Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ISLAMISASI PASCA KEMERDEKAAN


INDONESIA

JUARA

27153144-2

PROGRAM PASCA SARJANA (PPs)


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
DARUSSALAM BANDA ACEH
2017 M/1437 H

0
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam proses pejalanan, Islam selalu memberi perubahan bagi suatu


Negara. Perubahan-perubahan tersebut baik dalam bidang politik,
ekonomi,maupun peradaban.

Di Indonesia, Islam sebelum kemerdekaan dan sesudah kemerdekaan


tentunya sangat berbeda, yang mana sebelum kemerdekaan penyebaran islam itu
melalui jalur-jalur, yaitu seperti perdagangan, perkawinan, kesenian, dll. Lain
halnya dengan setelah kemerdekaan, banyak perubahan-perubahan dengan
perkembangan, penyebaran, dan peradaban yang seharusnya kita ketahui bersama.

Oleh karena itu penulis akan mencoba menyajikan tentang perkembangan,


penyebaran, peradaban Islam di Indonesia pasca kemerdekaan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Perkembangan Islam Pasca Kemerdekaan Indonesia?
2. Bagaimana Penyebaran Islam Pasca Kemerdekaan Indonesia?
3. Bagaimana Peradabaan Islam Pasca Kemerdekaan Indonesia?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perkembangan Islam Pasca Kemerdekaan


1. Politik

Sebelum kemerdekaan Partai Islam yang pertama dibangun oleh Umat


Islam adalah Sarekat Islam (SI) yaitu pada tanggal 11 Nopember 1912 di Solo.
Partai ini berasal dari sebuah organisasi Dagang yang bernama Sarekat Dagang
Islam (SDI). Namun ketika tahun 1927-1922 SI telah gagal mempertahankan
keberadaannya dalam pentas politik sehingga memudarnya kepercayaan
kelompok Islam terhadap SI. Seiring perjalanan SI mulai bermunculan organisasi
Islam seperti Muhammadiyah, Al-Irsyad dari sayap Modernis dan gejala semakin
terorganisasinya golongan Tradisionalis. Selain itu tantangan semakin besar
terhadap kepemimpinan SI muncul dari kaum pergerakan kebangsaan yang
berideologi nasionalis dan komunis. Ideologi komunisme mulai merembes
kedalam tubuh SI melaui Semaun dan Darsono.1

Selain itu Sebelum kemerdekaan Jepang juga memberi perhatian terhadap


gerakan dan perkembangan umat Islam melalui dorongan dan pemberian prioritas
bagi mereka dalam mendirikan organisasi mereka sendiri. Dalam konteks ini,yaitu
pada tanggal 10 September 1943 Jepang mensahkan berdirinya muhammadiyah
dan Nahdlatul Ulama (NU), dan pada tanggal 1 Pebruari 1944 disahkan Perikatan
Umat Islam di Majalengka dan Pesatuan Islam di Sukabumi. Dan Organisasi
Islam bersatu dalam sebuah konfrderasi MIAI (Mjelis Islam Alaa Indonesia) yang
terbentuk ditahun 1937 dibubarkan dan digantikan Masyumi pada tahun 1943,
yang menyatakan siap membantu jepang.2

1 Amir, Zainal Abidin, Peta Islam Politik : Pasca Soeharto,


(Jakarta:LP3ES,2003), hlm. 27

2 Amir, Zainal Abidin, Peta Islam Politik ..., 32

2
Di masa inilah NU dan Muhammadiyah menampakan kebesarannya
terbukti dengan hanya kedua organisasi itu diperbolehkan menjadi anggotan
Masyumi. Atas usulan Tokoh KH.Wachid Hasyim (Putra KH.Hasyim Asyari
seorang pendiri NU) jepang memberi latihan militer khusus bagi para santri dan
mengizinkan mereka membentuk barisan pertahanan rakyat sendiri yaitu
Hizbulloh dan Sabilillah.3

Namun menjelang kemerdekaan Indonesia, kekecewaan segera menimpa


kalangan islam karena jepang mendirikan Badan Penyelidik Usaha-usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan
Kemerdekaan. Didalam forum penting ini, kalangan Islam tidak terwakili dengan
baik dari segi kualitas maupun jumlah anggota yang semuanya diangkat oleh
jepang. didalam forum disebut pertama, kelompok politik islam diwakli oleh 15
orang dari 60 anggota selain ketua dan wakil ketua. Ketika jumlah anggotanya
ditingkatkan sebesar 28 orang, hanya dua orang dari jumlah itu yang tergolong
islam. Secara politik Jepang lebih dekat dengan kaum Nasionalis ketimbang
golongan Islam.4

Setelah pemerintah mengeluarkan maklumat Nopember 1945 kalangan


Islam menyambutnya dengan mengadakan kongres Umat Islam Indonesia selama
dua hari di Yogyakarta. Hadir dalam acara itu sekitar lima ratus utusan organisasi-
organisasi keagamaan islam, tokoh-tokoh aliran ulama dan tokoh-tokoh politik
islam. Pada tanggal 7 Nopember 1945, para peserta kongres menyepakati
pembentukan Partai Islam yang secara resmi dinamai Masyumi (Majlis Syura
Muslimin Indonesia). Partai inilah yang menjadi tekad untuk menjadikan Partai
tunggal Islam diwujudkan dengan cara membentuk dua jenis keanggotaan yang

3 Andee Fellard, NU vis-a-vis Negara: Pencarian Isi Bentuk, dan Makna,


(Yogyakarta:Lkis,1999), hlm. 29

4 Amir, Zainal Abidin, Peta Islam Politik ..., 33

3
diharapkan dapat menumpang semua elemen masyarakat. Dua jenis keanggotaan
Masyumi perseorangan (biasa) dan organisasi (Istimewa).5

Disamping itu Masyumi membentuk anak organisasi dan badan khusus.


Anak organisasi profesi yang menghimpun anggota-anggota dengan latar
belakang pekerjaan tertentu. Didalamnya ada Serikat Buruh Islam Indonesia
(SBII), Sarekat Tani Islam Indonesia (STII), dan Serikat Nelayan Islam Indonesia
(SNII). Selain itu Masyumi juga mempunyai organisasi-organisasi pendukung
yang secara eksternal yang bersifat independen. Kelompok ini mencakup Gerakan
Pemuda Islam Indonesia (GPII), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), dan Pemuda
Islam Indonesia (PII).6

Kebesaran Masyumi pada zamannya memang tidak diragukan lagi, banyak


tokoh-tokoh yang mengisi atau menempati posisi Menteri bahkan perdana
menteri. Tetapi dalam perjalanannya Masyumi gagal mempertahankan sebagai
Partai Tunggal Islam, karena pecahnya persatuan partai. Hal itu tampak Partai
Serikat Islam Indonesia (PSII) keluar dari Masyumi setelah brselisih paham
mengenai kabinet Amir Syarifudin yang ingin menyertakan Masyumi. Keinginan
ini ditolak oleh para pemimpin Masyumi, tetapi pihak PSII malah menentangnya
dan memilih untuk menerima tawaran itu 7. Hal yang sama terjadi lagi pada akhir
bulan April 1952 ketika Fraksi Tradisionalis NU menyatakan memisahkan diri,
karena penghinaan terbuka yang dilancarkan tokoh-tokoh pembaharu dalam
Masyumi terhadap Ulama sebagai kelompok yang tidak ada apa-apanya dan
reaksioner membuat para pemimpin NU sakit hati.8 Rasa sakit hati NU terhadap
kaum pembaharu mencapai puncaknya ketika beberapa modernis radikal

5 Amir, Zainal Abidin, Peta Islam Politik ..., 37

6 Yusril Ihza Mahendra, Modernisme dan Fundamentalisme dalam


Politik Islam:Perbandingan Partai Masyumi (indonesia) dan Partai
Jamaat-i-Islami (Pakistan),(Jakarta:Paramidana, 1999), hlm. 185-188

7 Deliar Noer, Gerakan Moderen Islam di Indonesia 1990-1945,


cetakan keempat (Jakarta:L3PES, 1988), hlm. 76

4
mengkritik kepengurusan Departemen Agama yang saat itu dipimpin oleh
KH.Wachid Hasyim yang mengakibatkan lepasnya jabatan menteri agama dari
tangan NU, berpindah kepada Fakih Usman seorang tokoh Muhammadiyah pada
tahun 1952. Akhirnya NU lepas dari Masyumi pada saat itu juga menandai
putusnya hubungan kaum tradisionalis dengan kaum modernis. Dan kemudian NU
menyatakan diri sebagai Partai Politik melalui Muktamar ke-19 di Palembang
pada bulan april. Adalah KH.Abdul Wahab Hasbullah, seorang kyai cerdas dan
kharismatis yang memberanikan kaum Nahdliyyin mengambil keputusan itu.9

Pada hasil pemilu 1955 ternyata tidak membawa perubahan yang lebih baik
bagi perjalanan politik nasional. Konflik antara golongan abangan dan santri kian
menajam, sebagaimana tercermin dari perdebatan sengit di Dewan Konsituante
mengenai keberadaan piagam Jakarta dan Dasar Negara. Konflik ditingkat elit itu
berakibat pula pada sulitnya membentuk pemerintahan yang setabil. Persoalan
bertambah pelik ketika beberapa daerah melancarkan pemberontakan dengan
dalih hubungan yang tak adil antara pusat dan daerah berkenaan dengan distribusi
perekonomian Nasional. Kondisi semacam ini merangsang militer untuk
mendesak Soekarno agar segera mengumumkan UUD darurat perang demi
lembaga keutuhan Negara Republik Indonesia.10

Kemudian pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden Soekarno mengeluarkan


Dekrit untuk membubarkan Dewan Konstituante. Sejak saat itu parlementer
diganti dengan Demokrasi Terpimpin dan anggotanya semua diangkat oleh
Presiden. Kebijakan itu membuat Tokoh-tokoh politik Islam mengkritik sistem
pemerintahan itu, salah satunya yaitu Masyumi. Sementara NU, PSIIdan Perti

8 Ali Haidar, Nahdlatul Ulama dan Islam Indonesia:Pendekatan Fikih


dalam poltik (Jakarta: Gramedia, 1998), hlm. 105

9 Amir, Zainal Abidin, Peta Islam Politik : Pasca Soeharto ..., 41

10 Amir, Zainal Abidin, Peta Islam Politik : Pasca Soeharto ..., 43

5
mengambil langkah akomodatif terhadap kibajakan Soekarno dengan manyatakan
dukungannya dan memberikan legitimasi keagamaan atas kiprah politiknya.

Ketegangan plitik antara Soekarno dan Masyumi berpuncak ketika


dikeluarkannya keputusan Presiden No.200/1960 yang diumumkan pada 17
Agustus 1960. Keppres ini melarang keberadaan Masyumi dan PSI dipentas plitik
Indonesia, karena dituduh terlibat dalam pemberontakan separatis PRRI
(Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia) pada tahun 1958.11

Runtuhnya Negara Demokrasi Terpimpin menakibatkan berakhir pula masa


pemerintahan Soekarno, sehingga sejak tahun 1968 berhasil membangun Resim
baru yang bernama Orde Baru (ORBA), yang dipimpin oleh oleh Presiden
Soeharto. Dalam masa ini partai-partai Islam (NU, Parmusi, PSII, dan Perti)
digabungkan menjadi satu dan diberi nama Partai Persatuan Pembangunan (PPP)
yaitu pada tanggal 5 Januari 1973,karena MPR hasil pemilu 1971 memutuskan
bahwa pemilu Orba selanjutnya akan diikuti hanya tiga partai sehinggga mau
tidak mau harus mematuhi. Kemudian pada tahun 1984 NU menyatakan
mengundurkan diri dari PPP, sekaligus memberi keleluasan kepada warganya
untuk mengikuti partai yang mana, sehingga warga NU berpisah-pisah, ada yang
bermukim di PPP, PDI bahkan di Golkar.

Pengunduran Presiden Soeharto pada tanggal 21 Mei 1998 membesarkan


semangat rakyat Indonesia untuk membangun Demokrasi. Pasca Soeharto, rakyat
secara luar biasa berupaya menumpahkan keinginannya untuk terlibat aktif dalam
proses politik12. Partai-partai baru yang muncul pada masa Reformasi ini ialah
lahirnya partai-partai menamakan diri sebagai partai Islam, pada masa Reformasi
tercatat kurang lebih 13 partai politik Islam yang telah berdiri. Namun dari ke 13
partai ini yang mendaftar dan lolos seleksi untuk ikut pemilihan Umum 1999
hanya 8 partai. Partai-partai tersebut ialah Partai Persatuan Pembangunan (PPP),
11 Ahmad Syafii Maarif,Islam dan Masalah kenegaraan : Studi
tentang Peraturan dan Konstituante (Jakarta: L3PES, 1996), hlm. 75

12 Amir, Zainal Abidin, Peta Islam Politik : Pasca Soeharto ..., 187

6
Partai Serikat Islam Indonesia (PSII), Partai Umat Islam (PUI), Partai Bulan
Bintang (PBB), Partai Politik Islam Masyumi, Partai Keadilan (PK), Partai
Persatuan (PP).13

2. Ekonomi

Munculnya monopoli baru oleh orang Tionghoa sebagai hasil dari


kapitalisme, menimbulkan reaksi dikalangan pengusaha pribumi. Mereka
mengimbangi dominasi Cina dalam perdagangan. Sistem kapitalisme Belanda
pada saat itu juga seakin kokoh dengan dibentuknya perbankan yang dijalankan
dengan sistem bunga (interest).

Kondisi tersebut memunculkan kesadaran akan pentingnya pendirian


lembaga perbankan yang memihak pada pribumi. Pada tahun 1936, saat muktamar
muhammadiyah muncul pemikran mendirikan bank yang diperuntukan bagi
pribumi dan tidak bertentangan. Bunga Bank menurut Muhammadiyah adalah
Mutasyabihat. Pendapat ini berbeda dengan pendapat NU yang berpendapat
bahwa Bunga Bank adalah halal, jika memberi manfaat pada si peminjam.
Sehingga pada tahun 1950 NU mendirikan dua Bank di Jakarta, tahun 1960 di
Semarang, tahun 1990-an NU mendirikan Perkreditan Rakyat.

Pada tahun 1973 di Saudi Arabia berdiri Islamic Develpement Bank (IDB).
Indonesia termasuk salah satu negara yang ikut mendatangani kesepakatan
pendiriannya. Upaya merealisasikan Bank Islam ternyata juga mendapat
tanggapan dai Majlis Ulama Indonesia (MUI), sehingga pada akhirnya dapat
mendirikan Bank Muamalah Indonesia (BMI). Berdirinya BMI mendapat respon
yang baik dari Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (IMCI) sehingga menjalin
kerjasama dengan mendirikan PT. Manajemen Musyarakah Indonesia (MMI), dari

13 Mundzirin Yusuf,dkk, Sejarah Peradaban Islam di Indonesia


(Yogyakarta: cetakan I Pustaka, 2006), hlm, 278

7
kerjasama ini berhasil mendirikan Bank Perkreditan Syariah. 14 Kemudian berdiri
pula Bank Syariah Mandiri.

Usaha ekonomi umat Islam tidak hanya berfokus pada bidang Perbankan.
Lembaga keuangan islam yang lain adalah Asuransi (Takaful) dan Pegadaian
Syariah.

B. Penyebaran Islam Pasca Kemerdekaan

Penyebaran agama pasca kemerdekaan diwarnai dengan lahirnya tokoh-


tokoh agama dari berbagai corak pemikiran. Disamping itu juga ada gerakan-
gerakan dakwah seperti Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, Persis, Dewan
Dakwah Islam. Kesemuanya itu memunculkan dinamika penyebaran agama
berdasarkan dengan pola pemikiran dan pandangan dari masing-masing organisasi
atau kelompok pemikir lainnya. Organisasi-organisasi yang muncul pada masa
sebelum kemerdekaan masih tetap berkembang di masa kemerdekaan, seperti
Muhammadiyah, Nadhatul Ulama, Masyumi dan lain lain.

Pada masa orde baru, pola penyebaran penyiaran Islam dilakukan melalui
mimbar di samping kegiatan organisasi keagamaan. Pada masa reformasi,
dinamika penyebaran Islam tidak lagi sama dengan orde lama dan orde baru.
Penyebaran ajaran Islam memulai babak baru dengan lepasnya ikatan yang
menakutkan yang disebut era kebebasan. Dalam konteks ini muncul kembali
atribut-atribut gerakan Islam seperti : Forum Pembela Islam (FPI), Majelis
Mujahidin Indonesia (MMI), Laskar Jihad, Forum Komunikasi Ahli Sunnah
Waljamaah (FKSW), dan Hizbut Tahrir.15

C. Peradaban Islam Pasca Kemerdekaan


1. Departemen Agama

14 Mundzirin Yusuf,dkk, Sejarah Peradaban Islam di Indonesia ..., 177

15 http://www.referensimakalah.com/2012/02/penyebaran-islam-di-
indonesia-pasca_3888.html

8
Sebagaimana telah disebutkan, sejak awal kebangkitan nasional, posisi
agama sudah mulai dibicarakan kaitannya dengan politik atau Negara. Ada dua
pendapat yang didukung oleh dua golongan yang bertentangan tentang hal itu.
Satu golongan berpendapat, Negara Indonesia merdeka hendaknya merupakan
sebuah Negara sekuler, negara yang dengan jelas memisahkan persoalan agama
dan politik, sebagaimana diterapkan di Negara Turki oleh Mustafa Kamal.
Golongan lainnya berpendapat, Negara Indonesia merdeka adalah Negara
Islam. Kedua pendapat itu terlihat misalnya, sebelum kemerdekaan, dalam
polemic antara Soekarno dengan Agus Salim, kemudian dengan M. Natsir di akhir
tahun 1930-an dan awal 1940-an; diskusi dan perdebatan di dalam siding-sidang
BPUPKI yang menghasilkan Piagam Jakarta. Setelah kemerdekaan, persoalan itu
juga terangkat kembali di dalam siding-sidang konstituante hasil pemilihan umum
1955 M yang berakhir dengan keluarnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, yaitu
kembali kepada UUD 1945.16

Meskipun persoalan itu belum selesai dipecahkan, tampaknya para


pemimpin bangsa Indonesia sudah bergerak jauh ke depan, memikirkan
alternative jalan tengah dari dua pendapat tersebut. Mereka menganjurkan suatu
Negara yang mempunyai dasar keagamaan secara umum dan pemerintahan
mengakui nilai keagamaan yang positif, karena itu akan memajukan kegiatan
keagamaan. Dalam kerangka itulah, Departemen Agama didirikan.

Awalnya kementrian ini terdiri dari tiga seksi ,kemudian menjadi empat
seksi masing-masing untuk kaum Muslimin, Potestan, Katolik Roma, dan Hindu-
Budha. Kini strukturnya pun berkembang, terdiri dari lima Direktorat Jenderal
(Ditjen Bimbingan Masyarakat Islam dan Bimbingan Haji, Ditjen Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam, Bimbingan masyarakat Katolik, Ditjen Bimbingan
Protestan dan Ditjen Bimbingan Hindu-Budha) juga dibantu oleh Inspektorat
Jenderal, Sekertariat Jenderal, Badan Penelitian dan Pembangunan (Balitbang)
Agama serta Pusat pendidikan dan Latihan (Pusdiklat ) Pegawai.

16 Yatim Badri, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Raja Grafindo


Persada, 2008), hlm. 306

9
Tujuan dan fungsi Departemen Agama yang dirumuskan pada tahun 1967
adalah sebagai berikut17 :

a. Mengurus serta mengatur pendidikan agama di sekolah-sekolah,


serta membimbing perguruan-perguruan agama
b. Mengikuti dan memperhatikan hal yang bersangkutan dengan
agama dan keagamaan
c. Member penerangan dan penyuluhan agama
d. Mengurus dan mengatur peradilan agama serta mengelesaikan
masalah yang berhubungan dengan hokum agama
e. Mengurus dan memperkembangan IAIN, perguruan tinggi agama
swasta dan pesantren luhur, serta mengurus dan mengawasi
pendidikan agama pada perguruan-perguruan tinggi
f. Mengatur, mengurus, dan mengawasi penyelenggaraan ibadah
haji.
2. Pendidikan

Pada periode pasca kemerdekaan, pendidikan Islam pada dasarnya masih


bertumpu pada sistem pendidikan sebelumnya, yaitu pesantren dan madrasah.
Wewenang untuk melakukan pembinaan terhadap Pesanteren dan Madrasah oleh
pemerintah kemudian diserahkan kepada Departemen Agama.

Dalam kabinet Wilopo, tugas Departemen Agama ditambah, yaitu


melaksanakan Pendidikan Keguruan untuk tenaga pengjar pengetahuan Agama di
sekolah umum dan tenaga pengajar pengetahuan umum di sekolah Agama. dari
tugas tersebut kemudian mendirikan beberapa sekolah khusus, yaitu :

a. Pendidikan Guru Agama (PGA) 6 tahun untuk menjadi guru


Agama di Sekolah Rakyat.
b. Sekolah Guru dan Hakim Agama (SGHA) untuk menjadi Guru
Agama disekolah Menengah Pertama ditempuh 2 tahun dan
mempunyai empat bagian Jurusan : bagian A (Sastra), B (Ilmu
Pasti), C (Ilmu Agama), dan Bagian D (Hukum Agama).

17 Deliar Noer, Administrasi Islam di Indonesia, (Jakarta: Rajawali,


1983), hlm. 36-37

10
c. Perguruan Tinggi Agama Negri (PTAIN) untuk menjadi tenaga
pengajar Sekolah Menengah Atas.
d. Pendidikan Guru Agama (PGA) untuk menjadi Guru Umum pada
sekolah-sekolah agama tngkat rendah (SR)18.

Selain itu Departemen Agama juga mengelola beberapa lembaga


Pendidikan lainnya, seperti :

a. Pendidikan Hakim Islam Negeri (PHIN) sebagai perubahan dari


SGHA bagian D (Hukum Agama) lama Pendidikan 3 tahun
b. Sekolah Persiapan IAIN (SP.IAIN) sekolah ini di maksudkan
untuk calon-calon Mahasiswa IAIN dengan lama belajar 3 tahun
selama tampat dari Madrasah Tsanawiyah dan setelah tamat PGA
4 Tahun.19

Untuk meningkatkan madrasah Kementrian Agama mengeluarkan


Peraturan Menteri Agama No. 7 Tahun 1952 tentang mengatur jenjang Pendidikan
Madrasah. Menurut peraturan ini, jenjang pendidikan pada Madrasah terdiri dari :

a. Madrasah Rendah (sekarang Madrasah Ibatidaiyah)


b. Madrasah Lanjutan Tingkat Pertama (Sekarang Madrasah
Tsanawiyah)
c. Madrasah Lanjutan Atas (Sekarang disebut Madrasah Aliah)

Selanjutnya di dorong oleh keinginan untuk memodernkan dunia pesantren


dan Madrasah, sekitar tahun 1958 departemen mengadakan pembaharuan hal itu
di wujudkan dengan mendirikan Madrasah Wajib Belajar, dengan masa setudi 8
tahun. Sedangkan materi pelajaran yang diberikan Madrasah ini terdiri dari
pelajaran Agama, Pengetahuan Umum, dan Perkembangan Tangan/Kecekatan
atau ketrampilan. Dengan perbandingan 25% untuk pelajaran Agama,75% untuk
Pengetahuan Umum dan Ketrampilan.

18 Mundzirin Yusuf, dkk, Sejarah Peradaban Islam di Indonesia


(Yogyakarta: cetakan I Pustaka, 2006), hlm. 156

19 Mundzirin Yusuf, dkk, Sejarah Peradaban Islam di Indonesia ..., 157

11
Mengenai Madrasah Aliah adalah Sekolah Umum yang bercirikan Khas
Agama Islam. Untuk perbaikan dan penyempurnaan pelaksanaan Pendidikan pada
Madrasah Aliah pilihan Ilmu-ilmu Agama maka di bentuk dengan Madrasah Aliah
Program Khusu (MAPK) yang bertujuan untuk menghasilkan siswa-siswa yang
mempunyai bekal pengetahuan dasar dalam ilmu-ilmu Agama dan Bahasa Arab
yang diperlukan untuk melanjutkan jenjang Pendidikan Islam yang lebih tinggi
atau dapat bekerja di masyarakat dalam bidang pelayanaan keagamaan.20

Beberapa Tahun Kemudian muncil pemikiran dikalangan para tokoh


Muslim untuk meningkatkan efektifitas dan fungsi STI (Sekolah Tinggi Islam)
yang sejak 10 April 1946 berpindah di Yogyakarta. Dari pemikiran tersebut
kemudian melahirkan kesepakatan untuk merubah STI menjadi Universitas. Yang
pada akhirnya tanggal 22 Maret 1948,STI dirubah menjadi Universitas Islam
Indonesia, tetapi untuk Fakultas Agama di pisah menjadi Perguruan Tinggi Agama
Negeri (PTAIN). Pada tanggal 24 Agustus 1960 PTAIN di gabung dengan
Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA), sehingga menjadi Institut Agama Islam
Negeri. Sementara tahun 2000-an ada dua IAIN yaitu IAIN Syarif Hidayatullah
dan IAIN Sunan Kalijaga serta satu STAIN yaitu STAIN malang dikembangan
menjadi Universitas Islam Negeri.21

3. Majelis Ulama Indonesia

Pertama kali Majelis Ulama didirikan pada masa pemerintahan Soekarno


yang pertama-tama berdiri di daerah-daerah karena diperlukan untuk menjamin
keamanan. Di samping untuk tujuan pembinaan mental, rohani dan agama
masyarakat. Di Jawa Barat berdiri pada tanggal 12 Juli 1958 diketuai oleh seorang
panglima Militer yang pada saat itu untuk meredakan pemberontakan DI-TII
tahun 1961, tetapi setelah pemberontakan itu mereda, Majelis Ulama ini bergerak

20 Mundzirin Yusuf, dkk, Sejarah Peradaban Islam di Indonesia ..., 160

21 Mundzirin Yusuf,dkk, Sejarah Peradaban Islam di Indonesia ..., 163

12
dalam kegiatan-kegiatan di luar persoalan keamanan, seperti dakwah dan
pendidikan.

Dalam pedoman Dasar Majelis Ulama Indonesia yang disahkan dalam


kongres. Majelis Ulama ini berfungsi antara lain22 :

a. Memberi fatwa dan nasehat mengenai masalah keagamaan dan


kemasyarakatn kepada pemerintahan dan umat Islam umumnya
sebagau amar maruf nahi mungkar, dalam usaha meningkatkan
ketahanan nasional.
b. Mempererat ukhuwah islamiyah dan memelihara serta
meningkatkan suasana kerukunan antarumat beragama dalam
mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa.
c. Mewakili umat Islam dalam konsultasai antarumat beragama.
d. Penghubung antara ulama dan umara (pemerintahan) serta
menjadi penerjemah timbal balik antara pemerintahan dan umat
guna menyukseskan pembangunan nasional.
4. Hukum Islam

Salah saatu lembaga Islam yang sangat penting yang juga ditangani oleh
Departemen Agama adalah hukum atau syariat. Pengadilan Islam di Indonesia
membatasi dirinya pada soal-soal hukum muamalat bersifat peribadi. Hukum
muamalat pun terbatas pada masalah nikah, cerai, rujuk, hukum, dan waris.23

5. Haji

Setelah kemerdekaan, pada tahun 1970-an, banyak para pejabat tinggi


pemerintah, termasuk menteri, yang tidak ketinggalan berangkat ke tanah suci.
Bahkan dari kalangan merekalah amir al-hajj (pemimpin jamaah haji) Indonesia

22 http://zenmasyafta.vlogspot.com/2012/11/peradaban-islam-di-
indonesia-pra-dan.html

23 http://zenmasyafta.vlogspot.com/2012/11/peradaban-islam-di-
indonesia-pra-dan.html

13
ditunjuk. Pada tahun 1950 sebuah yayasan, yaitu perjalanan haji Indonesia,
didirikan di jakarta.

Pemerintah juga memberikan kekuasaan kepada yayasan untuk


menyelenggarakan perjalanan haji. Sebuah bank, bank haji Indonesia dan sebuah
perusahaan kapal, pelayaran muslim Indonesia (musi) didirikan.24

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Politik

Islam di Indonesia telah muncul sebagai kekuatan politik sejak masa


penjajahan serta terus bertahan. SI merupakan penjelmaan pertma dari
perorganisasian umat Islam dalam sebuah partai politik. Tetapi kemudian muncul
kelompok nasionalis-skuler yang dengan baik di wakili oleh PNI. Dengan
demikian sebelum kemerdekaan Negeri ini berhasil di tegakan telah muncul dua
kutub politik yang bersebrangan , yaitu kelompok abangan dan Islam santri yang
masing-masing keendrungan pilitik yang berbeda, terutama yang bagaimana
meletakan Agama dan Negara.

24 http://zenmasyafta.vlogspot.com/2012/11/peradaban-islam-di-
indonesia-pra-dan.html

14
Kaum abangan memandang Agama dan Politik harus diletakan secara
terpisah, sedangkan menurut Islam Santri meyakini bahwa Islam dan Politik
merupakan satu kesatuan yang tak boleh di pisahkan.

Perdebatan kedua kubu ini telah banyak menyita banyak energi dan yang
penting menjadi hubungan yang tidak harmonos dan terus berlangsung sampai
masanya kepemimpinan Soekarno, sehingga harus membubarkan sebagian partai-
partai.

Setelah Rezim Soekarno abruk, tiga partai yakni NU,PSI, Perti trus
bertahan sampai masa Orde Baru berdiri, namun umur mereka tidak panjang,
karena watak Negara Orba antidemokrasi. Sehingga partai Islam digabungkan
menjadi satu yang bertambahan dengan Parmusi yaitu menjadi PPP. Tetapi setelah
Reformasi banyak pertai-partai yang menamakan dirinya Islam telah benyak yang
bermunculan.

2. Ekonomi

Sistem kapitalisme Belanda pada saat itu juga seakin kokoh dengan
dibentuknya perbankan yang dijalankan dengan sistem bunga (interest). Telah
memunculkan banyak lembaga-lembaga perbankan walaupun banyak yang
mempersoalkan tentang Bunga bank itu sendri, bahkan antara NU dan
Muhammadiyah berbeda pendapat tentang bunga Bank. Dan pada Akhirnya NU
mendirikan lembaga-lembaga perbankan.

Setelah Indonesia ikut menandatangani Islamic Develpement Bank (IDB)


di Saudi Arabia, mendapat tanggapan dari MUI sehingga MUI juga mendirikan
lembaga perbankan yang di namai Bank Muamalah Indonesia (BMI).

3. Penyebaran

15
Penyebaran Islam masa Orde Lama dan Orde Baru sangat berbeda, pasca
kemerdekaan diwarnai dengan lahirnya tokoh-tokoh agama dari berbagai corak
pemikiran. Dan juga dengan gerakan-gerakan dakwah.

Pasca Soekarno (Orba) dakwah yaitu melalui mimbar-mimbar. Pasca


Soeharto Penyebaran ajaran Islam memulai babak baru dengan lepasnya ikatan
yang menakutkan yang disebut era kebebasan. Dalam konteks ini muncul kembali
atribut-atribut gerakan Islam.

4. Peradaban

Perbedaan antara kelompok abangan dan Islam santri. Dari Islam Santri
Mereka menganjurkan suatu Negara yang mempunyai dasar keagamaan secara
umum dan pemerintahan mengakui nilai keagamaan yang positif, karena itu akan
memajukan kegiatan keagamaan. kemudian Didirikanlah Departemen Agama.

Wewenang untuk melakukan pembinaan terhadap Pesanteren dan


Madrasah oleh pemerintah kemudian diserahkan kepada Departemen Agama.
Sehingga Departemen Agama memajukan Madrasah-madrasah dan Pesantren
yang ada di indonesia, yang mana setelah kemerdekaan mengalami kemajuan
dalan bidang pendidikan, yang mana dulu zaman Belanda sangat sulit untuk
mendapatkan pendidikan. Pendidikan yang pada saat itu di peruntukan bagi anak-
anak Priyayi. Tetapi setelah kemerdekaan diperuntukan bagi semua. Tetapi pada
dasarnya Madrasah masih bertumpu pada pesantren dalam sistem pengajarannya.

Selain itu, setelah kemerdekaan banyak orang yang berpergian untuk


berhaji. Lain dengan pada saat zaman penjajahan belanda, umat Islam Indonesia
ingin mempunyai kapal laut untuk dipergunakan dalam penyelenggaraan
perjalanan haji. Iuran dikumpulkan, saham diedarkan, tetapi selama zaman jajahan
keinginan ini tidak terwujud. Setelah Indonesia merdeka, usaha ini dilanjutkan.
Pada tahun 1950 sebuah yayasan, yaitu perjalanan haji Indonesia, didirikan di
jakarta.

16
Hukum Islam adalah lembaga keadilanagama di masa Indonesia merdeka
adalah kelanjutan dari masa colonial belanda. Pada masa pendudukan adalah
kelanjutan dari masa colonial Belanda. Pada masa pendudukan Jepang, pengadilan
agama tidak mengalami perubahan. Setelah Indonesia merdeka jumlah pengadilan
agama bertambah. Pengadilan Islam di Indonesia membatasi dirinya pada soal-
soal hukum muamalat bersifat peribadi. Hukum muamalat pun terbatas pada
masalah nikah, cerai, rujuk, hukum, dan waris.

Pertama kali Majelis Ulama Indonesia berdiri pada masa Soekarno.


Majelis ini pertama-tama berdiri di daerah-daerah, karena diperlukan untuk
menjamin keamanan. Pada masa Soeharto, Ia mengharapkan berdirinya Majelis
Ulama Indonesia. Dalam tahun 1975 usaha-usaha dimulai untuk mendirikan
majelis ulama yang baru. Majelis-majelis ulama di tiap ibukota profinsi dibentuk.

DAFTAR PUSTAKA

Syafii Maarif Ahmad, Islam dan Masalah kenegaraan : Studi tentang Peraturan
zzdan Konstituante (Jakarta: L3PES, 1996)
Haidar Ali, Nahdlatul Ulama dan Islam Indonesia:Pendekatan Fikih dalam poltik
(Jakarta: Gramedia,1998)
Abidin Amir Zainal, Peta Islam Politik : Pasca Soeharto,(Jakarta:LP3ES,2003)
Fellard Andee, NU vis-a-vis Negara: Pencarian Isi Bentuk, dan Makna,
(Yogyakarta:Lkis,1999)
Noer Deliar, Administrasi Islam di Indonesia, (Jakarta: Rajawali, 1983)
_________, Gerakan Moderen Islam di Indonesia 1990-1945, cetakan keempat
(Jakarta:L3PES, 1988)
Yusuf Mundzirin, dkk, Sejarah Peradaban Islam di Indonesia (Yogyakarta:
cetakan I Pustaka,2006)

17
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008)
Mahendra, Yusril Ihza. Modernisme dan Fundamentalisme dalam Politik
Islam:Perbandingan Partai Masyumi (indonesia) dan Partai Jamaat-
i-Islami (Pakistan),(Jakarta:Paramidana, 1999)
http://www.referensimakalah.com/2012/02/penyebaran-islam-di-indonesia-
pasca_3888.html
http://zenmasyafta.blogspot.com/2012/11/peradaban-islam-di-indonesia-pra-
dan.html

18

Anda mungkin juga menyukai