Anda di halaman 1dari 17

KELOMPOK 4

• ARNETA MEIANA DEWI ( 04 )


• DWI NOVITASARI ( 08 )
• FERLIN CHRISTIANA ( 11 )
• KAMILAH NAMMEITA N ( 15 )
• MUNDI LESTARI ( 17 )
• RINDA DINI OCTAVIONA ( 24 )
PERGERAKAN
NASIONAL
SERIKAT ISLAM
A. LATAR BELAKANG BERDIRINYA
SAREKAT ISLAM
Pada masa kolonial penguasaan sumber daya di Indonesia dikuasai oleh
pemilik modal asing, hal ini merupakan praktik dari sistem imperialisme modern
Barat. Saat itu, Nusantara dijadikan sumber bahan mentah dan pasar bagi industri
pemerintah kolonial.
Salah satu saudagar pribumi yakni Haji Samanhoedi (1868-1956), segera
memberikan respon cepat atas kebijakan ekonomi pemerintah kolonial, yaitu
dengan mendirikan Organisasi Syarikat Dagang Islam (SDI), 16 Oktober 1905 di
Surakarta. Informasi berdirinya SDI segera disebarluaskan melalui buletin Taman
Pewarta (1902-1915). Pemerintah kolonial Belanda menilai berdirinya SDI, sebagai
ancaman besar bagi eksistensi dan perkembangan ekonomi Belanda di Indonesia.
Pada saat kongres pertama Sarekat Dagang Islam digelar di Solo tahun 1906,
nama Sarekat Dagang Islam diganti menjadi Sarekat Islam (SI), Di tengah kondisi
kebangkitan ulama melalui aktivitas pasar, pemerintah kolonial Belanda berupaya
mendirikan organisasi tandingan. Pemerintah kolonial mendirikan Sarekat Dagang
Islamiyah, pada tahun 1909 M di Bogor. Sarekat Dagang Islamiyah dipimpin oleh
R.M.T Adhisoerjo (1830-1919 M). Selain itu Adhisoerjo juga merupakan pimpinan
redaksi Medan Prijaji, dan anggota Boedi Oetomo Afdeeling II di Bandung.
Meskipun demikian, SDI dan media Adhisoerjo tetap tidak dapat menyaingi SDI
Haji Samanhoedi.
Pada periode revolusi Cina 1911, pemerintah Belanda memandang eksistensi SI dan rekannya, Kong
Sing, dinilai semakin membahayakan kepentingan mereka. Oleh karena itu, Pemerintah Belanda
berusaha mengadu domba SDI dan saudagar Cina.
Dengan dipersulitnya bahan-bahan tersebut, pemerintah Belanda menyebarkan berita bahwa
kelangkaan bahan batik akibat ulah dari pedagang Cina. Namun, usaha ini sia-sia, karena hubungan
pribumi dan Cina justru semakin erat, menyusul kesepakatan kerjasama untuk saling membantu
antar SI dan Kong Sing bila terjadi penindasan dari pemerintah kolonial.

Gagalnya usaha provokasi mereka yang pertama, maka ditempulah cara kedua. Pemerintah kolonial
menciptakan gerakan huru-hara anti Cina. Untuk itu digunakan lah Laskar Mangkunegara guna
memprovokai rakyat agar merusak toko-toko Cina.
Pada Maret 1912, pemerintah kolonial melihat pergerakan Sarekat Islam di Surabaya. Bulan Mei
1912, tiga orang propagandis Sarekat Islam datang ke rumah Tjokroaminoto untuk berdiskusi. Dari
hasil dikusi mereka, Tjokroaminoto bersedia menjadi pimpinan Sarekat Islam.
Peristiwa tersebut mendapat perhatian dari pengurus Sarekat Islam di Surakarta. Tjokroaminoto
pun diundang agar bersedia hadir di Surakarta. Pada saat kehadirannya di Surakarta, 13 Mei 1912,
Tjokroaminoto mendapat amanah kehormatan, memegang kepemimpinan Sarekat Islam yang
sebelumnya dijabat oleh Haji Samanhoedi.
Pergantian tampuk kepemimpinan Sarekat Islam dimanfaatkan Belanda, untuk kembali mengadu
domba rakyat. Laskar Mangkunegara kembali dimanfaatkan untuk menciptakan huru-hara anti Cina,
pada Juli 1912. Kemudian diikuti keputusan menjatuhkan skorsing kepada Sarekat Islam.
B. TUJUAN BERDIRINYA SAREKAT ISLAM
Tujuan berdirinya SI sesuai anggaran dasar :
a. Mengembangkan jiwa dagang.
b. Membantu anggota-anggota yang mengalami kesulitan dalam bidang usaha.
c. Memajukan pengajaran dan semua usaha yang mempercepat naiknya derajat
rakyat.
d. Memperbaiki pendapat-pendapat yang keliru mengenai agama Islam.
e.Hidup menurut perintah agama islam.
C. PERKEMBANGAN SAREKAT ISLAM
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan Serikat Islam cepat berkembang adalah:
a) Kesadaran sebagai bangsa yang mulai tumbuh,
b) Sifatnya kerakyatan,
c) Didasari agama Islam,
d) Persaingan dalam perdagangan, dan
e) Digerakkan para ulama.
Pada kongres Sarekat Islam di Yogayakarta pada tahun 1914, HOS
Tjokroaminoto terpilih sebagai Ketua Sarekat Islam. Ia berusaha tetap
mempertahankan keutuhan dengan mengatakan bahwa kecenderungan untuk
memisahkan diri dari Central Sarekat Islam harus dikutuk dan persatuan harus
dijaga karena Islam sebagai unsur penyatu.
Pada tahun 1914 juga berdiri organisasi berpaham sosialis yang didirikan
oleh Sneevlit, yaitu ISDV (Indische Social Democratische Vereeniging). Namun
organisasi yang didirikan orang Belanda di Indonesia ini tidak mendapat simpati
rakyat, oleh karena itu diadakan “Gerakan Penyusupan” ke dalam tubuh Serikat
Islam yang akhirnya berhasil mempengaruhi tokoh-tokoh Serikat Islam muda seperti
Semaun, Darsono, Tan Malaka, dan Alimin.
Pada Kongres Sarekat Islam ke tujuh Tahun 1921 di Madiun SI mengubah namanya
menjadi PSI (Partai Sarekat Islam). Tahun 1921,Sarekat Islam pecah menjadi dua ketika
cabang SI yang mendapat pengaruh komunis yaitu golongan kiri(paham Marx)dapat
disingkirkan,lalu menamakan dirinya bernaung dalam Sarekat Rakyat(SR) atau Sarekat
Islam Merah yang merupakan organisasi dibawah naungan Partai Komunis Indonesia(PKI)
dipimpin oleh Semaun sedangkan Sarekat Islam Putih dipimpin oleh Cokroaminoto dengan
anggotanya yaitu SI awal .Sejak itu, SI dan SR berusaha untuk mencari dukungan dari
massa dan keduanya cukup berhasil.
Kongres Partai Sarekat Islam tahun 1927 menegaskan struktur partai yang kuat bahwa
tujuan perjuangan adalah mencapai kemerdekaan nasional berdasarkan agama Islam.
Karena tujuannya adalah untuk mencapai kemerdekaan nasional maka Partai Sarekat Islam
menggabungkan diri dengan Pemufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan
Indonesia (PPPKI).
Tahun 1928 dan 1929 PSI merasa khawatir atas dominasi Partai Nasionalis
Indonesia(PNI) dalam dunia politik dan PSI tidak mampu mencegah
kemundurannya secara pelan-pelan.

PSI yang merupakan anggota federasi PPPKI,lambat laun tidak senang


terhadap badan federatif itu.Dalam kongres PPPKI akhir bulan Desember 1929 di
Solo, Mohammad Husni Thamrin menyatakan bahwa ia sangat keberatan terhadap
sikap PSI cabang Batavia yang tidak ikut serta dalam rapat-rapat protes PPPKI
terhadap poenale sanctie(sanksi hukuman yang diberikan bila para kuli melanggar
kontrak/melarikan diri) yang diadakan bulan september sebelumnya(tahun
1929).Menanggapi kritik itu,maka PSI mengancam akan keluar dari PPPKI.
Kemudian salah satu keputusan kongres PSI tahun 1930 adalah mengubah nama PSI
menjadi PSII(Partai Sarekat Islam Indonesia).Perubahan itu dilakukan untuk
menunjukkan bahwasanya PSII sangat berbakti terhadap pembentukan Negara
Kesatuan Indonesia.
D. KEMUNDURAN SAREKAT ISLAM
Perselisihan antara anggota pengurus besar partai yairu Cokroaminoto dan H.Agus
Salim dengan dr.Sukiman Wiryosanjoyo dan Suryopranoto mengakibatkan perpecahan dalam
tubuh PSII.Maka tahun 1933 Dr.Sukiman Wiryosanjoyo dan Suryopranoto dipecat dari
PSII.Pertengahan bulan Mei 1933 berdiri partai baru di Yogyakarta bernama Partai Islam
Indonesia(Parii).Partai ini bertujuan ke arah harmonis dari nusa bangsa atas dasar agama Islam
dan pada waktu itu Parii dipimpin oleh dr.Sukiman namun partai ini berumur pendek.Tahun
1935 Cokroaminoto meninggal dunia,dan muncul suara-suara bahwa Parii mau bergabung lagi
dengan PSII.Namun,untuk bergabung kembali masih ada halangan karena H.Agus Salim
menjadi ketua PSII menggantikan Cokroaminoto.
Perselisihan dalam partai terus bertambah.H.Agus Salim menghendaki agar PSII
bekerjasama dengan pemerintah yang sebelumnya PSII bersikap nonkooperasi yang
menyebabkan PSII dibatasi geraknya.Sehingga tanggal 7 Maret 1935 H.Agus Salim
mengusulkan agar PSII membuang sikap nonkooperasi. Hal tersebut mengakibatkan
perpecahan dalam pimpinan PSII.
Selanjutnya kongres ke 23 di Bandung yang diadakan tanggal 19-25 Juli
1937 antara lain memutuskan mencabut pemecatan atas anggota yang telah
dikeluarkan dari PSII.Mereka diberi kesempatan untuk kembali ke PSII.Maka,pada
17 September 1937 PSII bersatu kembali dengan partai asal.Mereka yang kembali
bergabung ke PSII yaitu dr.Sukiman,Wali Al-Fatah dan lainnya.
Selanjutnya,Kartosuwiryo yang membuat pengurus PSII Marah.Ia telah menulis
brosur yang terdiri dari dua jilid tentang hijrah tanpa membicarakannya lebih dulu
dengan Abikusno.Kartosuwiryo dan beberapa temannya temannya telah menyatakan
bantahannya dengan cara yang dipandang tidak baik atas tindakan PSII
menggabungkan diri dalam Gapi.Kartosuwiryo menolak menghentikan penerbitan
tulisan itu dan ia mendapat dukungan dari beberapa cabang PSII di Jawa
Tengah,sehingga Kartosuwiryo dan 8 cabang PSII di Jawa Tengah dipecat dari
partai tahun 1939.
Pada kongres PSII di Palembang tahun1940 diputuskan menyetujui
pemecatan atas S.M.Kartosuwiryo .Setelah dipecat,permulaan tahun 1940
Kartosuwiryo mendirikan Komite Pertahanan Kebenaran PSII yang mana tanggal 24
Maret 1940 mengadakan rapat umum di Malangbong,Garut.Dalam rapat
itu,diterangkan bahwa akan dijalankan “politik hijrah” juga disiarkan keputusan
untuk mengadakan suatu “suffah” yaitu suatu badan yang mendidik menjadi
pemimpin-pemimpin yang ahli.

Sehingga berdirilah PSII kedua,dalam hal ini bendera dan nama PSII dipakai
dengan menggunakan asas dan anggaran dasar yang sama.Dalam kelompok ini
sudah nampak cita-cita teokratis islam yang nantinya akan menjadi dasar perjuangan
Darul Islam Kartosuwiryo.
E. TOKOH TOKOH SAREKAT ISLAM
1. H.O.S. Cokroaminoto
Raden Hadji Oemar Said Tjokroaminoto
atau H.O.S Cokroaminoto lahir di Ponorogo,
Jawa Timur, 16 Agustus 1882 dan meninggal di
Yogyakarta, 17 Desember 1934 pada umur 52
tahun. Cokroaminoto adalah anak kedua dari 12
bersaudara dari ayah bernama R.M.
Cokroamiseno, salah seorang pejabat
pemerintahan pada saat itu merupakan keluarga
yang taat beragama.
2. Semaun
Semaun (lahir di Curahmalang,
kecamatan Sumobito, termasuk dalam
kawedanan Mojoagung, kabupaten
Jombang, Jawa Timur sekitar tahun 1899
dan wafat pada tahun 1971)[13]. Adalah
Ketua Umum Pertama Partai Komunis
Indonesia (PKI).
F. PRINSIP DASAR SAREKAT ISLAM
Prinsip dasar sarekat islam
Sejak Sarekat Islam didirikan pada 16 Oktober 1905 di Solo, dan kemudian
diresmikan melalui notaris pada tanggal 10 September 1912. Sarekat Islam telah
meletakkan dasar perjuangan atas tiga prinsip, yaitu:
a. Asas agama Islam sebagai dasar perjuangan organisasi
b. Asas kerakyatan sebagai dasar himpunan organisasi
c. Asas sosial ekonomi sebagai usaha meningkatkan kesejahteraan rakyat yang
umumnya berada dalam taraf kemiskinan dan kemelaratan.

Anda mungkin juga menyukai