Anda di halaman 1dari 5

Cinta Mencintai Kanjeng Nabi

Muhammadkan hamba Ya Rabbi Muhammadkan


Di rumah, di tempat kerja serta di perjalanan
Agar setiap ucapan, keputusan dan gerakan
Menjadi ayat-Mu yang indah dan menaburkan keindahan
Emha Ainun Najib, 1990

Penggalan puisi dari Emha Ainun Najib, yang akrab disapa dengan Cak Nun,
menggambarkan sebuah hasrat, keinginan, bahkan kerinduan agar bisa menjadi seorang hamba
yang meniru, karena sangat mustahil untuk bisa menjadi, sifat keagungan dari kanjeng nabi
Muhammad SAW.
Di masa hiruk pikuk zaman yang semakin manipulatif dimana ruang lingkup kehidupan
dibentuk oleh rangkaian skenario yang dikatakan sebagai kemajuan teknologi dan keluasan
informasi, malah sejatinya semakin mengaburkan manusia dalam memahami dirinya sendiri.
Hampir semua dari kita sibuk untuk memantaskan diri sesuai dengan standar yang entah
dicetuskan oleh siapa namun seolah menjadi kesepakatan bersama.
Standar hidup yang bergelimang harta, mempunyai kekuasaan, dihormati oleh orang lain,
terkenal di media sosial, atau menjadi panutan di suatu komunitas, semua itu merupakan jebakan
semu yang pada intinya adalah satu. Memuaskan ego diri dan meniadakan orang lain.
Bukan, hakikatnya bukan seperti itulah tujuan kita diciptakan di muka bumi ini.
Mengabdi (Ibadah) sebagai hamba Allah dan menjadi pengelola (khalifah) atas segala ciptaan
Allah yang ada di muka bumi ini merupakan dua tujuan utama kita diciptakan di muka bumi.
Sebagaimana yang telah dicontohkan oleh kanjeng nabi Muhammad SAW yang selain
menjalankan tugas kenabian dengan menyampaikan ajaran tauhid juga sekaligus berupaya untuk
memperbaiki struktur sosial dan ekonomi pada masyarakat Arab. Dua hal ini bukanlah hal yang
mudah, kita tentu tahu bagaimana perjuangan beliau mendapatkan perlawanan dari kabilahnya
sendiri.
Lalu apa yang bisa kita lakukan agar setidaknya bisa setitik saja meniru Rasulullah yang
merupakan ahsani taqwim, yaitu bentuk terbaik dari penciptaan Allah SWT. Bentuk terbaik ini
tidak hanya dari segi fisik Rasulullah yang memang banyak digambarkan dalam kitab – kitab
klasik sebagai seorang lelaki yang tampan dengan bentuk tubuh ideal dan proporsional.
Melainkan juga dari segi akhlak terhadap makhluk, kepasrahan kepada Allah, dan kecerdasan
beliau yang bisa memegang banyak peranan selain sebagai pemimpin agama juga sebagai
pemimpin negara, pembuat kebijakan ekonomi, dan pembawa perubahan sosial.
Mustahil bagi kita untuk meniru fisik kanjeng nabi yang sempurna, namun kita masih
punya kesempatan untuk bisa meneladani akhlak beliau. Dalam kitab Mawlid Al Barzanji yang
selalu dibaca oleh sebagian umat Islam pada perayaan maulid Nabi Muhammad SAW ditulis
bahwa beliau adalah seorang yang rendah hati, mencintai keluarga, sahabat dan seluruh manusia
yang beliau temui, mencintai fakir miskin, menjenguk orang sakit, dan mengiringi jenazah ke
pemakaman baik itu umat muslim maupun non muslim.
Sebagai seorang pemimpin negara, beliau merupakan sosok pemersatu umat dengan
menyatukan kelompok pendatang (Muhajirin) dan kelompok penduduk asli Madinah (Anshor),
melindungi hak seluruh warga Madinah baik yang beragama Islam, Nasrani, Yahudi atau agama
nenek moyang dengan membuat sebuah perjanjian yang kemudian oleh para ahli sejarah disebut
sebagai Piagam Madinah.
Salah satu aspek yang jarang dikaji adalah kebijakan Rasulullah dalam bidang penguatan
ekonomi umat. Dimulai dari turunnya perintah untuk mengeluarkan zakat 2.5% dari penghasilan
setiap umat muslim yang kemudian dikumpulkan dalam baitul mal, yaitu lembaga yang
mengelola pemanfaatan dana zakat dan harta rampasan perang untuk meningkatkan
kesejahteraan umat Islam.
Membeli sumur untuk sumber minum umat Islam dan membeli pasar yang dikuasai oleh
orang Yahudi dan kemudian dijadikan tempat berdagang umat Islam adalah contoh nyata dari
pemanfaatan dana baitul mal. Hal ini yang harus menjadi cerminan bagi kita bersama di era
modern seperti ini bahwa kegiatan dakwah juga harus diiringi dengan pengembangan ekonomi
bagi umat. Karena apabila kebutuhan dasar hidup bisa terpenuhi maka akan lebih mudah
mengajak umat untuk menjalankan aktifitas keagamaan dengan baik.
Perubahan sosial merupakan kontribusi terbesar Rasulullah terhadap bangsa Arab kala itu
dengan menempatkan perempuan dalam Islam sebagai makhluk yang dihormati dan secara
bertahap menghapuskan sistem perbudakan. Sistem perbudakan secara perlahan dikikis dengan
cara menempatkan pembebasan budak sebagai pilihan pertama sebagai sanksi apabila melanggar
perintah agama.
Dalam berbagai contoh diatas, sekiranya kita ringkas dalam satu kata tentang alasan yang
mendasari kanjeng nabi untuk berperilaku seperti itu adalah karena cinta. Kecintaan beliau
kepada umat Islam dan manusia lainnya kemudian terwujud dalam sebuah upaya untuk
mewujudkan persatuan diantara seluruh warga Madinah, pemerintahan yang baik, pemerataan
kesejahteraan, dan kesetaraan sosial.
Sebagai umat Islam yang secara lisan berkata bahwa kita merupakan umat kanjeng nabi,
hendaknya harus kembali melihat dalam diri kita masing-masing adakah cinta dalam hati kita.
Adakah cinta yang mendasari aktifitas keseharian kita bersama keluarga, kawan, rekan kerja, dan
pergaulan dengan manusia secara luas, ataukah karena berbasis kepentingan nafsu dan materi.
Cinta tidak semata selesai hanya dengan mengatakan aku cinta kamu, atau dalam konteks
umat Islam kepada Rasulullah adalah dengan secara rutin membaca maulid Al-Barzanji atau
Qasidah Burdah. Namun cinta harus diwujudkan dengan perilaku mencintai, yaitu menyukai
suatu hal yang disukai oleh orang yang kita cintai dan melakukan perbuatan yang pula disukai
oleh orang yang kita cintai.
Dalam aktifitas cinta mencintai kanjeng nabi, membaca maulid tidak selesai dengan lagu
dan iringan tabuh rebana. Kita harus mengupas satu demi satu keteladanan Rasulullah dan
memahami bagaimana beliau mencintai umatnya dengan kesediaan untuk berkorban, menepikan
egosentris dalam diri, dan menempatkan kemaslahatan bersama sebagai landasan dasar
berperilaku.
Seperti itu pula idealnya jalan kita dalam mencintai Kanjeng Nabi, kerelaan untuk
berkorban membantu saudara atau tetangga yang membutuhkan bantuan, menghindari
perdebatan hanya karena berbeda pendapat atau pandangan politik, dan mempertimbangkan
dampak yang terjadi untuk orang lain sebelum melakukan suatu hal. Betapa indahnya apabila
setiap orang bisa mempraktekkan hal ini dalam kehidupan sehari-hari.
Tidak akan ada orang kelaparan karena setiap orang berkenan untuk membantu, tidak
akan ada perdebatan di televisi dan media sosial mengenai madzhab keagamaan yang berbeda
atau mengenai hukum merayakan maulid nabi, tidak akan ada pemberitaan mengenai
penggusuran rumah warga karena lahan tersebut akan digunakan untuk membangun bandara atau
jalan tol.
Agar setiap ucapan, keputusan dan gerakan, Menjadi ayat-Mu yang indah dan
menaburkan keindahan, begitulah harapan yang disampaikan Cak Nun dalam sajaknya. Bahwa
cinta mencintai kanjeng nabi adalah upaya terus menerus untuk menjadi manusia yang
Rahmatan Lil Alamin. Menaburkan keindahan yang tidak hanya dalam lingkup ritual keagamaan,
namun juga dalam berbagai aspek kehidupan seperti politik, ekonomi, dan sosial.

Anda mungkin juga menyukai