Anda di halaman 1dari 17

DAKWAH NABI MUHAMMAD SAW

DI MADINAH

Kelompok 5 : - Aslah Areiga F (08)


- Danang Yudha P (11)
- Faiza Shafia (13)
- Muhammad Hamzah (26)
- Naila Falichatul M (29)
- Petty Alvionita (31)

X MIA 2

TP 2014 / 2015

SMAN 49 JAKARTA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan nikmat
dan karunia-Nya kepada kita sehingga makalah dengan judul “DAKWAH RASULULLAH
PERIODE MADINAH” dapat diselesaikan tepat waktu.

Makalah ini sebagai tugas dari mata pelajaranAGAMA ISLAM.Adapun tujuan dari
penyusunan makalah ini agar mahasiswa dapat memahami lebih dalam tentang materi
tersebut.Makalah ini tidak dapat diselesaikan tanpa bantuan dan kerjasama dari rekan-rekan
sekelompok serta bimbingan dari Guru.Untuk itu kami ucapkan banyak terima kasih.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dari segi isi maupun penyusunannya, sebagaimana kata pepatah “tak ada
gading yang tak retak” kesempurnaan hanyalah milik Allah swt.
Akhirnya perlu kami sampaikan bahwa makalah ini selalu terbuka untuk menerima
masukan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan dari guru,
rekan-rekan, maupun yang membaca makalah ini.Terima kasih.
DAFTAR ISI
BAB 1 : PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Sebagai seorang muslim hendaknya kita mesti sejarah nabi Muhammad SAW
baik ketika beliau dalam berdakwah sampai hijrah ke madinah dan diangkat sebagai
Rasul

Oleh karena itu kami mencoba untuk mengingatkan kembali akan sejarah dan
perjalanan nabi untuk selalu kita contoh dan kita teladani dalam kehidupan sehari-hari.
Telah kita ketahui bersama bahwa umat islam pada saar sekarang ini lebih banyak
mengenal figure-figur yang sebenarnya tidak pantas untuk di contoh dan ironisnya
mereka sama sekali buta akan sejarah dan pri kehidupan rasulullah SAW

2. Permasalahan
1. Sejarah hidup nabi Muhammad SAW

2. Turunnya wahyu yang pertama

3. Nabi Muhammad dalam berdakwah

4. Nabi Muhammad SAW hijrah kemadinah

5. Pembentukan Komunitas Madinah

6. Pembentukan Negara Madinah

7. Piagam Madinah

3. Tujuan

Adapun tujuan penulis menyusun makalah ini supaya pembaca lebih mengetahui
tentang kehidupan nabi Muhammad SAW dan proses pembentukan Negara Madinah
sekaligus memahami isi-isi piagam Madinah.
BAB 2 : ISI
2.1 Latar Belakang Hijrah Rasulullah saw. ke Madinah

Hijrah menurut bahasa berasal dari bahasa latin yaitu ”hegira” dan dikenal dalam
bahasa arab ‫هجر‬- ‫يهجر‬- ‫ هجرة‬yang berarti memutuskan hubungan dengan orang lain. Dari
pengertian menurut bahasa tersebut dapat dipahami bahwa hijrah pada dasarnya dimaksudkan
untuk menyingkirkan diri dari tindakan-tindakan dan teror yang bersifat fisik yang dapat
mencelakan diri sendiri.

Sementara itu Philip K. Hitti mengemukakan bahwa hijrah menurut istilah adalah
akhir periode mekkah dan awal dimulainya periode madinah yang merupakan kebalikan dari
hidup Muhammad saw., Dia meninggalkan kota besar tempatnya dilahirkan dan dibesarkan
karena sangat meremehkannya, kemudian ia masuk kota besar yang mengangkatnya sebagai
seorang pemimpin yang terhormat. Sementara hijrah menurut Nurcholis Madjid adalah tekad
dalam meninggalkan kepalsuan, pindah sepenuhnya kepada kebenaran, dengan kesediaan
untuk berkorban dan menderita, kerena keyakinan kemenangan terakhir akan dianugrahkan
Allah kepada pejuang kebenaran itu. Jadi pengertian hijrah dalam hal ini menyangkut aspek
spiritual dan kejiwaan, yakni suatu tekad yang tidak mengenal kalah dalam menegakkan
kebenaran.

Selama 13 tahun hidup di kota Mekkah, Rasulullah saw. Serta para pengikutnya
sering mengalami cobaan besar dan siksaan yang sangat pedih, disamping itu hak
kemerdekaan mereka dirampas, mereka diusir dan harta benda mereka disita.Siksaan pedih
berupa dera cambuk sangat meresahkan para sahabat dan kaum muslimin pada umumnya.
Badan mereka dipanggang, kabel sejenis serabut dikatkan pada tubuh karena tidak mau
tunduk kepada selain Allah, seperti Bilal bin Rabah orang yang kuat imannya dan bersih
hatinya, disiksa oleh Umay bin Khalaf untuk meninggalkan agama tauhid, namun ia tetap
teguh mempertahankan keimanannya. Itulah tekanan yang sangat dahsyat dialami Rasulullah
beserta pengikutnya selama menyampaikan dakwah demi tersebarnya risalah tauhid di
tengah-tengah kaum kafir Quraisy.

Namun ancaman dan tindakan kekerasan yang dialami Rasulullah saw. tersebut masih
bisa dilalui dengan penuh kesabaran dan keteguhan iman. Tekanan itu baru dirasakan sangat
meresahkan bagi Rasulullah saw. Setelah Khadijah, istri Rasululah saw. Meninggal
dunia.dirinya telah kehilangan istri tercinta tempat curahan kasih sayangnya. Kesedihan itu
kembali bertambah setelah tidak lama berselang paman Rasulullah saw. yaitu Abu Thalib
juga bepulang ke rahmatullah. Kematian Abu Thalib ini menyebabkan Rasullah saw. telah
kehilangan pelindung setia yang senantiasa melindunginya dari berbagai macam ancaman.
Kepergian Abu Thalib untuk selama-lamanya ini telah memberi peluang kepada kaum kafir
Quraisy untuk tidak segan-segan melakukan tindakan kekerasan kepada Rasulullah saw.
berserta para pengikutnya. Kaum musyrikin Quraisy semakin gila melancarkan intimidasi
terhadap kaum muslimin.

Keadaan tersebut telah membuat kehidupan umat Islam di Mekah sudah tidak
kondusif lagi, oleh karena itu setelah melakukan perjanjian aqabah yang ke dua di mana ada
73 jama’ah haji dari datang dari yatsrib meminta kepada Nabi saw. Agar berkenan pindah ke
yatsrib, mereka berjanji akan melindungi Nabi saw. dari segala macam ancaman. Hal ini
membuat Nabi saw. Segera memerintahkan para sahabatnya untuk hijrah ke yas\rib. Dalam
waktu dua bulan hampir semua kaum muslimin sekitar 150 orang telah meninggalkan kota
Mekkah.

Menurut al-Faruqi bahwa yang melatar belakangi hijrah Rasulullah saw. Ke Madinah
adalah gerakan untuk mencari keselamatan. Dan ini merupakan upaya untuk mencari tempat
yang dapat dijadikan sebagai titik tolak bagi perkembangan keimanan baru sekaligus untuk
menata ulang masyarakat muslim, baik sebagai tatanan sosial maupun Negara. Hal tersebut
dipertegas oleh Abdullah al-Hatib, bahwa hijrah selain penghindaran dari fitnah dan cobaan,
juga juga untuk menjalin ikatan yang kuat, menghimpun kekuatan, memperoleh daerah
strategis untuk membentuk suatu kekuatan politik.

Sedangkan menurut Ali Syariati bahwa hal lain yang mendorong hijranya Nabi saw.
Dan kaum Muslimin ke Madinah, Pertama, mengembangkan dan menyebarluaskan
pemikiran dan Aqidah ke wilayah-wilayah lain dalam rangka menunaikan tugas risalah
kemanusiaan yang universal, serta melaksanakan tanggung jawab dalam rangka
menyadarkan, membebaskan dan menyelamatkan umat manusia dari kehancuran aqidah.
Kedua, mengaharapkan tercapainya kemungkinan-kemungkinan baru dan ditemukannya
lingkungan yang mendukung perjuagan di luar wilayah sosial-politik yang zalim, guna
melakukan perjuangan menentang kezaliman tersebut.

Dari penjelasan tersebut diatas dapat dipahami bahwa latar belakang hijranya
Rasulullah saw. Beserta kaum muslimin tidak lain adalah untuk menyelamatkan diri dan juga
juga menyelamatkan Agama tauhid, risalah kebenaran yang sedang berada dalam tanggung
jawabnya. Hijrah tersebut bukan berarti lari dari tanggung jawab karena tidak tahan
menerima tantangan, melainkan hijrah itu itu dilakukan, semata-mata untuk mencari tempat
yang kondusif untuk selanjutnya menyusun kekuatan baru demi tercapainya kemenangan
yang diharapkan.

2.2 Perjalanan Hijrah Rasulullah saw. ke Madinah

Setelah penggerogotan orang-orang kafir Quraisy semakin menjadi-jadi, maka Nabi


saw. Langsung menginstruksikan agar para sahabatnya untuk segera berhijrah ke Yastrib,
sejak saat itu kota Mekah menjadi kosong dari populasi muslim. yang tersisa hanya Nabi
saw., Abu Bakar, dan Ali bin Abi Thalib. Sebenarnya Abu Bakar pun sudah berniat untuk
mengikuti jejak orang-orang muslim yang telah berhijrah sebelumnya, Namun ketika ia
meminta izin kepada Nabi saw. akan maksud itu, Nabi menjawab dengan cara sungguh-
sungguh, mengingat situasi yang semakin kritis. Nabi mengatakan kepada Abu Bakar “jangan
tergesah-gesah, mudah-mudahan Allah swt.Memberimu seorang teman”. Pernyataan tersebut
membuat Abu Bakar sangat gembira, karena dia berharap mudah-mudahan teman yang
dimaksud Nabi saw. adalah dirinya sendiri. Ungkapan Nabi saw. dan harapan Abu Bakar
tersebut menunjukkan bahwa keputusan hijrahnya Nabi saw. ke Madinah sangat rahasia,
sehingga sahabat terdekatnyapun nyaris tidak mengetahuinya. Bahkan sebagian besar dari
pengikutnya memperkirakan bahwa Nabi saw. akan tetap di Mekah melanjutkan
perjuangannya, setelah memerintahkan pengikutnya untuk berhijrah.

Sementara itu berita-berita yang datang dari yas\rib semakin menghawatirkan


Quraisy, sebab kaum muhajirin semua telah berkumpul di Yas\rib dan penduduk negeri
tersebut menyambutnya dengan penuh kemuliaan. Kenyataan ini membuat orang-orang
Quraisy menjadi curiga jangan-jangan Muhammad juga akan keluar dari Mekah bergabung
dengan sahabat-sahabatnya di sana. Dengan alasan ini, mereka pun mengadakan pertemuan
di Dar al-Nadwa dan memutuskan Muhammad harus dibunuh beramai-ramai. Pertemuan
tersebut diabadikan oleh Allah dalam Q.S. al-Anfal/8: 30 yaitu:

Artinya:
Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya
terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau
mengusirmu.mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. dan Allah
sebaik-baik pembalas tipu daya.

Setelah kesepakatan kaum Quraisy untuk menghabisi nyawa Rasulullah saw. maka
Malaikat Jibril datang menemui Nabi dan mengabarkan kepadanya tentang persekongkolan
kaumnya. Dia menyuruh Nabi untuk segera pergi meninggalkan rumanya dan menetapkan
waktu untuk berhijrah. Setelah itu Nabi saw. pun pergi ke rumah Abu Bakar untuk
menyampaikan bahwa Allah telah mengizinkannya untuk berhijrah sambil merancang
strategi perjalanannya. Di sinilah dimulainya kisah yang paling cemerlang dan indah yang
pernah dikenal manusia dalam sejarah mencari kebenaran dan mempertahankan keyakinan
dan keimanan yang penuh resiko dan bahaya.

Setelah matahari terbenam, malam telah mencapai keheningan, pemuda-pemuda


yang sudah dipersiapkan Quraisy untuk membunuh Nabi saw. sudah mengepung rumahnya.
Pada saat-saat yang kritis itu Nabi menyampaikan kepada Ali bin Abi Thalib untuk tidur di
tempat tidurnya dengan menggunakan selimut yang biasa dipakainya. Kemudian Nabi saw.
keluar rumah menyibak kepungan mereka. Para pembunuh bayaran ini tidak melihat Nabi
sedikit pun, karena Allah telah membutakan mereka sehingga mereka tidak bisa melihat,
sebagaimana yang dijelasakan dalam al-Qur’an Q.S. Yasin/36 : 9 sebagai berikut:

Terjemahnya:

Dan kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula),
dan kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat Melihat.

Rasulullah saw. meninggalkan rumah pada malam hari tanggal 27 shafar tahun 14
Nubuwah, lalu menuju rumah Abu Bakar kemudian pergi meninggalkan Mekah melewati
jalur selatan, jalur yang berlawanan dengan jalur utama ke Madinah yang mengarah ke utara.
Keduanya menempuh jalan ini sekitar lima mil hingga tiba di gunung Tsaur lalu kemudian
memasuki seguah gua yang berada di puncak gunung yang di sebut gua Tsaur. Nabi dan Abu
Bakar bersembunyi di Gua tersebut selama tiga malam.

Setelah keadaan sudah sedikit stabil Nabi saw. bersama Abu Bakar beserta seorang
penunjuk jalan, melanjutkan perjalanan menuju ke selatan melewati Tihamah dekat pantai
Laut Merah, sebuah jalan yang tidak biasa dilalui oleh orang. Mereka berjalan dengan panas
membara di tengah padang pasir, namun kesulitan itu tidak lagi dihiraukan. Hanya dengan
ketenangan Hati kepada Allah dan adanya kedip bintang di gelap malam membuat hati dan
perasaan mereka terasa lebih aman.

Pada hari senin 8 Rabiul awal tahun ke 14 dari nubuwah, atau tahun pertama dari
hijrah, bertepatan dengan 23 September 622 M., Rasulullah saw. tiba di Quba. Dia berada di
Quba selama empat hari, di kampung ini Nabi saw. membangun sebuah masjid dan shalat di
dalamnya. Inilah masjid pertama yang didirikan atas dasar taqwa setelah nubuwah. Kemudian
pada hari jum’at Nabi saw. melanjutkan perjalanan, dan seusai shalat jum’at Nabi
Muhammad saw. memasuki Madinah. Sejak masa itulah Yastrib dinamakan Madinatun-nabi,
atau disingkat dengan Madinah.Inilah hari yang sangat monumental, semua rumah, dan jalan
ramai dengan suara tahmid dan taqdis sementara anak-anak gadis mereka mendendangkan
bait-bait syair karena senang dan gembira.

Tidak satupun tempat yang dilalui, melainkan penghuninya meminta Nabi saw. untuk
singgah di rumahnya, namun onta Nabi Muhammad saw. terus berjalan hinggga sampai di
sebuah kebun tempat penjemuran korma, di situlah ontanya berhenti, hingga Nabi saw. turun
dari ontanya. Di tempat inilah Nabi saw. mendirikan Masjid Nabawi sekaligus juga menjadi
tempat tinggalnya.

2.3 Usaha usaha yang di tempuh Rasulullah untuk membentuk masyarakat islam
1. Membangun Masjid

Masjid yang pertama kali dibangun oleh Rasulullah SAW di Madinah ialah Masjid
Quba, yang berjarak ± 5 km, sebelah barat daya Madinah. Masjid Quba dibangun pada
tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijrah (20 September 622 M).Setelah Rasulullah SAW
menetap di Madinah, pada setiap hari Sabtu, beliau mengunjungi Masjid Quba untuk salat
berjamaah dan menyampaikan dakwah Islam.
Masjid kedua yang dibangun oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya adalah Masjid
Nabawi di Madinah. Masjid ini dibangun secara gotong-royong oleh kaum Muhajirin dan
Ansar, yang peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dan peletakan
batu kedua, ketiga, keempat dan kelima dilaksanakan oleh para sahabat terkemuka yakni:
Abu Bakar r.a., Umar bin Khatab r.a., Utsman bin Affan r.a. dan Ali bin Abu Thalib r.a.

Mengenai fungsi atau peranan masjid pada masa Rasulullah SAW adalah sebagai berikut:

1. Masjid sebagai sarana pembinaan umat Islam di bidang akidah, ibadah, dan akhlak.
2. Masjid merupakan sarana ibadah, khususnya shalat lima waktu, shalat Jumat, shalat
Tarawih, shalat Idul Fitri dan Idul Adha.
3. Masjid merupakan tempat belajar dan mengajar tentang agama Islam yang
bersumber kepada Al-Qur’an dan Hadis.
4. Masjid sebagai tempat pertemuan untuk menjalin hubungan persaudaraan sesama
Muslim (ukhuwah Islamiah) demi terwujudnya persatuan.
5. Menjadikan masjid sebagai sarana kegiatan sosial. Misalnya sebagai tempat
penampungan zakat, infak, dan sedekah dan menyalurkannya kepada yang berhak
menerimanya, terutama para fakir miskin dan anak-anak yatim terlantar.
6. Menjadikan halaman masjid dengan memasang tenda, sebagai tempat pengobatan
para penderita sakit, terutama para pejuang Islam yang menderita luka akibat perang
melawan orang-orang kafir.
2. Mempersaudarakan Kaum Muhajirin dan Ansar

Muhajirin adalah para sahabat Rasulullah SAW penduduk Mekah yang berhijrah ke
Madinah. Ansar adalah para sahabat Rasulullah SAW penduduk asli Madinah yang
memberikan pertolongan kepada kaum Muhajirin.

Rasulullah SAW bermusyawarah dengan Abu Bakar r.a. dan Umar bin Khatab tentang
mempersaudarakan antara Muhajirin dan Ansar, sehingga terwujud persatuan yang tangguh.
Hasil musyawarah memutuskan agar setiap orang Muhajirin mencari dan mengangkat
seorang dari kalangan Ansar menjadi saudaranya senasab (seketurunan), dengan niat ikhlas
karena Allah SWT. Demikian juga sebaliknya orang Ansar.

Rasulullah SAW memberi contoh dengan mengajak Ali bin Abi Thalib sebagai
saudaranya. Apa yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW dicontoh oleh seluruh sahabat
misalnya:
 Hamzah bin Abdul Muthalib, paman Rasulullah SAW, pahlawan Islam yang pemberani
bersaudara dengan Zaid bin Haritsah, mantan hamba sahaya, yang kemudian dijadikan
anak angkat Rasulullah SAW.
 Abu Bakar ash-Shiddiq, bersaudara dengan Kharizah bin Zaid.
 Umar bin Khattab bersaudara denga Itban bin Malik al-Khazraji (Ansar).
 Abdurrahman bin Auf bersaudara dengan Sa’ad bin Rabi (Ansar).
Demikianlah seterusnya setiap orang Muhajirin dan orang Ansar, termasuk Muhajirin
setelah hijrahnya Rasulullah SAW, dipersaudarakan secara sepasang- sepasang, layaknya
seperti saudara senasab.

Persaudaraan secara sepasang–sepasang seperti tersebut, ternyata membuahkan hasil


sesama Muhajirin dan Ansar terjalin hubungan persaudaraan yang lebih baik. Mereka saling
mencintai, saling menyayangi, hormat-menghormati, dan tolong-menolong dalam kebaikan
dan ketakwaan.

Kaum Ansar dengan ikhlas memberikan pertolongan kepada kaum Muhajirin berupa
tempat tinggal, sandang-pangan, dan lain-lain yang diperlukan. Namun kaum Muhajirin tidak
diam berpangku tangan, mereka berusaha sekuat tenaga untuk mencari nafkah agar dapat
hidup mandiri. Misalnya, Abdurrahman bin Auf menjadi pedagang, Abu Bakar, Umar bin
Khattab dan Ali bin Abu Thalib menjadi petani kurma.

Kaum Muhajirin yang belum mempunyai tempat tinggal dan mata pencaharian oleh
Rasulullah SAW ditempatkan di bagian Masjid Nabawi yang beratap yang disebutSuffa dan
mereka dinamakan Ahlus Suffa (penghuni Suffa). Kebutuhan-kebutuhan mereka dicukupi
oleh kaum Muhajirin dan kaum Ansar secara bergotong-royong. Kegiatan Ahlus Suffa itu
antara lain mempelajari dan menghafal Al-Qur’an dan Hadis, kemudian diajarkannya kepada
yang lain. Sedangkan apabila terjadi perang anatara kaum Muslimin dengan kaum kafir,
mereka ikut berperang.

3. Pembangunan pranata sosial dan pemerintahan.

Pada saat Nabi Muhammad SAW tiba di Madinah, masyarakatnya terbagi menjadi
berbagai kelompok besar, yaitu kelompok Muhajirin dan kelompok Anshar, Yahudi, Nasrani,
dan penyembah berhala. Pada awalnya, mereka semua menerima kedatangan Nabi dan umat
Islam. Namun setelah masyarakat muslim berkembang menjadi besar dan berkuasa, mereka
mulai menaruh rasa dendam dan tidak suka.
Untuk mengatasi berbagai persoalan tersebut, Nabi saw mencoba menata sistem sosial
agar mereka dapat hidup damai dan tenteram. Untuk kalangan umat Islam, Nabi saw telah
mempersaudarakan antara Muhajirin dan Anshar. Sementara untuk kalangan non muslim,
mereka diikat dengan peraturan yang dirancang Nabi dan umat Islam yang tertuang di dalam
Piagam Madinah.

Pada masa Rasulullah, penduduk Madinah mayoritas sudah beragam Islam, sehingga
masyarakat Islam sudah terbentuk, maka adanya pemerintahan Islam merupakan keharusan.
Rasulullah SAW selain sebagai seorang Nabi dan Rasul, juga tampil sebagai seorang Kepala
Negara (khalifah).

Sebagai Kepala Negara, Rasulullah SAW telah meletakkan dasar bagi setiap sistem
politik Islam, yakni musyawarah. Melalui musyawarah, umat Islam dapat mengangkat wakil-
wakil rakyat dan kepala pemerintahan, serta membuat peraturan-peraturan yang harus ditaati
oleh seluruh rakyatnya. Dengan syarat, peraturan-peraturan itu tidak menyimpang dari
tuntutan Al-Qur’an dan Hadis.

4. Mengadakan Perjanjian perdamaian dengan kaum Yahudi

Rasul telah mengambil langkah yang tepat yakni mengadakan perjanjian perdamain
dengan bangsa yahudi dan tindakan ini belum pernah dilakukan Rasull-Rasull sebelumnya.

Isi perjanjian kaum Yahudi/ Piagam Madinah :

a. Kaum Yahudi berdampingan dengan kaum Yahudi Muslim


b. Kedua belah pihak wajib menolong
c. Kota Madinah dijadikan Kota suci
d. Jika terjadi perselisihan antar mereka, penyelesaian diserahkan pada Rasulullah
SAW
e. Siapa saja yang tinggal di dalam/di luar Madinah wajib di lindungi keuamanan-nya

2.4 Peperangan pada saat di Madinah:

1. Perang Badar

Terjadi tanggal 17 Ramadhan tahun 2 hijrah bertepatan 8 januari 623 M.


Kaum muslimin berjumlah 314 orang sedangkan kafir kuraisy berjumlah 1000 orang.

2. Perang Uhud
Terjadi pada pertengahan bulan sya”ban tahun ke 3 hijrah bulan januari tahun
625 M. Terjadi di Gunung Uhud, sebelah utara kota Madinah. Perang ini terjadi
karena kaum kafir Kuraisy ingin membalas kekalahan di perang sebelumnya. Kaum
muslimin berkekuatan 700 orang, kaum kuraisy berjumlah 3000 orang.
Peperangan umat islam di pimpin oleh Nabi Muhammad SAW, Kaum kuraisy di
pimpin oleh Abu Sufyan bin Harb yang di damping istrinya Hindun.

Penyebab kekalahan kaum muslimin antara lain:

2. Tentara panah berjumlah 50 orang ingkar pada Rasull


3. Adanya kaum munafik 300 orang
4. Perbedaan pendapat antara kaum tua dan muda
3. Perang Khandaq ( Ahzab)

Terjadi pada bulan syawal tahun ke lima hijrah pada bulan maret tahun 627 M,
Terjadi di sebelah utara kota Madinah. Di sebut Khandaq(parit) karena kaum
muslimin membuat parit pertahanan, Dinamakan perang ahzab karena kaum kuraisy
bersekutu dengan penduduk lain yang berada di kota Mekah. Kaum muslimin
berkekuatan 3000 oarng, kaum kuraisy berjumlah 10000 orang.

4. Penaklukan Mekkah (Fathu Mekkah)

Pada tahun 628, Quraisy dan Muslim dari Madinah menandatangani Perjanjian
Hudaybiyah. Meskipun hubungan yang lebih baik terjadi antara Mekkah dan Madinah
setelah penandatanganan Perjanjian Hudaybiyah, 10 tahun gencatan senjata dirusak
oleh Quraisy, dengan sekutunya Bani Bakr, menyerang Bani Khuza'ah yang
merupakan sekutu Muslim. Pada saat itu musyrikin Quraisy ikut membantu Bani
Bakr, padahal berdasarkan kesepakatan damai dalam perjanjian tersebut dimana Bani
Khuza'ah telah bergabung ikut dengan Nabi Muhammad dan sejumlah dari mereka
telah memeluk islam, sedangkan Bani Bakr bergabung dengan musyrikin Quraisy.

Abu Sufyan, kepala suku Quraisy di Mekkah, pergi ke Madinah untuk


memperbaiki perjanjian yang telah dirusak itu, tetapi Muhammad menolak, Abu
Sufyan pun pulang dengan tangan kosong. Sekitar 10.000 orang pasukan Muslim
pergi ke Mekkah yang segera menyerah dengan damai. Muhammad bermurah hati
kepada pihak Mekkah, dan memerintahkan untuk menghancurkan berhala di sekitar
dan di dalam Ka'bah. Selain itu hukuman mati juga ditetapkan atas 17 orang Mekkah
atas kejahatan mereka terhadap orang Muslim, meskipun pada akhirnya beberapa di
antaranya diampuni

Pemimpin Pasukan :

Tanggal 10 Ramadan 8 H, Nabi Muhammad beserta 10.000 pasukan bergerak


dari Madinah menuju Mekkah, dan kota Madinah diwakilkannya kepada Abu Ruhm
Al-Ghifary. Ketika sampai di Dzu Thuwa, Nabi Muhammad membagi pasukannya,
yang terdiri dari tiga bagian, masing-masing adalah:

1. Khalid bin Walid memimpin pasukan untuk memasuki Mekkah dari bagian
bawah,
2. Zubair bin Awwam memimpin pasukan memasuki Mekkah bagian atas dari bukit
Kada', dan menegakkan bendera di Al-Hajun,
3. Abu Ubaidah bin al-Jarrah memimpin pasukan dari tengah-tengah lembah
hingga sampai ke Mekkah.

Dari Al-Hajun Nabi Muhammad memasuki Mesjid Al-Haram dengan dikelilingi


kaum Muhajirin dan Anshar. Setelah thawaf mengelilingi Ka'bah, Nabi Muhammad
mulai menghancurkan berhala dan membersihkan Ka'bah. Dan selesailah pembebasan
Mekkah.

2.5 Wafatnya Rasulullah saw :

a. Tanda – Tanda Perpisahan

Pada bulan Ramadhan tahun 10 hijriyah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi


wasallam beri’tikaf selama dua puluh hari, yang mana pada tahun-tahun sebelumnnya
beliau tidak pernah beri’tikaf kecuali sepuluh hari saja, dan malaikat Jibril membaca
dan menyimak bacaan al-Quran beliau sebanyak dua kali (padahal di tahun-tahun
sebelumnya hanya satu kali).

Di awal bulan shafar tahun 11 hijriyah, beliau keluar menuju Uhud, kemudian
melakukan shalat untuk para Syuhada’ sebagai (ungkapan) perpisahan bagi orang-
orang yang masih hidup dan yang telah mati. Kemudian belaiu beranjak menuju
mimbar untuk berpidato, beliau berkata:”Sesungguhnya aku akan mendahaului kalian
dan menjadi saksi atas kalian. Demi Allah sesungguhnya aku sekarang benar-benar
melihat telagaku, dan telah diberikan kepadaku kunci-kunci perbendaharaan dunia
atau kunci-kunci bumi, dan demi Allah, sesungguhnya aku tidak mengkhawatirkan
kalian akan melakukan kasyirikan sepeninggalku nanti, akan tetapi yang aku
khawatirkan terhadap kalian adalah kalian berlomba-lomba di dalam merebut
kekayaan dunia.”(HR. Bukhari dan Muslim)

Pada pertengahan suatu malam, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam


menuju (kuburan) Baqi’ untuk memohonkan ampunan bagi para penghuninya, Beliau
berkata:”Semoga Keselamatan atas kalian, wahai ahli kubur, selamat atas apa yang
kalian alami (pada saat ini) sebagaimana yang telah dialami orang-orang
sebelumnya. Fitnah-fitnah (berbagai cobaan) telah datang bagai sepotong malam
gelap gulita, yang silih berganti, yang datang terakhir lebih buruk dari pada yang
sebelumnya.”Kemudian Beliau memberikan kabar gembira kepada mereka dengan
mengucapkan:”Sesungguhnya kami akan menyusul kalian

Pada suatu malam pertengahan bulan yang sama beliau pergi ke Baqi’, lalu
meminta ampunan untuk orang-orang yang dikubur disana.

b. Permulaan Sakit
Pada tanggal 28 atau 29 bulan safar tahun 11 hijriyah (Hari senin)Rasulullah
menghadirkan penguburan jenazah seorang sahabat di Baqi'.Ketika kembali,ditengah
perjalanan beliau merasakan pusing di kepalanya dan panas mulai merambat pada
sekujur tubuhnya,sampai-sampai mereka (para sahabat)dapat merasakan pengaruh
panasnya pada sorban yang beliau pakai.
Nabi shalat bersama para sahabat dalam keadaan sakit selama sebelas
hari,sedangkan jumlah hari sakit beliau adalah 13 atau 14 hari.

c. Detik – detik wafatnya Rasulullah saw.


Strategi Dakwah Rasulullah Saw Periode Madinah

Pokok-pokok pikiran yang dijadikan strategi dakwah Rasulullah SAW periode Madinah
adalah:

1. Berdakwah dimulai dari diri sendiri, maksudnya sebelum mengajak orang lain
meyakini kebenaran Islam dan mengamalkan ajarannya, maka terlebih dahulu orang
yang berdakwah itu harus meyakini kebenaran Islam dan mengamalkan ajarannya.
2. Cara (metode) melaksanakan dakwah sesuai dengan petunjuk Allah SWT dalam
Surah An-Nahl, 16: 12

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Q.S. An-
Nahl, 16: 125)

3. Berdakwah itu hukumnya wajib bagi Rasulullah SAW dan umatnya sesuai dengan
petunjuk Allah SWT dalam Surah Ali Imran, 3: 104

Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang
munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (Q.S. Ali Imran, 3: 104)

4. Berdakwah dilandasi dengan niat ikhlas karena Allah SWT semata, bukan dengan
untuk memperoleh popularitas dan keuntungan yang bersifat materi.

Masyarakat Islam atau masyarakat madani adalah masyarakat yang menerapkan


ajaran Islam pada seluruh aspek kehidupan, sehingga terwujud kehidupan
bermasyarakat yang baldatun tayyibatun wa rabbun gafur, yakni masyarakat yang
baik, aman, tenteram, damai, adil, dan makmur di bawah naungan rida Allah SWT
dan ampunan-Nya.

Hikmah sejarah Dakwah Rasulullah SAW peride Madinah


1. Terjadinya persaudaraan sebagaimana yang dilakukan oleh kaum muhajirin dan
ansar yang dapat memberikan rasa aman, tentram, serta memperkuat ukhuwah
islamiyah.
2. Sikap penjaga persatuan dan saling menghormati antar sesama pemeluk agama.
3. Memahami bahwa umat islam harus berpegang pada aturan Allah.
4. Menjadikan perjuangan Rasull sebagai sumber inspirasi dan motivasi dalam
menyiarkan islam berdasarkan peraturan Allah

Sikap dan perilaku yang mencerminkan dakwah Rasulullah SAW

1. Mengimani dengan sebenar-benarnya bahwa nabi Muhammad SAW adalah Rasull


dan Nabi penutup para nabi
2. Mencintai Rasulullah
3. Membiasakan yang disunahkan oleh Raull
4. Gemar & senang membaca buku sejarah nabi
5. Memelihara silaturahmi dengan sesama manusia
6. Berkunjung ke tanah suci/madinah untuk melihat atau menapak tilas perjuangan nabi
Muhammad SAW
7. Mempelajari dan memahami Al-Qur’an & hadis-hadisnya
8. Senantiasa berjihad di jalan Allah
9. Aktip dalam acara kepanitiaan untuk memperingati hari hari besar islam
10. Memrawat dan melestarikan tempat ibadah (Mesjid)
11. Menekuni dan mempelajari warisan nabi Muhammad SAW

http://islamadalahrahmah.blogspot.in/2011/02/hijrah-rasulullah-ke-madinah.html

http://yananudradanbo.blogspot.in/2013/04/24-perang-penaklukan-kota-mekah.html

http://ummumarwah.blogspot.com/2012/04/permulaan-sakit-hingga-
meninggalnya.html

http://noythole.heck.in/perang-di-zaman-nabi-2.xhtml

Anda mungkin juga menyukai