Anda di halaman 1dari 4

Mengidolakan Rasulullah dalam Segala Lini

Oleh: M.Anzaikhan, S.Fil.I., M.Ag

Berbicara maulid nabi, maka tidak hanya bercerita tentang sejarah atau sebatas rutinitas
perayaan yang bersifat temporar. Lebih dari itu, bagaimana menjadikan Rasulullah Saw menjadi
idola dalam segala lini khususnya bagi anak muda yang larut pada lifestyle kaum milenial.
Kenyataan hari ini, tidak sedikit kaum milenial mengidolakan sosok yang terkadang tidak pantas
menjadi panutan hidup. Berlomba memamerkan barang mewah misalnya, adalah salah satu sikap
tak terpuji namun kerap dilakukan oleh artis ibukota yang diidolakan oleh khalayak ramai.

Melalui momentum maulid nabi, mungkin bisa menjadi peringatan bagi kita bersama
betapa pentingnya mengidolakan Rasulullah. Faktanya, jika sudah mengagumi seseorang, sedikit
banyak penggemar akan mengikuti sikap dan perbuatan idolanya. Cristiano Ronaldo misalnya,
berapa banyak fans yang mengikuti gaya rambutnya, gaya berpakaiannya, atau sikap lainnya
yang terkadang tidak ada kaitannya dengan sepak bola di lapangan.

Pertanyaannya, mengapa anak kita (pada umumnya) lebih mengidolakan Ronaldo dari
pada Rasulullah? Jawabannya sederhana, karena anak kita lebih mengenal Ronaldo
dibandingkan Nabi Muhammad Saw selaku suri tauladan umat manusia. Meskipun begitu,
seorang anak juga tidak bisa disalahkan, setiap satu minggu sekali, penggemar Ronaldo bisa
melihat pemain idolanya beratraksi di lapangan hijau. Bahkan, setiap hari mereka
memperhatikan rutinitas pemain asal Portugal tersebut melalui akun instagramnya. Pertanyaan
selanjutnya, sebagai orangtua, sudah sejauh mana kita memperkenalkan Rasulullah Saw ke pada
anak kita? Jangan-jangan, pengenalan tersebut hanya dilakukan 2 kali dalam setahun yakni pada
hari Maulid dan Isra Miraj saja.

Padahal, peneliti Barat pernah menulis; “Tidak mungkin, jika seseorang sudah
mempelajari tentang Muhammad, mereka hanya ‘kagum’. Lebih dari itu mereka pasti akan
mengidolakannya lebih dari sosok manapun yang dikenalnya.” Pada buku 100 orang paling
berpengaruh di dunia karangan Michael Hart, ia meletakkan Nabi Muhammad Saw sebagai
posisi pertama. Padahal, Michael Hart bukanlah orang Islam, namun sisi objektifnya dalam
meneliti membuatnya menyadari dan menghormati betapa luar biasanya figur Rasulullah
sehingga dampaknya masih sangat terasa jelas hingga saat ini.

Bayangkan, manusia mana yang bisa mengubah wajah dunia dari tidak berperadaban
menjadi penuh ahklak dan bermoral. Bayangkan, hanya dalam waktu 23 Tahun, mampu
menjatuhkan 2 dominasi kerajaan besar seperti Persia dan Romawi. Berdasarkan kenyataan itu,
jika indikatornya adalah capaian prestasi, maka tidak ada yang paling layak memperoleh
peringkat 1 kecuali Muhammad. Bahkan Michael Hart berasumsi, 'entah bagaimana prilaku
manusia saat ini, bila Muhammad tidak diutus ke muka bumi.'

'Konsep kepemilikan bersama' misalnya. Pernah heboh dicetuskan seorang pemikir Barat
untuk menegakkan sistem keadilan dunia. Melalui konsep ini, berhubung harta dan wanita kerap
menjadi perselisihan, maka mereka menjadikan harta dan istri sebagai aset publik (milik umum).
Jadi, harta adalah milik bersama, dan istri juga boleh dimiliki siapa saja. Harapannya, kebijakan
ini dapat menjadi solusi dari kesenjangan sosial yang buruk. Pada umumnya semua kalangan
menganggap itu adalah solusi, namun masalah besar baru disadari ketika ada rakyat yang ingin
memiliki permaisuri raja. Ketika muhammad datang dengan konsep Islam, semuanya berubah.
Harta dan istri tidak mungkin menjadi milik umum. Semuanya diatur secara jelas melalui risalah
kenabian. Mengingat begitu adilnya konsep Islam, membuatnya menjadi agama paling diminati
hingga saat ini.

Tidak hanya itu, pada ranah yang lebih implementatif, manusia memiliki kecenderungan
dalam bersikap. Ada yang ahli ibadah, namun kurang bersosial. Ada yang suka bekerja tapi
enggan beribadah, ada yang gemar bermasyarakat namun anti dalam dunia politik. Namun, Nabi
Muhammad Saw tidak demikian, ia adalah sosok yang paripurna dan teladan dalam segala aspek.
Apabila seorang warga gemar beribadah, maka contohlah cara beribadah Rasul. Rasul adalah
ahli ibadah hingga kakinya bengkak. Rasul selalu bangun tengah malam untuk bermunajat
kepada Allah.

Bagi yang suka bekerja, maka juga bisa mencontoh cara berdagangnya Rasul. Ia adalah
pengusaha sukses yang jujur. Ia bekerja dengan intensitas dan pemforma yang tinggi sehingga
dagangannya paling laku dan laris di pasaran. Ia bekerja dengan ahklak, sehingga pembeli
simpati dan tertarik dengan perangainya saat bekerja. Pada ranah pemerintahan, nabi ahli strategi
dan politikus yang cerdas. Politik nabi bersih dan menjunjung tinggi nilai kebenaran. Nabi
menjadi pemimpin negara bukan karena diktator, bukan money politik, apalagi melakukan
kampanye hitam. Nabi murni diterima karena kapasitasnya dan dicintai oleh rakyat.

Pada satu sisi nabi adalah suami terbaik, ayah terbaik, sahabat terbaik, namun juga
sebagai panglima perang, pemimpin negara, pemimpin Islam dan masih banyak lagi kelebihan
yang melekat pada dirinya. Nabi mampu membina rumah tangga yang harmonis meskipun
diwaktu yang sama ia bertugas sebagai kepala negara yang super sibuk. Nabi sebagai pemimpin
juga mandiri, ia menjahit sendiri bajunya yang robek, ia memperbaiki tropahnya yang putus,
bahkan ia memasak sarapannya sendiri saat lebih awal terjaga dari sang istri.

Maka, sudah sepantasnya umat muslim menjadikan Nabi Muhammad sebagai idola
dalam segala lini, karena hanya nabi lah tauladan sejati yang membawa pengikutnya selamat
dari hedonis dunia. Jika seorang penulis Barat yang non-muslim saja mengakui keagungan
Rasulullah, lantas mengapa kita (sebagai muslim) harus menomorduakannya? Melalui momen
maulid nabi ini, mari kita refress kembali hati dan mindset kita untuk menjadikan Nabi
Muhammad sebagai model bersikap dan bertindak. Sebab, apa yang dicontohkan nabi adalah
bagian dari risalah Islam itu sendiri. Sebagaimana Aisya RA pernah berkata; “Akhlak Rasulullah
adalah Al-Quran” (HR Ahmad).

Merayakan Maulid

Meskipun nabi tidak pernah mengistilahkan apalagi mendeklarasikan adanya maulid


sebagai hari besar Islam, namun dalam implementasinya nabi termasuk yang merayakan hari
kelahirannya dengan bersyukur kepada Allah Swt. Saat ditanya oleh sahabat; "Wahai Rasul,
mengapa engkau berpuasa pada hari senin?" Rasul menjawab; "Karena pada hari senin aku
dilahirkan." Dialog ini kemudian menjadi salah satu dalil bahwa umat Islam boleh merayakan
maulid nabi sebagai rasa syukur atas kehadiran dan syafaat Rasulullah pada umatnya.

Adapun yang menganggap bid'ah melakukan maulid, maka bid'ah yang dimaksud adalah
bid'ah hasanah, yakni bid'ah yang baik dan boleh untuk dilakukan karena manfaatnya lebih
kentara dibanding mudaratnya. Jika berbicara bid'ah (sesuatu perbuatan yang tidak pernah
dilakukan nabi), maka keputusan Umar yang mewacanakan agar Al-Qur'an dituliskan juga
perkara bid'ah. Namun penulisan Al-Qur'an dan penyusunannya yang seragam justru menjadi
hikmah luar biasa. Akibat keputusan Umar yang diklaim bid’ah sebelumnya, kini Al-Qur'an
masih utuh ke tangan umat muslim meskipun diturunkan ribuan tahun silam.

M. Anzaikhan, S.Fil.I., M.Ag, Dosen Fakultas Syariah IAIN Langsa dan Founder Pematik
Aceh. Email: m.anzaikhan@iainlangsa.ac.id

Anda mungkin juga menyukai