Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

IDENTIFIKASI KATION

Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah kimia organik dan analitik.

Dosen Pengampu : Nur Patria Tjahjani, S.Si., Apt.

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 10

1. FARAHDILA ZULVA MAULANA (P1337434119010)


2. RINDA DINI OCTAVIONA (P1337434119019)
3. MILLENIA ALMIRA PAMULIANA (P1337434119021)
4. DIVA AFIFAH NURUL ZAHROH (P1337434119030)
5. MARTASYA FAIZA PUTRI A.W (P1337434119040)
6. DZAKIYYATUL MUFIDAH (P1337434119046)

REGULER A TINGKAT 1

PRODI DIII TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

POLTEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

TAHUN AJARAN 2019/2020


I. TUJUAN :
Untuk mengidentifikasi kation
II. PRINSIP :
Mengidentifikasi kation golongan 𝐻2 S sampai golongan sisa yang terdapat
dalam suatu sampel dengan mereaksikannya dengan berbagai pereaksi tertentu
yang nantinya akan memberikan tanda spesifik yang berupa terbentuknya endapan,
perubahan warna, dan terbentuknya gas.
Prinsip identifikasi kation pada praktikum ini adalah analisis kualitatif.
Analisis kualitatif adalah analisis yang bertujuan untuk mengetahui zat X dengan
bantuan zat lain atau pereaksi. Analisis ini ditandai dengan adanya reaksi kimia
dalam bentuk perubahan warna, adanya endapan, timbulnya gas, dan adanya bau.

III. ALAT DAN BAHAN :


a. Alat
1. Tabung reaksi
2. Rak tabung reaksi
3. Pemanas spiritus dan korek api
4. Penjepit tabung
5. Beaker glass
6. Batang pengaduk
7. Cawan porselin
8. Pipet tetes
b. Bahan
1. CuSO4
2. NaOH
3. NH4OH
4. FeSO4
5. ZnSO4
6. KCNS
7. NaCl
8. HCL
IV. DASAR TEORI :

Untuk tujuan analisis kualitatif sistematik kation-kation diklasifikasikan dalam


lima golongan berdasarkan sifat-sifat kation itu terhadap beberapa reagensia.
Dengan memakai apa yang disebut reagensia golongan secara spesifik, dapat kita
tetapkan ada tidaknya golongan-golongan kation, dan dapat juga memisahkan
golongan-golongan ini dengan pemeriksaan lebih lanjut. Selain merupakan cara
yang tradisional untuk menyajikan bahan, urut-urytan ini juga memudahkan dalam
mempelajari reaksi-reaksi. Reagensia golongan yang dipakai untuk klasifikasi
kation yang paling umum adalah asam klorida, hidrogen sulfida, dan amonium
karbonat. Klasifikasi ini didasarkan atas apakah suatu kation bereaksi dengan
reagensia-reagensia ini dengan membentuk endapan atau tidak. Jadi boleh kita
katakan bahwa klasifikasi kation yang paling umum, didasarkan atas perbedaan
kelarutan klorida, sulfida, dan karbonat dari kation tersebut(Vogel,1985:203).

Dalam analisa kualitatif cara memisahkan ion logam tertentu harus mengikuti
prosedur kerja yang khas. Zat yang diselidiki harus disiapkan atau diubah dalam
bentuk suatu larutan. Untuk zat padat kita harus memilih pelarut yang cocok. Ion-
ion pada golongangolongan diendapkan satu per satu, endapan dipisahkan dari
larutan dengan cara disaring atau diputar dengan centrifuga. Endapan dicuci untuk
membebaskan dari larutan pokok atau filtrat dan tiap-tiap logam yang mungkin
akan dipisahkan (Cokrosarjiwanto,1977:14).

Kation-kation golongan I adalah kation-kation yang akan mengendap bila


ditambahkan dengan asam klorida(HCl). Yaitu Ag⁺, Pb²⁺, dan Hg²⁺ yang akan
mengendap sebagai campuran AgCl, Hg Cl , dan PbCl . Pengendapan ion-ion
golongan I harus pada temperatur kamar atau lebih rendah karena PbCl terlalu
mudah larut dalam air panas. Juga harus dijaga agar asam klorida tidak terlalu
banyak ditambahkan. Dalam larutan HCl pekat, AgCl dan PbCl melarut, karena
Ag⁺ dan Pb²⁺ membentuk kompleksi dapat larut(Keenan,1984:20).

Kation golongan II tidak bereaksi dengan asam klorida, tetapi membentuk endapan
dengan hidrogen sulfide dalam suasana asam mineral encer. Ion-ion golongan ini
adalah Merkurium (II), Tembaga, Bismut, Kadnium, Arsenik (II), Arsenik (V),
Stibium (III), Stibium (V), Timah (II), Timah (III), dan Timah (IV). Keempat ion
yang pertama merupakan sub golongan 2A dan keenam yang terakhir sub golongan
2B. Sementara sulfida dari kation dalam golongan 2A tak dapat larut dalam
amonium polisulfida. Sulfida dari kation dalam golongan 2B justru dapat larut.
Kation golongan III tidak bereaksi dengan asam klorida encer ataupun dengan
hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Namun, kation ini membentuk
endapan dengan amonium sulfida dalam suasana netral atau amoniak. Kation-
kation golongan ini adalah Cobalt (II), Nikel (II), Besi (II), Besi (III), Aluminium,
Zink, dan Mangan (II). Kation golongan IV tidak bereaksi dengan reagensia
golongan I, II, dan III. Kation-kation ini membentuk endapan dengan amonium
karbonat dengan adanya amonium klorida, dalam suasana netral atau sedikit asam.
Kationkation golongan ini adalah Kalsium, Strontium, dan Barium. Kation-kation
golongan V merupakan kation-kation yang umum tidak bereaksi dengan reagensia
golongan sebulumnya. Yang termasuk anggota golongan ini adalah ion-ion
Magnesium, Natrium, Kalium, Amonium, Litium, dan Hidrogen(Vogel,1985:203-
204).

Banyak reaksi-reaksi yang menghasilkan endapan berperan penting dalam analisa


kualitatif. Endapan tersebut dapat berbentuk Kristal atau koloid dan dengan warna
yang berbeda-beda. Pemisahan endapan dapat dilakukan dengan penyaringan
ataupun sentrifugasi. Endapan tersebut terbentuk jika larutan menjadi terlalu jenuh
dengan zat yang bersangkutan. Kelarutan suatu endapan adalah sama dengan
konsentrasi molar dari larutan jenuhnya. Kelarutan bergantung pada berbagai
kondisi seperti tekanan, suhu, konsentrasi bahan lain dan jenis pelarut. Perubahan
larutan dengan perubahan tekanan tidak mempunyai arti penting dalam analisa
kualitatif, karena semua pekarjaan dilakukan dalam wadah terbuka pada tekanan
atmosfer.kenaikan suhu umumnya dapat memperbesar kelarutan endapan kecuali
pada beberapa endapan, seperti kalsium sulfat, berlaku sebaliknya. Perbedaan
kelarutan karena suhu ini dapat digunakan sebagai dasar pemisahan kation.
Misalnya, pemisahan kation Ag, Hg(l), dan Pb dapat dilakukan dengan
mengendapkan ketiganya sebagai garam klorida, kemudian memisahkan Pb dari
Ag dan Hg(l) dengan memberikan air panas. Kenaikan suhu akan memperbesar
kelarutan Pb sehingga endapan tersebut larut sedangkan kedua kation lainnya tidak
(Masterton, 1991).

V. CARA KERJA :
- Menyiapkan alat dan bahan.
- Memberi label pada setiap tabung reaksi.
1. Golongan H2S
 CuSO4 + NH4OH encer
1. Mengambil larutan CuSO4 (sample) dengan pipet
2. Memasukkan larutan CuSO4 (sample) ke dalam tabung reaksi
sebanyak 5 tetes
3. Mengamati warna sample sebelum direaksikan
4. Mencatat hasil pengamatan
5. Mengambil larutan NH4OH (reagen) dengan pipet
6. Memasukkan larutan NH4OH (reagen) ke dalam tabung reaksi
yang sudah diberi CuSO4 (sample) sebanyak 5 tetes
7. Mengamati reaksi yang terjadi
8. Mencatat hasil pengamatan
9. Menambahkan NH4OH lagi sebanyak 5 tetes
10. Mengamati perubahan reaksi yang terjadi
11. Mencatat hasil pengamatan

 CuSO4 + NaOH
1. Mengambil larutan CuSO4 (sample) dengan pipet
2. Memasukan larutan CuSO4 (sample) ke dalam tabung reaksi
sebanyak 5 tetes
3. Mengamati warna sample sebelum direaksikan
4. Mencatat hasil pengamatan
5. Mengambil larutan NaOH (reagen) dengan pipet
6. Memasukkan larutan NaOH (reagen) ke dalam tabung reaksi
yang sudah diberi CuSO4 (sample) sebanyak 5 tetes
7. Mengamati reaksi yang terjadi
8. Mencatat hasil pengamatan

2. Golongan (NH4)2S
 FeSO4 + NaOH
1. Mengambil larutan FeSO4 (sample) dengan pipet
2. Memasukkan larutan FeSO4 (sample) ke dalam tabung reaksi
sebanyak 5 tetes
3. Mencatat warna sample sebelum direaksikan
4. Mencatat hasil pengamatan
5. Mengambil larutan NaOH (reagen) dengan pipet
6. Memasukkan larutan NaOH (reagen) ke dalam tabung reaksi
yang sudah diberi FeSO4 (sample) sebanyak 5 tetes
7. Mengamati reaksi yang terjadi
8. Mencatat hasil pengamatan

 ZnSO4 +NaOH
1. Mengambil larutan ZnSO4 (sample) dengan pipet
2. Memasukkan larutan ZnSO4 (sample) ke dalam tabung reaksi
sebanyak 5 tetes
3. Mencatat warna sample sebelum direaksikan
4. Mencatat hasil pengamatan
5. Mengambil larutan NaOH (reagen) dengan pipet
6. Memasukkan larutan NaOH (reagen) ke dalam tabung reaksi
yang sudah diberi ZnSO4 (sample) sebanyak 5 tetes
7. Mengamati reaksi yang terjadi
8. Mencatat hasil pengamatan

3. Golongan sisa
 NH4OH + NaOH
1. Mengambil larutan NH4OH (sample) dengan pipet
2. Memasukkan larutan NH4OH (sample) ke dalam tabung reaksi
sebanyak 5 tetes
3. Mencatat warna sample sebelum direaksikan
4. Mencatat hasil pengamatan
5. Mengambil larutan NaOH (reagen) dengan pipet
6. Memasukkan larutan NaOH (reagen) ke dalam tabung reaksi
yang sudah diberi NH4OH (sample) sebanyak 5 tetes
7. Memanaskan larutan dengan api spiritus selama 30 detik
sampai 2 menit
8. Setelah terjadi perubahan bau, masukkan batang pengaduk
yang sudah dicelupkan ke dalam larutan HCl
9. Mengamati reaksi yang terjadi
10. Mencatat hasil pengamatan

 KCNS + etanol 96%


1. Mengambil larutan KCNS (sample) dengan pipet
2. Memasukkan larutan KCNS (sample) ke dalam cawan porselen
sebanyak 5 tetes
3. Mencatat warna sample sebelum direaksikan
4. Mencatat hasil pengamatan
5. Menyiapkan etanol 96% di dekat pereaksian akan dilakukan
6. Memanaskan KCNS dengan api spiritus hingga hampir kering
7. Meneteskan etanol 96% sebanyak 5 tetes ke dalam cawan
porselen
8. Membakar larutan dengan korek api
9. Mengamati reaksi yang terjadi
10. Mencatat hasil pengamatan

 NaCl + etanol 96%


1. Mengambil larutan NaCl (sample) dengan pipet
2. Memasukkan NaCl (sample) ke dalam cawan porselen
sebanyak 5 tetes
3. Mengamati warna sample sebelum direaksikan
4. Mencatat hasil pengamatan
5. Menyiapkan etanol 96% di dekat pereaksian akan dilakukan
6. Memanaskan NaCl dengan api spiritus hingga hamper kering
7. Meneteskan etanol 96% sebanyak 5 tetes ke dalam cawan
porselen
8. Membakar larutan dengan korek api
9. Mengamati reaksi yang terjadi
10. Mencatat hasil pengamatan

VI. DATA PRAKTIKUM :


Tabel data praktikum
No. Sampel Reagen Hasil Pengamatan
1. CuSO4, NH4OH, tidak Endapan biru muda.
berwarna biru berwarna
muda

2. CuSO4, NaOH, tidak Endapan biru, jika dipanaskan akan


berwarna biru berwarna menjadi hitam.
muda

3. FeSO4, NaOH,tidak Endapan hijau kotor, jika dibiarkan


berwarna hijau berwarna dalam udara terbuka akan mengalami
kebiruan reaksi oksidasi sehingga endapan
berubah menjadi coklat.
4. ZnSO4, tidak NaOH, tidak Endapan putih.
berwarna berwarna

5. NH4OH, tidak NaOH, tidak Bau amoniak dan larutan tidak


berwarna berwarna berwarna.
(dipanaskan)

6. KCNS, tidak Etanol Nyala api ungu


berwarna (dibakar)
(dipanaskan
sampai kering)
7. NaCl, berwarna Etanol Nyala api kuning keoren-orenan
kuning (dibakar)
(dipanaskan
sampai kering)

VII. HASIL PENGAMATAN :


1. CuSO4 (aq) (berwarna biru muda) direaksikan dengan NH4OH(aq) tidak
berwarna menghasilkan larutan dengan endapan berwarna biru.
2. CuSO4 (aq) (berwarna biru muda) direaksikan dengan NaOH(aq) tidak berwarna
menghasilkan larutan dengan endapan berwarna biru yang jika
dipanaskan akan menghasilkan endapan berwarna hitam.
3. FeSO4(aq) (berwarna hijau kebiruan) direaksikan dengan NaOH(aq) tidak
berwarna menghasilkan larutan dengan endapan hijau kotor. Jika larutan
tersebut dibiarkan beberapa saat akan berubah menjadi coklat karena
adanya reaksi oksidasi.
4. ZnSO4(aq) (tidak berwarna) direaksikan dengan NaOH(aq) tidak berwarna akan
menghasilkan larutan dengan endapan berwarna putih.
5. NH4OH (tidak berwarna) direaksikan dengan NaOH(aq) tidak berwarna lalu
dipanaskan akan menghasilkan larutan tidak berwarna dengan bau
amoniak.
6. KCNS(aq) (tidak berwarna) dipanaskan hingga cairan kering dan dicampur
dengan etanol 96% lalu dibakar akan menghasilkan nyala api berwarna
ungu.
7. NaCl(aq) (berwarna kuning) dipanaskan hingga cairan kering dan dicampurkan
dengan etanol 96% lalu dibakar akan menghasilkan nyala api berwarna
kuning keoren-orenan.

VIII. PEMBAHASAN :
1. Apabila CuSO4 (berwarna biru muda) direaksikan dengan NH4OH encer
(berwarna jernih) maka akan menghasilkan Cu(OH)2 yang berupa endapan
biru
2. Apabila CuSO4 (berwarna biru muda) direaksikan dengan NaOH (tidak
berwarna) maka akan menghasilkan Cu(OH)2 yang berupa endapan biru
muda. Kemudian, apabila CuSO4 dipanaskan, akan menghasilkan endapan
hitam
3. Apabila FeSO4 (berwarna kuning) direaksikan dengan NaOH (tidak berwarna)
maka akan menghasilkan Fe(OH)2 yang berupa endapan hijau kotor
4. Apabila ZnSO4 (tidak berwarna) direaksikan dengan NaOH (tidak berwarna)
maka akan menghasilkan Zn(OH)2 yang berupa endapan berwarna putih.
Kemudian, apabila Zn(OH)2 yang berupa endapan berwaarna putih ini
direaksikan lagi dengan NaOH maka akan melarutkan kembali endapan putih
sehingga larutan kembali seperti semula
5. Apabila NH4OH (tidak berwarna) direaksikan dengan NaOH (tidak berwarna)
kemudian dibakar, akan menghasilkan bau amoniak atau senyawa NH3. Lalu,
apabila saat pemanasan direaksikan lagi engan HCl yang ada pada batang
pengaduk, maka akan menimbulkan kabur berwarna putih
6. Apabila KCNS (tidak berwarna) dipanaskan hingga setengah kering,
kemudian ditetesi etanol 96% lalu dibakar akan menghasilkan nyala api
berwarna ungu yang merupakan warna khas dari ion K+
7. Apabila NaCl (tidak berwarna) dipanaskan hingga setengah kering, kemudian
ditetesi etanol 96% lalu dibakar akan menghasilkan nyala api berwarna kuning
kejingga-jinggaan yang merupakan warna khas dari ion Na+
IX. KESIMPULAN :
Dalam table hasil pengamatan diatas yang dapat disimpulkan bahwa :
1. CuSO4 (berwarna biru muda) merupakan kation golongan H2S
2. FeSO4 (berwarna kuning) merupakan kation golongan (NH4)2S
3. ZnSO4 (tidak berwarna) merupakan kation golongan (NH4)2S
4. NH4OH (tidak berwarna) merupakan kation golongan sisa
5. KCNS (tidak berwarna) merupakan kation golongan sisa
6. NaCl (tidak berwarna) merupakan kation golongan sisa

Semarang, 6 September 2019


Dosen Pengampu Praktikan

Nur Patria Tjahjani, S.Si., Apt. Rinda Dini Octaviona

Anda mungkin juga menyukai