PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang, dapat dikemukakan permasalahannya adalah:
1.
2.
3.
C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan ini adalah
1.
2.
3.
II.
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Titrasi kompleksometri adalah salah satu metode kuantitatif dengan memanfaatkan reaksi
kompleks antara ligan dengan ion logam utamanya, yang umum di indonesia EDTA ( disodium
ethylendiamintetraasetat/ tritiplex/ komplekson, dll ). Senyawa ini dengan banyak kation
membentuk kompleks dengan perbandingan 1 : 1, Beberapa valensinya:
M2+ + (H2Y)= (MY)2- + 2 H+
M3+ + (H2Y)= (MY)- + 2 H+
M4+ + (H2Y)= (MY) + 2 H+
Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks, membentuk
hasil berupa kompleks. Reaksireaksi pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks
banyak sekali dan penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian
yang cukup luas tentang kompleks, sekalipun disini pertama-tama akan diterapkan pada titrasi.
Contoh reaksi titrasi kompleksometri:
Ag+ + 2 CN- =Ag(CN)2
Hg2+ + 2Cl- =HgCl2
Salah satu tipe reaksi kimia yang berlaku sebagai dasar penentuan titrimetrik melibatkan
pembentukan (formasi) kompleks atau ion kompleks yang larut namun sedikit terdisosiasi. Kompleks
yang dimaksud di sini adalah kompleks yang dibentuk melalui reaksi ion logam, sebuah kation,
dengan
sebuah
anion
atau
molekul
netral.
Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi pembentukan ion-ion
kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan
mendasar terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain titrasi komplek
biasa seperti di atas, dikenal pula kompleksometri yang dikenal sebagai titrasi kelatometri, seperti
yang menyangkut penggunaan EDTA. Gugus-yang terikat pada ion pusat, disebut ligan, dan dalam
larutan air, reaksi dapat dinyatakan oleh persamaan :
M(H2O)n + L = M(H2O)(n-1) L + H2O
3.
NITA
NTA
Komplekson I
2 . Asam trans-1,2-diaminosikloheksana-N,N,N,N-tetraasetat(IV)
Nama lainnya adalah:
EDTA
DcyTA
DCTa
Komplekson IV
4.
Asam etilen diamin tetra asetat atau yang lebih dikenal dengan EDTA, merupakan salah satu jenis
asam amina polikarboksilat. EDTA sebenarnya adalah ligan seksidentat yang dapat berkoordinasi
dengan suatu ion logam lewat kedua nitrogen dan keempat gugus karboksil-nya atau disebut ligan
multidentat yang mengandung lebih dari dua atom koordinasi per molekul, misalnya asam 1,2diaminoetanatetraasetat (asametilenadiamina tetraasetat, EDTA) yang mempunyai dua atom
nitrogen
penyumbang
dan
empat
atom
oksigen
penyumbang
dalam
molekul.
Suatu EDTA dapat membentuk senyawa kompleks yang mantap dengan sejumlah besar ion logam
sehingga EDTA merupakan ligan yang tidak selektif. Dalam larutan yang agak asam, dapat terjadi
protonasi parsial EDTA tanpa pematahan sempurna kompleks logam, yang menghasilkan spesies
seperti CuHY-. Ternyata bila beberapa ion logam yang ada dalam larutan tersebut maka titrasi
dengan EDTA akan menunjukkan jumlah semua ion logam yang ada dalam larutan tersebut.
1.
2.
3.
Kompleks-kompleks sianida
4.
5.
Ekstraksi pelarut
6.
Indikator
7.
Anion-anion
8.
Penopengan Kinetik
B. Indikator
Titrasi dapat ditentukan dengan adanya penambahan indikator yang berguna sebagai tanda
tercapai titik akhir titrasi. Ada lima syarat suatu indikator ion logam dapat digunakan pada
pendeteksian visual dari titik-titik akhir yaitu :
1.
Reaksi warna harus sedemikian sehingga sebelum titik akhir, bila hampir semua ion logam telah
berkompleks dengan EDTA, larutan akan berwarna kuat.
Kontras warna antara indikator bebas dan kompleks-indikator logam harus sedemikian sehingga
mudah diamati. Indikator harus sangat peka terhadap ion logam (yaitu, terhadap pM) sehingga
perubahan warna terjadi sedikit mungkin dengan titik ekuivalen. Larutan indikator bebas
mempunyai warna yang berbeda dengan larutan kompleks indikator.
Indikator yang banyak digunakan dalam titrasi kompleksometri adalah:
a. Hitam eriokrom
Indikator ini peka terhadap perubahan kadar logam dan pH larutan. Pada pH 8 -10 senyawa ini
berwarna biru dan kompleksnya berwarna merah anggur. Pada pH 5 senyawa itu sendiri berwarna
merah, sehingga titik akhir sukar diamati, demikian juga pada pH 12. Umumnya titrasi dengan
indikator ini dilakukan pada pH 10.
b. Jingga xilenol
Indikator ini berwarna kuning sitrun dalam suasana asam dan merah dalam suasana alkali. Kompleks
logam-jingga xilenol berwarna merah, karena itu digunakan pada titrasi dalam suasana asam.
c. Biru Hidroksi Naftol
Indikator ini memberikan warna merah sampai lembayung pada daerah pH 12 13 dan menjadi biru
jernih
jika
terjadi
kelebihan
edetat.
Titrasi kompleksometri umumnya dilakukan secara langsung untuk logam yang dengan cepat
membentuk senyawa kompleks, sedangkan yang lambat membentuk senyawa kompleks dilakukan
titrasi kembali.
C.
Kesalahan Titrasi
Kesalahan titrasi kompleksometri tergantung pada cara yang dipakai untuk mengetahui titik
akhir.
Pada prinsipnya ada dua cara, yaitu kelebihan titran yang pertama ditunjukkam atau
berkurangnya konsentrasi komponen tertentu sampai batas yang ditentukan, dideteksi. Pertama,
kesalahan titrasi dihitung dengan cara yang sama pada titrasi pengendapan. Kedua, digunakan
senyawa yang membentuk senyawa kompleks yang berwarna tajam dengan logam yang ditetapkan.
Warna ini hilang atau berubah sewaktu logam telah diikat menjadi kompleks yang lebih stabil.
Misalnya EDTA.
D.
Kegunaan
1. Penetapan Total Kesadahan Air
Pada umumnya kesadahan jumlah air, disebabkan oleh kandungan garam Kalsium atau
Magnesium. Larutan ion Mg2+ dan ion Ca2+ dititar secara kompleksometri dengan larutan EDTA dan
digunakan petunjuk EBT. Pertama-tama EDTA akan bereaksi dengan ion Ca2+ ,kemudian dengan ion
Mg2+ dan akhirnya dengan senyawa rangkai Mg-EBT yang berwarna merah anggur. Titik akhir pada
pH 7-11, dengan adanya perubahan warna dari merah anggur menjadi biru yang berasal dari larutan
penunjuk yang bebas.
2.
3.
E.
Kelebihan
EDTA stabil, mudah larut, dan menujukkan komposisi kimiawi yang tertentu. Selektivitas
kompleks dapat diatur dengan pengendalian pH, misal Mg, Cr, Ca, dan Ba dapat dititrasi pada pH 11;
Mn2+, Fe, Co, Ni, Zn, Cd, Al, Pb, Cu, Ti, dan V dapat dititrasi pada pH 4-7. terakhir logam seperti Hg, Bi,
Co, Fe, Cr, Ca, In, Sc, Ti, V, dan Th dapat dititirasi pada pH 1-4. EDTA sebagai natrium, Na2H2Y sendiri
merupakan standar primer sehingga tidak perlu distandarisasi lebih lanjut. Kompleks yang mudah
larut dalam air ditemukan. Suatu titik ekivalen segera tercapai dalam titrasi dan akhirnya titrasi
kompleksometri dapat digunakan untuk penentuan beberapa logam pada operasi skala semi-mikro.
III.
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan Pembahasan tersebut maka dapat simpulan yang dapat diambil adalah:
1. Titrasi kompleksometri adalah salah satu metode kuantitatif dengan memanfaatkan reaksi kompleks
antara ligan dengan ion logam utamanya.
2. Indikator yang banyak digunakan dalam titrasi kompleksometri adalah:
a. Hitam eriokrom
b. Jingga xilenol
c. Biru Hidroksi Naftol
3.
Daftar Pustaka