anti stres, mencegah pengeroposan tulang dan sebagainya


(Suyanto,2008).
Kacang hijau merupakan salah satu jenis kacang-kacangan yang memiliki
berbagai manfaat, diantaranya sebagai sumber protein yang sangat penting bagi
tubuh manusia. Pada umumnya masyarakat memanfaatkannya dalam bentuk
kecambahyang biasa disebut dengan tauge. Kecambah kacang hijau ini mempunyai
sumber nutrisi selain protein yaitu karbohidrat, lemak dan air. Kandungan gizinya
juga memiliki keuntungan bagi tubuh, diantaranya zat antioksidannya dapat
membantu memperlambat proses penuaan dan dapat menghalangi penyebaran sel
kanker. Vitamin E-nya dapat membantu meningkatkan kesuburan rahim bagi kaum
wanita. Kecambah juga sangat baik untuk menjaga keasaman lambung dan
memperlancar pencernaan (Saferina, 2014).
2.3 METODOLOGI PERCOBAAN

2.3.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah petridish, neraca
analitik, sudip, pisau, panci, kompor, gelas arloji, gelas beker 250 mL dan 500 mL,
saringan, jarum ose dan oven.

2.3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah ikan lele 100 gram,
kecambah 100 gram, akuades, NaCl 3 gram, pepton 3 gram, agar-agar 3 gram,
bakteri EM4 , kertas HVS, karet gelang, korek api dan alkohol 96%.

2.3.3 Prosedur Kerja


2.3.3.1 Sterilisasi petridish
Petridish dicuci dengan air mengalir menggunakan sabun. Setelah itu
dikeringkan dengan tisu. Selanjutnya petridish dioleskan alkohol 96%
menggunakan tisu.

2.3.3.2 Pembuatan Media Padat


Ikan lele yang sudah dibersihkan dan ditimbang sebanyak 100 gram
dimasukkan kedalam panci yang berisi akuades sebanyak 250mL. Kemudian
dipanaskan hingga kaldu terbentuk. Kaldu ikan lele disaring dan dimasukkan
kedalam gelas beker 250 mL. Setelah itu kaldu ikan lele diambil sebanyak 100 mL
dan ditambahkan NaCl, pepton dan agar-agar masing-masing 3 gram, sambil
dipanaskan dan diaduk hingga homogen. Kaldu yang sudah homogen dimasukkan
kedalam petridish hingga setengah penuh. Setelah itu petridish yang berisi kaldu
dibungkus dengan kertas HVS dan dimasukkan ke dalam oven selama 15 menit
pada suhu 121oC. Setelah itu didinginkan hingga mencapai suhu ruangan dan media
memadat. Langkah diatas diulangi untuk media kecambah.

II-7
II-8

2.3.3.3 Penanaman
Jarum ose disterilkan dengan alkohol 96% dan dipanaskan dengan korek api
sampai berpijar. Setelah itu didiamkan selama 10 detik. Kemudian jarum ose
dicelupkan kedalam bakteri EM4. Setelah itu jarum ose digoreskan secara zig-zag
pada media padat dalam petridish. Kemudian petridish diinkubasi selama 4 hari
dalam keadaan terbalik.
II-9

2.3.4 Diagram Alir


2.3.4.1 Sterilisasi petridish
Petridish
- Dicuci dengan sabun dan dibilas dengan air mengalir
- Dikeringkan dengan tisu
- Dioleskan dengan tisu yang telah diberi alkohol 96%
Hasil

Gambar 2.1 Diagram Alir Sterilisasi Petridish

2.3.4.2 Pembuatan Media Padat

Ikan lele dan kecambah

- Dicuci bersih dan ditimbang sebanyak 100 gram


- Dimasukkan kedalam panci
- Ditambahkan akuades sebanyak 250 mL
- Direbus sampai terbentuk kaldu

Kaldu ikan lele dan kecambah

- Disaring dan dimasukkan kedalam gelas beker 250 mL


- Diambil sebanyak 100 mL
- Dipanaskan dan ditambahkan NaCl, pepton dan agar-agar masing-
masing sebanyak 3 gram
- Diaduk hingga homogen
- Dimasukkan kedalam petridish hingga setengah penuh

Petridish

- Dibungkus dengan kertas HVS


- Dimasukkan kedalam oven selama 15 menit pada suhu 121oC
- Didinginkan hingga suhu petridish sama dengan suhu ruangan dan
media memadat
Hasil
Gambar 3.2 Diagram Alir Pembuatan Media Padat
II-10

2.3.4.3 Penanaman
Jarum ose
- Dibersihkan dengan tisu yang telah diberi alkohol 96%
- Dipanaskan dengan korek api sampai berpijar
- Didiamkan selama 10 detik
- Dicelupkan dengan EM4
- Digoreskan secara zig-zag pada media padat dalam petridish
Petridish -

- Diinkubasi selama 4 hari dalam keadaan terbalik

Hasil

Gambar 2.3 Diagram Alir Penanaman


2.4 HASIL DAN PEMBAHASAN

2.4.1 Hasil Pengamatan


Tabel 2.1 Hasil Pengamatan Media Penanaman.

No. Gambar Keterangan

1. Nutrien agar, ikan lele + bakteri


EM4 pada pengamatan pertama.
Pengamatan
- Koloni : Belum ada.
- Bau : Normal.
- Warna : Kuning keruh.

2. Nutrien agar, kecambah + bakteri


EM4 pada pengamatan pertama.
Pengamatan
- Koloni : Belum ada.
- Bau : Normal.
- Warna : Kuning bening.

3. Nutrien agar, ikan lele + bakteri


EM4 pada pengamatan kedua.
Pengamatan
- Koloni : Tidak ada.
- Bau : Normal.
- Warna : Kuning keruh.

II-12
4. Nutrien agar, kecambah + bakteri
EM4 pada pengamatan kedua.
Pengamatan
- Koloni : Tidak ada.
- Bau : Normal.
- Warna : Kuning bening.

II-12
II-13

5. Nutrien agar, ikan lele + bakteri


EM4 pada pengamatan ketiga.
Pengamatan
- Koloni : Ada sedikit.
- Bau : Tidak sedap.
- Warna : Kuning kecoklatan.

6. Nutrien agar, kecambah + bakteri


EM4 pada pengamatan ketiga.
Pengamatan
- Koloni : Ada sedikit.
- Bau : Tidak sedap.
- Warna : Kuning kecoklatan.

7. Nutrien agar, ikan lele + bakteri


EM4 pada pengamatan keempat.
Pengamatan
- Koloni : Ada banyak.
- Bau : Tidak sedap.
- Warna : Kuning pucat.

8. Nutrien agar, kecambah + bakteri


EM4 pada pengamatan keempat.
Pengamatan
- Koloni : Ada banyak.
- Bau : Tidak sedap.
- Warna : Kuning kecoklatan.
II-14

2.4.2 Pembahasan
Percobaan teknik sterilisasi, pembuatan dan penanaman ini bertujuan untuk
mengetahui macam-macam media serta pembuatannya. Selain itu juga untuk
mengenal beberapa cara sterilisasi. Sterilisasi merupakan standar operasional dalam
proses kultur jaringan, karena hal ini sangat berguna untuk menentukan
keberhasilan percobaan. Sterilisasi dapat diartikan sebagai proses yang bertujuan
untuk menghilangkan dan membebaskan semua alat dan media dari gangguan
mikroba. Sterilisasi terbagi menjadi dua macam yaitu sterilisasi secara fisika dan
kimia. Pada percobaan ini menggunakan sterilisasi secara kimia dengan
menggunakan metanol. Sedangkan secara fisika dengan cara pemanasan langsung
untuk sterilisasi pada jarum ose. Alkohol berperan sebagai antiseptik yang ampuh
dalam membunuh mikroorganisme pada alat-alat.
Media yang digunakan dalam percobaan ini adalah kaldu ikan lele dan
kecambah. Media berfungsi sebagai nutrisi bagi mikroorganisme dan membantu
dalam membedakan atau sebagai pemisah koloni mikroorganisme (Pelczar, 1986).
Jenis media yang dipakai pada percobaan ini adalah media padat berupa agar dan
kaldu ikan lele dan kecambah dengan nutrien tambahan NaCl dan pepton.
Penambahan NaCl bertujuan untuk menyeimbangkan tekanan osmotik sel bakteri
dari media, agar bakteri yang ditumbuhkan tidak mati (Sutedjo, 1996). Pepton
ditambahkan sebagai sumber senyawa organik nitrogen, vitamin, karbohidrat dan
beberapa senyawa lain untuk memenuhi kebutuhan mikroorganisme untuk
pertumbuhan (Hidayat, 2006). Agar-agar berfungsi sebagai bahan pemadat,
mengeras pada suhu 45oC, agar-agar tidak termasuk zat hoka (Volk, 1993). Media
harus mengandung berbagai macam nutrien yang dibutuhkan oleh mikroorganisme
untuk pertumbuhan dan jumlah nutrien tersebut harus sesuai. Media harus
disterilkan terlebih dahulu sebelum ditanami mikroorganisme dengan pemanasan
selama 15 menit pada suhu 121oC, agar tidak terjadi kontaminan oleh mikroba lain
yang dapat menganggu pertumbuhan mikroorganisme yang akan ditanamkan pada
media tersebut.
Bakteri yang ditanam pada media, yaitu bakteri EM4 (Effective
Microorganism). Menurut Dwicaksono (2013) EM4 adalah bakteri fermentasi
II-15

bahan organik tanah yang dapat menyuburkan tanah dan menyehatkan tanah. EM4
terbuat dari hasil seleksi mikroorganisme fermentasi dan sintetik didalam tanah
yang dikemas dalam medium cair. Bakteri dan mineral yang terkandung didalam
EM4 adalah Lactobacillus sp, bakteri pelarut fosfor, rag, bakteri fotosintetik, E-Coli
salmonella, C.organik, nitrogen, P2O5, K2O, aluminium, kalsium, kopper, zat besi,
magnesium, mangan, sodium, nikel, zink, klorida, baron dan pfl-nya berkisar 3,37.
Bakteri EM4 bisa tumbuh pada media kecambah menurut (Astuti, 2006) yaitu
karena kandungan dari kecambah terdapat protein, lemak, kalsium dan vitamin
serta unsur hara lainnya yang memberi nutrisi pada bakteri EM4 sehingga dapat
tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan bakteri EM4 pada media ikan lele menurut
(Abbas, 2001) dipengaruhi oleh kandungan protein yang tinggi sehingga media ikan
lele mampu memenuhi kebutuhan protein untuk membuat bakteri EM4 tumbuh.
Teknik inokulasi (penanaman) yang digunakan pada percobaan ini, yaitu
teknik cawan gores (strake plate). Caranya dengan memindah biakan murni ke
media yang ditumbuhkan bakteri tersebut dengan menggunakan lup inokulasi (ose).
Media digores dengan ose secara zig-zag. Penggoresan secara zig-zag bertujuan
untuk memisahkan koloni secara sempurna agar mendapatkan koloni murni
mikroorganisme. Sebelum melakukan penanaman, jarum ose harus disterilkan
terlebih dahulu dengan cara di lap dengan tisu yang telah diberi alkohol 96% dan
kemudian dipanaskan secara langsung denga korek api sampai pijar, setelah itu,
dilakukan inkubasi selama 4 hari secara terbalik. Inkubasi bertujuan untuk
memantau pertumbuhan bakteri (Aneja, 2005). Secara terbalik dengan maksud agar
uap air tidak masuk kedalam media.
Percobaan ini didapatkan bahwa adanya respon dari bakteri EM4 terhadap
media yang ditumbuhinya. Hal ini ditandai dengan adanya koloni bakteri yang
terlihat pada media pertumbuhannya, berbau tidak sedap dan terjadi perubahan
warna dari kuning keruh ke kuning kecoklatan. Hari pertama pada media ikan lele
dan kecambah belum menunjukkan adanya koloni bakteri, baunya normal dan
berwarna kuning keruh. Hal ini karena bakteri masih beradaptasi dengan media.
Hari kedua, kedua media masih belum terdapat koloni, baunya normal dan
warnanya masih tetap kuning keruh dan bening. Hari ketiga, dimana bakteri
II-16

menujukkan respon positif, hal ini ditandai dengan adanya koloni yang mulai
berkembang di kedua media, baunya tidak sedap dan warnanya berubah menjadi
kuning kecoklatan. Hari keempat menunjukkan bahwa koloni makin berkembang
dan tersebar banyak pada kedua media, baunya tidak sedap dan warnanya kuning
pucat (media ikan lele) dan kuning kecoklatan (media kecambah). Perubahan ini
terjadi karena bakteri EM4 cocok dengan media. Banyaknya koloni dapat dilihat
pada media ikan lele, hal ini dikarenakan ikan lele memiliki nutrisi yang tinggi dan
mudah diserap oleh bakteri untuk tumbuh dan berkembang. Perubahan bau menjadi
tidak sedap disebabkan media tersebut adalah asam. Semakin asam suatu media
maka akan semakin banyak bakteri yang ada didalamnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri yaitu nutrisi, pH,
kesterilan, suhu, tekanan osmotik dan kelembapan. Nutrisi diperlukan
mikroorganisme untuk mendapatkan energi yang berguna dalam pertumbuhan.
Tingkat kesterilan dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri, semakin steril
maka akan semakin baik dikarenakan tidak adanya kontaminan lain yang
mengganggu pertumbuhan bakteri. Setiap bakteri memiliki suhu, pH dan
kelembapan optimal yang menggambarkan lingkunngan normal bakteri.
2.5 PENUTUP

2.5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari percobaan ini adalah:
1. Media yang digunakan dalam percobaan ini adalah media padat dari ekstrak
ikan lele dan ekstrak kecambah yang ditambah dengan NaCl, pepton, agar-agar
dan bakteri EM4.
2. Teknik sterilisasi yang digunakan pada percobaan ini adalah sterilisasi
menggunakan alkohol 96% dan pemanasan secara langsung menggunakan
oven.
3. Penanaman bakteri dilakukan dengan teknik penggoresan secara zig-zag pada
media petridish menggunakan jarum ose yang dicelupkan pada bakteri EM4.
Percobaan ini menghasilkan respon positif yang ditandai dengan tumbuhnya
bakteri pada media ikan lele dan media kecambah.
4. Hasil pengamatan selama 4 hari didapatkan terjadinya perubahan fisik pada
media. Media ikan lele menunjukkan pertumbuhan koloni yang banyak, bau
tidak sedap dan perubahan warna dari kuning keruh menjadi kuning pucat.
Sedangkan media kecambah menunjukkan pertumbuhan koloni bakteri yang
lebih sedikit daripada ikan lele, bau tidak sedap, dan perubahan warna dari
kuning bening menjadi kuning kecoklatan.

2.5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan pada percobaan ini adalah agar pada percobaan
teknik sterilisasi, pembuatan media dan penanaman selanjutnya dapat
menggunakan sumber bakteri yang spesifik misalkan saccaromyces cerevisiae,
bascillus subtilis dan aspergilus sp.

II-17
DAFTAR PUSTAKA

Abbas, S. 2001. Pembuatan Sale Ikan Lele. Kanisius: Yogyakarta.

Aneja, K. R. 2005. Experiments in Microbiology Prian Pathology and


Biotechnology Fourth Edition. New Age International Publisher: New
Delhi.

Arsyad, M. N. 2001. Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Istilah. Jakarta: Erlangga.

Astuti dan Amilah. 2006.Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Tauge dan Kacang Hijau
Pada Media Vacin and Wert (VW) terhadap Pertumbuhan Kecambah
Anggrak Bulan Phalaeropsis Amabilis L. Buletin Penelitian 9: 78-96.

Atkins, Ronald. M. 2005. Handbook of Media for Environmental Microbiology.


Bolo Ration: CRC Press.

Dwicaksono, Marsetyo Ramadhany Bagus, dkk. 2013. Pengaruh Penambahan


Effective Mikroorganisme Pada Limbah Cair Industri Perikanan
Terhadap Kualitas Pupuk Cair Organik. Jurnal Sumber Daya Alam dan
Lingkungan.
http://SCH.UB.ac.id/index.php/isal/achiel
Diakses pada 8 Oktober 2019.

Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Frobischer, dkk. 1974. Fundamental of Microbiology. Saundrec Company:


London.

Gupte, S. 1990. Mikrobiologi Dasar. Binarupa Aksara: Jakarta.

DP.II-1
DP.II-2

Hadioetomo, R. S. 2003. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek. PT. Gramedia


Pustaka Utama: Jakarta.

Hidayat, Nur. 2006. Mikrobiologi Industri. Ands: Yogyakarta.

Pelczar, M. J dan E. C. S Chan. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI Press


Jakarta.

Saferina, Agnes Yua Wea, dkk. 2014. Evaluasi Kualitas Produk Susu Kecambah
Kacang Hijau, Kajian Umr Kecambah dan Konsentrasi Na-CMC. Jurnal
Teknik Industri HEURISTIC Vol.11 No.1.

Sutedjo. 2001. Mikrobiologi Tanah. Rineka Cipta: Jakarta.

Suyanto, S. Rachmatun. 2008. Budi Daya Ikan Lele. Penebar Swadaya: Jakarta.

Volk dan Wheels, M. F. 2003. Mikrobiologi Dasar Jilid I Edisi Ke-5. Erlangga:
Jakarta.

Wididana, G. N.2010. Teknologi EM4.


http://rdshony.com/exact-sciences/agronomy-agriculture/19965528-
teknologi-em-dimensi-baru-dalam/
Diakses pada 8 Oktober 2019.

Wilay. A. John. Dkk. 1992. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Gramedia Pustaka


Utama: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai